Dengan rasa syukur yang mendalam atas segala limpahan rahmat dan karunia yang
diberikan Tuhan, kelompok dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hipertensi dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu keperawatan maternitas. Kelompok
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kelompok menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Penyusun
Kelompok 7
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu hal yang dinantikan oleh setiap pasangan yang telah menikah,
namun tidaksemua kehamilan dapat berjalan dengan lancar,terdapat beberapa penyulit yang
terjadi selamakehamilan sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi pada kehamilan. Penyakit ini
menyebabkan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga merupakan masalah
kesehatan pada masyarakat..Hipertensi dalam kehamilan dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yag sedikitnya
muncul 2 kali, minimal berjarak 4 jam dalam waktu 1 minggu selama kehamilan (Green,
Carol J.2012). Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering muncul
selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2–3% kehamilan. Kejadian
hipertensipada kehamilan sekitar 5–15%, dan merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas
dan morbiditasibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan.(Yudasmara, 2010).
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan olehhipertensi pada kehamilan antara lain:
kekurangancairan plasma akibat gangguan pembuluh darah,gangguan ginjal, gangguan
hematologis, gangguankardiovaskular, gangguan hati, gangguan pernafasan,sindrom HELLP
(hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count), serta gangguan pada janinseperti
pertumbuhan terhambat, prematuritas hinggakematian dalam rahim.
Yang paling ditakutkan dari hipertensi padakehamilan adalah preeklamsia dan
eklamsiaatau keracunan pada kehamilan yang sangatmembahayakan ibu maupun janinnya.
Namun jika bentuk-bentuk hipertensi diketahui sejak dini dan ditangani secara tepat maka
penyebab morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dapat dikurangi.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan klasifikasi hipertensi pada kehamilam
2. Mengetahui etiologi hipertensi pada kehamilan
3. Mengetahui faktor predisposisi pada klien dengan hipertensi pada kehamilan
4. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi pada kehamilan
5. Mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan klien dengan hipertensi pada kehamilan
6. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi pda kehamilan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum
kehailan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi pada
kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal
disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Tiap gangguan hipertensi
pada kehamilan memiliki perbedaan karakteristik, kriteria diagnostic, resiko mordibilitas dan
moralitas perinatal.
1. Hipertensi Gestasional
2. Preeklampsia/Eklampsia
3. Sindrom HELLP
4. Eklampsia
5. Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis
6. Hipertensi Kronis
1. Hipertensi Gestasional
a. pengertian
b. Kriteria diagnostik
Awitan baru hipertensi umumnya setelah usia kehamilan 20 minggu
Tekanan darah sistol lebih dari atau sama denga 140mmHg atau
Tekana darah distole lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
c. Patofisiologi
Vasokontriksi arteriol, vasospasme sistemik dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi gestasional. Sirkulasi arteri
terganggu karena adanya segment yang menyempit dan melebaryang berselang
seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya
penurunan suplai darahdan penjempitan pembuluh darah di tempat terjadinya
pelebaran.
2. Preeklampsia/Eklampsia
a. Pengertian
Preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi gestasional yang ditandai dengan
gangguan pada gingal, yang dibuktikan dengan awitan proteinuria (kennedy & beky B
2014).
Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastic yang melibatkan banyak
system dan ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria dan atau
edema (Bobak dkk,2012)
Jadi dapat disimpulkan bahwa preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi
gestasional yang merupakan suatu penyakit vasospastik yang ditandai dengan
hipertensi, proteinuria dan atau edema generalisata yang muncul sejak minggu ke 20
kehamilan sampai minggu ke 6 setelah melahirkan
b. Etiologi
Bukti epidemologi menunjukan bahwa respons mal adaptive imun berperan dalam
etiologi preeklamsia/eklamspsia. Terjadinya preeklamsia dapat disebabkan oleh
respon intravaskuler yang abnolmal atau berlebih terhadap materi genetic asing yaitu
janin dan khususnya jaringan plasenta.
Plasenta juga dapat memainkan peranan penting dalam patogenesis
preeklamsia/eclampsia. Wanita yang hamil dengan pria dari ras yang berbeda
memiliki insiden spreeklamsia yang lebihtinggi. Selainitu, wanita multipara beresiko
mengalami preeklamsia/eclampsia seperti nulipara saat dia mengandung dari
pasangan yang baru.
Disposisi genetik dianggap sangat berperan penting dan terdapat signifikan yang
mendukung disposisi familiar terhadap preeklamsia/eklampsia. Peningkatan jumlah
bukti ini tampak pada riwayat obstetric ibu ,anak perempuan dan cucu perempuan.
Mungkin dapat pewaris ansifat resesif gen tunggal atau gen dominan dari ibu dengan
dominasi inkomplet.
Faktor predisposisi
d. Kriteria Diagnostik
Preeklampsia biasanya dikatagorikan sebagai preeklampsia ringan atau berat ,
terutama didasarkan pada derajat hipertensi atau proteinuria dan apakah sistem
organ lainnya terlibat
1. Preeklampsia Ringan
Tekanan Darah telah mencapai 140/90 mmHg atau lebih tetapi
kurang dari 160/110 mmHg pada dua waktu yang berbeda dengan interval
4 jam
Prote1inuria tercatat mencapai 1+ atau sekitar 300mg dalam spesismen
urine 24 jam.
Kenaikan berat badan lebih dari 2,26 kg/minggu selama trimester
kedua atau lebih 0,9 kg/minggu selama trimester ketiga
Edema ringan diseluruh tubuh.
2. Preeklampsia Berat
Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan darah
diastolik 110 mmHg atau lebih.
Proteinuria menetap 2+ atau lebih ( 500mg/24 jam)
Pengeluaran urine menurun hingga kurang dari 50 ml dalam 24 jam.
Sakit kepala berat.
Masalah penglihatan (skotoma ataupenglihatan kabur).
Trombositopenia.
Nyeri epigastri.
Mual atau muntah.
Peningkatan enzim hati ALT atau AST.
Iritabilitas, gelisah atau takut.
Edema paru disertai gawat napas.
e. Komplikasi
f. Penatalaksanaan Medis
3. Preeklampsia Berat
d. Pemeriksaan Diagnostik
d. Ktiteria diagnostik
Diagnosis berdsarkan pada adanya
Hemolisis
Apus periper abnormal
Laktat dehidrogenesis > 600 U/L
Bilirubin total lebih dari 1,2 mg/dl
Peningkatan enzim hati
Ast serum > 70 unit/l
Laktat dehidrogenase >600 U/l
Trombosit rendah < 150.000
e. komplikasi
Hemoragi spontan dan hemoragi pascapartum
Perkembangan superimposed DIC
Abrupsio plasenta
Gagal ginjal
Edema paru
Ruptur uteri
4. Eklampsia
a. Pengertian
Eklampsia didefinisikan sebagai awitan aktifitas kejang atau koma
pada ibu hamil yang berdiagnosis hipertensi gestasional atau
preeklampsia, tanpa riwayat patologis neulogi sebelumnya (kenned &
besty B 2014).
Eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeklampsia tanpa didahului gangguan neurologis.
(Bobak dkk, 2012).
Eklampisa merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih
berat yaitu dapat kejang seluruh tubuh dan koma
.
b. Etiologi
Eklampsia menggambarkan perburukan preeklampsia disertai
penurunan fungsi yang cepat pada beberapa organ dan sistem
c. Patofisiologi
Eklampsia merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih
berat , yaitu dapat terjadi kejang seluruh tubuh atau koma. Kejang
dapat terjadi ketika terdapat muatan listrik berlebihan yang tidak
sinkron padaneuron dalam sistem saraf pusat
d. Kriteria Diagnostik
Diagnosa berdasarkan pada adanya
Kriteria diagnosa pada eklampsia
Adanya kejadia konvulsi yang melibatkan hal berikut
❖ Kedutan awal pada otot wajah.
❖ Gangguan kontraksi otot dengan mengepalkan tangan
dan menggerakangigi dan kemudian relax.
❖ Pernapasan yang berhenti dan kemudian mulai lagi
dengan napas yang dalam, berat dan berbunyi.
❖ Koma yang dapat berlanjut dan berlangsung selama 2
sampai 3 menit hingga beberapa jam.
Tidak ditemukan kemungkinan etiologi kejang yang lain
e. Komplikasi
Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka kematian ibu
10 kali lipat dan kematian janin 40 kali lipat. Penyebab kematian ibu
karena eklampsia adalah kolaps sirkulasi (henti jantung, edema paru,
syok), perdarahan otak dan gagal ginjal. Janin biasanya meninggal
karena hipokxia, asodosis atau solusio plasenta
f. Penatalaksanaan Medis
1. Segera Pastikan Kesejahteraan Ibu
Masukan alat jalan napas melalui mulut atau penekanan lidah
yang dibalut untuk memperkecil lidah tergigit dan memastikan
jalan napas yang paten
Mulai penghisapan orofaring begitu dapat dipastikan pasen
tidak akan menggigit
Kendalikan pasen dengan lembut untukmencegah trauma
tulang atau jaringan linak
Berikan oksigen
2. Kendalikan kejang
Magnesium sulfat diberikan dengan dosis muatan 4 – 6 g IV
diikuti oleh infus IV 1,5 – 2 g/jam , untuk mencapai kadar
terapeutik 4,8 – 8,4 mg/dl
Jika kejang terjadi lagi > 20 menit, pertimbangkan pemberian
diazepam 5 – 10 mg IV atau amobarbital sampai 250mg
3. Kendalikan hipertensi biasanya dimulai hanya untuk diastolik >110
dan dengan target diastolik 90 -100
5. Preeklampsia yang Menyertai Hipertensi Kronis
a. pengertian
b. Kriteria diagnostik
c. Komplikasi
Prognosis baik pada ibu maupun janin jauh lebih buruk dibanding pada
hipertensi kronis atau preeklamsia saja. Resiko abrupsio plasenta meningkat
pada ibu hamil dengan penyakit ini, janin beresiko lebih tinggi mengalami
restriksi pertumbuhan dibanding pada kondisi preeeklampsia atau hipertensi
kronis saja.
.
6. Hipertensi Kronis
a. Pengertian
Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang telah ada dan dapat
diobservasi sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20
minggu.
b. Etiologi
Kira – kira 80% hipertensi kronik adalah idiopatik dan 20 % karena penyakit
Ginjal.
c. Kriteria diagnostik
Tekanan Darah sistolik lebih dari 140 mmHg
Tekanan Darah diastolik lebih dari 90mmHg
Hipertensi sudah ada dan dapat diobservasi sebelum kehamilan
Didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu
Menetap lebih dari 12 minggu pascapartum
d. Penatalaksanaan Medis
Pasen obstetrik dengan penyakit ginjal atau kardiovaskuler hipertensi kronis
harus ditangani serupa dengan pasen preeklampsia. Banyak pasen tersebut akan
mengalami superimposed preeklampsia, dan tidak mungkin menentukan masalah
dasar sebenarnyasampai paling sedikit 3– 4 bulan setelah melahirkan, ketika
pemeriksaan dan penelitian yang tepat dapat dilakukan.
Jika tekanan darah diastolik melebihi 100 mmHg, mulailah pemberian
obat anti hipertensi untuk mencegah stroke atau gagal jantung pada ibu.
Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam
melakukan proses terapeutik yaitu proses nkeperawatan . proses keperawatan dipakai
untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistemik dalam
mengatasi masalah keperawatan yang ada.
1. Pengkajian
Pengumpulan data
Data – data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi komponen-komponen berikut:
a. Identitas Ibu
Faktor-faktor seperti paritas, usia, dan lokasi geografis perlu dikaji. Wanita yang
baru menjadi ibu atau ibu dengan pasangan baru lebih mudah terkena
preeklampsia, wanita berusia < dari 18 tahun dan > 35 tahun memiliki insiden
preeklampsia yang sangat tinggi.
b. Keluhan Utama
Ibu dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan seperti sakit kepala
terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata
kabur, proteinuria, peka terhadap cahaya dan nyeri uluhati.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala, diplopia, nyeri abdomen atas,
oliguria (< 400 ml/24 jam) serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
apakah ibu hamil menderita diabetes, penyakit ginjal, rematoid artitis, lupus atau
skleroderma serta perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apakah
tindakan yang telah dilakukan untuk menghilangkan keluham tersebut.
B2 (blood)
Gangguan fungsi kardiovaskuler padadasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik
dan operubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah
terganggu sehingga waktu trombin menjadi memanjang. Gejala yang paling khas
adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya
kadar antritrombin III, sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit
jantung koroner, episode palpitasi, peningkatan tekanan darah, tahikardi, terdengar
murmur, kadang bunyi jantung S2 pada dasar, S3 dan S4, denyut nadi jelas di
karotis, jugularis, radialis, stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis dan pada suhu dingin.
B3 (brain)
Lesi di otak ini sering terjadi karena pecahnya pembuluh akibat hipertensi.
Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT- Scan atau MRI. Otak
akan mengalami edema vasogenuik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga
memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat
bertahan dalam jangkan waktu seminggu. Integritas ego meliputi cemas, depresi,
eforia, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernapasan menghela, dan
peningkatan pola bicara. Neorosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut,
salit kepala suboksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan
penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, serta kenaikan tekanan pada
pembuluh darah serebral.
B4 (bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes melitus, riwayat penggunaan obat diuretik
juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan
permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat melekul tinggi.
Sebagaian besar penelitian bipsi ginjal menunjukan pembengkakan endotel kapiler
glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik
peroporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab
meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
B5 (bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung
tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
suboksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada dan nyeri efigastik (ulu hati).
j. Pemeriksaan Untuk Menentukan Status Janin
Perfusi uretroplasenta menurun pada ibu yang menderita preeklampsia,
sehingga hal ini membahayakan janin. Denyut jantung janin harus diperiksa untuk
menentukan nilai dasar, variabilitas, perubahan periodik dan tidak periodik.
Pemantauan biofisik atau biokimiawi untuk mengetahui keadaan janin bisa di
programkan, hitung pergerakan janin, pemeriksaan tidak stres (nonstres tes NST)
k. Pemeriksaan Diagnostik
Sel darah putih (SDP)
Hemoglobin dan hematokrit (Hb dan Ht)
Gas Darah Arteri (GDA)
Laju endap darah (LED)
Elektrokardiografi (EKG)
Echokardiografi (EEG)
Pencitraan jantung radionukkleotida
Amniosintesis
Seri ultrasonografi
Tes presor supine
Kreatinin serum
Tes urine lengkap
Strees kontraksi
Tes cairan amniotik ultrasonografi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umu untuk ibu dengan gangguan hipertensi pada
kehamilan hal-hal berikut.
1. Perubahan perfusi jaringan atau organ: menurun berhubungan dengan vasospasme
siklik, edema serebral, perdarahan.
2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari
sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin.
4. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan
vaskular sistemik.
5. Risiko terjadinya cedera ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat
(SSP) akibat edema otak,vasospasme, penurunan perfusi ginjal, terafi mgnesium
sulfat dan artihipertensi.
6. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan insufiensi uteroplasenta, kelahiran
prematur, solusio plasenta.
3. Rencana tindakan keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia ibu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan perubahan
perfusi jaringan dapat teratasi.
Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Tidak ada penurunan frekuensi jantung janin.
b. Tekanan darah normal.
c. Ibu hamil bebas edema patologis.
➢ Rasional
Data-data dasar digunakan untuik memantau hasil terapi.
Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat antikejang yang bekerja pada
sambungan mioneural dan merelakan vasospasme.
Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat
menyebabkan depresi pernapasan berat.
Rangsangan kuat, misalnya cahaya tgerang dan suara keras dapat
menimbulkan kejang.
6. Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress.
➢ Tujuan : Diharapkan tidak terjadi cedera pada janin.
➢ Kriteia hasil yang diharapkan : Denyut jantung janin (DJJ) normal adalah
120-160 x/menit.
➢ Rencana asuhan keperawatan.
Monotot DJJ sesuai indikasi.
Kaji pertumbuhan janin.
Jelaskan adanya tanda-tanda solusio plasenta (nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, dan aktivitas janin menurun)
Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.
➢ Rasional
Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoksia, prematur, dan
solusio plasenta.
Penurunan fungsi plasenta bisa mengakibatkan karena hipertensi.
Ibu dapat mengetahui tanda dan gejalasolusio plasenta dan tahu akibat
hipoksia bagi janin.
Reaksi terapi dapat menurunkan pernapasan jani dan fungsi jantung
serta aktivitas janin.
USG dan NST untuk mengetahui keadaan/ kesejahtraan janin.
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi
sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi
pada kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah
maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin.
Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan
proses terapeutik yaitu proses keperawatan . proses keperawatan dipakai untuk membantu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dalam mengatasi
masalah keperawatan yang timbul akibat penyakit hipertensi pada kehamilan
.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak , Lowdermilk , Jensen . (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas . Jakarta : EGC Green,
Carol J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir .Jakarta : EGC
Kennedy & Betsy . (2014) . Modul Manajemen Intrapartum . Jakarta :EGC Ralph C
& Martin L . (2009). Buku Saku Obstetri & Ginekologi . Jakarta : EGC Sinclair