DI RUANG B
RSUD JOMBANG
DISUSUN OLEH :
PAULUS JENI SUSANTO
1604110
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum
kehailan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nipas. Gangguan hipertensi pada
kemilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal
disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Tiap gangguan hipertensi
pada kehamilan memiliki perbedaan karakteristik, kriteria diagnostic, resiko mordibilitas dan
moralitas perinatal.
1. Hipertensi Gestasional
2. Preeklampsia/Eklampsia
3. Preeklampsia yang menyertai hipertensi kronis
4. Hipertensi Kronis
1. Hipertensi Gestasional
a. pengertian
b. Kriteria diagnostik
Awitan baru hipertensi umumnya setelah usia kehamilan 20 minggu
Tekanan darah sistol lebih dari atau sama denga 140mmHg atau
Tekana darah distole lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
c. Patofisiologi
Vasokontriksi arteriol, vasospasme sistemik dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi gestasional. Sirkulasi arteri
terganggu karena adanya segment yang menyempit dan melebaryang berselang
seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya
penurunan suplai darahdan penjempitan pembuluh darah di tempat terjadinya
pelebaran
2. Preeklamsia
a. Pengertian
b. Etiologi
Bukti epidemologi menunjukan bahwa respons mal adaptive imun berperan dalam
etiologi preeklamsia/eklamspsia.Terjadinya preeklamsia dapat disebabkan oleh respon
intravaskuler yang abnolmal atau berlebih terhadap materi genetic asing yaitu janin
dan khususnya jaringan plasenta.
Plasenta juga dapat memainkan peranan penting dalam patogenesis
preeklamsia/eclampsia.Wanita yang hamil dengan pria dari ras yang berbeda memiliki
insiden spreeklamsia yang lebihtinggi.Selainitu, wanita multipara beresiko mengalami
preeklamsia/eclampsia seperti nulipara saat dia mengandung dari pasangan yang baru.
Disposisi genetik dianggap sangat berperan penting dan terdapat signifikan yang
mendukung disposisi familiar terhadap preeklamsia/eklampsia. Peningkatan jumlah
bukti ini tampak pada riwayat obstetric ibu ,anak perempuan dan cucu perempuan.
Mungkin dapat pewaris ansifat resesif gen tunggal atau gen dominan dari ibu dengan
dominasi inkomplet.
c. Faktor predisposisi
d. Patofisiologi
e. Kriteria Diagnostik
Preeklampsia biasanya dikatagorikan sebagai preeklampsia ringan atau berat ,
terutama didasarkan pada derajat hipertensi atau proteinuria dan apakah sistem
organ lainnya terlibat
1. Preeklampsia Ringan
Tekanan Darah telah mencapai 140/90 mmHg atau lebih tetapi kurang dari
160/110 mmHg pada dua waktu yang berbeda dengan interval 4 jam
Proteinuria tercatat mencapai 1+ atau sekitar 300mg dalam spesismen
urine 24 jam.
Kenaikan berat badan lebih dari 2,26 kg/minggu selama trimester kedua
atau lebih 0,9 kg/minggu selama trimester ketiga
Edema ringan diseluruh tubuh.
2. Preeklampsia Berat
Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik
110 mmHg atau lebih.
Proteinuria menetap 2+ atau lebih ( 500mg/24 jam)
Pengeluaran urine menurun hingga kurangdari 50 ml dalam 24 jam.
Sakit kepala berat.
Masalah penglihatan (skotoma ataupenglihatan kabur).
Trombositopenia.
Nyeri epigastri.
Mual atau muntah.
Peningkatan enzim hati ALT atau AST.
Iritabilitas, gelisah atau takut.
Edema paru disertai gawat napas.
f. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dengan preeklampsia terutama berkaitan dengan
memburuknya preeklampsia menjadi eklampsia. Komplikasi pada janin berhubungan
dengan insufiseensi uteroplasenta akut dan kronis misalnya lahir mati atau gawat
janin intra partum serta persalinan dini ( komplikasi prematur )
Saat preeklampsia berat terjadi sebelum usia kehamilan 32 minggu, insidens
komplikasi yang serius oada ibu tergolong tinggi dan kondisi ahir janin dapat buruk,
yang sering kali diakibatkan restriksi pertumbuhan atau asfiksia saat lahir.
Waspadai tanda – tanda berikut : abrupsio plasenta, sindrom HELLP, eklampsia,
koagulasi intravaskuler diseminata, dan gagal ginjal akut
g. Penatalaksanaan Medis
h. Pemeriksaan Diagnostik
d. Ktiteria diagnostik
Diagnosis berdsarkan pada adanya
Hemolisis
Apus periper abnormal
Laktat dehidrogenesis > 600 U/L
Bilirubin total lebih dari 1,2 mg/dl
Peningkatan enzim hati
Ast serum > 70 unit/l
Laktat dehidrogenase >600 U/l
Trombosit rendah < 150.000
e. komplikasi
Hemoragi spontan dan hemoragi pascapartum
Perkembangan superimposed DIC
Abrupsio plasenta
Gagal ginjal
Edema paru
Ruptur uteri
4. Eklampsia
a. Pengertian
Eklampsia didefinisikan sebagai awitan aktifitas kejang atau koma
pada ibu hamil yang berdiagnosis hipertensi gestasional atau
preeklampsia, tanpa riwayat patologis neulogi sebelumnya (kenned &
besty B 2014).
Eklampsia ialah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeklampsia tanpa didahului gangguan
neurologis.(Bobak dkk, 2012).
Eklampisa merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih
berat yaitu dapat kejang seluruh tubuh dan koma
.
b. Etiologi
Eklampsia menggambarkan perburukan preeklampsia disertai
penurunan fungsi yang cepat pada beberapa organ dan sistem
c. Patofisiologi
Eklampsia merupakan perburukan dari bentuk preeklampsia yang lebih
berat , yaitu dapat terjadi kejang seluruh tubuh atau koma. Kejang
dapat terjadi ketika terdapat muatan listrik berlebihan yang tidak
sinkron padaneuron dalam sistem saraf pusat
d. Kriteria Diagnostik
Diagnosa berdasarkan pada adanya
Kriteria diagnosa pada eklampsia
Adanya kejadia konvulsi yang melibatkan hal berikut
Kedutan awal pada otot wajah.
Gangguan kontraksi otot dengan mengepalkan tangan
dan menggerakangigi dan kemudian relax.
Pernapasan yang berhenti dan kemudian mulai lagi
dengan napas yang dalam, berat dan berbunyi.
Koma yang dapat berlanjut dan berlangsung selama 2
sampai 3 menit hingga beberapa jam.
Tidak ditemukan kemungkinan etiologi kejang yang lain
e. Komplikasi
Pada ibu dengan eklampsia kejang meningkatkan angka kematian ibu
10 kali lipat dan kematian janin 40 kali lipat.Penyebab kematian ibu
karena eklampsia adalah kolaps sirkulasi (henti jantung, edema paru,
syok), perdarahan otak dan gagal ginjal. Janin biasanya meninggal
karena hipokxia, asodosis atau solusio plasenta
f. Penatalaksanaan Medis
1. Segera Pastikan Kesejahteraan Ibu
Masukan alat jalan napas melalui mulut atau penekanan lidah
yang dibalut untuk memperkecil lidah tergigit dan memastikan
jalan napas yang paten
Mulai penghisapan orofaring begitu dapat dipastikan pasen
tidak akan menggigit
Kendalikan pasen dengan lembut untukmencegah trauma
tulang atau jaringan linak
Berikan oksigen
2. Kendalikan kejang
Magnesium sulfat diberikan dengan dosis muatan 4 – 6 g IV
diikuti oleh infus IV 1,5 – 2 g/jam , untuk mencapai kadar
terapeutik 4,8 – 8,4 mg/dl
Jika kejang terjadi lagi > 20 menit, pertimbangkan pemberian
diazepam 5 – 10 mg IV atau amobarbital sampai 250mg
3. Kendalikan hipertensi biasanya dimulai hanya untuk diastolik >110
dan dengan target diastolik 90 -10
5. Preeklampsia yang Menyertai Hipertensi Kronis
a. pengertian
b. Kriteria diagnostik
Prognosis baik pada ibu maupun janin jauh lebih buruk dibanding
pada hipertensi kronis atau preeklamsia saja. Resiko abrupsio plasenta
meningkat pada ibu hamil dengan penyakit ini, janin beresiko lebih tinggi
mengalami restriksi pertumbuhan dibanding pada kondisi preeeklampsia
atau hipertensi kronis saja.
.
6. Hipertensi Kronis
a. Pengertian
b. Etiologi
Kira – kira 80% hipertensi kronik adalah idiopatik dan 20 % karena
penyakit ginjal
c. Kriteria diagnostik
Tekanan Darah sistolik lebih dari 140 mmHg
Tekanan Darah diastolik lebih dari 90mmHg
Hipertensi sudah ada dan dapat diobservasi sebelum kehamilan
Didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu
Menetap lebih dari 12 minggu pascapartum
d. Penatalaksanaan Medis
Pasen obstetrik dengan penyakit ginjal atau kardiovaskuler hipertensi
kronis harus ditangani serupa dengan pasen preeklampsia. Banyak
pasen tersebut akan mengalami superimposed preeklampsia, dan tidak
mungkin menentukan masalah dasar sebenarnyasampai paling sedikit 3
– 4 bulan setelah melahirkan, ketika pemeriksaan dan penelitian yang
tepat dapat dilakukan.
Jika tekanan darah diastolik melebihi 100 mmHg, mulailah pemberian
obat anti hipertensi untuk mencegah stroke atau gagal jantung pada
ibu.
Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam
melakukan proses terapeutik yaitu proses nkeperawatan .proses keperawatan dipakai
untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistemik dalam
mengatasi masalah keperawatan yang ada.
1. Pengkajian
Pengumpulan data
Data – data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi komponen-komponen berikut:
a. Identitas Ibu
Faktor-faktor seperti paritas, usia, dan lokasi geografis perlu dikaji. Wanita yang
baru menjadi ibu atau ibu dengan pasangan baru lebih mudah terkena
preeklampsia, wanita berusia < dari 18 tahun dan > 35 tahun memiliki insiden
preeklampsia yang sangat tinggi.
b. Keluhan Utama
Ibu dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan seperti sakit kepala
terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata
kabur, proteinuria, peka terhadap cahaya dan nyeri uluhati.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala, diplopia, nyeri abdomen atas,
oliguria (< 400 ml/24 jam) serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
apakah ibu hamil menderita diabetes, penyakit ginjal, rematoid artitis, lupus atau
skleroderma serta perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul.Apakah
tindakan yang telah dilakukan untuk menghilangkan keluham tersebut.
B2 (blood)
Gangguan fungsi kardiovaskuler padadasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi.Selain itu terdapat perubahan hemodinamik dan
operubahan volume darah berupa hemokonsentrasi.Pembekuan darah terganggu
sehingga waktu trombin menjadi memanjang. Gejala yang paling khas adalah
trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar
antritrombin III, sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung
koroner, episode palpitasi, peningkatan tekanan darah, tahikardi, terdengar
murmur, kadang bunyi jantung S2 pada dasar, S3 dan S4, denyut nadi jelas di
karotis, jugularis, radialis, stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis dan pada suhu dingin.
B3 (brain)
Lesi di otak ini sering terjadi karena pecahnya pembuluh akibat
hipertensi.Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau
MRI. Otak akan mengalami edema vasogenuik dan hipoperfusi. Pemeriksaan
EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang
dapat bertahan dalam jangkan waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas,
depresi, eforia, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernapasan menghela,
dan peningkatan pola bicara.Neorosensori meliputi keluhan kepala pusing,
berdenyut, salit kepala suboksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, serta kenaikan
tekanan pada pembuluh darah serebral.
B4 (bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes melitus, riwayat penggunaan obat diuretik
juga perlu dikaji.Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan
permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat melekul
tinggi.Sebagaian besar penelitian bipsi ginjal menunjukan pembengkakan endotel
kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis
hemoragik peroporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar
merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
B5 (bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung
tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
suboksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada dan nyeri efigastik (ulu hati).
j. Pemeriksaan Untuk Menentukan Status Janin
Perfusi uretroplasenta menurun pada ibu yang menderita preeklampsia,
sehingga hal ini membahayakan janin.Denyut jantung janin harus diperiksa untuk
menentukan nilai dasar, variabilitas, perubahan periodik dan tidak periodik.
Pemantauan biofisik atau biokimiawi untuk mengetahui keadaan janin bisa di
programkan, hitung pergerakan janin, pemeriksaan tidak stres (nonstres tes NST)
k. Pemeriksaan Diagnostik
Sel darah putih (SDP)
Hemoglobin dan hematokrit (Hb dan Ht)
Gas Darah Arteri (GDA)
Laju endap darah (LED)
Elektrokardiografi (EKG)
Echokardiografi (EEG)
Pencitraan jantung radionukkleotida
Amniosintesis
Seri ultrasonografi
Tes presor supine
Kreatinin serum
Tes urine lengkap
Strees kontraksi
Tes cairan amniotik ultrasonografi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umu untuk ibu dengan gangguan hipertensi pada
kehamilan hal-hal berikut.
1. Perubahan perfusi jaringan atau organ: menurun berhubungan dengan vasospasme
siklik, edema serebral, perdarahan.
2. Kelebihan volume cairan (ektrasel) berhubungan dengan perpindahan cairan dari
sistem intravaskuler ke jaringan ektrasel.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan ibu dan janin.
4. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tahanan
vaskular sistemik.
5. Risiko terjadinya cedera ibu berhubungan dengan iritabilitas sistem saraf pusat
(SSP) akibat edema otak,vasospasme, penurunan perfusi ginjal, terafi mgnesium
sulfat dan artihipertensi.
6. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan insufiensi uteroplasenta, kelahiran
prematur, solusio plasenta.
3. Rencana tindakan keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia ibu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan perubahan
perfusi jaringan dapat teratasi.
Kriteria hasil yang diharapkan.
a. Tidak ada penurunan frekuensi jantung janin.
b. Tekanan darah normal.
c. Ibu hamil bebas edema patologis.
Rasional
Adanya masalah-masalah jantung dapat dipengaruhi oleh peningkatan
kebutihan sirkulasi selama kehamilan yang dapat mengakibatkan
kerusakan oksigenisasi jaringan.
Keadaan tersebut menandakan kegagalan jantung awal dan hipoksia.
Memudahkan ibu hamil bernafas dengan menentukan tekanan karena
pembesaran uterus pada diagfragma dan membantu meningkatkan
diameter vertikal untuk ekspansi paru, membantu mencegah statis vena
pada ektremitas bawah.
Tirah baring menyebabkan aliran darah oteroplasenta yang sering kali
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis.
Magnesium sulfat (MGSO4) adalah obat anti kejang yang bekerja pada
sanbungan mioneural dan merelaksasi vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan perfusi ginjal serta mobilisasi
cairanektraseluler (edema dan diuresis).
Hipoksia uterus atau plasenta akan menurunkan aktivitas janin dan
DJJ. Hipoksia dapat meningkatkan penurunan kadar estriol.
Rasional
Data-data dasar digunakan untuik memantau hasil terapi.
Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat antikejang yang bekerja pada
sambungan mioneural dan merelakan vasospasme.
Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat
menyebabkan depresi pernapasan berat.
Rangsangan kuat, misalnya cahaya tgerang dan suara keras dapat
menimbulkan kejang.
6. Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress.
Tujuan :Diharapkan tidak terjadi cedera pada janin.
Kriteia hasil yang diharapkan :Denyut jantung janin (DJJ) normal adalah
120-160 x/menit.
Rencana asuhan keperawatan.
Monotot DJJ sesuai indikasi.
Kaji pertumbuhan janin.
Jelaskan adanya tanda-tanda solusio plasenta (nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, dan aktivitas janin menurun)
Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.
Rasional
Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoksia, prematur, dan
solusio plasenta.
Penurunan fungsi plasenta bisa mengakibatkan karena hipertensi.
Ibu dapat mengetahui tanda dan gejalasolusio plasenta dan tahu akibat
hipoksia bagi janin.
Reaksi terapi dapat menurunkan pernapasan jani dan fungsi jantung
serta aktivitas janin.
USG dan NST untuk mengetahui keadaan/ kesejahtraan janin.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
A.Pengkajian
No. RM : 9697880
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama pasien : Ny I
Umur : 35 Tahun
Suku/bangsa : jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat/tlp :
Status perkawinan : Kawin
Genogram
g
g
g
g
Keterangan : 2
: laki-laki
: perempuan
: perempuan penderita
: laki-laki penderita
: klien / pasien
: kehamilan sekarang
: hubungan keluarga
: tinggal serumah
: hubungan perkawinan
h. Pengkajian psikososial
Jika klien mengalami masalah kesehatan maka klien langsung mendatangi
petugas kesehatan terdekat seperti puskesmas, bidan atau dokter, klien dan suami
serta keluarga yang lain merasa senang dengan kehamilan klien sekarang dan
hubungan seksual pada masa kehamilan frekuensinya dikurangi dengan kesadaran
suami kata klien, klien secara rutin memeriksakan kehamilannya secara rutin ke
bidan terdekat dimulai sejak klien terlambat bulan dan dinyatakan hamil klien
rutin memeriksakan kehamilannya tiap 1 bulansekali dan keluhan pada masa awal
kehamilan atau 3 bulan pertama klien merasakan adanya mual munta dipagi hari
tapi klien masih tetap bias makan walau sedikit-sedikit.
Klien dan keluarga merencanakan proses bersalin pada bidan terdekat.
Klien tampak cemas/sedikit gelisah dengan keadaan yang dialaminya setelah
tahubahwa tekanan darahnya tinggi dan harus menjalani perawat
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
BB : 72 kg / TB 156
Kesadarn compos mentis
b. Pemerisaan kepala dan leher
Pemeriksaan kulit Kepala : rambut hitam bersih tidak kusam, distribusi merata,
tidak rontok, dikulit kepala tidak ada lesi, diraba tidak nyeri hanya sedikit pusing
yang dirasakan klien,
c. Pemeriksaan wajah : sklera tampak bersih tidak ada kelainan, kongjungtiva tidak
amemis, tidak ada edema palpebral, penglihatan kadang kurang jelas/kabur,
terdapat tanda chloasma gravidarum pada bagian pipi sedikit, hidung bersih tidak
ada edema, daun telinga bersih tidak ada kelainan, proses pendengaran normal,
tidak ada lesi, mulut bersih, terdapat caries pada gigi graham kanan, gusi normal,
tidak ada pembengkakan pada gusi
d. Pemeriksaan leher : leher tampak tidak ada kelainan bersih, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, replek menelan baik, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada peningkatan jvp.
e. Pemeriksaan dada dan payudara
Dada tampak simetris,gerakan dada simetris, payudara simetris, tidak ada lesi
ataupun ruam-ruam, areola tampak kehitaman, putting menonjol, produksi
ASI/colostrum (+) ada, bunyi napas vesikuler, bunyi jantung normal S1 S2, tidak
ada bunyi jantung tambahan.
f. Pemeriksaan abdomen
Abdomen tampak buncit sesuai dengan usia kehamilan, terdapat striae
gravidarum, linea nigra, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada luka/lesi, turgor
baik, texture halus, nyeri tekan abdomen + (NTE ).
Leopold I : TFU 31 cm, usia kehamilan 35-36 minggu, TBBA 2900 gr, teraba
bagian lunak yang tidak terlampau bulat dan sukar untuk digerakan,
Lepold II : teraba tahanan keras memanjang di sebelah kiri ( puki), dan teraba
bagian kecil pada bagian kanan klien,
Leopold III : pada bagian bawah teraba bagian kepala dan sudah masuk pintu atas
panggul,
Leopo;d IV : bagian kepala janin sudah masuk PAP separuhnya atau sejajar,
DJJ terdengar (/5’) 11,12,12,=136 x/menit.
g. Pemeriksaan genetalia dan anus
Alat genetalia bersih, tidak ada lesi, labia tampak edema, tidak ada varises, tidak
ada pendarahan atau pengeluaran lendir, tampak sedikit edema, tidak ada
keputihan, pada anus tampak tidak ada hemoroid.
h. Pemeriksaan ekstrimitas
Ekstrimitas atas normal, tidak ada edema, ekstrimitas bawah/kaki bengkak dengan
derajat 1, tidak ada varises, reflek patella +/+, homans sign tidak nyeri.
3. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds : klien mengeluh nyeri Peningkatan sensitifitas Gangguan perfusi
kepala terutama daerah terhadap angiotensin II jaringan
dahi , pandangan kurang
jelas/kabur, mudah Vasokontriksi sistemik
lelah,dan bengkak daerah
kaki Gangguan perfusi
Do : klien tampak jaringan
mengerutkan dahi saat
pengkajian dilakukan
Edema derajat 2
TTV :
TD 150/100mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR :20 x/menit
DJJ 136 x/menit
Ds : klien mengatakan saat Penurunan plasma dalam Resiko tinggi cedera pada
ini gerakan janin masih sirkulasi janin
dirasakan
Do : Peningkatan hematokrit
dalam darah
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit Penurunan perfusi
S : 36,8 0C uretroplasenta
RR : 20 x/menit
DJJ : 136x/menit Resiko tinggi fetal distres
Protein 1 +
Resiko tinggi cedera pada
janin
4. Masalah keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan vasospasme sistemik
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari sistem
intravaskuler kejaringan ekstrasel
3. Anxietas berhubungan dengan adanya ancaman terhadap kesehatan ibu dan janin
4. Resiko tinggi terjadinya cedera pada janin berhubungan dengan fetal distress
5. ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : ny I
Tanggal : 26-2-2015
Diagnosa medis : G2P1A0 Gravida 35-36 minggu + PER
No/tgl Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi Impleme Evaluasi
ntasi
1. Ketidakefektifan perfusi Tupan : 1. Kaji ulang 1. Sakit
27-2- jaringan berhubungan Setelah adanya kepala
2015 dengan vasospasme dilakukan pusing/nyeri khususnya
Jam sistemik ditandai tindakan kepala pada
08.00 dengan: vasospasme klien, frontal
Ds : klien mengeluh sistemik adalah
nyeri kepala terutama berkurang. 2. Kaji adanya tanda
daerah dahi , pandangan Tupen : kehilangan preeklamsi
kurang jelas/kabur, setelah penglihatan
mudah lelah, dilakukan (biasanya 2. Merupakan
tindakan sementara) tanda
Do : klien tampak selama 6 edema
mengerutkan dahi saat jam serebral
3. Kaji tanda-
pengkajian dilakukan -pusing atau
tanda vital
berkurang hemoragic
tiap 1-2 jam
TTV : -pandangan serebralyan
- TD : 150/100mmhg jelas g akan
4. Dorong dan
-N : 90 x/menit segera
atau bantu
-S : 36,8 0C -TTV dalam terjadi,
ibu yang
-RR :20 x/menit batas yaitu
menjalani
Hasil lab : normal TD : komplikasi
tirah baring
Protein urine 1+ 110/70- eklamsia
untuk
130/90 paling
mengubah
mmhg serius
posisi tiap 2
N : 60- 3. Menyediak
jam
90x/mnt an sumber
5. Berikan
S : 36-370C untuk
RR : 16- obat-obatan perbanding
20x/mnt sesuai an
program dan selanjutnya
pantau efek 4. Perubahan
terurapetik posisi
dan efek meningkat
sampingnya kan aliran
darah dan
perfusi
jaringan
5. Obat
antihiperte
nsi
memerluka
n
pemantaua
n TTV
(TD)
sebelum
dan
sesudah
pemberian,
pemberian
MGSO4
memerluka
n
pengkajian
yang sering
terhadap
frekuensi
pernapasan
, haluaran
urine
sekurang-
kurangnya
30 ml/jam,
adanya
reflek
tendon
dalam, dan
nilai
laboratoriu
m untuk
kadar
magnesium
terurapetik
atau toksik
4. USG
dan
NST
untuk
menget
ahui
keadaa
n atau
kesejah
teraan
janin
BAB IV
KESIMPULAN
Penyakit hipertensi pada kehamilan dapat terjadi tanpa ada tanda peringatan atau
gejala yang timbul secara bertahap. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan
proses terapeutik yaitu proses keperawatan .proses keperawatan dipakai untuk membantu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dalam mengatasi
masalah keperawatan yang timbul akibat penyakit hipertensi pada kehamilan
.
LAMPIRAN SOAL
1. Seorang ibu berusia 36 tahun dengan G3P1A1, usia kehamilan 36 minggu datang
ke PONEK sebuah RS, dengan keluhan kepala pusing, bengkak seluruh tubuh,
BAK sedikit dan keluar lendir dari . Dari hasil pengkajian pola nutrisi didapatkan
klien hanya makan sedikit saat memasuki umur kehamilan 8 bulan, karena takut
bayinya besar sehingga sulit melahirkan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD
160/90mmHg nadi 100x/menit, RR 20x/menit, edema1+,vulva /vagina tampak
kotor, dan hasil pemeriksaan laboratorium Hb 7,0, protein urine 1+. Perawat akan
melakukan tindakan vulva hygine, sebelumnya melakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan klien
Apakah faktor penting yang harus dilakukan perawat dalam etika pelaksanaan
asuhan
a. Memasang sampiran
b. Salam pembuka dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. Melakukan tindakan sesuai SOP
d. Informconcent yang disetujui oleh klien
e. Menjaga privasi klien
Jawaban d
2. Seorang ibu berusia 36 tahun dengan G3P1A1, usia kehamilan 36 minggu datang
ke PONEK sebuah RS, dengan keluhan kepala pusing, bengkak seluruh tubuh,
BAK sedikit dan keluar lendir dari . Dari hasil pengkajian pola nutrisi didapatkan
klien hanya makan sedikit saat memasuki umur kehamilan 8 bulan, karena takut
bayinya besar sehingga sulit melahirkan.
Bagaimana peran perawat tentang kebiasaan pola nutrisi klien pada kasus diatas
a. Menyetujui pendapat klien bahwa memasuki umur 8-9 bulan harus mengurangi
makan untuk mengurangi bengkak
b. Memberikan health edukasi yang tepat tentang nutrisi yang penting untuk ibu
hamil
c. Menyalahkan pasen
d. Menanggapi biasa saja karena itu sudah suatu tradisi di masyarakat
e. Menyuruh pasen untuk makan banyak
Jawaban b
Jawaban c
Jawaban b
5. Seorang perempuan berusia 35 tahun dengan G4P2A1 datang ke poliklinik
kandungan usia kehamilan 30 minggu dengan keluhan kepala pusing , bengkak
pada tangan, kaki dan wajah. Setelah dikaji klien mengaku jarang memeriksakan
kehamilannya karena jauhnya dengan akses kesehatan. Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan TD 160/100. Dan hasil pemeriksaan urine protein 2+. Dari hasil
pemeriksaan dokter klien didiagnosa mengalami PEB danharus menjalani rawat
inap.
Faktor predisposisi yang menyebabkan klien didiagnosis Preeklamsia Berat pada
kasus diatas adalah
a. Usia 20 tahun
b. Umur kehamilan 28 minggu
c. Usia 20 tahun dengan G1P1A0
d. Jarang memeriksakan kehamilannya
e. Tradisi keluarga
Jawaban c
Jawaban d
Jawaban b
8. Pada sebuah klinik di kota bandung,datanglah seorang ibu hamil umur 30 tahun
dgn G2P1A0 umur kehamilan 28 minggu untuk memeriksakan kehamilannya,
dengan keluhan kepala terasa pusing bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit,dari
hasil pengkajian didapat data sebagai berikut TD 160/100,Nadi 100,RR 30, Suhu
36, edema derajat 3, hasil laboratorium protein urine 2+
Dari hasil pengkajian diagnosa keperawatan yang bisa di ambil....
a. Gangguan rasa nyaman
b. Gangguan body image
c. Gangguan keseimbangan cairan
d. Infeksi
e. Gangguan persepsi
Jawaban c
9. Pada sebuah klinik di kota bandung,datanglah seorang ibu hamil umur 32 tahun
dgn G2P1A0 umur kehamilan 32 minggu untuk memeriksakan kehamilannya,
dengan keluhan kepala terasa pusing bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit,dari
hasil pengkajian didapat data sebagai berikut TD 160/100,Nadi 100,RR 30, Suhu
36, edema derajat 3, hasil laboratorium protein urine 2+
Bila ibu diputuskan untuk menjalani perawatan,cairan apa yg dipakai untuk
memenuhi kebutuhan cairannya
a. NaCl 0,9%
b. NaCl 3%
c. Dextrose 5% dan RL
d. Dextrose 10% dan RL
e. Maltosa dan RF
Jawaban c
10. Pada sebuah klinik di kota bandung,datanglah seorang ibu hamil umur 32 tahun
dgn G2P1A0 umur kehamilan 32 minggu untuk memeriksakan kehamilannya,
dengan keluhan kepala terasa pusing bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit,dari
hasil pengkajian didapat data sebagai berikut TD 160/100,Nadi 100,RR 30, Suhu
36, edema derajat 3, hasil laboratorium protein urine 2+
Jawaban d
DAFTAR PUSTAKA
Bobak , Lowdermilk , Jensen . (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas . Jakarta : EGC
Green , Carol J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir
.Jakarta : EGC
Ralph C & Martin L . (2009). Buku Saku Obstetri & Ginekologi . Jakarta : EGC
Jakarta: EGC