NAMA :
NICKY MARTH KONDOY (020015)
AKADEMI KEPERAWATAN BARAMULI AIRMADIDI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, Kami dapat menyelesaikan tugas ASUHAN KEPERAWATAN
dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN ELIMINASI BAB DAN BAK” .
Penulisan ini dilakukan untuk salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar .
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kiranya kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakan untuk
perbaikan dimasa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang
B. Tujuan Penelitian
B. Saran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada masyarakat. Diare juga merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di berbagai Negara . Diare dapat menyerang semua kelompok
usia terutama pada anak. Anak lebih rentan mengalami diare, karena system pertahanan tubuh anak belum
sempurna (World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa diare merupakan 10 penyakit penyebab kematian.
Tahun 2012 terjadi 1,5 juta kematian akibat diare. Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5 juta bayi meninggal
pada tahun pertama kematian. Kematian tersebut disebabkan karena pneumonia (18%), komplikasi kelahiran
praternum (14%) dan diare (12%). Hasil RISKESDAS menyatakan bahwa insiden diare pada anak di Indonesia
adalah 6,7%.
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien yang menderita diare adalah kekurangan volume cairan
dan ketidakseimbangan nutrisi. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan pada anak yang dirawat
dengan diare, diantaranya memantau asupan dan pengeluaran cairan. Anak yang mendapatkan terapi cairan melalui
intravena perlu pengawasan untuk asupan cairan, kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan cairan volume
yang dikehendaki dalam waktu tertentu dan lokasi pemberian infus harus dijaga. Tindakan keperawatan yang harus
dilakukan selanjutnya yaitu menimbang berat badan anak secara akurat, mamantau input dan output yang tepat
dengan meneruskan pemberian nutrisi per oral dan melakukan pengambilan specimen untuk pemeriksaan
laboratorium. Selain dari tindakan keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut memberikan perawatan seperti
memberikan perhatian, semangat dan mendampingi anak selama dirawat dirumah sakit.
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air
kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi. Batu saluran
kemih yang muncul dapat disebabkan oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik yang paling
mempengaruhi adalah faktor gaya dan pola hidup masyarakat terutama mayarakat kota.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
- Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Anak Pada Anak “A” dengan diare diruang
perawatan.
- Menganalisis asuhan keperawatan masyarakat perkotaan pada klien dengan batu saluran
kemih.
Tujuan Khusus :
- Berdasarkan tujuan umum tersebut didapatkan tujuan khusus dari penelitian kasus ini
adalah :
A. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan kasus diare di ruang perawatan Anak
di Puskesmas
B. Mampu Melakukan diagnosis keperawatan pada Anak dengan kasus diare di ruang
perawatan Anak di Puskesmas
C. Mampu melakukan rencana keperawatan pada anak dengan kasus diare di ruang
perawatan Anak di Puskesmas
D. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada anak dengan kasus diare di ruang
perawatan Anak di Puskesmas
E. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Anak dengan kasus diare di ruang
perawatan Anak di Puskesmas
- Menganalisis masalah kesehatan perkotaan pada agregat dewasa dengan penyakit batu
saluran kemih
- Menganalisi kasus kelolaan pasien dengan batu saluran kemih
- Menganalisis aplikasi asuhan keperawatan pasien dengan batu saluran kemih
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Diare
Definisi Diare :
Nursalam mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari
biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB
ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau
lendir Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fese. Seseorang dikatakan
menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar
yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016). WHO mengatakan diare adalah suatu
keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali
sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kuran lebih 14
hari
Klasifikasi Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga dalam Nursalam
(2008), diare dapat dikelompokkan menjadi: a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan
berlangsung paling lama 3-5 hari. b. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari.
Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu kesatuan penyakit,
melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenisisnya multikompleks. Mengingat banyaknya
kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyak pemeriksaan yang harus
dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita diare adalah:
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah
keperawatan yang dihadapi pasien.Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit diare pada
anak adalah sebagai berikut :
Secara teori (Moorhead & Bulechek, 2016) intervensi keperawatan untuk diagnosa keperawataan
Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Intervensi: 1) Pertahankan status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat), 2) Monitor vital
sign, 3) Dorong pasien untuk menambah intake oral, 4) Kolaborasi pemberian cairan IV. Menurut penulis
terjadi kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena berdasarkan kasus An. G. B intervensi yang di
buat oleh penulis di antaranya kolaborasi pemberian obat zinc dan berikan cairan oralit tidak terdapat di
dalam teori. Pada diagnosa keperawaatan Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi. Intervensi
keperawatan: 1) Monitor suhu sesering mungkin, 2) Monitor warna kulit dan suhu kulit, 3) Monitor tekanan
darah, nadi, RR, 4) Monitor tingkat kesadaran, 5) Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila.
Riwayat atau adanya faktor resiko: A. Perubahan metabolik atau diet B. Imobilitas lama C. Masukan cairan
tak adekuat D. Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing (ISK) sebelumnya E. Riwayat keluarga dengan
pembentukan batu.
Pemeriksaan fisik pada survei umum dapat menunjukkan : A. Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan
nyeri pekak dan konstan.Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang timbul yang
berkurang setelah batu lewat. B. Mual dan muntah serta kemungkinan diare. C. Perubahan warna urine
atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih
dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat obstruksi
saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat kerusakan jaringan ginjal.
Diagnosa Keperawatan, pada pasien dengan batu saluran kemih sebelum penatalaksanaan operasi dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan seperti berikut ini:
Diagnosa Pra Operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ureteral, trauma
jaringan, pembentukan edema, iskemia selular.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi.
3. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah (iritasi sarah abdominal
dan pelvic umum dari ginjal atau kolik uretral), diuresis pasca obstruksi.
4. Defisiensi pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat; salah interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
Diagnosa Post Operasai :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. Trauma jaringan, insisi bedah.
G. Peran Perawat dalam Perawatan Pasien dengan Batu Saluran Kemih
Perawat memiliki peran sebagai caregiver dan educator. Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta
atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif
memberikan informasi-informasi atau ide baru. Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan
untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok,keluarga dan masyarakat agar terlaksa
nanya perilaku hidup sehat.
Terapi batu saluran kemih yang dapat dilakukan oleh perawat yang merawat pasien dengan batu saluran
kemih adalah dengan melakukan edukasi dan persiapan pulang pasien (discharge planning). Edukasi dan
persiapan pulang pasien merupakan salah satu tugas perawat dalam setting pencegahan (preventing) dan
pemulihan (rehabilitating) serta membantu mempersiapkan pasien untuk kembali ke rumah dengan modal
pengetahuan yang baru untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pada pasien dengan batu saluran kemih,
edukasi pasien yang paling penting mengenai dua hal yaitu pengenceran kemih dan perubahan pola
makan.
Terapi terpenting dalam pembentukan batu saluran kemih adalah pengenceran air kemih. Air kemih akan
encer apabila dalam waktu 24 jam jumlah air kemih antara 2-2,5 liter. Hal ini dipengaruhi oleh suhu
lingkungan dan aktivitas fisik. Untuk mendapatkan jumlah air kemih tersebut, disarankan untuk minum
antara 2-3 liter air per hari. Pengenceran kemih dilakukan tanpa mengubah komposisi air kemih sehingga
ditekankan untuk memilih minuman dengan pertimbangan jumlah kalorinya sebagai berikut:
1. Jumlah yang diminum 2,5-3 liter perhari dengan air kemih 2,5 liter perhari.
2. Air yang diminum haus terdistribusi sepanjang hari, minum 2 cangkit setiap 2 jam dan minum sebelum
tidur dan seduah buang air kecil.
3. Jenis minuman yang sesuai yaitu fruit tea, herba tea, dan air mineral bergaram rendah.
4. Minuman yang kurang sesuai yaitu kopi, teh pahit, dan jus buah yang pekat.
5. Minuman yang tidak sesuai yaitu minuman yang beralcohol, cola, dan lemon.
Perubahan pola makan dilakukan dengar mengatur pola diet. Diet yang baik dan sesuai dengan penderita
saluran kemih adalah diet yang terdiri atas buah segar, sayuran dan selada, lemak nabati, dan susu rendah
lemak. Diet yang dibatasi adalah daging, ikan, sosis sebesar 150 gr/hari, sedangkan yang dihindari adalah
lemak dan gula serta garam yang terlalu banyak.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada anak Nn. A diare dehidrasi ringan+low
diruang perawatan anak puskesmas puuwatu Kota Kendari peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian pada Nn. A didapatkan anak BAB kali, BAB encer, tidak berlendir, anak
demam, nafsu makan berkurang, anak malas
2. Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 5 diagnosa yang muncul pada Nn. A yaitu hipertermi
berhubungan dengan infeksi, kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis. Diare
berhubungan dengan proses infeksi, kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau
sering BAB.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah yang ditemukan pada Nn.
A yaitu perawatan demam, manajemen ciran, manajemen nyeri, manajemen nutrisi, monitor
nutrisi, manajemen diare, manajemen tekanan.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun.
Implementasi keperawatan ditentukan pada tanggal 25-27 juni 2018. Sebagian besar rencana
keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
5. Evaluasi tindakan keperawatan yang dpat dilakukan selama lima hari dalam bentuk SOAP.
Diagnosa keperawatan pada Nn. A yaitu hipertemi berhubungan dengan proses infeksi teratasi
pada hari ketiga, kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif teratasi pada hari
ke lima, ketidakseimbangan nutrisi kurrang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan 65 faktor
biologis teratasi pada hari ke lima. Diare berhubungan dengan prosesinfeksi teratasi pada hari ke
tiga. Kerusakan integritasi kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB teratasi pada hari
ke tiga
Berdasarkan asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien dengan batu saluran kemih,
dapat ditarik beberapa kesempulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengkajian didapati bahwa penyebab dari pembentukan batu saluran kemih yang
dialami klien adalah adanya faktor resiko ekstrinsik yaitu rendahnya konsumsi air putih, pekerjaan
yang monoton, dan tingginya konsumsi protein hewani.
2. Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri, gangguan eliminasi urine, ansietas, defisiensi
pengetahuan, resiko cedera, dan resiko perdarahan.
3. Implementasi yang menjadi fokus utama dalam rangka prevensi kekambuhan ulang batu
saluran kemih adalah edukasi psien terkait peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit.
4. Peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit adalah salah satu metoda yang terbukti
melalui beragam penelitian dapat meningkatkan volume urine sehingga mengurangi resiko
pembentukan batu saluran kemih.
5. Evaluasi keperawatan dilakukan secara kontinyu dan pasien pulang setelah melalui 3 hari
perawatan dengan fungsi eliminasi sudah kembali normal.
B. SARAN