Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

DI RUANG B

RSUD JOMBANG

DISUSUN OLEH :
PAULUS JENI SUSANTO
1604110

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES PEMKAB JOMBANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR TEORI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum
kehailan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi pada
kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal
disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Tiap gangguan hipertensi
pada kehamilan memiliki perbedaan karakteristik, kriteria diagnostic, resiko mordibilitas dan
moralitas perinatal.

Berdasarkan working group classification system hipertensi pada kehamilan dibedakan


menjadi 4 klasifikasi.(Kennedy & Betsy 2014 )

1. Hipertensi Gestasional
2. Preeklampsia/Eklampsia
3. Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis
4. Hipertensi Kronis

1. Hipertensi Gestasional
a. pengertian

Hipertensi gestasional merupakan hipertensi yang pertamakali terdiagnosis saat


kehamilan, dimana awitan hipertensi umumnya terja di setelah usia kehamilan 20
minggu, muncul sebagai penanda kondisi vasospasme khususnya kehamilan, tetapi
tidak mengalami proteinuria atau edema. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik sama dengan atau lebih dari 140mmHg atau tekanan diastole lebih dari
atau sama dengan 90 mmHg.

Disebut sebagai hipertensi gestasional pada kehamilan jika hipertensi pertama


kali terdiagnosis saat kehamilan, bersifat sementara , tidak berkembang menjadi
preeklampsia , dan ibu hamil memiliki tekanan darah normal saat 12 minggu
pascapartum. Atau didiagnosis sebagai hipertensi kronis jika peningkatan tekanan
darah menetap lebih dari 12 minggu pascapatrum

b. Kriteria diagnostik
 Awitan baru hipertensi umumnya setelah usia kehamilan 20 minggu
 Tekanan darah sistol lebih dari atau sama denga 140mmHg atau
 Tekana darah distole lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
c. Patofisiologi
Vasokontriksi arteriol, vasospasme sistemik dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi gestasional. Sirkulasi arteri
terganggu karena adanya segment yang menyempit dan melebaryang berselang
seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya
penurunan suplai darahdan penjempitan pembuluh darah di tempat terjadinya
pelebaran
2. Preeklamsia

a. Pengertian

Preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi gestasional yang ditandai


dengan gangguan pada gingal, yang dibuktikan dengan awitan proteinuria (kennedy&
beky B 2014).
Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastic yang melibatkan banyak
system dan ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria dan atau
edema (Bobak dkk,2012)
Jadi dapat disimpulkan bahwa preeklamsia merupakan perkembangan hipertensi
gestasional yang merupakan suatu penyakit vasospastik yang ditandai dengan
hipertensi, proteinuria dan atau edema generalisata yang muncul sejak minggu ke 20
kehamilan sampai minggu ke 6 setelah melahirkan

b. Etiologi

Bukti epidemologi menunjukan bahwa respons mal adaptive imun berperan dalam
etiologi preeklamsia/eklamspsia.Terjadinya preeklamsia dapat disebabkan oleh respon
intravaskuler yang abnolmal atau berlebih terhadap materi genetic asing yaitu janin
dan khususnya jaringan plasenta.
Plasenta juga dapat memainkan peranan penting dalam patogenesis
preeklamsia/eclampsia.Wanita yang hamil dengan pria dari ras yang berbeda memiliki
insiden spreeklamsia yang lebihtinggi.Selainitu, wanita multipara beresiko mengalami
preeklamsia/eclampsia seperti nulipara saat dia mengandung dari pasangan yang baru.
Disposisi genetik dianggap sangat berperan penting dan terdapat signifikan yang
mendukung disposisi familiar terhadap preeklamsia/eklampsia. Peningkatan jumlah
bukti ini tampak pada riwayat obstetric ibu ,anak perempuan dan cucu perempuan.
Mungkin dapat pewaris ansifat resesif gen tunggal atau gen dominan dari ibu dengan
dominasi inkomplet.

c. Faktor predisposisi

 Ibu berusia muda yang hamil pertama kali.


 Ibu berusia muda dan mengalami kehamilan kedua tetapi dengan suami yang
berbeda.
 Wanita yang pasangannya pernah memiliki anak dengan wanita lain yang
mengalami preeklampsia saat khamilan anak tersebut.
 Ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal
(hipertensi pembuluh darah ginjal, sindrom nefrotik, penyakit ginjal polikistik
pada orang dewasa).
 Ibu yang mengalami kehamilan kembar.
 Ibu hamil yang menderita diabetes.
 Ibu hamil yang memiliki riwayat preeklampsia.
 Ibu hamil dan kulit hitam dan berusia lebih dari 35 tahun.
 Aantibodi antifosfolipid ).

d. Patofisiologi

Patofisiologi preeklampsia berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan.


Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan plasma darah,
vasodilatasi, penujrunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan
penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsia volume plasma menurun,
sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini
membuat fungsi organ maternal menurun termasuk perfusi ke unit janin.
Uteroplasenta vasospasme siklik dapat menurunkan perfusi organ dan dapat
menghancurkan sel-sel darah merah sehingga kapasitas oksigen mengalami
penurunan. (Bobak,dkk 2012)
Episode vasospasme menyebabkan cedera pada lapisan endotelium pembuluh
darah dan selanjutnya disertai pengendapan trombosit dan pelekatan fibrin ke dinding
sel yang rusak.Kerusakan endotelium pembuluh darah menyebabkan kebocoran
protein dan cairan kapiler sehingga cairan intravaskuler berpindah ke ruang
ektravaskuler. (kennedly& Belsi, 2014).

e. Kriteria Diagnostik
Preeklampsia biasanya dikatagorikan sebagai preeklampsia ringan atau berat ,
terutama didasarkan pada derajat hipertensi atau proteinuria dan apakah sistem
organ lainnya terlibat
1. Preeklampsia Ringan
 Tekanan Darah telah mencapai 140/90 mmHg atau lebih tetapi kurang dari
160/110 mmHg pada dua waktu yang berbeda dengan interval 4 jam
 Proteinuria tercatat mencapai 1+ atau sekitar 300mg dalam spesismen
urine 24 jam.
 Kenaikan berat badan lebih dari 2,26 kg/minggu selama trimester kedua
atau lebih 0,9 kg/minggu selama trimester ketiga
 Edema ringan diseluruh tubuh.
2. Preeklampsia Berat
 Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik
110 mmHg atau lebih.
 Proteinuria menetap 2+ atau lebih ( 500mg/24 jam)
 Pengeluaran urine menurun hingga kurangdari 50 ml dalam 24 jam.
 Sakit kepala berat.
 Masalah penglihatan (skotoma ataupenglihatan kabur).
 Trombositopenia.
 Nyeri epigastri.
 Mual atau muntah.
 Peningkatan enzim hati ALT atau AST.
 Iritabilitas, gelisah atau takut.
 Edema paru disertai gawat napas.

f. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dengan preeklampsia terutama berkaitan dengan
memburuknya preeklampsia menjadi eklampsia. Komplikasi pada janin berhubungan
dengan insufiseensi uteroplasenta akut dan kronis misalnya lahir mati atau gawat
janin intra partum serta persalinan dini ( komplikasi prematur )
Saat preeklampsia berat terjadi sebelum usia kehamilan 32 minggu, insidens
komplikasi yang serius oada ibu tergolong tinggi dan kondisi ahir janin dapat buruk,
yang sering kali diakibatkan restriksi pertumbuhan atau asfiksia saat lahir.
Waspadai tanda – tanda berikut : abrupsio plasenta, sindrom HELLP, eklampsia,
koagulasi intravaskuler diseminata, dan gagal ginjal akut

g. Penatalaksanaan Medis

1. Preeklampsia Ringan ( Perawatan di rumah)


 Evaluasi dua kali seminggu, pada saat di rumah sakit atau klinik panatu
tekanan darah, fungsi ginjal dan hati serta trombosit
 Anjurkan untuk beristirahat dalam posisi miring selama 2 hingga 3
jamtanpa gangguan minimal dua kali sehari
 Pastikan ibu dan keluarga mengetahui dan mampu melaporkan tanda
kondisi yang memburuk.

2. Preeklampsia Ringan (Perawatan di rumah sakit )

 Jika memungkinkan , lakukan hospitalisasi untuk mengevaluasi kondisi


janin dan ibu
 Jika cukup bulan atau mendekati cukup bulan lakukan induksi persalinan
 Penatalaksanaan kurang dari usia gestasi 37 minggu masih diperdebatkan ,
dan beberapa mendukung hospitalisasi serta lainnya tirah baring di rumah.
Untuk panatalaksan di rumah, evaluasi dua kali seminggu di rumah sakit
atau klinik dan hospitalisasi bila kondisi berubah
 Tirah baring , terutama miring kiri untuk meningkatkan aliran balik vena dan
memperbaiki perfisi ginjal dan plasenta.
 Diet seeimbang dengan kandungan protein sedang hingga tinggi (80 sampai
100g/hari) untuk mengganti kehilangan protein di dalam urine.
 Pantau tekanan darah, fungsi ginjal dan hatiserta trombosit.
 Pemberian aspirin 85 mg/ hari untuk mencegah preeklampsia berat masih
diperdebatkan, dan manfaat dari penanganan tersebut masih diteliti.
3. Preeklampsia Berat

 Hidralazin, labetol, atau nipedifin untuk mempertahankan tekanan darah


antara 140/90 dan 150/100, sehingga menjaga aliran darah uterus dan
plasenta
 MgSO4IV untuk mencegah konvulsi..
 Ciptakan lingkungan yang tenang dengan menghindari stimulasi.
 Sediakan kalsium glukonat jika terjadi toksikasi magnesium.
 Penggantian cairan dan elektrolit bila diindikasikan pemeriksaan
laboratorium.
Selain itu, pada usia gestasi 34 minggu atau lebih :
 Induksi persalinan jika kondisi serviks baik, bila tidak lakikan pelahiran
secar
 Betametason atau deksametason jika janin memiliki profil paru imatur .
Sering diberikan bila usia gestasi janin 34 hingga 36 minggu dengan harapan
mengurangi resiko enterokolitis nekrotikansdan sindrome gawat napas
Pada saat usia gestasi 28 hingga 32 minggu :
 Berikan kortikosteroid untuk mempercepat maturitas paru
 Penatalaksanaan yang diharapkan mencakup evaluasi dengan sering dan
pelahiran ketika usia gestasi 34 minggu atau sebelumnya jika terjadi gawat
janin atau gawat ibu.

h. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pengumpulan urine 24 jam untuk memeriksa protein dan atau


bersihankreatinin untuk mendeteksi kerusakanatau pemulihan glomelurus.
2. Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan trombosit untuk mendeteksi
hemokonsentrasi dan memperkirakan derajat cedera.
3. Pemeriksaan fungsi hati untuk mendeteksi apakah terjadi gangguan hatiBUN,
asam urat dan kreatinin serum untuk mendeteksi adanya gangguan ginjal dan
mengevaluasi keefektifan penanganan.
4. Elektrolit untuk mendeteksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Pemeriksaan bekuan untuk indikasi trombositopenia atau DIC.
6. Velosimetri Doppler dimulai pada usia 30 hingga 32 minggu untuk skrining
gangguan janin.
7. Ultrasonografi atau sonografi serial untuk mengetahui ukuran dan posisi janin.
8. Amniosentesis untuk mengkaji maturitas paru janin.
9. Nonstress test (NST) dan profil biofisik (BPP) untuk mmenentukan
kesejahteraan janin.
10. Kadar MgSO4 untuk mempertahankan rentang terapeutik dan mencegah
intiksikasi
3. Sindrom HELLP
a. pengertian
Sindrom HELLP merupakan suatu penyakit multisistem adalah suatu
bentuk preeklampsia berat. Sindrom ini diberi nama sesuai dengan
abnormalitas laboratorium utamanya (Hemolisis, Elevated Liver enzymes
dan Low Platelets)
b. Etiologi
Penyebab pasti sindrom ini masih belum diketahui . Beberapa orang
meyakini bahwa penumpukan tronbosit pada tempat endotelium yang
rusak yang disebabkan oleh vasospasme berat .
c. Patofisiologi
Sindrom HELLP melibatkan sekelompok manifestasi klinis yang
disebabkan vasospasme arteriol , yang menyebabkan terjadinya anemia
hemolitik mikroangiopati, kerusakan endotelium mikrovaskuler dan
aktivasi trombosit intravaskuler
Wanita dengan sindrom HELLP sering mengalami gejala nonspesifik atau
tanda yang samar. Umumnya ibu hamil mengeluh hanya merasa tidak
enak badan, merasa seperti flu, mual, nyeri epigastrik atau nyeri kuadran
kanan atas. Ibu hamil mungkin tidak mengalami hipertensi. Selain itu
proteinuria dapat tidak ada atau hasil dipstick urine hanya 1+. Ibu hamil ini
sangat sakit tetapi sering salah didiagnosasebagai flu, gastroenteritis,
apendisitis, hepatitis virus, penyakit kandung empedu atau pielonefritis

d. Ktiteria diagnostik
Diagnosis berdsarkan pada adanya
 Hemolisis
 Apus periper abnormal
 Laktat dehidrogenesis > 600 U/L
 Bilirubin total lebih dari 1,2 mg/dl
 Peningkatan enzim hati
 Ast serum > 70 unit/l
 Laktat dehidrogenase >600 U/l
 Trombosit rendah < 150.000
e. komplikasi
 Hemoragi spontan dan hemoragi pascapartum
 Perkembangan superimposed DIC
 Abrupsio plasenta
 Gagal ginjal
 Edema paru
 Ruptur uteri
4. Eklampsia
a. Pengertian
Eklampsia didefinisikan sebagai awitan aktifitas kejang atau koma
pada ibu hamil yang berdiagnosis hipertensi gestasional atau
preeklampsia, tanpa riwayat patologis neulogi sebelumnya (kenned &
besty B 2014).
Eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeklampsia tanpa didahului gangguan
neurologis.(Bobak dkk, 2012).
Eklampisa merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih
berat yaitu dapat kejang seluruh tubuh dan koma
.
b. Etiologi
Eklampsia menggambarkan perburukan preeklampsia disertai
penurunan fungsi yang cepat pada beberapa organ dan sistem
c. Patofisiologi
Eklampsia merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih
berat , yaitu dapat terjadi kejang seluruh tubuh atau koma. Kejang
dapat terjadi ketika terdapat muatan listrik berlebihan yang tidak
sinkron padaneuron dalam sistem saraf pusat

d. Kriteria Diagnostik
Diagnosa berdasarkan pada adanya
 Kriteria diagnosa pada eklampsia
 Adanya kejadia konvulsi yang melibatkan hal berikut
 Kedutan awal pada otot wajah.
 Gangguan kontraksi otot dengan mengepalkan tangan
dan menggerakangigi dan kemudian relax.
 Pernapasan yang berhenti dan kemudian mulai lagi
dengan napas yang dalam, berat dan berbunyi.
 Koma yang dapat berlanjut dan berlangsung selama 2
sampai 3 menit hingga beberapa jam.
 Tidak ditemukan kemungkinan etiologi kejang yang lain
e. Komplikasi
Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka kematian ibu
10 kali lipat dan kematian janin 40 kali lipat.Penyebab kematian ibu
karena eklampsia adalah kolaps sirkulasi (henti jantung, edema paru,
syok), perdarahan otak dan gagal ginjal. Janin biasanya meninggal
karena hipokxia, asodosis atau solusio plasenta

f. Penatalaksanaan Medis
1. Segera Pastikan Kesejahteraan Ibu
 Masukan alat jalan napas melalui mulut atau penekanan lidah
yang dibalut untuk memperkecil lidah tergigit dan memastikan
jalan napas yang paten
 Mulai penghisapan orofaring begitu dapat dipastikan pasen
tidak akan menggigit
 Kendalikan pasen dengan lembut untukmencegah trauma
tulang atau jaringan linak
 Berikan oksigen
2. Kendalikan kejang
 Magnesium sulfat diberikan dengan dosis muatan 4 – 6 g IV
diikuti oleh infus IV 1,5 – 2 g/jam , untuk mencapai kadar
terapeutik 4,8 – 8,4 mg/dl
 Jika kejang terjadi lagi > 20 menit, pertimbangkan pemberian
diazepam 5 – 10 mg IV atau amobarbital sampai 250mg
3. Kendalikan hipertensi biasanya dimulai hanya untuk diastolik >110
dan dengan target diastolik 90 -10
5. Preeklampsia yang Menyertai Hipertensi Kronis
a. pengertian

Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis didefinisikan sebagai


kejadian preeklampsia pada ibu hamil yang mengalami hipertensi kronis,
dan dapat berkembang menjadi eklampsia.

b. Kriteria diagnostik

Diagnosis ini paling mungkin terjadi jika terdapat temuan berikut :

Awitan proteinuria (300 mg atau lebih atau dipstik urine


1+atau lebih dalam 24 jam ).
 Pada ibu yang kehamilannya kurang dari 20 minggu
disertaihipertensi tetapi tdk mengalami proteinuria.
 Hipertensi dan proteinuria sebelum usia kehamilan 20
minggu.
 Peningkatan proteinuria yang tiba- tiba.
 Peningkatan tekanan darah yang tiba- tiba pada ibu yang
memiliki hipertensi yang terkontrol baik sebelumnya.
 Trombositopenia : trombosit kurang dari 100.000 sel/mm).
 Peningkatan ALT atau AST ke kadar abnormal.
c. Komplikasi

Prognosis baik pada ibu maupun janin jauh lebih buruk dibanding
pada hipertensi kronis atau preeklamsia saja. Resiko abrupsio plasenta
meningkat pada ibu hamil dengan penyakit ini, janin beresiko lebih tinggi
mengalami restriksi pertumbuhan dibanding pada kondisi preeeklampsia
atau hipertensi kronis saja.

.
6. Hipertensi Kronis
a. Pengertian

Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang telah ada dan


dapat diobservasi sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia
kehamilan 20 minggu

b. Etiologi
Kira – kira 80% hipertensi kronik adalah idiopatik dan 20 % karena
penyakit ginjal
c. Kriteria diagnostik
 Tekanan Darah sistolik lebih dari 140 mmHg
 Tekanan Darah diastolik lebih dari 90mmHg
 Hipertensi sudah ada dan dapat diobservasi sebelum kehamilan
 Didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu
 Menetap lebih dari 12 minggu pascapartum
d. Penatalaksanaan Medis
Pasen obstetrik dengan penyakit ginjal atau kardiovaskuler hipertensi
kronis harus ditangani serupa dengan pasen preeklampsia. Banyak
pasen tersebut akan mengalami superimposed preeklampsia, dan tidak
mungkin menentukan masalah dasar sebenarnyasampai paling sedikit 3
– 4 bulan setelah melahirkan, ketika pemeriksaan dan penelitian yang
tepat dapat dilakukan.
Jika tekanan darah diastolik melebihi 100 mmHg, mulailah pemberian
obat anti hipertensi untuk mencegah stroke atau gagal jantung pada
ibu.

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN

Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam
melakukan proses terapeutik yaitu proses nkeperawatan .proses keperawatan dipakai
untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistemik dalam
mengatasi masalah keperawatan yang ada.

1. Pengkajian
Pengumpulan data
Data – data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi komponen-komponen berikut:
a. Identitas Ibu
Faktor-faktor seperti paritas, usia, dan lokasi geografis perlu dikaji. Wanita yang
baru menjadi ibu atau ibu dengan pasangan baru lebih mudah terkena
preeklampsia, wanita berusia < dari 18 tahun dan > 35 tahun memiliki insiden
preeklampsia yang sangat tinggi.
b. Keluhan Utama
Ibu dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan seperti sakit kepala
terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata
kabur, proteinuria, peka terhadap cahaya dan nyeri uluhati.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala, diplopia, nyeri abdomen atas,
oliguria (< 400 ml/24 jam) serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
apakah ibu hamil menderita diabetes, penyakit ginjal, rematoid artitis, lupus atau
skleroderma serta perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul.Apakah
tindakan yang telah dilakukan untuk menghilangkan keluham tersebut.

d. Riwayat Penyakit Terdahulu


Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit seperti hipertensi kronis,
obesitas, ansietas, angina pektoris, dispnea, hematuria, nokturia dan
sebagainya.Ibu beresiko 2 kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang
menderita penyakit ini.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang dapat menjadoi penyebab jantung hipetensi dalam kehamilannya.Dari hasil
penmelitian diketahui adanya hubungan genetik yang menjadi pencetus penyakit
hipertensi pada kehamilan.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan ibu terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana prilaku ibu terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
g. Riwayat Maternal
Insidens preeklampsia tinggi pada wanita yang memiliki janin kembar.
h. Pemeriksaan Fisik Data Fokus
 Pemeriksaan tekanan darah yang akurat dan konsisten penting untuk
menentukan nilai dasar dan memantau perubahan kecii sepanjang masa hamil.
Bandingkan tekanan darah dasar dengan rentang tekanan darah yang dicatat
sepanjang kehamilan ibu. Idealnya tekanan darah dasar dicatat sebelum ibu
mengalami kehamilan.
 Pemeriksaan adanya edema diseluruh area tubuh (termasuk tangan dan kaki)
dan khususnya area wajah, abdomen, dan sakrum. Edema dinilai dari
distribusi, derajat dan pittius. Jika di periorbital atau wajah tidak jelas, ibu
ditanya apakah edemanya berlebih ketika baru bangun tidur. Edema dapat
digambarkan sebagai dependen yaitu edema pada bagian bawah atau bagian
tubuh yang dependen sedangkan edema pitting meninggalkan lekukan kecil
setelah bagian yang bengkak ditekan dengan jari.
 Periksa reflek tendon profunda (reflek lutut) reflek ini terdiri dari reflek bisep
dan patela serta klonus pada pergelangan kaki yang berfungsi sebagai dasar
untuk menentukan tanda awal toksisitas magnesium suifal. Reflek platela
dilakukan dengan tungkai bawah ibu tergantung bebas atau dengan ibu
berbaring miring dengan lutut sedikit fleksi, ketukan dengan martil diarahkan
ke tendon patela, respon normal ialah ekstensi atau menendang. Untuk
mengkaji reflek klonus dipergelangan kaki tungkai harus ditopang dengan
lutut yang difleksi dengan posisi ini dipertahankan selama beberapa saat,
kemudian kaki dilepaskan. Respon normal bila tidak ada gerakan osilasi
ritmis.
i. Pemeriksaan Sistem Tubuh
 B1 (breating)
Pernapasan meliputi sesak napas sehabis aktivitas, batu dengan atau tanpa
sputum, riwayat meroko, penggunaan obat bantu pernapasan, adanya bunyi
napas tambahan, dan sianosis.

 B2 (blood)
Gangguan fungsi kardiovaskuler padadasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi.Selain itu terdapat perubahan hemodinamik dan
operubahan volume darah berupa hemokonsentrasi.Pembekuan darah terganggu
sehingga waktu trombin menjadi memanjang. Gejala yang paling khas adalah
trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar
antritrombin III, sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung
koroner, episode palpitasi, peningkatan tekanan darah, tahikardi, terdengar
murmur, kadang bunyi jantung S2 pada dasar, S3 dan S4, denyut nadi jelas di
karotis, jugularis, radialis, stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis dan pada suhu dingin.
 B3 (brain)
Lesi di otak ini sering terjadi karena pecahnya pembuluh akibat
hipertensi.Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau
MRI. Otak akan mengalami edema vasogenuik dan hipoperfusi. Pemeriksaan
EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang
dapat bertahan dalam jangkan waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas,
depresi, eforia, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernapasan menghela,
dan peningkatan pola bicara.Neorosensori meliputi keluhan kepala pusing,
berdenyut, salit kepala suboksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, serta kenaikan
tekanan pada pembuluh darah serebral.
 B4 (bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes melitus, riwayat penggunaan obat diuretik
juga perlu dikaji.Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan
permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat melekul
tinggi.Sebagaian besar penelitian bipsi ginjal menunjukan pembengkakan endotel
kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis
hemoragik peroporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar
merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
 B5 (bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung
tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol.
 B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
suboksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada dan nyeri efigastik (ulu hati).
j. Pemeriksaan Untuk Menentukan Status Janin
Perfusi uretroplasenta menurun pada ibu yang menderita preeklampsia,
sehingga hal ini membahayakan janin.Denyut jantung janin harus diperiksa untuk
menentukan nilai dasar, variabilitas, perubahan periodik dan tidak periodik.
Pemantauan biofisik atau biokimiawi untuk mengetahui keadaan janin bisa di
programkan, hitung pergerakan janin, pemeriksaan tidak stres (nonstres tes NST)
k. Pemeriksaan Diagnostik
 Sel darah putih (SDP)
 Hemoglobin dan hematokrit (Hb dan Ht)
 Gas Darah Arteri (GDA)
 Laju endap darah (LED)
 Elektrokardiografi (EKG)
 Echokardiografi (EEG)
 Pencitraan jantung radionukkleotida
 Amniosintesis
 Seri ultrasonografi
 Tes presor supine
 Kreatinin serum
 Tes urine lengkap
 Strees kontraksi
 Tes cairan amniotik ultrasonografi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umu untuk ibu dengan gangguan hipertensi pada
kehamilan hal-hal berikut.
1. Perubahan perfusi jaringan atau organ: menurun berhubungan dengan vasospasme
siklik, edema serebral, perdarahan.
2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari
sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin.
4. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan
vaskular sistemik.
5. Risiko terjadinya cedera ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat
(SSP) akibat edema otak,vasospasme, penurunan perfusi ginjal, terafi mgnesium
sulfat dan artihipertensi.
6. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan insufiensi uteroplasenta, kelahiran
prematur, solusio plasenta.
3. Rencana tindakan keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia ibu.
 Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan perubahan
perfusi jaringan dapat teratasi.
 Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Tidak ada penurunan frekuensi jantung janin.
b. Tekanan darah normal.
c. Ibu hamil bebas edema patologis.

 Rencana asuhan keperawatan


 Perhatikan faktor-faktor risiko individu dan status kesehatan ibu
sebelum hamil.
 Kaji tekanan darah dan nadi. Perhatikan adanya sianosis membran
mukosan dan dasar kuku, intoleransi aktivitas dan tanda-tanda
dekompensasi seperti penambahan berat badan berlebih, batuk tidak
jelas, krekels, hemoptisis, peningkatan nadi dan frekuensi pernapasan.
 Berikan informasi tentang penggunaan posisi tagak yang diubah
selama tidur dan istirahat.
 Pertahankan tirah baring total dengan posisi miring.
 Pantau asupan oral dan infus MGSO4, pantau keluran urine dan patau
adanya edema yang terlihat.
 Kaji aliran darah uterus atau janin dengan menggunakan Non-Stress
Test (NST) ataupun Contraction Stress Test (CST), periksa kadar
estriol dan hitung denyut jantung janin (DJJ).

 Rasional
 Adanya masalah-masalah jantung dapat dipengaruhi oleh peningkatan
kebutihan sirkulasi selama kehamilan yang dapat mengakibatkan
kerusakan oksigenisasi jaringan.
 Keadaan tersebut menandakan kegagalan jantung awal dan hipoksia.
 Memudahkan ibu hamil bernafas dengan menentukan tekanan karena
pembesaran uterus pada diagfragma dan membantu meningkatkan
diameter vertikal untuk ekspansi paru, membantu mencegah statis vena
pada ektremitas bawah.
 Tirah baring menyebabkan aliran darah oteroplasenta yang sering kali
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis.
 Magnesium sulfat (MGSO4) adalah obat anti kejang yang bekerja pada
sanbungan mioneural dan merelaksasi vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan perfusi ginjal serta mobilisasi
cairanektraseluler (edema dan diuresis).
 Hipoksia uterus atau plasenta akan menurunkan aktivitas janin dan
DJJ. Hipoksia dapat meningkatkan penurunan kadar estriol.

2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari


sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
 Tujuan : tidak terjadi kelebihan volume cairan (Ektrasel)
 Kriteria hasil yang diharapkan
a. Elektrolit serum dalam batas normal.
b. BUN serum, kreatinin, dan asam urat dalam rentang yang aman.
c. TD stabil.
d. Suhu dalam batas normal.
e. Pengeluaran urine lebih dari 30 ml/jam.
f. Bunyi paru bersih saat di auskultasi.
g. Tidak ada edema anasarka.
 Rencana asuhan keperawatan
 Timbang berat badan pada setiap kunjungan pranatal, dengan
menggunakan timbangan yang sama.
 Kaji pola penambahan berat badan.
 Kaji adanya edema anasarka atau pitting.
 Tanya pada ibu apakah wajahnya tampak lebih bulat atau bengkak
dan apakah cincin ibu lebih sempitbdari biasanya.
 Kaji warna dan jumlah urine tiap jam serta pada interval 24-jam, jika
ibu dirawat di rumah sakit.
 Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya mempertahankan pencatatan
asupan dn haluaran.
 Jelaskan tentang konsumsi natrium dalam diet.
 Anjurkan untuk mempertahankan asupan oral yang adekuat.
 Anjurkan untuk memasukkan protein yang adekuat kedalam diet.
 Berkolaborasi untuk pemberian cairan intravena sesuai program.
 Rasional
 Penimbangan berat badan adalah indikator yang bbaik dalam
penambahan atau kehilangan cairan.
 Penambahan berat badan normal selama trimester kedua dan tiga
adalah sedikit kurang dari 0,5 kg tiap minggu. Penambahan berat
badan sebesar 2 kg/minggu. Secara tiba-tiba biasanya berhubungan
dengan pre-eklampsia.
 Edema anasarka merupakan kondisi abnormal. Adanya edema pitting
pada area pretibial, wajah, tangan, dan sakrum ada;lah indikator
retensi cairan.
 Ibu mungkin orang pertama yang mengenali tanda retensi cairan,
namun anggota keluarga seringkali melihat dan memberikan
komentar bahkan sebelum ibu mengetahuinya.
 Urine akan bertambah pekat bila cairan pindah dari ruangan
intravaskuler ke ektrasel. Ketika berada di dalam jaringan, cairan
tidak dihantarkanke di filtrasi oleh, atau dikeluarkan dari ginjal. Pada
saat filtrasi glomerulus berkurang dan ginjal mengalami kerusakan,
haluaran urine akan menurun dan urine menjadi pekat serta ada warna
darah. Debris sel mungkin terlihat.
 Membantu ibu mengendalikan situasi dengan berpartisipasi aktif
dalam perawatan diri. Dengan mempertahankan pencatatan secara
akurat dapat membantu perawat menentukan status cairan dan
kebutuhan intervensi.
 Asupan natrium berlebih dapat meningkatkan retensi cairan. Natrium
tidak dibatasi, namun tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.
 Meskipun terdapat kelebihan cairan di dalam jaringan, sitem
itravaskular kekurangan cairan.
 Kehilangan protein melalui urine harus diganti untuk membantu
perbaikan jaringan dan mempertahankan energi.
 Meskipun terdapat kelebihan cairan di dalam jaringan, sistem
itravaskular kekurangan cairan.penggantian volume cairan
berdasarkan pada haluaran urine dan kehilangan cairan yang tidak
disadari.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin.
 Tujuan : kesehatan ibu dan janin baik.
 Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Melaporkan penggunaan teknik relaksasi dan stategi koping lain.
b. Mengungkapkan ketakutan dan kecemasan dengan bebas.
 Rencana asuhan keperawatan
 Kaji pengalaman PRH sebelumnya.
 Kaji pengetahuan PRH.
 Kaji pengetahuan dan penggunaan relaksasi, pernapasan, dan
teknik/strategi koping lain.
 Kaji faktor yang menyebabkan ansietas pada ibu.
 Kaji sistem dukungan ibu.
 Ajarkan relaksasi, pernapasan, dan strategi koping lain.
 Berikan obat sesuai program.
 Rasional
 Untuk mengetahui apakah ibu memiliki pengalaman positif atau
negatif terkait PRH sebelumnya yang mempengaruhi reaksi ibu
terhadap kondisi saat ini.
 Ibu mungkin mendapatkan perawatan di rumah sebelum masuk ke
rumah sakit, mendengar informasi dari individu lain, mencari tahu
melalui internet, atau mendapatkan penyuluhan mengenai PRH pada
saat diruangan dokter. Perawat memerlukan data dasar untuk
menyesuaikan rencana penyuluhan dan menghilangkan
kesalahpahaman guna mengurangi ketakutan dan ansietas.
 Menyediakan data dasar untuk merencnakan asuhan atau
menggunakan apa yang telah diketahui ibu. Strategi yang pernah
berhasil sebelumnya kemungkinan besar akan berhasil untuk
menghadapi situasi yang menyebabkan stres pada ibu saat ini.
 Untuk menentukan faktor yang perlu dihindari atau diubah guna
mencegah peningkatan ansietas selama stres berlangsung.
 Untuk mengetahui apakah ibu memiliki sistem dukungan yang adekuat
atau perlu dirujuk ke bantuan di masyarakat.
 Membantu mencegah ansietas, memberikan sesuatu pada ibuuntuk ia
perhatikan, dan mengalihkan perhatian ibu dari rasa takut, yang
membantu meningkatkan perfusi jaringan.
 Dokter dapat meresepkan obat-obatan yang membantu ibu untuk relaks
dan beristirahat.
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan
vaskuler sistemik.
 Tujuan : diharapkan resiko penurunan curah jantung tidak terjadi.
 Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Tekanan darah normal.
b. Ibu hamil bebas dari gelaja-gejala palpitasi, dispnea dan angina
pektoris.
c. Bunyi napas dan bunyi jantung normal.
 Rencana asuhan keperawatan.
 Pantau klasifikasi hipertensi fungsional ibu hamil.
 Pantau tanda-tanda vital ibu hamil.
 Auskultasi bunyi napas ibu hamil.
 Evakuasi DJJ, jumlah gerakan janin setiap hari, dan hasil NST
indikasi.
 Berikan informasi tentang perlunya istirahat yang adekuat (8-10jam
pada malam hari dan ½ jam setiap habis makan).
 Selidiki adanya keluhan nyeri dada dan palpitasi. Anjurkan
pembatasan kafein dengan tepat.
 Kaji adanya bukti venostasis dengan adanya edema. Intruksikan ibu
hamil meninggikan kaki bila duduk secara periodik.
 Kaji dan pantau jumlah dan kosentrasi keluaran dan berat jenis urine.
 Anjurkan ibu hamil menggunakan posisi miring kiri.
 Berkolabolasi pemberian obat-obatan seperti digitalis glikosida
(digoksin atau dogotoksin) atau propanolol sesuai indikasi.
 Berkolaborasi dan kaji fungsi plasenta dengan pemeriksaan kadar
estriol serum urine (CST dan NST).
 Tinjau keadaan EKG.
 Anjurkan penggunaan stoking antitrombolitik.
 Pantau tekanan hemodinamik dengan pengukuran tekanan vena
central atau central venous pressure (CPV).
 Rasional
 Bermanfaat untuk mengidentifikasi keadaan atau kondisi ibu hamil
dan kebutuhan-kebutuhan ibu hamil.
 Mengetahui adanya dekompensasi jantung karena intoleransi terhadap
beban sirkulasi, infeksi atau ansietas.dekompensasi jantung dapat
terlihat dari perubahan tanda-tanda vital ibu hamil seperti peningkatan
suhu, peningkatan nadi dan peningkatan tekanan darah.
 Ibu hamil dengan gangguan jantung pada klasifikasi III dan IV, dapat
mengalami gagal jantung kongestif (GJK) dan kemungkinan
gangguan pernapasan.
 Mengetahui adanya hipoksia janin akibat kompensasi jantung ibu
yang bisa terlihat dari tahikardia ataupun bradikardia, serta reduksi
aktivitas jantung.
 Meminimalkan stres jantung dan menghemat energi, khususnya untuk
ibu hamil dengan gangguan jantung kelas IV yang memerlukan tirah
baring selama kehamilan.
 Ibu hamil dengan prolapskutup mitral dapat terjadi aritmia, terlihat
dari adanya nyeri dada dan palpitasi.pembatasan kafein dapat
menurunkan frekuensi terjadinya gangguan jantung.
 Pemberian posisi kaki dapat m,engurangi terjadinya venostasis.
 Masalah kardiovaskuler dapat memengaruhi fungsi ginjal,
mengakibatkan oliguria/anuria, atau peningkatan berat jenis urine.
 Hipotensi supine pada titik kehilangan kesadaran dapat dicegah bila
ibu hamil menghindari posisi terlentang dan mengadopsi posisi
istirahat rekumben lateral.
 Diglitalis glikosida dapat memaksimalkan kontraksi ventrikel, tetapi
peningkatan volume plasma dapat menurunkan kadar obat dalam
sirkulasi sehingga dibutuhkan peningkatan dosis atau frekuensi
pemberian. Digitalis mempunyai efek langsung pada miometrium,
sering menyebabkan persalinan awal serta waktu persalinan lebih
pendek. Propanolol dapat digunakan untuk mengontrol distrimia
berkenaan dengan prolaps katup mitral (dalam penelitian, obat-obatan
ini belum jelas diketahui keamanan penggunaannya pada ibu hamil).
 Penurunan fungsi jantung dapat mempengaruhi fungsi plasenta.
 Dapat menunjukan keadaan patologis bila terjadi dekompensasi
jantung seperti ditritmia.
 Meningkatkan aliran balik vena dan membatasi statis vena.
 CVP untuk mengukur aliran balik vena atau volume sirkulasi.
5. Risiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat
(SSP).
 Tujuan : diharapkan tidak terjadicedera pada ibu.
 Kriteria hasil yang diharapkan :Ibu hamil tidak mengalami kejang.
 Rencana asuhan keperawatan
 Dapatkan data-data dasar (misalnya klonus)
 Memantau pemberian terapi intravena MgSO4 dan kadar serum
MgSO4.
 Kaji adanya kemungkinan keracunan MgSO4.
 Pertahankan lingkungan yang tenang, gelap dan nyaman.

 Rasional
 Data-data dasar digunakan untuik memantau hasil terapi.
 Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat antikejang yang bekerja pada
sambungan mioneural dan merelakan vasospasme.
 Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat
menyebabkan depresi pernapasan berat.
 Rangsangan kuat, misalnya cahaya tgerang dan suara keras dapat
menimbulkan kejang.
6. Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress.
 Tujuan :Diharapkan tidak terjadi cedera pada janin.
 Kriteia hasil yang diharapkan :Denyut jantung janin (DJJ) normal adalah
120-160 x/menit.
 Rencana asuhan keperawatan.
 Monotot DJJ sesuai indikasi.
 Kaji pertumbuhan janin.
 Jelaskan adanya tanda-tanda solusio plasenta (nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, dan aktivitas janin menurun)
 Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.
 Rasional
 Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoksia, prematur, dan
solusio plasenta.
 Penurunan fungsi plasenta bisa mengakibatkan karena hipertensi.
 Ibu dapat mengetahui tanda dan gejalasolusio plasenta dan tahu akibat
hipoksia bagi janin.
 Reaksi terapi dapat menurunkan pernapasan jani dan fungsi jantung
serta aktivitas janin.
 USG dan NST untuk mengetahui keadaan/ kesejahtraan janin.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

A.Pengkajian

Tanggal masuk : 26 februari 2015 jam masuk : pkl 08.00 wib

Ruang/kelas : II ponek RSUD JOMBANG

No. RM : 9697880

Tgl pengkajian : 26 februari 2015 jam 10.00 wib

Diagnosa medis : G2P1A0 gravida 35-36 minggu dengan PEB

1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama pasien : Ny I
Umur : 35 Tahun
Suku/bangsa : jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat/tlp :
Status perkawinan : Kawin

b. Identitas suami/penanggung jawab


Nama suami : Tn Y
Umur : 38 Tahun
Suku/bangsa : JAWA/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat/tlp : Dsn
c. Keluhan utama :
klien merasa hamil 8 bulan dengan mengeluh nyeri kepala
d. Riwayat kehamilan sekarang
Klien GAP1A0 merasa hamil 8 bulan dgn datang kerumah sakit (26 februari 2015
jam 08.00) dengan keluhan kurang lebih sejak 1 minggu yang lalu klien
mengeluh nyeri kepala ,terutama bagian dahi yang bertambah berat jika perubahan
posisi secara tiba-tiba dari posisi duduk ke posisi berdiri dan kadang pusingnya
sampai merasa mual,klien juga mengatakan mudah lelah dan jika berdiri terlalu
lama pada sore hari kedua kaki bengkak, penglihatan kadang kurang jelas, buang
air kecil sedikit . Ibu belum merasakan mulas-mulas atau tidak ada pengeluaran
lendir dan darah dari jalan lahir, gerakan janin masih dirasakan
BB sebelum hamil 56 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmhg-120/80 mmh
HPHT : 5 – 7– 2014 TP : 12 – 4 – 2015
Riwayat ANC 6 kali ke bidan
Imunisasi TT2 kali
e. Riwayat kesehatan dahulu dan riwayat obstetric/ kehamilan
Klien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit karena sakit. Klien
pertama kali menstruasi pada usia 14 tahun dengan siklus 28 hari selama 7 hari
tanpa ada keluhan, gati pembalut 4-5 kali/hari
Klien tidak pernah punya penyakit seksual menular dan suami yang sekarang.
suami yang pertama/dari perkawinanperkawinan yang pertama dan kebiasaan
hubungan seksual klien dan suaminya dalam batas normal.
Kehamilan yang pertama lahir normal dibidan dengan BB 2800gr lahir Segera
menangis berjenis kelamin perempuan tahhun 2006 dan sekarang dalam keadaan
sehat. Usia anak sekarang 9 tahun.
BB sebelum hamil 56 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmhg-120/80 mmhg
f. Riwayat kontrasepsi
Ibu memakai alat kontrasepsi suntik 3 bulan
g. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
yang sama seperti klien dan tidan ada yang mempunyai riwayat kehamilan kembar
dan juga dari keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat seperti penyakit kanker,
penyakit jantung, diabetes ataupun penyakit bawaan/kongenital, ibu dan sodara
laki laki klien menderita hipertensi

Genogram

g
g
g
g

Keterangan : 2
: laki-laki

: perempuan
: perempuan penderita

: laki-laki penderita
: klien / pasien

: kehamilan sekarang
: hubungan keluarga

: tinggal serumah

: hubungan perkawinan
h. Pengkajian psikososial
Jika klien mengalami masalah kesehatan maka klien langsung mendatangi
petugas kesehatan terdekat seperti puskesmas, bidan atau dokter, klien dan suami
serta keluarga yang lain merasa senang dengan kehamilan klien sekarang dan
hubungan seksual pada masa kehamilan frekuensinya dikurangi dengan kesadaran
suami kata klien, klien secara rutin memeriksakan kehamilannya secara rutin ke
bidan terdekat dimulai sejak klien terlambat bulan dan dinyatakan hamil klien
rutin memeriksakan kehamilannya tiap 1 bulansekali dan keluhan pada masa awal
kehamilan atau 3 bulan pertama klien merasakan adanya mual munta dipagi hari
tapi klien masih tetap bias makan walau sedikit-sedikit.
Klien dan keluarga merencanakan proses bersalin pada bidan terdekat.
Klien tampak cemas/sedikit gelisah dengan keadaan yang dialaminya setelah
tahubahwa tekanan darahnya tinggi dan harus menjalani perawat

i. Pola kebiasaan sehari-hari


1 Pola nutrisi-metabolik Sebelum hamil Sesudah hamil
Intake makanan dan cairan 3porsi/hari, 6-8 3-4 porsi /hr, 6-10
gls/hari gls/hr
Waktu/frekuensi makan/minum 3x 3-5x porsi kecil
Pantangan makanan/alergi Tidak ada Tidak ada
Masalah : tidak ada masalah
2 Pola istirahat tidur Sebelum hamil Sesudah hamil
Kebiasaan tidur 5-7 jam/hr 4-7 jam/hr
Alat bantu tidur Tidak ada Tidak ada
Masalah tidur Tidak ada masalah Kurang nyaman
karena kehamilan
Masalah : kurang nyaman dengan posisi tidur
3 Pola eliminasi Sebelum hamil Sesudah hamil/saat dikaji
Frekuensi BAK/BAB 1-2x/hr, ± 600- 1x/2hr, ±400-500
800ml/hr (3-4x hr) ml/hr(4-6x/hr)
Kesulitan BAK/BAB Tidak ada Perut yang membuncit
Cara mengatasi kesulitan Tidak ada Tidak ada
Masalah : BAK sedikit/oliguria
Aktivitas klien sehari-hari tidak mengalami perubahan masih tetap mengurus
anak dan suami (mengurus rumah tangga seperti biasa) dan dilakukan secara
mandirihanya kebiasaan pola makan dan tidur yang sedikit berubah seperti
layaknya orang hamil pada trimester 1 dan 2 dan sejak kehamilan memasuki usia
8 bulan klien mulai merasakan kurang nyaman dengan tidur menjadi lebih sering
buang air kecil, kaki pada sore/malam terlihat sedikit bengkak, dan pola makan
juga berubah menjadi cepat kenyang dan cepat lapar juga tapi tidak ada keluhan
mual atau bahkan muntah, tapi terkadang merasa cepat lelah.

j. Riwayat alergi obat dan makanan


Klien tidak punya alergi terhadap obat dan makanan.

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
BB : 72 kg / TB 156
Kesadarn compos mentis
b. Pemerisaan kepala dan leher
Pemeriksaan kulit Kepala : rambut hitam bersih tidak kusam, distribusi merata,
tidak rontok, dikulit kepala tidak ada lesi, diraba tidak nyeri hanya sedikit pusing
yang dirasakan klien,
c. Pemeriksaan wajah : sklera tampak bersih tidak ada kelainan, kongjungtiva tidak
amemis, tidak ada edema palpebral, penglihatan kadang kurang jelas/kabur,
terdapat tanda chloasma gravidarum pada bagian pipi sedikit, hidung bersih tidak
ada edema, daun telinga bersih tidak ada kelainan, proses pendengaran normal,
tidak ada lesi, mulut bersih, terdapat caries pada gigi graham kanan, gusi normal,
tidak ada pembengkakan pada gusi
d. Pemeriksaan leher : leher tampak tidak ada kelainan bersih, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, replek menelan baik, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada peningkatan jvp.
e. Pemeriksaan dada dan payudara
Dada tampak simetris,gerakan dada simetris, payudara simetris, tidak ada lesi
ataupun ruam-ruam, areola tampak kehitaman, putting menonjol, produksi
ASI/colostrum (+) ada, bunyi napas vesikuler, bunyi jantung normal S1 S2, tidak
ada bunyi jantung tambahan.
f. Pemeriksaan abdomen
Abdomen tampak buncit sesuai dengan usia kehamilan, terdapat striae
gravidarum, linea nigra, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada luka/lesi, turgor
baik, texture halus, nyeri tekan abdomen + (NTE ).
Leopold I : TFU 31 cm, usia kehamilan 35-36 minggu, TBBA 2900 gr, teraba
bagian lunak yang tidak terlampau bulat dan sukar untuk digerakan,
Lepold II : teraba tahanan keras memanjang di sebelah kiri ( puki), dan teraba
bagian kecil pada bagian kanan klien,
Leopold III : pada bagian bawah teraba bagian kepala dan sudah masuk pintu atas
panggul,
Leopo;d IV : bagian kepala janin sudah masuk PAP separuhnya atau sejajar,
DJJ terdengar (/5’) 11,12,12,=136 x/menit.
g. Pemeriksaan genetalia dan anus
Alat genetalia bersih, tidak ada lesi, labia tampak edema, tidak ada varises, tidak
ada pendarahan atau pengeluaran lendir, tampak sedikit edema, tidak ada
keputihan, pada anus tampak tidak ada hemoroid.
h. Pemeriksaan ekstrimitas
Ekstrimitas atas normal, tidak ada edema, ekstrimitas bawah/kaki bengkak dengan
derajat 1, tidak ada varises, reflek patella +/+, homans sign tidak nyeri.

i. Hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnosis


hasil pemeriksaan lab;
Hb : 13,5 gr%
Leukosit : 7500/mm3
Trombosite : 145000/mm3
Hematokrit : 40%
Gd puasa 90 mg/dl
HbsAg (-)
USG : tampak gambaran janin sudah masuk PAP dengan presentasi kepala
Protein urine +1
Diagnose medis : G2P1A0 Gravida 35-36 minggu dengan preeklamsi ringan
obat-obatan : amoxilin 1x 500 mg
MGSO4 40 %
infus dextrose 5%
ranitidine 2x1 tab
dopamet 3x500 mg

3. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds : klien mengeluh nyeri Peningkatan sensitifitas Gangguan perfusi
kepala terutama daerah terhadap angiotensin II jaringan
dahi , pandangan kurang
jelas/kabur, mudah Vasokontriksi sistemik
lelah,dan bengkak daerah
kaki Gangguan perfusi
Do : klien tampak jaringan
mengerutkan dahi saat
pengkajian dilakukan
Edema derajat 2
TTV :
TD 150/100mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR :20 x/menit
DJJ 136 x/menit

Ds : klien mengatakan Peningkatan Kelebihan volume cairan


bahwa kaki bengkak permeabilitas kapiler
terutama pada sore dan ginjal
malam hari
Do : Menurunkan kadar
- kaki edema dengan albumin serum
derajat 2 Menurunkan tekanan
-Genetalia sedikit edema osmotic koloid
-BB sebelum hamil 56 kg
-BB setelah hamil 70 kg - Kelebihan volume caira
-Protein urine +1 di ektrasel
Urine output : 400ml/hari

Ansietas sehubungan Rasa takut tentang Anxietas


dengan adanya ancaman keadaannya dan janinnya
terhadap kesehatan ibu dan
janin ditandai dengan Merangsang saraf
Ds : klien mengatakan simpatis
cemas dengan keadaanya
setelah dan mendengar Merangsang kelenjar
penjelasan dari dokter adrenalin
bahwa klien harus dirawat
Meningkatkan kadar
Do : klien tampak adrenalin dalam darah
cemas/sedikit gelisah
TD : 150/100 mmhg Terjadinya kecemasan
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
DJJ : 136x/menit

Ds : klien mengatakan saat Penurunan plasma dalam Resiko tinggi cedera pada
ini gerakan janin masih sirkulasi janin
dirasakan
Do : Peningkatan hematokrit
dalam darah
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit Penurunan perfusi
S : 36,8 0C uretroplasenta
RR : 20 x/menit
DJJ : 136x/menit Resiko tinggi fetal distres
Protein 1 +
Resiko tinggi cedera pada
janin

4. Masalah keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan vasospasme sistemik
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari sistem
intravaskuler kejaringan ekstrasel
3. Anxietas berhubungan dengan adanya ancaman terhadap kesehatan ibu dan janin
4. Resiko tinggi terjadinya cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress
5. ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : ny I
Tanggal : 26-2-2015
Diagnosa medis : G2P1A0 Gravida 35-36 minggu + PER
No/tgl Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi Impleme Evaluasi
ntasi
1. Ketidakefektifan perfusi Tupan : 1. Kaji ulang 1. Sakit
27-2- jaringan berhubungan Setelah adanya kepala
2015 dengan vasospasme dilakukan pusing/nyeri khususnya
Jam sistemik ditandai tindakan kepala pada
08.00 dengan: vasospasme klien, frontal
Ds : klien mengeluh sistemik adalah
nyeri kepala terutama berkurang. 2. Kaji adanya tanda
daerah dahi , pandangan Tupen : kehilangan preeklamsi
kurang jelas/kabur, setelah penglihatan
mudah lelah, dilakukan (biasanya 2. Merupakan
tindakan sementara) tanda
Do : klien tampak selama 6 edema
mengerutkan dahi saat jam serebral
3. Kaji tanda-
pengkajian dilakukan -pusing atau
tanda vital
berkurang hemoragic
tiap 1-2 jam
TTV : -pandangan serebralyan
- TD : 150/100mmhg jelas g akan
4. Dorong dan
-N : 90 x/menit segera
atau bantu
-S : 36,8 0C -TTV dalam terjadi,
ibu yang
-RR :20 x/menit batas yaitu
menjalani
Hasil lab : normal TD : komplikasi
tirah baring
Protein urine 1+ 110/70- eklamsia
untuk
130/90 paling
mengubah
mmhg serius
posisi tiap 2
N : 60- 3. Menyediak
jam
90x/mnt an sumber
5. Berikan
S : 36-370C untuk
RR : 16- obat-obatan perbanding
20x/mnt sesuai an
program dan selanjutnya
pantau efek 4. Perubahan
terurapetik posisi
dan efek meningkat
sampingnya kan aliran
darah dan
perfusi
jaringan

5. Obat
antihiperte
nsi
memerluka
n
pemantaua
n TTV
(TD)
sebelum
dan
sesudah
pemberian,
pemberian
MGSO4
memerluka
n
pengkajian
yang sering
terhadap
frekuensi
pernapasan
, haluaran
urine
sekurang-
kurangnya
30 ml/jam,
adanya
reflek
tendon
dalam, dan
nilai
laboratoriu
m untuk
kadar
magnesium
terurapetik
atau toksik

2. Kelebihan volume Tupan : 1. timbang Penimb


27-2- cairan berhubungan setelah BB tiap angan
2015 dengan perpindahan dilakukan hari pada BB
jam cairan dari sistem tindakan waktu, adalah
08.00 intravaskuler kejaringan dalam 24 timbanga indicat
ekstrasel ditandai jam edema n dan or yang
dengan : berkurang pakaian baik
Ds : klien mengatakan Tupen : yang dalam
bahwa kaki bengkak Setelah sama penamb
terutama pada sore dan 6jam pula. ahan
malam hari -edema atau
Do : berkurang kehilan
- kaki edema dengan -protein gan
derajat 2 urine (-) cairan,
-Genetalia sedikit menim
edema bang
-BB sebelum hamil 56 pada
kg waktu,
-BB setelah hamil 70 2. Kaji timban
kg adanya gan dan
-Protein urine +1 edema pakaian
-Urine output : anasarka yang
400ml/hari atau sama
pitting dapat
membe
rikan
pengkaj
ian
yang
akurat
3. Kaji
warna 2. Edema
dan anasarka
jumlah merupakan
urine kondisi
tiap abnormal,
buang air adanya edema
kecil pitting pada
area
pretibial,wajah
tangan dan
sacrum adalah
4. Jelaskan indicator
pada ibu retensi cairan
mengena
i
pentingn
ya 3. Pada
mempert saat
ahankan filtrasi
pencatata glomer
n asupan ulusber
dan kurang
haluaran dan
ginjal
5. Ajarkan mengal
ibu ami
bagaima kerusak
na an
mengum haluara
pulkan n urine
spesimen akan
urine menuru
n dan
urine
menjad
i pekat
serta
6. Anjurkan
ada
ibu
sedikit
untuk
warna
memeper
darah
tahankan
asupan
4. Dengan
oral yang
mempe
adekuat
rtahank
7. Bantu
an
ibu
pencata
untuk
tan
mendapa
secara
tkan
akurat
posisi
dapat
yang
nyaman memba
dan ntu
anjurkan perawat
ibu menent
untuk ukan
meninggi status
kan kaki cairan
dan dan
tungkai kebutu
serta han
berbarin interve
g miring nsi
5. Kakura
tan
pengu
mpulan
dapat
dipastik
an
lebih
baik
bila ibu
memah
ami
bagaim
ana
pengu
mpulan
spesim
en dan
penting
nya
memat
uhi
prosedu
r
6. Meskip
un
terdapa
t
kelebih
an
cairan
didala
m
jaringa
n,
sistem
intravas
kuler
kekura
ngan
cairan
7. Untuk
mengur
angi
edema
perifer
dan
depend
en serta
mengo
ptimalk
an
aliran
balik
darah
kejantu
ng
3. Ansietas sehubungan Tupan : 1. kaji 1. perawat
27-2- dengan adanya ancaman Setelah pengetah memerluk
2015 terhadap kesehatan ibu diberikan uan ibu an data
jam dan janin ditandai penjelasan tentang dasar
08.00 dengan tentang PRH untuk
Ds : klien mengatakan kondisi dan menyesuai
cemas dengan bagaimana kan
keadaanya setelah dan kemungkina rencana
mendengar penjelasan n yang akan penyuluha
dari dokter bahwa klien klien alami n dan
harus dirawat . cemas klien menghilan
hilang 2. kaji gkan
Do : klien tampak Tupen : pengetah kesalahpa
cemas/sedikit gelisah Dalam uan dan haman
TD : 150/100 mmhg waktu 1 jam penggun guna
N : 90 x/menit -cemas aan menguran
S : 36,8 0C berkurang teknik/str gi
RR : 20 x/menit -klien ategi ketakutan
DJJ : 136x/menit tampak koping dan
tenang ansietas
klien
2. strategi
3. kaji yang
factor pernah
yang berhasil
menyeba sebelumny
bkan a
ansietas kemungki
pada ibu nan besar
akan
berhasil
4. kaji untuk
system menghada
dukunga pi situasi
n ibu yang
menyebab
kan stress
5. dengarka pada klien
n dengan saat ini
aktif 3. untuk
kecemas menentuka
an ibu n factor
mengena yang perlu
i diri dihindari
sendiri, atau
kondisi diubah
dan guna
kekuatan mencegah
nya peningkata
n ansietas
selama
stress
6. berikan berlangsun
obat g
sesuai 4. untuk
program mengetahu
i apakah
ibu
memiliki
system
dukungan
yang
adekuat
atau perlu
dirujuk
5. untuk
memvalid
asi
perasaan
ibu dan
menunjuk
an
perasaan
peduli dan
perhatiand
an untuk
merencana
kan
intervensi
yang tepat
untuk
menguran
gi atau
menghilan
gkan
ketakutann
ya
6. dokter
dapat
meresepka
n obat-
obatan
yang
membantu
ibu untuk
relaks dan
beristiraha
t
4. Resiko tinggi terjadinya 1. monitor 1. Pening
27-2- cedera janin DJJ katan
2015 berhubungan dengan sesuai DJJ
jam fetal distress ditandai indikasi/ sebagai
08.00 dengan 1-2 jam indikasi
Ds : klien mengatakan terjadin
saat ini gerakan janin ya
masih dirasakan 2. Kaji hipoksi
Do : respon a,
BB : 72 kg Janin premat
TB : 156 cm pada saat ure dan
TD : 150/100 mmhg ibu solusio
N : 90 x/menit diberikan placent
S : 36,8 0C tindakan a
RR : 20 x/menit pemberia 2. Reaksi
DJJ : 136x/menit n tehadap
MGSO4 MGSO
3. Jelaskan 4 dapat
adanya menuru
tanda- nkan
tanda pernapa
solusio san
placenta janin
(nyeri dan
perut, fungsi
perdarah jantung
an, serta
Rahim aktivita
tegang, s janin
aktivitas 3. Ibu
janin dapat
menurun menget
) ahui
4. Kolabora tanda
si dan
dengan gejala
tim solusio
medis placent
dalam a dan
pemeriks tahu
aan USG akibat
dan NST hipoksi
a pada
janin

4. USG
dan
NST
untuk
menget
ahui
keadaa
n atau
kesejah
teraan
janin
BAB IV

KESIMPULAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi


sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi
pada kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah
maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin.

Berdasarkan working group classification system hipertensi pada kehamilan


dibedakan menjadi 4 klasifikasi.,yaitu hipertensi gestasional, preeklampsia/eklampsia,
hipertensi yang menyertai preeklampsia dan hipertensi kronis, yang paling ditakutkan dari
hipertensi pada kehamilan adalah preeklamsia dan eklamsia atau keracunan pada kehamilan
yang sangat membahayakan ibu maupun janinnya .

Komplikasi pada ibu dengan preeklampsia terutama berkaitan dengan memburuknya


preeklampsia menjadi eklampsia.Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka
kematian ibu 10 kali lipat dan kematian janin 40 kali lipat.

Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan
proses terapeutik yaitu proses keperawatan .proses keperawatan dipakai untuk membantu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dalam mengatasi
masalah keperawatan yang timbul akibat penyakit hipertensi pada kehamilan

.
LAMPIRAN SOAL

1. Seorang ibu berusia 36 tahun dengan G3P1A1, usia kehamilan 36 minggu datang
ke PONEK sebuah RS, dengan keluhan kepala pusing, bengkak seluruh tubuh,
BAK sedikit dan keluar lendir dari . Dari hasil pengkajian pola nutrisi didapatkan
klien hanya makan sedikit saat memasuki umur kehamilan 8 bulan, karena takut
bayinya besar sehingga sulit melahirkan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD
160/90mmHg nadi 100x/menit, RR 20x/menit, edema1+,vulva /vagina tampak
kotor, dan hasil pemeriksaan laboratorium Hb 7,0, protein urine 1+. Perawat akan
melakukan tindakan vulva hygine, sebelumnya melakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan klien
Apakah faktor penting yang harus dilakukan perawat dalam etika pelaksanaan
asuhan
a. Memasang sampiran
b. Salam pembuka dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. Melakukan tindakan sesuai SOP
d. Informconcent yang disetujui oleh klien
e. Menjaga privasi klien

Jawaban d

2. Seorang ibu berusia 36 tahun dengan G3P1A1, usia kehamilan 36 minggu datang
ke PONEK sebuah RS, dengan keluhan kepala pusing, bengkak seluruh tubuh,
BAK sedikit dan keluar lendir dari . Dari hasil pengkajian pola nutrisi didapatkan
klien hanya makan sedikit saat memasuki umur kehamilan 8 bulan, karena takut
bayinya besar sehingga sulit melahirkan.
Bagaimana peran perawat tentang kebiasaan pola nutrisi klien pada kasus diatas
a. Menyetujui pendapat klien bahwa memasuki umur 8-9 bulan harus mengurangi
makan untuk mengurangi bengkak
b. Memberikan health edukasi yang tepat tentang nutrisi yang penting untuk ibu
hamil
c. Menyalahkan pasen
d. Menanggapi biasa saja karena itu sudah suatu tradisi di masyarakat
e. Menyuruh pasen untuk makan banyak

Jawaban b

3. Seorang perempuan berusia 20 tahun dengan G1P0A0 datang ke poliklinik


kndungan usia kehamilan 28 minggu dengan keluhan kepala pusing , bengkak
pada tangan, kaki dan wajah. Setelah dikaji klien mengaku jarang memeriksakan
kehamilannya karena jauhnya dengan akses kesehatan. Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan TD 160/100. Dan hasil pemeriksaan urine protein 2+. Dari hasil
pemeriksaan dokter klien didiagnosa mengalami PEB danharus menjalani rawat
inap. Perawat menjelaskan kepada klien dan keluarga tenteng keadaan nya dan
tindakan yg harus dilakukan, tetapi klien dan keluarga menolak dirawat inap,
perawat kemudian menjelaska kembali tentang resiko bila tidak rawat inap, tetapi
klien tetap menolak dengan alasan belum berunding dengan keluarga besarnya,
karena tradisi dalam keluarganya harus rembukan dulu sebelum memeutuskan
keputusan. akhirnya perawat memberikan surat penolakan untuk ditandatangani
klien dan keluarga.
Apakah prinsip etik yang sudah dijalani perwat diatas
a. Benefience
b. Justice
c. Autonomi
d. Nonmalefecience
e. Veracity

Jawaban c

4. Seorang perempuan berusia 35 tahun dengan G4P2A1 datang ke poliklinik


kndungan usia kehamilan 30 minggu dengan keluhan kepala pusing , bengkak
pada tangan, kaki dan wajah. Setelah dikaji klien mengaku jarang memeriksakan
kehamilannya karena jauhnya dengan akses kesehatan. Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan TD 160/100. Dan hasil pemeriksaan urine protein 2+. Dari hasil
pemeriksaan dokter klien didiagnosa mengalami PEB danharus menjalani rawat
inap. Perawat menjelaskan kepada klien dan keluarga tenteng keadaan nya dan
tindakan yg harus dilakukan, tetapi klien dan keluarga menolak dirawat inap,
perawat kemudian menjelaska kembali tentang resiko bila tidak rawat inap, tetapi
klien tetap menolak dengan alasan belum berunding dengan keluarga besarnya,
karena tradisi dalam keluarganya harus rembukan dulu sebelum memeutuskan
keputusan. akhirnya perawat memberikan surat penolakan untuk ditandatangani
klien dan keluarga.
Dari kasus diatas apa yang harus dilakukan perawat, dalam menghadapi tradisi
yang ada di masyarakat
a. Memaksakan klien untuk menjalani rawat inap karena dapat mengancam
jiwanya
b. Menghargai keputusan klien dan keluarag dengan memberikan penjelasan
yang tepat
c. Membiarkan klien karena tdk mau dirawat
d. Mengancam klien dan keluarga kalau tidak mau dirawat ibu dan bayinya tidak
akan selamat
e. Acuh tak acuh

Jawaban b
5. Seorang perempuan berusia 35 tahun dengan G4P2A1 datang ke poliklinik
kandungan usia kehamilan 30 minggu dengan keluhan kepala pusing , bengkak
pada tangan, kaki dan wajah. Setelah dikaji klien mengaku jarang memeriksakan
kehamilannya karena jauhnya dengan akses kesehatan. Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan TD 160/100. Dan hasil pemeriksaan urine protein 2+. Dari hasil
pemeriksaan dokter klien didiagnosa mengalami PEB danharus menjalani rawat
inap.
Faktor predisposisi yang menyebabkan klien didiagnosis Preeklamsia Berat pada
kasus diatas adalah
a. Usia 20 tahun
b. Umur kehamilan 28 minggu
c. Usia 20 tahun dengan G1P1A0
d. Jarang memeriksakan kehamilannya
e. Tradisi keluarga

Jawaban c

6. Seorang perempuan usia 40 tahun G2PIA0 ,usia kehamilan 32 minggu datang ke


poli kebidanan dengan keluhan sakit kepala terutama pada dahi, penglihatan
kurang jelas, napas sesak.kaki bengkak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD
180/90, edema ++, dan hasil laboratorium menunjukan protein urine 2+
Apakah diagnosa keperawatan yang paling utama pada pasen tersebut
a. Gangguan rasa nyaman nyeri
b. Gangguan aktivitas
c. Gangguan keseimbangan cairan
d. Gangguan perfusi jaringan
e. Gangguan sistem penglihatan

Jawaban d

7. Seorang perempuan usia 40 tahun G2PIA0 ,usia kehamilan 32 minggu datang ke


poli kebidanan dengan keluhan sakit kepala terutama pada dahi, penglihatan
kurang jelas, napas sesak.kaki bengkak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD
180/90, edema ++, dan hasil laboratorium menunjukan protein urine 2+.
Dari kasus diatas klasifikasi hipertensi pada kehamilan menurut working group
clasification system adalah
a. Hipertensi kronis
b. Preeklamsia
c. Hipertensi gestasional
d. Hipertensi
e. Sindrom HELLP

Jawaban b
8. Pada sebuah klinik di kota bandung,datanglah seorang ibu hamil umur 30 tahun
dgn G2P1A0 umur kehamilan 28 minggu untuk memeriksakan kehamilannya,
dengan keluhan kepala terasa pusing bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit,dari
hasil pengkajian didapat data sebagai berikut TD 160/100,Nadi 100,RR 30, Suhu
36, edema derajat 3, hasil laboratorium protein urine 2+
Dari hasil pengkajian diagnosa keperawatan yang bisa di ambil....
a. Gangguan rasa nyaman
b. Gangguan body image
c. Gangguan keseimbangan cairan
d. Infeksi
e. Gangguan persepsi

Jawaban c

9. Pada sebuah klinik di kota bandung,datanglah seorang ibu hamil umur 32 tahun
dgn G2P1A0 umur kehamilan 32 minggu untuk memeriksakan kehamilannya,
dengan keluhan kepala terasa pusing bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit,dari
hasil pengkajian didapat data sebagai berikut TD 160/100,Nadi 100,RR 30, Suhu
36, edema derajat 3, hasil laboratorium protein urine 2+
Bila ibu diputuskan untuk menjalani perawatan,cairan apa yg dipakai untuk
memenuhi kebutuhan cairannya
a. NaCl 0,9%
b. NaCl 3%
c. Dextrose 5% dan RL
d. Dextrose 10% dan RL
e. Maltosa dan RF

Jawaban c

10. Pada sebuah klinik di kota bandung,datanglah seorang ibu hamil umur 32 tahun
dgn G2P1A0 umur kehamilan 32 minggu untuk memeriksakan kehamilannya,
dengan keluhan kepala terasa pusing bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit,dari
hasil pengkajian didapat data sebagai berikut TD 160/100,Nadi 100,RR 30, Suhu
36, edema derajat 3, hasil laboratorium protein urine 2+

Penyebab ibu edema ektremitas pada kasusu diatas adalah...


a. kurang gerak
b. kurang nutrisic
c. hipertensi
d. meningkatnya volume extrasel
e. tidak dapat diketahui

Jawaban d
DAFTAR PUSTAKA

Bobak , Lowdermilk , Jensen . (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas . Jakarta : EGC

Green , Carol J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir
.Jakarta : EGC

Kennedy & Betsy . (2014) . Modul Manajemen Intrapartum . Jakarta :EGC

Ralph C & Martin L . (2009). Buku Saku Obstetri & Ginekologi . Jakarta : EGC

Sinclair Constance. (2010). Buku Saku Kebidanan . Jakarta : EGC

Serri Hutabean . (2013). Perawatan Antenatal . Jakarta : Salemba Medika

S. Elizabeth R & Jason W. (2012). Patologi pada KehamilanManajemen &


AsuhanKebidanan .

Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai