Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur yang mendalam atas segala limpahan rahmat dan karunia yang
diberikan Tuhan, kelompok dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hipertensi dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu keperawatan maternitas. Kelompok
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kelompok menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Penyusun

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................


DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Tujuan Penulisan .......................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Hipertensi Pada KehamilaN ..............................................
1. Hipertensi Gestasional ...........................................................................
2. Preeklampsia/Eklampsia .......................................................................
3. Sindrom HELLP ..............................................................................................
4. Eklampsia ........................................................................................................
5. Preeklampsia Yang Menyertai Hipertensi kronis ..................................
6. Hipertensi Kronis ..................................................................................
B. KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN .........................................
1. Pengkajian .............................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan .........................................................................
3. Rencana Tindakan Keperawatan ...........................................................
BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu hal yang dinantikan oleh setiap pasangan yang telah menikah,
namun tidaksemua kehamilan dapat berjalan dengan lancar,terdapat beberapa penyulit yang
terjadi selamakehamilan sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi pada kehamilan. Penyakit ini
menyebabkan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga merupakan masalah
kesehatan pada masyarakat..Hipertensi dalam kehamilan dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yag sedikitnya
muncul 2 kali, minimal berjarak 4 jam dalam waktu 1 minggu selama kehamilan (Green,
Carol J.2012). Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul
selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2–3% kehamilan. Kejadian
hipertensipada kehamilan sekitar 5–15%, dan merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas
dan morbiditasibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan.(Yudasmara, 2010).
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan olehhipertensi pada kehamilan antara lain:
kekurangancairan plasma akibat gangguan pembuluh darah,gangguan ginjal, gangguan
hematologis, gangguankardiovaskular, gangguan hati, gangguan pernafasan,sindrom HELLP
(hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count), serta gangguan pada janinseperti
pertumbuhan terhambat, prematuritas hinggakematian dalam rahim.
Yang paling ditakutkan dari hipertensi padakehamilan adalah preeklamsia dan
eklamsiaatau keracunan pada kehamilan yang sangatmembahayakan ibu maupun janinnya.
Namun jika bentuk-bentuk hipertensi diketahui sejak dini dan ditangani secara tepat maka
penyebab morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dapat dikurangi.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan klasifikasi hipertensi pada kehamilam
2. Mengetahui etiologi hipertensi pada kehamilan
3. Mengetahui faktor predisposisi pada klien dengan hipertensi pada kehamilan
4. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi pada kehamilan
5. Mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan klien dengan hipertensi pada kehamilan
6. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi pda kehamilan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum
kehailan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi pada
kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal
disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Tiap gangguan hipertensi
pada kehamilan memiliki perbedaan karakteristik, kriteria diagnostic, resiko mordibilitas dan
moralitas perinatal.

Berdasarkan working group classification system hipertensi pada kehamilan dibedakan


menjadi 4 klasifikasi.(Kennedy & Betsy 2014 )

1. Hipertensi Gestasional
2. Preeklampsia/Eklampsia
3. Sindrom HELLP
4. Eklampsia
5. Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis
6. Hipertensi Kronis

1. Hipertensi Gestasional
a. pengertian

Hipertensi gestasional merupakan hipertensi yang pertamakali terdiagnosis saat


kehamilan, dimana awitaOOOPn hipertensi umumnya terja di setelah usia kehamilan
20 minggu, muncul sebagai penanda kondisi vasospasme khususnya kehamilan, tetapi
tidak mengalami proteinuria atau edema. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik sama dengan atau lebih dari 140mmHg atau tekanan diastole lebih dari
atau sama dengan 90 mmHg.

Disebut sebagai hipertensi gestasional pada kehamilan jika hipertensi pertama


kali terdiagnosis saat kehamilan, bersifat sementara , tidak berkembang menjadi
preeklampsia , dan ibu hamil memiliki tekanan darah normal saat 12 minggu
pascapartum. Atau didiagnosis sebagai hipertensi kronis jika peningkatan tekanan
darah menetap lebih dari 12 minggu pascapatrum

b. Kriteria diagnostik
 Awitan baru hipertensi umumnya setelah usia kehamilan 20 minggu
 Tekanan darah sistol lebih dari atau sama denga 140mmHg atau
 Tekana darah distole lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
c. Patofisiologi
Vasokontriksi arteriol, vasospasme sistemik dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi gestasional. Sirkulasi arteri
terganggu karena adanya segment yang menyempit dan melebaryang berselang
seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya
penurunan suplai darahdan penjempitan pembuluh darah di tempat terjadinya
pelebaran.
2. Preeklampsia/Eklampsia
a. Pengertian
Preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi gestasional yang ditandai dengan
gangguan pada gingal, yang dibuktikan dengan awitan proteinuria (kennedy & beky B
2014).
Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastic yang melibatkan banyak
system dan ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria dan atau
edema (Bobak dkk,2012)
Jadi dapat disimpulkan bahwa preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi
gestasional yang merupakan suatu penyakit vasospastik yang ditandai dengan
hipertensi, proteinuria dan atau edema generalisata yang muncul sejak minggu ke 20
kehamilan sampai minggu ke 6 setelah melahirkan

b. Etiologi

Bukti epidemologi menunjukan bahwa respons mal adaptive imun berperan dalam
etiologi preeklamsia/eklamspsia. Terjadinya preeklamsia dapat disebabkan oleh
respon intravaskuler yang abnolmal atau berlebih terhadap materi genetic asing yaitu
janin dan khususnya jaringan plasenta.
Plasenta juga dapat memainkan peranan penting dalam patogenesis
preeklamsia/eclampsia. Wanita yang hamil dengan pria dari ras yang berbeda
memiliki insiden spreeklamsia yang lebihtinggi. Selainitu, wanita multipara beresiko
mengalami preeklamsia/eclampsia seperti nulipara saat dia mengandung dari
pasangan yang baru.
Disposisi genetik dianggap sangat berperan penting dan terdapat signifikan yang
mendukung disposisi familiar terhadap preeklamsia/eklampsia. Peningkatan jumlah
bukti ini tampak pada riwayat obstetric ibu ,anak perempuan dan cucu perempuan.
Mungkin dapat pewaris ansifat resesif gen tunggal atau gen dominan dari ibu dengan
dominasi inkomplet.

Faktor predisposisi

 Ibu berusia muda yang hamil pertama kali.


 Ibu berusia muda dan mengalami kehamilan kedua tetapi dengan suami yang
berbeda.
 Wanita yang pasangannya pernah memiliki anak dengan wanita lain yang
mengalami preeklampsia saat khamilan anak tersebut.
 Ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal
(hipertensi pembuluh darah ginjal, sindrom nefrotik, penyakit ginjal polikistik
pada orang dewasa).
 Ibu yang mengalami kehamilan kembar.
 Ibu hamil yang menderita diabetes.
 Ibu hamil yang memiliki riwayat preeklampsia.
 Ibu hamil dan kulit hitam dan berusia lebih dari 35 tahun.
 Aantibodi antifosfolipid ).
c. Patofisiologi

Patofisiologi preeklampsia berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan.


Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan plasma darah,
vasodilatasi, penujrunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan
penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsia volume plasma menurun,
sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini
membuat fungsi organ maternal menurun termasuk perfusi ke unit janin.
Uteroplasenta vasospasme siklik dapat menurunkan perfusi organ dan dapat
menghancurkan sel-sel darah merah sehingga kapasitas oksigen mengalami
penurunan. (Bobak,dkk 2012)
Episode vasospasme menyebabkan cedera pada lapisan endotelium pembuluh
darah dan selanjutnya disertai pengendapan trombosit dan pelekatan fibrin ke dinding
sel yang rusak. Kerusakan endotelium pembuluh darah menyebabkan kebocoran
protein dan cairan kapiler sehingga cairan intravaskuler berpindah ke ruang
ektravaskuler. (kennedly & Belsi, 2014).

d. Kriteria Diagnostik
Preeklampsia biasanya dikatagorikan sebagai preeklampsia ringan atau berat ,
terutama didasarkan pada derajat hipertensi atau proteinuria dan apakah sistem
organ lainnya terlibat
1. Preeklampsia Ringan
 Tekanan Darah telah mencapai 140/90 mmHg atau lebih tetapi
kurang dari 160/110 mmHg pada dua waktu yang berbeda dengan interval
4 jam
 Prote1inuria tercatat mencapai 1+ atau sekitar 300mg dalam spesismen
urine 24 jam.
 Kenaikan berat badan lebih dari 2,26 kg/minggu selama trimester
kedua atau lebih 0,9 kg/minggu selama trimester ketiga
 Edema ringan diseluruh tubuh.
2. Preeklampsia Berat
 Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan darah
diastolik 110 mmHg atau lebih.
 Proteinuria menetap 2+ atau lebih ( 500mg/24 jam)
 Pengeluaran urine menurun hingga kurang dari 50 ml dalam 24 jam.
 Sakit kepala berat.
 Masalah penglihatan (skotoma ataupenglihatan kabur).
 Trombositopenia.
 Nyeri epigastri.
 Mual atau muntah.
 Peningkatan enzim hati ALT atau AST.
 Iritabilitas, gelisah atau takut.
 Edema paru disertai gawat napas.
e. Komplikasi

Komplikasi pada ibu dengan preeklampsia terutama berkaitan dengan


memburuknya preeklampsia menjadi eklampsia. Komplikasi pada janin berhubungan
dengan insufiseensi uteroplasenta akut dan kronis misalnya lahir mati atau gawat
janin intra partum serta persalinan dini ( komplikasi prematur )
Saat preeklampsia berat terjadi sebelum usia kehamilan 32 minggu, insidens
komplikasi yang serius oada ibu tergolong tinggi dan kondisi ahir janin dapat buruk,
yang sering kali diakibatkan restriksi pertumbuhan atau asfiksia saat lahir.
Waspadai tanda – tanda berikut : abrupsio plasenta, sindrom HELLP, eklampsia,
koagulasi intravaskuler diseminata, dan gagal ginjal akut

f. Penatalaksanaan Medis

1. Preeklampsia Ringan ( Perawatan di rumah)


 Evaluasi dua kali seminggu, pada saat di rumah sakit atau klinik panatu
tekanan darah, fungsi ginjal dan hati serta trombosit
 Anjurkan untuk beristirahat dalam posisi miring selama 2 hingga 3
jamtanpa gangguan minimal dua kali sehari
 Pastikan ibu dan keluarga mengetahui dan mampu melaporkan tanda
kondisi yang memburuk.

2. Preeklampsia Ringan (Perawatan di rumah sakit )

 Jika memungkinkan , lakukan hospitalisasi untuk mengevaluasi kondisi


janin dan ibu
 Jika cukup bulan atau mendekati cukup bulan lakukan induksi persalinan
 Penatalaksanaan kurang dari usia gestasi 37 minggu masih diperdebatkan ,
dan beberapa mendukung hospitalisasi serta lainnya tirah baring di rumah.
Untuk panatalaksan di rumah, evaluasi dua kali seminggu di rumah sakit
atau klinik dan hospitalisasi bila kondisi berubah
 Tirah baring , terutama miring kiri untuk meningkatkan aliran balik vena dan
memperbaiki perfisi ginjal dan plasenta.
 Diet seeimbang dengan kandungan protein sedang hingga tinggi (80 sampai
100g/hari) untuk mengganti kehilangan protein di dalam urine.
 Pantau tekanan darah, fungsi ginjal dan hatiserta trombosit.
 Pemberian aspirin 85 mg/ hari untuk mencegah preeklampsia berat masih
diperdebatkan, dan manfaat dari penanganan tersebut masih diteliti.

3. Preeklampsia Berat

 Hidralazin, labetol, atau nipedifin untuk mempertahankan tekanan darah


antara 140/90 dan 150/100, sehingga menjaga aliran darah uterus dan
plasenta
 MgSO4 IV untuk mencegah konvulsi..
 Ciptakan lingkungan yang tenang dengan menghindari stimulasi.
 Sediakan kalsium glukonat jika terjadi toksikasi magnesium.
 Penggantian cairan dan elektrolit bila diindikasikan pemeriksaan
laboratorium.
Selain itu, pada usia gestasi 34 minggu atau lebih :
 Induksi persalinan jika kondisi serviks baik, bila tidak lakikan pelahiran
secar
 Betametason atau deksametason jika janin memiliki profil paru imatur .
Sering diberikan bila usia gestasi janin 34 hingga 36 minggu dengan harapan
mengurangi resiko enterokolitis nekrotikansdan sindrome gawat napas
Pada saat usia gestasi 28 hingga 32 minggu :
 Berikan kortikosteroid untuk mempercepat maturitas paru
 Penatalaksanaan yang diharapkan mencakup evaluasi dengan sering dan
pelahiran ketika usia gestasi 34 minggu atau sebelumnya jika terjadi gawat
janin atau gawat ibu.

d. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pengumpulan urine 24 jam untuk memeriksa protein dan atau


bersihankreatinin untuk mendeteksi kerusakanatau pemulihan glomelurus.
2. Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan trombosit untuk mendeteksi
hemokonsentrasi dan memperkirakan derajat cedera.
3. Pemeriksaan fungsi hati untuk mendeteksi apakah terjadi gangguan hati BUN,
asam urat dan kreatinin serum untuk mendeteksi adanya gangguan ginjal dan
mengevaluasi keefektifan penanganan.
4. Elektrolit untuk mendeteksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Pemeriksaan bekuan untuk indikasi trombositopenia atau DIC.
6. Velosimetri Doppler dimulai pada usia 30 hingga 32 minggu untuk skrining
gangguan janin.
7. Ultrasonografi atau sonografi serial untuk mengetahui ukuran dan posisi janin.
8. Amniosentesis untuk mengkaji maturitas paru janin.
9. Nonstress test (NST) dan profil biofisik (BPP) untuk mmenentukan
kesejahteraan janin.
10. Kadar MgSO4 untuk mempertahankan rentang terapeutik dan mencegah
intiksikasi
3. Sindrom HELLP
a. pengertian
Sindrom HELLP merupakan suatu penyakit multisistem adalah suatu bentuk
preeklampsia berat. Sindrom ini diberi nama sesuai dengan abnormalitas
laboratorium utamanya (Hemolisis, Elevated Liver enzymes dan Low Platelets)
b. Etiologi
Penyebab pasti sindrom ini masih belum diketahui.
Beberapa orang meyakini bahwa penumpukan tronbosit pada tempat endotelium
yang rusak yang disebabkan oleh vasospasme berat .
c. Patofisiologi
Sindrom HELLP melibatkan sekelompok manifestasi klinis yang
disebabkan vasospasme arteriol , yang menyebabkan terjadinya anemia hemolitik
mikroangiopati, kerusakan endotelium mikrovaskuler dan aktivasi trombosit
intravaskuler.
Wanita dengan sindrom HELLP sering mengalami gejala nonspesifik atau
tanda yang samar. Umumnya ibu hamil mengeluh hanya merasa tidak enak
badan, merasa seperti flu, mual, nyeri epigastrik atau nyeri kuadran kanan atas.
Ibu hamil mungkin tidak mengalami hipertensi. Selain itu proteinuria dapat tidak
ada atau hasil dipstick urine hanya 1+. Ibu hamil ini sangat sakit tetapi sering
salah didiagnosasebagai flu, gastroenteritis, apendisitis, hepatitis virus, penyakit
kandung empedu atau pielonefritis

d. Ktiteria diagnostik
Diagnosis berdsarkan pada adanya
 Hemolisis
 Apus periper abnormal
 Laktat dehidrogenesis > 600 U/L
 Bilirubin total lebih dari 1,2 mg/dl
 Peningkatan enzim hati
 Ast serum > 70 unit/l
 Laktat dehidrogenase >600 U/l
 Trombosit rendah < 150.000
e. komplikasi
 Hemoragi spontan dan hemoragi pascapartum
 Perkembangan superimposed DIC
 Abrupsio plasenta
 Gagal ginjal
 Edema paru
 Ruptur uteri

4. Eklampsia
a. Pengertian
Eklampsia didefinisikan sebagai awitan aktifitas kejang atau koma
pada ibu hamil yang berdiagnosis hipertensi gestasional atau
preeklampsia, tanpa riwayat patologis neulogi sebelumnya (kenned &
besty B 2014).
Eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeklampsia tanpa didahului gangguan neurologis.
(Bobak dkk, 2012).
Eklampisa merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih
berat yaitu dapat kejang seluruh tubuh dan koma
.
b. Etiologi
Eklampsia menggambarkan perburukan preeklampsia disertai
penurunan fungsi yang cepat pada beberapa organ dan sistem
c. Patofisiologi
Eklampsia merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih
berat , yaitu dapat terjadi kejang seluruh tubuh atau koma. Kejang
dapat terjadi ketika terdapat muatan listrik berlebihan yang tidak
sinkron padaneuron dalam sistem saraf pusat

d. Kriteria Diagnostik
Diagnosa berdasarkan pada adanya
 Kriteria diagnosa pada eklampsia
 Adanya kejadia konvulsi yang melibatkan hal berikut
❖ Kedutan awal pada otot wajah.
❖ Gangguan kontraksi otot dengan mengepalkan tangan
dan menggerakangigi dan kemudian relax.
❖ Pernapasan yang berhenti dan kemudian mulai lagi
dengan napas yang dalam, berat dan berbunyi.
❖ Koma yang dapat berlanjut dan berlangsung selama 2
sampai 3 menit hingga beberapa jam.
 Tidak ditemukan kemungkinan etiologi kejang yang lain
e. Komplikasi
Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka kematian ibu
10 kali lipat dan kematian janin 40 kali lipat. Penyebab kematian ibu
karena eklampsia adalah kolaps sirkulasi (henti jantung, edema paru,
syok), perdarahan otak dan gagal ginjal. Janin biasanya meninggal
karena hipokxia, asodosis atau solusio plasenta

f. Penatalaksanaan Medis
1. Segera Pastikan Kesejahteraan Ibu
 Masukan alat jalan napas melalui mulut atau penekanan lidah
yang dibalut untuk memperkecil lidah tergigit dan memastikan
jalan napas yang paten
 Mulai penghisapan orofaring begitu dapat dipastikan pasen
tidak akan menggigit
 Kendalikan pasen dengan lembut untukmencegah trauma
tulang atau jaringan linak
 Berikan oksigen
2. Kendalikan kejang
 Magnesium sulfat diberikan dengan dosis muatan 4 – 6 g IV
diikuti oleh infus IV 1,5 – 2 g/jam , untuk mencapai kadar
terapeutik 4,8 – 8,4 mg/dl
 Jika kejang terjadi lagi > 20 menit, pertimbangkan pemberian
diazepam 5 – 10 mg IV atau amobarbital sampai 250mg
3. Kendalikan hipertensi biasanya dimulai hanya untuk diastolik >110
dan dengan target diastolik 90 -100
5. Preeklampsia yang Menyertai Hipertensi Kronis
a. pengertian

Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis didefinisikan sebagai kejadian


preeklampsia pada ibu hamil yang mengalami hipertensi kronis, dan dapat
berkembang menjadi eklampsia.

b. Kriteria diagnostik

Diagnosis ini paling mungkin terjadi jika terdapat temuan berikut :

 Awitan proteinuria (300 mg atau lebih atau dipstik urine


1+atau lebih dalam 24 jam ).
 Pada ibu yang kehamilannya kurang dari 20 minggu
disertaihipertensi tetapi tdk mengalami proteinuria.
 Hipertensi dan proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
 Peningkatan proteinuria yang tiba- tiba.
 Peningkatan tekanan darah yang tiba- tiba pada ibu yang
memiliki hipertensi yang terkontrol baik sebelumnya.
 Trombositopenia : trombosit kurang dari 100.000 sel/mm).
 Peningkatan ALT atau AST ke kadar abnormal.

c. Komplikasi

Prognosis baik pada ibu maupun janin jauh lebih buruk dibanding pada
hipertensi kronis atau preeklamsia saja. Resiko abrupsio plasenta meningkat
pada ibu hamil dengan penyakit ini, janin beresiko lebih tinggi mengalami
restriksi pertumbuhan dibanding pada kondisi preeeklampsia atau hipertensi
kronis saja.

.
6. Hipertensi Kronis
a. Pengertian
Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang telah ada dan dapat
diobservasi sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20
minggu.
b. Etiologi
Kira – kira 80% hipertensi kronik adalah idiopatik dan 20 % karena penyakit
Ginjal.
c. Kriteria diagnostik
 Tekanan Darah sistolik lebih dari 140 mmHg
 Tekanan Darah diastolik lebih dari 90mmHg
 Hipertensi sudah ada dan dapat diobservasi sebelum kehamilan
 Didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu
 Menetap lebih dari 12 minggu pascapartum
d. Penatalaksanaan Medis
Pasen obstetrik dengan penyakit ginjal atau kardiovaskuler hipertensi kronis
harus ditangani serupa dengan pasen preeklampsia. Banyak pasen tersebut akan
mengalami superimposed preeklampsia, dan tidak mungkin menentukan masalah
dasar sebenarnyasampai paling sedikit 3– 4 bulan setelah melahirkan, ketika
pemeriksaan dan penelitian yang tepat dapat dilakukan.
Jika tekanan darah diastolik melebihi 100 mmHg, mulailah pemberian
obat anti hipertensi untuk mencegah stroke atau gagal jantung pada ibu.

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN

Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam
melakukan proses terapeutik yaitu proses nkeperawatan . proses keperawatan dipakai
untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistemik dalam
mengatasi masalah keperawatan yang ada.

1. Pengkajian
Pengumpulan data
Data – data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi komponen-komponen berikut:
a. Identitas Ibu
Faktor-faktor seperti paritas, usia, dan lokasi geografis perlu dikaji. Wanita yang
baru menjadi ibu atau ibu dengan pasangan baru lebih mudah terkena
preeklampsia, wanita berusia < dari 18 tahun dan > 35 tahun memiliki insiden
preeklampsia yang sangat tinggi.
b. Keluhan Utama
Ibu dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan seperti sakit kepala
terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata
kabur, proteinuria, peka terhadap cahaya dan nyeri uluhati.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala, diplopia, nyeri abdomen atas,
oliguria (< 400 ml/24 jam) serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
apakah ibu hamil menderita diabetes, penyakit ginjal, rematoid artitis, lupus atau
skleroderma serta perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apakah
tindakan yang telah dilakukan untuk menghilangkan keluham tersebut.

d. Riwayat Penyakit Terdahulu


Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit seperti hipertensi kronis,
obesitas, ansietas, angina pektoris, dispnea, hematuria, nokturia dan sebagainya.
Ibu beresiko 2 kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang menderita penyakit
ini.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang dapat menjadoi penyebab jantung hipetensi dalam kehamilannya. Dari hasil
penmelitian diketahui adanya hubungan genetik yang menjadi pencetus penyakit
hipertensi pada kehamilan.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan ibu terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana prilaku ibu terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
g. Riwayat Maternal
Insidens preeklampsia tinggi pada wanita yang memiliki janin kembar.
h. Pemeriksaan Fisik Data Fokus
 Pemeriksaan tekanan darah yang akurat dan konsisten penting untuk
menentukan nilai dasar dan memantau perubahan kecii sepanjang masa
hamil. Bandingkan tekanan darah dasar dengan rentang tekanan darah yang
dicatat sepanjang kehamilan ibu. Idealnya tekanan darah dasar dicatat
sebelum ibu mengalami kehamilan.
 Pemeriksaan adanya edema diseluruh area tubuh (termasuk tangan dan kaki)
dan khususnya area wajah, abdomen, dan sakrum. Edema dinilai dari
distribusi, derajat dan pittius. Jika di periorbital atau wajah tidak jelas, ibu
ditanya apakah edemanya berlebih ketika baru bangun tidur. Edema dapat
digambarkan sebagai dependen yaitu edema pada bagian bawah atau bagian
tubuh yang dependen sedangkan edema pitting meninggalkan lekukan kecil
setelah bagian yang bengkak ditekan dengan jari.
 Periksa reflek tendon profunda (reflek lutut) reflek ini terdiri dari reflek bisep
dan patela serta klonus pada pergelangan kaki yang berfungsi sebagai dasar
untuk menentukan tanda awal toksisitas magnesium suifal. Reflek platela
dilakukan dengan tungkai bawah ibu tergantung bebas atau dengan ibu
berbaring miring dengan lutut sedikit fleksi, ketukan dengan martil diarahkan
ke tendon patela, respon normal ialah ekstensi atau menendang. Untuk
mengkaji reflek klonus dipergelangan kaki tungkai harus ditopang dengan
lutut yang difleksi dengan posisi ini dipertahankan selama beberapa saat,
kemudian kaki dilepaskan. Respon normal bila tidak ada gerakan osilasi
ritmis.
i. Pemeriksaan Sistem Tubuh
 B1 (breating)
Pernapasan meliputi sesak napas sehabis aktivitas, batu dengan atau tanpa sputum,
riwayat meroko, penggunaan obat bantu pernapasan, adanya bunyi napas
tambahan, dan sianosis.

 B2 (blood)
Gangguan fungsi kardiovaskuler padadasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik
dan operubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah
terganggu sehingga waktu trombin menjadi memanjang. Gejala yang paling khas
adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya
kadar antritrombin III, sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit
jantung koroner, episode palpitasi, peningkatan tekanan darah, tahikardi, terdengar
murmur, kadang bunyi jantung S2 pada dasar, S3 dan S4, denyut nadi jelas di
karotis, jugularis, radialis, stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis dan pada suhu dingin.
 B3 (brain)
Lesi di otak ini sering terjadi karena pecahnya pembuluh akibat hipertensi.
Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT- Scan atau MRI. Otak
akan mengalami edema vasogenuik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga
memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat
bertahan dalam jangkan waktu seminggu. Integritas ego meliputi cemas, depresi,
eforia, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernapasan menghela, dan
peningkatan pola bicara. Neorosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut,
salit kepala suboksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan
penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, serta kenaikan tekanan pada
pembuluh darah serebral.
 B4 (bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes melitus, riwayat penggunaan obat diuretik
juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan
permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat melekul tinggi.
Sebagaian besar penelitian bipsi ginjal menunjukan pembengkakan endotel kapiler
glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik
peroporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab
meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
 B5 (bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung
tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol.
 B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
suboksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada dan nyeri efigastik (ulu hati).
j. Pemeriksaan Untuk Menentukan Status Janin
Perfusi uretroplasenta menurun pada ibu yang menderita preeklampsia,
sehingga hal ini membahayakan janin. Denyut jantung janin harus diperiksa untuk
menentukan nilai dasar, variabilitas, perubahan periodik dan tidak periodik.
Pemantauan biofisik atau biokimiawi untuk mengetahui keadaan janin bisa di
programkan, hitung pergerakan janin, pemeriksaan tidak stres (nonstres tes NST)
k. Pemeriksaan Diagnostik
 Sel darah putih (SDP)
 Hemoglobin dan hematokrit (Hb dan Ht)
 Gas Darah Arteri (GDA)
 Laju endap darah (LED)
 Elektrokardiografi (EKG)
 Echokardiografi (EEG)
 Pencitraan jantung radionukkleotida
 Amniosintesis
 Seri ultrasonografi
 Tes presor supine
 Kreatinin serum
 Tes urine lengkap
 Strees kontraksi
 Tes cairan amniotik ultrasonografi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umu untuk ibu dengan gangguan hipertensi pada
kehamilan hal-hal berikut.
1. Perubahan perfusi jaringan atau organ: menurun berhubungan dengan vasospasme
siklik, edema serebral, perdarahan.
2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari
sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin.
4. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan
vaskular sistemik.
5. Risiko terjadinya cedera ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat
(SSP) akibat edema otak,vasospasme, penurunan perfusi ginjal, terafi mgnesium
sulfat dan artihipertensi.
6. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan insufiensi uteroplasenta, kelahiran
prematur, solusio plasenta.
3. Rencana tindakan keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia ibu.
 Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan perubahan
perfusi jaringan dapat teratasi.
 Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Tidak ada penurunan frekuensi jantung janin.
b. Tekanan darah normal.
c. Ibu hamil bebas edema patologis.

 Rencana asuhan keperawatan


 Perhatikan faktor-faktor risiko individu dan status kesehatan ibu
sebelum hamil.
 Kaji tekanan darah dan nadi. Perhatikan adanya sianosis membran
mukosan dan dasar kuku, intoleransi aktivitas dan tanda-tanda
dekompensasi seperti penambahan berat badan berlebih, batuk tidak
jelas, krekels, hemoptisis, peningkatan nadi dan frekuensi pernapasan.
 Berikan informasi tentang penggunaan posisi tagak yang diubah
selama tidur dan istirahat.
 Pertahankan tirah baring total dengan posisi miring.
 Pantau asupan oral dan infus MGSO4, pantau keluran urine dan patau
adanya edema yang terlihat.
 Kaji aliran darah uterus atau janin dengan menggunakan Non-Stress
Test (NST) ataupun Contraction Stress Test (CST), periksa kadar
estriol dan hitung denyut jantung janin (DJJ).
 Rasional
 Adanya masalah-masalah jantung dapat dipengaruhi oleh peningkatan
kebutihan sirkulasi selama kehamilan yang dapat mengakibatkan
kerusakan oksigenisasi jaringan.
 Keadaan tersebut menandakan kegagalan jantung awal dan hipoksia.
 Memudahkan ibu hamil bernafas dengan menentukan tekanan karena
pembesaran uterus pada diagfragma dan membantu meningkatkan
diameter vertikal untuk ekspansi paru, membantu mencegah statis vena
pada ektremitas bawah.
 Tirah baring menyebabkan aliran darah oteroplasenta yang sering kali
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis.
 Magnesium sulfat (MGSO4) adalah obat anti kejang yang bekerja pada
sanbungan mioneural dan merelaksasi vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan perfusi ginjal serta mobilisasi
cairanektraseluler (edema dan diuresis).
 Hipoksia uterus atau plasenta akan menurunkan aktivitas janin dan
DJJ. Hipoksia dapat meningkatkan penurunan kadar estriol.

2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari


sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
 Tujuan : tidak terjadi kelebihan volume cairan (Ektrasel)
 Kriteria hasil yang diharapkan
a. Elektrolit serum dalam batas normal.
b. BUN serum, kreatinin, dan asam urat dalam rentang yang aman.
c. TD stabil.
d. Suhu dalam batas normal.
e. Pengeluaran urine lebih dari 30 ml/jam.
f. Bunyi paru bersih saat di auskultasi.
g. Tidak ada edema anasarka.
 Rencana asuhan keperawatan
 Timbang berat badan pada setiap kunjungan pranatal, dengan
menggunakan timbangan yang sama.
 Kaji pola penambahan berat badan.
 Kaji adanya edema anasarka atau pitting.
 Tanya pada ibu apakah wajahnya tampak lebih bulat atau bengkak
dan apakah cincin ibu lebih sempitbdari biasanya.
 Kaji warna dan jumlah urine tiap jam serta pada interval 24-jam, jika
ibu dirawat di rumah sakit.
 Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya mempertahankan pencatatan
asupan dn haluaran.
 Jelaskan tentang konsumsi natrium dalam diet.
 Anjurkan untuk mempertahankan asupan oral yang adekuat.
 Anjurkan untuk memasukkan protein yang adekuat kedalam diet.
 Berkolaborasi untuk pemberian cairan intravena sesuai program.
 Rasional
 Penimbangan berat badan adalah indikator yang bbaik dalam
penambahan atau kehilangan cairan.
 Penambahan berat badan normal selama trimester kedua dan tiga
adalah sedikit kurang dari 0,5 kg tiap minggu. Penambahan berat
badan sebesar 2 kg/minggu. Secara tiba-tiba biasanya berhubungan
dengan pre-eklampsia.
 Edema anasarka merupakan kondisi abnormal. Adanya edema pitting
pada area pretibial, wajah, tangan, dan sakrum ada;lah indikator
retensi cairan.
 Ibu mungkin orang pertama yang mengenali tanda retensi cairan,
namun anggota keluarga seringkali melihat dan memberikan komentar
bahkan sebelum ibu mengetahuinya.
 Urine akan bertambah pekat bila cairan pindah dari ruangan
intravaskuler ke ektrasel. Ketika berada di dalam jaringan, cairan
tidak dihantarkanke di filtrasi oleh, atau dikeluarkan dari ginjal. Pada
saat filtrasi glomerulus berkurang dan ginjal mengalami kerusakan,
haluaran urine akan menurun dan urine menjadi pekat serta ada warna
darah. Debris sel mungkin terlihat.
 Membantu ibu mengendalikan situasi dengan berpartisipasi aktif
dalam perawatan diri. Dengan mempertahankan pencatatan secara
akurat dapat membantu perawat menentukan status cairan dan
kebutuhan intervensi.
 Asupan natrium berlebih dapat meningkatkan retensi cairan. Natrium
tidak dibatasi, namun tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.
 Meskipun terdapat kelebihan cairan di dalam jaringan, sitem
itravaskular kekurangan cairan.
 Kehilangan protein melalui urine harus diganti untuk membantu
perbaikan jaringan dan mempertahankan energi.
 Meskipun terdapat kelebihan cairan di dalam jaringan, sistem
itravaskular kekurangan cairan.penggantian volume cairan
berdasarkan pada haluaran urine dan kehilangan cairan yang tidak
disadari.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin.
 Tujuan : kesehatan ibu dan janin baik.
 Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Melaporkan penggunaan teknik relaksasi dan stategi koping lain.
b. Mengungkapkan ketakutan dan kecemasan dengan bebas.
➢ Rencana asuhan keperawatan
 Kaji pengalaman PRH sebelumnya.
 Kaji pengetahuan PRH.
 Kaji pengetahuan dan penggunaan relaksasi, pernapasan, dan
teknik/strategi koping lain.
 Kaji faktor yang menyebabkan ansietas pada ibu.
 Kaji sistem dukungan ibu.
 Ajarkan relaksasi, pernapasan, dan strategi koping lain.
 Berikan obat sesuai program.
➢ Rasional
 Untuk mengetahui apakah ibu memiliki pengalaman positif atau
negatif terkait PRH sebelumnya yang mempengaruhi reaksi ibu
terhadap kondisi saat ini.
 Ibu mungkin mendapatkan perawatan di rumah sebelum masuk ke
rumah sakit, mendengar informasi dari individu lain, mencari tahu
melalui internet, atau mendapatkan penyuluhan mengenai PRH pada
saat diruangan dokter. Perawat memerlukan data dasar untuk
menyesuaikan rencana penyuluhan dan menghilangkan
kesalahpahaman guna mengurangi ketakutan dan ansietas.
 Menyediakan data dasar untuk merencnakan asuhan atau
menggunakan apa yang telah diketahui ibu. Strategi yang pernah
berhasil sebelumnya kemungkinan besar akan berhasil untuk
menghadapi situasi yang menyebabkan stres pada ibu saat ini.
 Untuk menentukan faktor yang perlu dihindari atau diubah guna
mencegah peningkatan ansietas selama stres berlangsung.
 Untuk mengetahui apakah ibu memiliki sistem dukungan yang adekuat
atau perlu dirujuk ke bantuan di masyarakat.
 Membantu mencegah ansietas, memberikan sesuatu pada ibuuntuk ia
perhatikan, dan mengalihkan perhatian ibu dari rasa takut, yang
membantu meningkatkan perfusi jaringan.
 Dokter dapat meresepkan obat-obatan yang membantu ibu untuk relaks
dan beristirahat.
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan
vaskuler sistemik.
➢ Tujuan : diharapkan resiko penurunan curah jantung tidak terjadi.
➢ Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Tekanan darah normal.
b. Ibu hamil bebas dari gelaja-gejala palpitasi, dispnea dan angina
pektoris.
c. Bunyi napas dan bunyi jantung normal.
➢ Rencana asuhan keperawatan.
 Pantau klasifikasi hipertensi fungsional ibu hamil.
 Pantau tanda-tanda vital ibu hamil.
 Auskultasi bunyi napas ibu hamil.
 Evakuasi DJJ, jumlah gerakan janin setiap hari, dan hasil NST
indikasi.
 Berikan informasi tentang perlunya istirahat yang adekuat (8-10jam
pada malam hari dan ½ jam setiap habis makan).
 Selidiki adanya keluhan nyeri dada dan palpitasi. Anjurkan
pembatasan kafein dengan tepat.
 Kaji adanya bukti venostasis dengan adanya edema. Intruksikan ibu
hamil meninggikan kaki bila duduk secara periodik.
 Kaji dan pantau jumlah dan kosentrasi keluaran dan berat jenis urine.
 Anjurkan ibu hamil menggunakan posisi miring kiri.
 Berkolabolasi pemberian obat-obatan seperti digitalis glikosida
(digoksin atau dogotoksin) atau propanolol sesuai indikasi.
 Berkolaborasi dan kaji fungsi plasenta dengan pemeriksaan kadar
estriol serum urine (CST dan NST).
 Tinjau keadaan EKG.
 Anjurkan penggunaan stoking antitrombolitik.
 Pantau tekanan hemodinamik dengan pengukuran tekanan vena
central atau central venous pressure (CPV).
➢ Rasional
 Bermanfaat untuk mengidentifikasi keadaan atau kondisi ibu hamil
dan kebutuhan-kebutuhan ibu hamil.
 Mengetahui adanya dekompensasi jantung karena intoleransi terhadap
beban sirkulasi, infeksi atau ansietas.dekompensasi jantung dapat
terlihat dari perubahan tanda-tanda vital ibu hamil seperti peningkatan
suhu, peningkatan nadi dan peningkatan tekanan darah.
 Ibu hamil dengan gangguan jantung pada klasifikasi III dan IV, dapat
mengalami gagal jantung kongestif (GJK) dan kemungkinan
gangguan pernapasan.
 Mengetahui adanya hipoksia janin akibat kompensasi jantung ibu
yang bisa terlihat dari tahikardia ataupun bradikardia, serta reduksi
aktivitas jantung.
 Meminimalkan stres jantung dan menghemat energi, khususnya untuk
ibu hamil dengan gangguan jantung kelas IV yang memerlukan tirah
baring selama kehamilan.
 Ibu hamil dengan prolapskutup mitral dapat terjadi aritmia, terlihat
dari adanya nyeri dada dan palpitasi.pembatasan kafein dapat
menurunkan frekuensi terjadinya gangguan jantung.
 Pemberian posisi kaki dapat m,engurangi terjadinya venostasis.
 Masalah kardiovaskuler dapat memengaruhi fungsi ginjal,
mengakibatkan oliguria/anuria, atau peningkatan berat jenis urine.
 Hipotensi supine pada titik kehilangan kesadaran dapat dicegah bila
ibu hamil menghindari posisi terlentang dan mengadopsi posisi
istirahat rekumben lateral.
 Diglitalis glikosida dapat memaksimalkan kontraksi ventrikel, tetapi
peningkatan volume plasma dapat menurunkan kadar obat dalam
sirkulasi sehingga dibutuhkan peningkatan dosis atau frekuensi
pemberian. Digitalis mempunyai efek langsung pada miometrium,
sering menyebabkan persalinan awal serta waktu persalinan lebih
pendek. Propanolol dapat digunakan untuk mengontrol distrimia
berkenaan dengan prolaps katup mitral (dalam penelitian, obat-obatan
ini belum jelas diketahui keamanan penggunaannya pada ibu hamil).
 Penurunan fungsi jantung dapat mempengaruhi fungsi plasenta.
 Dapat menunjukan keadaan patologis bila terjadi dekompensasi
jantung seperti ditritmia.
 Meningkatkan aliran balik vena dan membatasi statis vena.
 CVP untuk mengukur aliran balik vena atau volume sirkulasi.
5. Risiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat
(SSP).
➢ Tujuan : diharapkan tidak terjadicedera pada ibu.
➢ Kriteria hasil yang diharapkan : Ibu hamil tidak mengalami kejang.
➢ Rencana asuhan keperawatan
 Dapatkan data-data dasar (misalnya klonus)
 Memantau pemberian terapi intravena MgSO4 dan kadar serum
MgSO4.
 Kaji adanya kemungkinan keracunan MgSO4.
 Pertahankan lingkungan yang tenang, gelap dan nyaman.

➢ Rasional
 Data-data dasar digunakan untuik memantau hasil terapi.
 Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat antikejang yang bekerja pada
sambungan mioneural dan merelakan vasospasme.
 Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat
menyebabkan depresi pernapasan berat.
 Rangsangan kuat, misalnya cahaya tgerang dan suara keras dapat
menimbulkan kejang.
6. Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress.
➢ Tujuan : Diharapkan tidak terjadi cedera pada janin.
➢ Kriteia hasil yang diharapkan : Denyut jantung janin (DJJ) normal adalah
120-160 x/menit.
➢ Rencana asuhan keperawatan.
 Monotot DJJ sesuai indikasi.
 Kaji pertumbuhan janin.
 Jelaskan adanya tanda-tanda solusio plasenta (nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, dan aktivitas janin menurun)
 Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.
➢ Rasional
 Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoksia, prematur, dan
solusio plasenta.
 Penurunan fungsi plasenta bisa mengakibatkan karena hipertensi.
 Ibu dapat mengetahui tanda dan gejalasolusio plasenta dan tahu akibat
hipoksia bagi janin.
 Reaksi terapi dapat menurunkan pernapasan jani dan fungsi jantung
serta aktivitas janin.
 USG dan NST untuk mengetahui keadaan/ kesejahtraan janin.
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi
sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi
pada kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah
maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin.

Berdasarkan working group classification system hipertensi pada kehamilan


dibedakan menjadi 4 klasifikasi.,yaitu hipertensi gestasional, preeklampsia/eklampsia,
hipertensi yang menyertai preeklampsia dan hipertensi kronis, yang paling ditakutkan dari
hipertensi pada kehamilan adalah preeklamsia dan eklamsia atau keracunan pada kehamilan
yang sangat membahayakan ibu maupun janinnya .

Komplikasi pada ibu dengan preeklampsia terutama berkaitan dengan memburuknya


preeklampsia menjadi eklampsia. Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka
kematian ibu 10 kali lipat dan kematian janin 40 kali lipat.

Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan
proses terapeutik yaitu proses keperawatan . proses keperawatan dipakai untuk membantu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dalam mengatasi
masalah keperawatan yang timbul akibat penyakit hipertensi pada kehamilan

.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak , Lowdermilk , Jensen . (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas . Jakarta : EGC Green,

Carol J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir .Jakarta : EGC

Kennedy & Betsy . (2014) . Modul Manajemen Intrapartum . Jakarta :EGC Ralph C

& Martin L . (2009). Buku Saku Obstetri & Ginekologi . Jakarta : EGC Sinclair

Constance. (2010). Buku Saku Kebidanan . Jakarta : EGC

Serri Hutabean . (2013). Perawatan Antenatal . Jakarta : Salemba Medika


S. Elizabeth R & Jason W. (2012). Patologi pada Kehamilan Manajemen & Asuhan
Kebidanan .Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai