Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN KASUS

KAJIAN MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU


NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI
DI PUSKESMAS PEMBANTU NAGARI TANJUNG BONEI
AUR KECAMATAN SUMPUR KUDUS
KABUPATEN SIJUNJUNG

Oleh

FITRI SURYANI HADI


NIM. 1820332017

Dosen Pembimbing
Dr.dr.Hudilla Rifa karmia, Sp.OG
Bd.Meilinda Agus,M.keb

PROGRAM STUDI PASCASARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2020
LEMBARAN PERSETUJUAN

Judul Laporan : Kajian Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Nifas dengan Bendungan ASI di Puskesmas
Pembantu Nagari Tanjung Bonei Aur Kecamatan
Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung.
Nama Mahasiswa : Fitri Suryani Hadi
NIM : 1820332017
Ruang Praktik Klinik : Puskesmas Pembantu Nagari Tanjung Bonei Aur
Program Studi : S2 Ilmu Kebidanan Universitas Andalas Padang

Laporan ini telah disetujui dosen pembimbing Praktik Klinik Program Studi

Pascasarjana Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Pada Tanggal

27 Nofember 2020.

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pemimbing II

Dr.dr.Hudilla Rifa Karmia,SpOG Bd.Meilinda Agus,M.keb


NIP : 19870625 201404 2 001 NIP: 19580523 198603 2001

Mengetahui,
Ketua Program Sudi S2 Ilmu Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Prof.Dr.Arni Amir Ms
NIP : 19570717 198603 2 002

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Laporan : Kajian Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas dengan Bendungan ASI di Puskesmas
Pembantu Nagari Tanjung Bonei Aur Kecamatan
Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung.
Nama Mahasiswa : Fitri Suryani Hadi
NIM : 1820332017
Ruang Praktik Klinik : Puskesmas Pembantu Nagari Tanjung Bonei Aur
Program Studi : S2 Ilmu Kebidanan Universitas Andalas Padang

Laporan ini telah di presentasekan dan disetujui dihadapan dosen pembimbing

Praktik Klinik Program Studi Pascasarjana Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas Pada Tanggal 28 Nofember 2020

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pemimbing II

Dr.dr.Hudilla Rifa Karmia,SpOG Bd.Meilinda Agus,M.keb


NIP : 19870625 201404 2 001 NIP: 19580523 198603 2001

Mengetahui,
Ketua Program Sudi S2 Ilmu Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Prof.Dr.Arni Amir Ms
NIP : 19570717 198603 2 002

KATA PENGANTAR
Puji Syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Kajian Asuhan
Kebidanan Pada neonatus dengan judul “Kajian Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di Puskesmas Pembantu Nagari Tanjung
Bonei Aur Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung.”Laporan Kasus ini
disusun untuk memenuhi tugas pada Residensi Praktek dengan mengambil data
sekunder karena masih dalam keadaan pandemic covid 19. Kegiatan Residensi ini
merupakan salah satu kopetensi yang harus di capai pada program pasca sarjana
ilmu kebidanan Universitas Andalas Padang.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen Pembimbing I Ibu
Dr.dr.Hudilla Rifa Karmia,SpOG dan kepada Pembimbing II ibu Bd.Meilinda
Agus,M.keb, juga kepada semua teman teman yang secara langsung atau tidak
langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, semoga
Allah senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua
Penulis meyakini di dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan sehinggga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan
isi dan kualitas laporan kasus ini.

Padang, 24 November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau

peurperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42

hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini

disebut peurperium yaitu kata puer yang artinya bayi dan parous yang berarti

melahirkan. Jadi pueperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Sekitar 50% kematian

ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang

berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

(Pitriani,2013:1).

Perawatan masa nifas merupakan tindakan lanjutan bagi wanita sesudah

melahirkan. Perawatan postpartum bersifat kritis tetapi sering diabaikan dalam

komponen perawatan diri ibu nifas. Resiko sering terjadi ketika satu minggu pertama

postpartum (Early postpartum) karena hampir seluruh sistem tubuh mengalami

perubahan secara drastis, sehingga pada masa early postpartum pemulihan kesehatan

merupakan hal yang sangat penting bagi ibu. Di negara berkembang sekitar 70 % ibu

nifas tidak mendapatkan perawatan nifas. Kebanyakan perawatan nifas diterima ketika

ada resiko kematian pada ibu dan banyak dari kematian ibu terjadi pada wanita yang

berada di rumah dengan perawatan minimal selama periode postpartum yaitu antara

11% - 17% dari kematian tersebut terjadi saat melahirkan dan 50% - 71% pada periode

postpartum (Mardiatun, 2015).

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United

Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) dan World Health


Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui Air Susu Ibu

(ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Beberapa penelitian epidemologis menyatakan

bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari infeksi misalnya diare dan infeksi saluran

pernafasan akut bagian bawah (Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerin

Kesehatan RI, 2014).

Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2013

disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat

107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI

sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami

bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%) (Depkes RI, 2014).

Menyusui merupakan standar emas untuk sebagai makanan bagi bayi dan

anak. Meningkatnya tingkat menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas baik

untuk anak dan ibu. Selain itu, anak-anak yang mendapatkan ASI mampu lebih baik

dalam perkembangan kongitif dan berlanjut sampai kehidupan selanjutnya(Yang

dkk, 2016).

Menyusui merupakan salah satu yang terbaik untuk bayi karena dengan

menyusui, kebutuhan gizi bayi akan terpenuhi. Menyusui merupakan suatu cara yang

tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan

yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Yanti, 2013)

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, yang berguna

sebagai makanan bayinya. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada

bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan
makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh

kembang yang optimal (Walyani, 2015: 167).

Bendungan payudara adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena

peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri

di sertai kenaikan suhu badan (Maryunani, 2015: 13).

Tanda gejala bendungan ASI berupa payudara bengkak, keras, terasa panas

sampai suhu badan naik sehingga menyebabkan air susu tidak lancar atau keluar sedikit.

Pada kasus bendungan ASI bahaya yang terjadi jika tidak tertangani akan terjadi

peradangan pada payudara yang biasa disebut mastitis (Suryani, dkk, 2016).

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika

payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air

susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi meningkat,

terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi

akibat pembatasan waktu menyusui (Suryani, 2016: 13).

Mastitis sebagai salah satu infeksi masa nifas yang sering terjadi sebagai

akibat terjadinya bendungan payudara. Adanya bendungan payudara sebagai dampak

dari ibu nifas yang tidak menyusui (Achyar dan Rofiqoh, 2016).

Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi yaitu akan

terjadi mastitis dan abses payudara. Mastitis merupakan inflamasi atau infeksi payudara

dimana gejalanya yaitu payudara keras, memerah, dan nyeri, dapat disertai demam

>380C (Kemenkes RI, 2013: 223).

Sedangkan abses payudara merupakan komplikasi lanjutan setelah terjadinya

mastitis dimana terjadi penimbunan nanah didalam payudara (Rukiyah, 2012: 27).
Selain berdampak pada ibu, bendungan ASI juga berdampak pada bayi

dimana kebutuhan nutrisi bayi akan kurang terpenuhi karena kurangnya asupan yang

didapatkan oleh bayi.Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan postpartum. Asuhan kebidanan pada masa nifas merupakan hal yang sangat

penting, karena periode ini merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya. Adapun

peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas yaitu, mendorong ibu untuk

menyusui bayinya secara on demand selama kurang lebih dua tahun agar meningkatkan

rasa nyaman serta tali kasih dan mencegah terjadinya bendungan asi yang bisa

menimbulkan bahaya bagi ibu (Marmi, 2012:12).

Dari uraian di atas, bendungan ASI pada masa nifas merupakan masalah yang

penting karena dapat berlanjut menjadi mastitis yang dapat meningkatkan angka

kesakitan ibu dan bayi. Sehingga mendorong peneliti untuk melakukukan penelitian

studi kasus dengan judul “Kajian Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan

Bendungan ASI di Puskesmas Pembantu Nagari Tanjung Bonei Aur Kecamatan Sumpur

Kudus Kabupaten Sijunjung”.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah dari makalah ini

adalah bagaimana Kajian Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

dengan bendungan ASI di Puskesmas Pembantu Nagari Tanjung Bonei Aur

Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung”.

Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mampu melaksanakan Manajemen Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Bendungan Asi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui tentang Konsep masa nifas

2) Mengetahui tentang Bendungan ASI

3) Mengetahui tentang Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan

Bendungan Asi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG NIFAS

2.1 Pengertian Masa Nifas

Nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir

setelah kira-kira enam minggu atau 42 hari( febi sukma,2017).

Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa Latin,yaitu

dari kata “puer”yang artinya bayi dan” parious” yang berarti melahirkan.

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil( febi sukma,2017).

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8

minggu setelah persalinan. proses ini di mulai setelah selesainnya persalinan

dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali keadaan sebelum hamil/

tidak hamil sebagai akibat dari adannya perubahan fisiologis dan fsikologi

karna proses persalinan( febi sukma,2017).

Jadi, masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya

plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu(Febi sukma,2017).


2.2 Perubahan Pada Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi

Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses

involusi, disamping itu juga terjadi perubahan-perubahan penting lain

yaitu terjadinya hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Organ dalam

sistem reproduksi yang mengalami perubahan yaitu:

1) Uterus

Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan

besar. Pada masa pasca persalinan uterus mengalami involusi.

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60

gram( febi sukma,2017)

Uterus hamil (diluar berat bayi, plasenta, cairan dll)

memiliki berat sekitar 1000 gram. Setelah 6 minggu

pascapersalinan, beratnya akan berkurang hingga mendekati

ukuran sebelum hamil yaitu sekitar 50-100 gram. Segerasetelah

melahirkan, fundus uteri akan teraba setinggi umbilikus. Setelah

itu, mengecilnya uterus terutama terjadi pada 2 minggu pertama

pascapersalinan, dimana pada saat itu uterus akan masuk ke dalam

rongga pelvis. Pada beberapa minggu setelah itu, uterus perlahan-

lahan akan kembali ke ukurannya sebelum hamil, meskipun secara

keseluruhan ukuran uterus tetap akan sedikit lebih besar sebelum

hamil( Febi sukma,2017).


Lapisan endometrium akan mengalami regenerasi dengan

cepat, sehingga pada hari ke-7 kelenjar endometrium sudah mulai

ada. Pada hari ke-16 lapisan endometrium telah pulih di seluruh

uterus kecuali di tempat implantasi plasenta.Pada tempat

implantasi plasenta, segera setelah persalinan, hemostasis terjadi

akibat kontraksi otot polos pembuluh darah arterial dan kompresi

pembuluh darah akibat kontraksi otot miometrium (ligasi

fisiologis). Ukuran dari tempat implantasi plasenta akan berkurang

hingga separuhnya, dan besarnya perubahan yang terjadi pada

tempat implantasi plasenta akan mempengaruhi kualitas dan

kuantitas dari lochia( Febi sukma,2017).

Lokhia yang awal keluar dikenal sebagai lokhia rubra (2

hari pasca persalinan). Lokhia rubra akan segera berubah warna

dari merah menjadi merah kuning berisi darah dan lendir, yaitu

lokhia sanguinolenta (3 -7 hari postpartum), dan akan berubah

menjadi berwarna kuning, tidak berdarah lagi, yaitu lokhia serosa

( 7 -14 hari postpartum) . Setelah beberapa minggu, pengeluaran

ini akan makin berkurang dan warnanya berubah menjadi putih ,

lokhia alba, terjadi setelah 2 minggu postpartum. Periode

pengeluaran lokhia bervariasi, tetapi rata-rata akan berhenti setelah

5 minggu( Febi sukma,2017).

Seringkali, seorang ibu mengalami peningkatan jumlah

perdarahan pasca persalinan pada hari ke 7-14. Hal ini disebabkan

oleh lepasnya lapisan pada tempat implantasi plasenta. Periode ini


juga merupakan periode dimana perdarahan pasca persalinan lanjut

terjadi( Febi sukma,2017).

2) Vulva danVagina

Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul

rugae kembali. Vagina yang semula sangat teregang akan

kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada

minggu ke 6-8 setelah melahirkan. Rugae akan terlihat kembali

pada minggu ke 3 atau ke 4.

3) Perineum

Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga

menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang

memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 minggu.

4) Perubahan Payudara

Persiapan payudara untuk siap menyusu terjadi sejak awal

kehamilan. Laktogenesis sudah terjadi sejak usia kehamilan 16

minggu. Pada saat itu plasenta menghasilkan hormon

progesteron dalam jumlah besar yang akan mengaktifkan sel-sel

alveolar matur di payudara yang dapat mensekresikan susu

dalam jumlah kecil. Setelah plasenta lahir, terjadi penurunan

kadar progesteron yang tajam yang kemudian akan memicu

mulainya produksi air susu disertai dengan pembengkakan dan

pembesaran payudara pada periode post partum.


Proses produksi air susu sendiri membutuhkan suatu

mekanisme kompleks. Pengeluaran yang reguler dari air susu

(pengosongan air susu) akan memicu sekresi prolaktin.

Penghisapan puting susu akan memicu pelepasan oksitosin yang

menyebabkan sel-sel mioepitel payudara berkontraksi dan akan

mendorong air susu terkumpul di rongga alveolar untuk

kemudian menuju duktus laktoferus. Jika ibu tidak menyusui,

maka pengeluaran air susu akan terhambat yang kemudian akan

meningkatkan tekanan intramamae(Febi sukma,2017).

Distensi pada alveolar payudara akan menghambat aliran

darah yang pada akhirnya akan menurunkan produksi air susu.

Selain itu peningkatan tekanan tersebut memicu terjadinya

umpan balik inhibisi laktasi (FIL= feedback inhibitory of

lactation) yang akan menurunkan kadar prolaktin dan memicu

involusi kelenjar payudara dalam 2-3 minggu

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah

bersalin. Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal puerperium

akibat dari kurangnya makanan dan pengendalian diri terhadap BAB.

Ibu dapat melakukan pengendalian terhadap BAB karena kurang

pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama


puerperium. Pelebaran (dilatasi) dari pelvis renalis dan ureter akan

kembali ke kondisi normal pada minggu ke dua sampai minggu ke 8

pasca persalinan( febi sukma,2017).

4. Perubahan Sistem Hormonal

Terdapat perubahan hormon pada saat hamil, bersalin dan nifas,

dimana hormon- hormon yang berperan tersebut antara lain :

1) Hormon Plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang

diproduksi plasenta. Hormon plasenta akan menurun dengan cepat

pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental

lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa

nifas. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%

dalam 3 jam – hari ke 7 pasca persalinan dan sebagai onset

pemenuhan payudara pada hari ke 3 pasca persalinan.

2) Hormon Pituitary

Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH dan LH.

Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, dan pada

wanita yang tidak menyusui akan menurun dalam waktu 2

minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara

untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada

fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3 dan LH tetap rendah

hingga ovulasi terjadi.

3) Hormon Hipotalamik pituitary ovarium

Hormon ini akan mempengaruhi lamanya mendapatkan


menstruasi pada wanita menyusui maupun tidak menyusui. Pada

wanita menyusui, 16% wanita akan mendapatkan menstruasi pada

6 minggu pasca persalinan, dan 45% wanita setelah 12 minggu

pasca persalinan. Sedangkan pada wanita tidak menyusui, 40%

wanita akan mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca

persalinan, serta 90% wanita setelah 24 minggu.

4) Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian

belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.

Selama kala tiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam

pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga

mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi

ASI dan sekresi oksitosin sehingga dapat membantu involusi

uteri.

5) Hormon estrogen dan progesteron

Volume darah normal selama kehamilan akan meningkat.

Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik

yang dapat meningkatkan volume darah, sedangkan hormon

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum,vulva serta vagina(Febi sukma,2017).

5. Perubahan Tanda-tandaVital

Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal. Temperatur


kembali ke normal dari sedikit peningkatan selama periode

intrapartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama postpartum.

Nadi dalam keadaan normal kecuali partus lama dan persalinan sulit(

Febi sukma,2017).

6. Perubahan psikologi dan adaptasi lain yang dialami oleh ibu

pascapersalinan

 Abandonment

Adalah perasaan tidak berarti dan di kesampingkan. Sesaat

setelah persalinan, ibu merasa menjadi pusat karena semua

orang menanyakan keadaan dan kesehatannya. Beberapa jam

setelah itu, perhatian orang- orang di sekitar mulai ke bayi dan

ibu merasa “cemburu” kepada bayi.

 Disappointment (kekecewaan)

Adalah perasaan ibu pasca persalinan yang merasa kecewa

terhadap kondisi bayi karena tidak sesuai yang diharapkan saat

hamil.

 Postpartum Blues

80% ibu pasca persalinan mengalami perasaan sedih dan tidak

mengetahui alasan mengapa sedih. Ibu sering menangis dan

lebih sensitif. Postpartum blues pada ibu pasca persalinan juga

dikenal sebagai baby blues dapat disebabkan karena penurunan

kadar estrogen dan progesterone( Febi sukma,2017).


2.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah :

1) Untuk mempercepat involusi uterus ( rahim )

2) Untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologisnya.

3) Melaksanakan skrining yang komprehensif, deteksi dini, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, cara dan manfaat menyusui, pemberian

imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

5) Memberikan pelayanan KB

6) Mendapatkan kesehatan emosi ( Febi sukma,2017).

2.4. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Puerperium dini adalah suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan

untuk berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial adalah suatu masa dimana kepulihan dari organ-

organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu bila selama hamil atau

waktu persalinan mengalami komplikasi( Febi sukma,2017).

2.5. Tanda Bahaya Pada Ibu Nifas


Sebagian besar kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa

nifas yang normal. Akan tetapi, 15-20 % diperkirakan akan mengalami


gangguan atau komplikasi. Gangguan tersebut dapat terjadi secara

mendadak dan biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya, Oleh karena

itu, tiap tenaga kesehatan, ibu hamil, keluarga dan masyarakat perlu

mengetahui dan mengenali tanda bahaya.

Tanda bahaya pada ibu di masa nifas antara lain :

a) Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan yang banyak, segera atau dalam 1 jam setelah melahirkan,

sangat berbahaya dan merupakan penyebab kematian ibu paling sering.

Keadaan ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 2

jam. Ibu perlu segera ditolong untuk penyelamatan jiwanya.Perdarahan

pada masa nifas (dalam 42 hari setelah melahirkan) yang berlangsung

terus menerus disertai bau tak sedap dan demam, juga merupakan tanda

bahaya.

1) Keluar cairan berbau dari jalan lahir

Keluarnya cairan berbau dari jalan lahir menunjukkan adanya

infeksi. Hal ini bisa disebabkan karena metritis, abses pelvis, infeksi

luka perineum atau karena luka abdominal.

2) Bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang-

kejang. Bengkak pada wajah, tangan dan kaki bila disertai tekanan

darah tinggi dan sakit kepala (pusing).

3) Demam lebih dari 2 hari

Demam lebih dari 2 hari pada ibu nifas bisa disebabkan oleh infeksi.

Apabila demam disertai keluarnya cairan berbau dari jalan lahir,

kemungkinan ibu mengalami infeksi jalan lahir. Akan tetapi apabila


demam tanpa disertai keluarnya cairan berbau dari jalan lahir, perlu

diperhatikan adanya penyakit infeksi lain seperti demam berdarah,

demam tifoid, malaria, dsb.

4) Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit bisa disebabkan karena

bendungan payudara, inflamasi atau infeksi payudara.

5) Gangguan psikologis pada masa pasca persalinan meliputi:

 Perasaan sedih pasca persalinan (postpartum blues)

Depresi ringan dan berlangsung singkat pada masa nifas, ditandai

dengan:

1. Merasa sedih

2. Merasa lelah

3. Insomnia

4. Mudah tersinggung

5. Sulit konsentrasi

6. Gangguan hilang dengan sendirinya dan membaik

7. Setelah 2-3 hari, kadang-kadang sampai 10 hari

 Depresi pasca persalinan (postpartum depression)

1. Gejala mungkin bisa timbul dalam 3 bulan pertama pasca

persalinan atau sampai bayi berusia setahun.

2. Gejala yang timbul tampak sama dengan gejala depresi :

sedih selama >2 minggu, kelelahan yang berlebihan dan

kehilangan minat terhadap kesenangan

 Psikosis pasca persalinan (postpartum psychotic)


1) Ide atau Pikiran bunuh diri

2) Ancaman tindakan kekerasan terhadap bayi baru lahir

3) Dijumpai waham curiga/persekutorik

4) Dijumpai halusinasi/ilusi( Febi sukma,2017).

2.6. Waktu Pelayanan Pasca Persalinan

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah  Mencegah perdarahan masa nifas
persalinan karena atonia uteri.
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut
 Pemberian ASI awal
 Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
 Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan iu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam I setelah
kelahiran/sampai ibu dan byi dalam
keadaan stabil.
2 6 hari setelah  Memastikan involusi berjalan normal :
persalinan uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal
 Memastikan ibbu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
 Memastikn ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
 Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu setelah Sama seperti di atas (6 hari setelah
persalinan persalinan)
4 6 minggu setelah  Menanyakan pada ibu tentang
persalinan penyulit-penyulit yang ada atau bayi
alami
 Memerikan konseling untuk KB secara
dini.
(sumber, saifuddin, AB,2002)

Pelayanan pasca persalinan dilaksanakan minimal 4 kali dengan waktu

kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan yaitu.:

 Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6 - 48 jam setelah persalinan.

 Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah persalinan.

 Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah persalinan.

 Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah persalinan

untuk ibu dan bayi berumur lebih dari 28 hari.(Kemenkes RI, 2019).

2.7. Hal-Hal Yang Harus Dipenuhi Selama Nifas

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:

1) Fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih

2) Psikologi : Dukungan dari keluarga sangat diperlukan


3) Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih

dan menemani saat ibu merasa kesepian

4) Psikososial.

Periode ini diuraikan oleh rubin dalam 3 tahap, yaitu taking on,

talking hold, dan letting go

 Periode Taking on

 Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru

pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya

tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.

 Kemungkinan akan mengulangi pengalamanya waktu

bersalin dan melahirkan

 Tidur tanpa ada gangguan sangat penting bagi ibu

 Peningkatan nutrisi sangat dibutuhkan karena selera

makan ibu biasanya bertambah, kurang nafsu makan

menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak

berlangsung normal.

 Periode Taking Hold

 Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 pascapartum,

ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi

orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung

jawab terhadap bayinya.


 Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,

berkemih, defekasi, dan kekuatan atau ketahanan

tubuhnya.

 Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan

perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui,

memandikan dan mengganti popok. Pada masa ini ibu

agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan

aktivitas. Ia cenderung menerima nasihat bidan/perawat

karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan

kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini, bidan

harus memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.

 Periode Letting go

 Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah

dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian

yang diberikan keluarganya.

 Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan

bayi, ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang

sangat bergantung, menyebabkan berkurangnya hak,

kebebasan, dan hubungan sosial ibu.

 Depresi pascapartum umumnya terjadi pada priode ini.

Banyak ibu mengalami perasaan “let down” setelah

melahirkan, sehubungan dengan seriusnya pengalaman

waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan

untuk mengatasi secara efektif dalam membesarkan


anak. Umumnya, depresi ini sedang dan mudah

berubah, dimulai 2-3 hari setelah melahirkan dan dapat

diatasi 1-2 minggu kemudian. Depresi sedang jarang

menjadi patologis( febi sukma,2017).

Bila Rubin mengatakan bahwa pencapaian peran ibu ini

dimulai sejak hamil sampai enam bulan setelah melahirkan, Mercer

melihat bahwa peran aktif seorang wanita dalam pencapaian peran

ini umumnya dimulai setelah bayi lahir, yaitu pada tiga bulan sampai

tujuh bulan pascapartum.

Mercer menemukan 11 variabel yang mempengaruhi wanita dalam

pencapaian peran ibu :

1. Usia ibu waktu melahirkan

2. Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali

3. Memisahkan ibu dan anaknya secepatnya.

4. Stres sosial

5. Dukungan sosial

6. Konsep diri

7. Sifat pribadi

8. Sikap dalam membesarkan anak

9. Status kesehatan ibu

10. Faktor bayi (Temperamen dan kesehatan bayi)

11. Faktor lain (Latar belakang suku/etnik, status perkawinan, status

sosial ekonomi)
Sementara itu Mercer juga menguraikan 4 faktor dalam masa

adaptasi ibu :

1. Fase pemulihan fisik (lahir sampai 1 bulan)

2. Fase achievement / pencapaian peran (2-4/5 Bulan)

3. Fase Disruption/ Gangguan (6-8 bulan)

4. Fase reorganisasi/Penyesuaian (8-12 bulan)

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi menjadi orang tua

2. Respon dan dukungan dari keluarga

3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan

4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan

2.8. Penanganan Masa Nifas


1) Kebersihan diri :

 Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

 Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan

daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang baru

kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

 Nasihatkan kepada ibu utuk membersihkan vulva setiap selesai

BAK/ BAB

 Sarankan ibu untuk menggnti pembalut atau kain pembalut

stidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan keringkan di bawah sinar matahari dn

disetrika

 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelainnya.

 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

2) Istirahat

 Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan

 Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga

secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi

bayi tidur

 Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan

- Menyebabkan depresi dan ketidakampuan untuk merawat bayi

dan

dirinya sendiri.

3) Gizi

Ibu menyusui harus :

 Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

 Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral,

dan vitamin yang cukup.


 Minum setidaknya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum

setiap kali menyusui)

 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin

 Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar isa memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya.

4) Perawatan Payudara

 Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu

 Menggunakan bra yang menyokong payudara

 Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar

pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui

tetap dilakukan, dimulai dari putting susu yang tidak lecet.

 Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI

di keluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.

 Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parsetamol 1 tablet 4-

6 jam

 Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :

- Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan

hangat selama 5 menit

- Urut payudara dari pangkal menuju putting susu atau gunakan

sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju putting

- Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga

putting susu menjadi lunak.


- Susukan bayi setiap 2-3 jam, Apabila tidak dapat mengisap

seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan dan letakkan kain

dingin pada payudara setelah menyusui

2.9. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit

empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

2. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

3. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

4. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas.

5. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya(Febi sukma,2017).

2.10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97


Tahun 2014

Pasal 15 (1) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan masa sesudah

melahirkan meliputi: pelayanan kesehatan bagi ibu dan pelayanan kesehatan

bayi baru lahir. Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a paling sedikit 3 (tiga) kali selama masa nifas. Pelayanan

kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan

ketentuan waktu pemeriksaan meliputi:

a) 1 kali pada periode 6 jam - 3 hari pascapersalinan

b) 1 kali pada periode 4 hari - 28 hari pascapersalinan


c) 1 kali pada periode 29 hari - 42 hari pascapersalinan.

Kegiatan Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi:

1) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu

2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

3) Pemeriksaan lokhia dan perdarahan

4) Pemeriksaan jalan lahir

5) Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian asi eksklusif

6) Pemberian kapsul vitamin A

7) Pelayanan kontrasepsi pascapersalinan

8) Konseling

9) Penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas.

Pasal 16 (1) menjelaskan bahwa pelayanan kontrasepsi

pascapersalinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) huruf g

bertujuan untuk menjaga jarak kehamilan berikutnya atau membatasi

jumlah anak yang dilaksanakan dalam masa nifas. Pelayanan

kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui

pemilihan metode kontrasepsi sesuai pilihan pasangan suami istri,

sesuai indikasi, dan tidak mempengaruhi produksi Air Susu Ibu.Dengan

adanya undang-undang diatas diharapkan bidan dapat melaksanakan

tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai etika

kebidanan dan dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan ibu( Febi sukma,2017).


2.11. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post

partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama

masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi

ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu

dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,

menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

8. Memberikan asuhan secara professional.

Dalam proses penyesuaian ini, dituntut konstribusi bidan

dalam melaksanakan kompetensi, keterampilan, dan sensitivitas

terhadap kebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan harus
dapat merencanakan asuhan yang akan diberikan pada ibu sesuai

dengan kebutuhan ibu tersebut.

Pada periode ini bidan dituntut untuk memberikan asuhan

kebidanan terhadap perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana

asuhan fisik lebih mudah diberikan karena dapat dilihat dan dinilai

secara langsung, apabila terjadi ketidak normalan bidan langsung bisa

mendeteksi dan memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan

terhadap emosi dan psikologi ibu membutuhkan ketelitian dan

kesabaran dari bidan. Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan

kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga( Febi sukma,2017).

B. TINJAUAN UMUM TENTANG POST PARTUM BLUES

1. Definisi

Post partum blues adalah suatu sindroma gangguan afek

ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan

dan memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam

rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Rini, 2016 : 92).

Post partum blues ialah keadaan transien dari peningkatan

reaktifitas emosional yang dialami oleh separuh dari wanita dalam

jangka waktu satu minggu pasca persalinan(Irawati,2014)

Post partum blues umumnya terjadi 50% pada ibu baru dan

gejala klinis jelas terlihat dari hari ke 3 hingga hari ke 5 kemudian

menghilang dalam beberapa jam hingga beberapa hari kemudian.


(Rahayu, 2017).

Periode post partum menyebabkan stress emosional

terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan

fisik yang hebat. Angka kejadian post partum blues di Asia cukup

tinggi dan bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka

kejadian post partum blues antara 50-70% dari wanita pasca

persalinan (Susanti, 2017).

Di Indonesia kejadian post partum blues yaitu 50 – 70 %

dan hal ini dapat berlanjut menjadi depresi postpartum dengan

jumlah bervariasi dari 5% hingga lebih dari 25% setelah ibu

melahirkan. Data dari BKKBN Provinsi Aceh (2012) dalam Fitriana

(2015) menunjukkan bahwa 7 dari 10 ibu yang melahirkan di

Provinsi tersebut mengalami depresi berat setelah melahirkan.

Gejala depresi yang ditunjukkan seperti susah tidur dan tidak nafsu

makan merupakan keluhan yang paling sering dirasakan para ibu

pasca melahirkan( Fitriana,2015).

2. Faktor penyebab post partum blues

Faktor penyebab post partum blues dapat dilihat dari

beberapa faktor baik karena pengalaman persalinan, dukungan suami

sampai dengan usia ibu saat melahirkan. Berikut beberapa faktor

penyebab terjadinya post partum blues yaitu :

 Faktor hormonal

Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesterone,


proklatine, serta estriol terlalu rendah. Kadar estrogen turun

secara tajam setelah melahirkan dan ternyata estrogen memiliki

efek supresi aktivitas non adrenalin maupun serotin yang

berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi ( Arfian, 2012 :

3)

 Ketidaknyamanan fisik

Ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga

menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca melahirkan,

seperti rasa sakit akibat luka jahit, pengalaman persalinan yang

kurang menyenangkan, atau bengkak pada payudara. Ibu dengan

riwayat operasi caesar juga memiliki resiko terkena post partum

blues karena proses penyembuhannya lebih lama sehingga

membuat ibu tidak nyaman (Irawati, 2014).

Menurut penelitian Azizah tahun 2016 didapatkan hasil

penelitain dari 39 ibu bersalin post SC, didapatkan 55% ibu

mengalami post partum blues. Post partum blues seharusnya

segera ditangani karena akan berujung pada gangguan mental

yang memotivasi sang ibu untuk menyakiti dirinya sendiri jika

tidak segera ditangani( Azizah,2016)

Menurut penelitian Rahayuningsih rahun 2013 akibat dari

laserasi perineum yang terjadi pada ibu post partum adalah

adanya nyeri perineum sebanyak 70,9%. Dampak nyeri perineum

tersebut adalah stress, traumatik, takut terluka, tidak nafsu

makan, sulit tidur dan depresi, Sehingga ibu post partum


mengalami keterlambatan mobilisasi, gangguan rasa nyaman

pada saat duduk, berdiri, berjalan dan bergerak, sehingga

berdampak pada gangguan istirahat ibu post partum dan

keterlambatan kontak awal antara ibu dan bayinya (Utami, 2015:

31).

 Melahirkan dengan usia terlalu muda dan terlalu tua

Menurut penelitian Chasanah tahun 2016 menyatakan

dalam ulasanya bahwa Usia terlalu muda dan terlalu tua berarti ibu

yang melahirkan dengan usia <20 tahun dan>35 tahun dan dari

hasil penelitianya menyatakan bahwa kejadian post partum blues

lebih banyak dialami oleh wanita yang berusia kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun (81,8%). Kehamilan dan persalinan pada

remaja menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya post partum

blues. Indonesia termasuk Negara dengan prosentase pernikahan

usia muda tertinggi di dunia (ranking 37) dan tertinggi kedua di

ASEAN setelah Kamboja. Penyebab lain post partum blues selain

usia persalinan dibawah usia 20 tahun adalah kesiapan remaja

dalam perubahan perannya sebagai ibu, antara lain: kesiapan fisik,

mental, finansial dan sosial (Chasanah, 2016).

 Dukungan suami dan keluarga

Menurut penelitain Hidayah tahun 2017 menyatakan dalam

ulasanya bahwa Dukungan suami dan keluarga sangatlah penting

bagi sang ibu apalagi pada saat proses persalinan dan dampingan

yang dilakukan oleh suami dan keluarga pada saat ibu melahirkan
merupakan hal yang penting karena ibu merasa aman dan juga

merupakan salah satu aspek sayang ibu dari hasil penelitianya di

BPM Yayuk Kalbariyanto di Desa Mlati Lor peneliti terhadap 10

ibu postpartum yang terdiri dari 7 multipara dan 3 primipara

didapatkan hasil 6 orang di tunggui suami dan keluarga saat proses

persalinan, sedangkan 4 diantaranya hanya ditunggui keluarga

tanpa suami dengan alasan suaminya tidak ada di rumah (kerja).

Ibu yang ditunggui suami terlihat bahagia setelah melahirkan,

sedangkan ibu yang melahirkan tanpa suaminya (2 orang) tetap

terlihat bahagia sedangkan dua orang lagi terlihat kurang bahagia

karena tidak ada suami disampingnya (Hidayah, 2016).

Dukungan suami adalah faktor yang paling dominan yang

menyebabkan terjadinya post partum blues. Dukungan suami

sangat diperlukan, karena ibu tidak akan merasa beban dengan

apa yang terjadi pada dirinya, baik dukungan saat hamil, saat

bersalin maupun masa nifas dan perhatian suami, komunikasi

yang dijalin, sikap dan perilaku suami dalam membantu ibu baik

dalam kehamilan, persalinan dan nifas akan mempengaruhi

kondisi ibu (Desfanita, 2015).

Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih

1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-

perasan yang tidak pada umumnya seperti merasa sedih, tidak

mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya. hal tersebut

terjadi karena kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan


bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama

hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan

akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan

kebanyakan di rumah sakit, kecemasan akan kemampuannya

untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit,

ketakutan akan tidak menjadi menarik lagi (Nugroho,2014).

 Persiapan kehamilan dan menjadi ibu

Persiapan kehamilan dan menjadi ibu merupakan salah satu

penyebab terjadinya post partum blues. Kehamilan yang tidak

diharapkan seperti hamil diluar nikah, kehamilan akibat perkosaan,

kehamilan yang tidak direncakan sehingga wanita tersebut belum

siap menjadi ibu. Beberapa ibu mampu beradaptasi setelah

melahirkan, tetapi banyak ibu ibu yang tidak mampu beradaptasi

sehingga muncul perasaan sedih tidak ingin mengurus bayinya.

Sebagian wanita lain menerima kehamilan sebagai kehendak alam

dan bahkan pada beberapa wanita termasuk remaja, kehamilan

merupakan akibat percobaan seksual tanpa menggunakan

kontrasepsi. Awalnya mereka terkejut ketika tahu dirinya hamil,

namun seiring waktu mereka akan menerima kehadiran seorang

anak (Rahayu,2017).

 Kondisi ekonomi

Menurut penelitian Susanti tahun 2015 menyatakan dalam

ulasanya bahwa Kondisi ekonomi juga sangat berpengaruh pada

ibu yang terkena post partum blues. Ekonomi yang kurang


menyebabkan ibu merasa kawatir tentang masa depan anaknya

sehingga ibu mengalami tekanan yang mengakibatkan terjadinya

post partum blues. Dari hasil penelitianya didapatkan dari 34

reponden yang mengalami baby blues syndrome sebanyak 5

responden (14,71 %) mempunyai pendapatan Rp 500.000–Rp

1.000.000 perbulan, sebanyak 15 responden (44,12%) mempunyai

pendapatan Rp1.000.000 – Rp 2.000.000 perbulan sedangkan

sebanyak 14 responden(41,17%) mempunyai pendapatan >Rp

2.000.000 perbulan(Susanti,2015).

 Keadaan bayi saat lahir

Menurut penelitian susanti taahun 2017 menyatakan bahwa

Keadaan bayi saat lahir juga berpengaruh pada ibu yang terkena

post partum blues.Keadaan bayi yang cacat atau jenis kelamin yang

tidak diinginkan membuat ibu sulit menerima keadaan bayinya dan

hasil penelitianya didapatkan dari 31 ibu yang melahirkan dan

memenuhi kriteria, terdapat 17 ibu (54,48%) mengalami post

partum blues yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya,

pengalaman kehamilan dan persalinan sebesar 38,71%, dukungan

sosial 19,53%, keadaan bayi saat lahir 16,13%( Susanti,2017).

 Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

kecerdasan emosional, ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi

akan memiliki cara berfikir yang lebih rasional, dan semakin

mudah untuk menerima informasi dan Ibu yang tidak mendapatkan


informasi yang memadai tentang kehamilan dan persalinan

umumnya akan sulit dalam menyesuaikan diri terhadap peran dan

aktivitas barunya sehingga memungkinkan terjadinya gangguan

psikologis seperti post partum blues. Hasil penelitian dari Desfanita

tahun 2015 menyatakan bahwa pendidikan terbanyak yang

mengalami post partum blues adalah SD-SMP yaitu 12 responden

(54,5%) dari 15 responden (Desfanita, 2015).

3. Tanda dan gejala post partum blues

Post partum blues memiliki tanda gejala seperti sedih

berlebihan, menangis tiba-tiba, mudah tersinggung, sulit tidur, nyeri

kepala, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Persiapan

kehamilan, persalinan sampai dengan masa nifas yang baik, serta

dukungan suami yang tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak

terjadi post partum blues (Desfanita, 2015).

Post partum blues biasanya terjadi pada kehamilan yang tidak

diinginkan. Beberapa literatur dan penelitian menunjukkan bahwa

depresi saat kehamilan dapat berkembang menjadi depresi pasca

persalinan.Wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan akan

mengalami peningkatan depresi dan stress yang akan berlanjut pada

saat setelah melahirkan (Susanti, 2013 : 26).

Selain dari gejala yang telah diuraikan Pitriani juga


mengatakan bahwa gejala post partum blues terbagi atas atas 2 yaitu
gejala umum dan gejala medis.
a. Gejala umum
Gejala umum pada ibu post partum blues terbagi atas 6
yaitu

 Perasaan negatif terhadap bayi yang dilahirkannya


(termasuk adanya keinginan untuk membunuh bayi
tersebut)

 Perubahan drastis berat badan

 Adanya perasaan untuk membenci diri sendiri, perasaan


bersalah dan merasa dirinya tidak berguna bagi orang lain
 Sama sekali tidak bias berkonsentrasi walaupun dengan
masalah kecil
 Mudah marah, mudah terhasut, kegelisahan secara
mendalam dan kehilangan harapan
 Merencanakan dan percobaan bunuh diri
 Sering terganggu dalam waktu istirahat dan insomnia berat
 Muncul perasaan malas untuk mengurus bayinya (Pitriani,
2014 : 82).

b. Gejala medis

Gejala post partum blues sampai saat ini belum ada tes

khusus yang dapat mengdiagnosis gejala langsung post partum

blues.Secara medis dokter menyimpulkan beberapa sistem yang

dapat yang tampak dapat disimpulkan sebagai depresi post

partum blues bila memenuhi gejala yang ada. Kekurangan

hormon tiroid pada individu yang mengalami kelelahan yang luar

biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post

partum blues jumlah kadar tiroid yang sangat rendah

(Pitriani,2014 : 93 ).

4. Penanganan post partum blues

 Pendekatan spiritual
Islam memandang anak adalah titipan yang harus dijaga

oleh orang tua sebaik mungkin. Terkadang ada orang tua yang

enggan mengurus anaknya bahkan tidak memberikan nafkah.

Post partum blues merupakan salah salah satu masalah yang

berdampak buruk bagi bayi, sehingga ibu memerlukan

dukungan psikologis dan meningkatkan jiwa spiritual terhadap

Allah SWT.Berdasarkan hasil penelitian Azizah (2016),

terdapat perbedaan antara kelompok ibu yang diberikan

terapi Al-Quran dengan kelompok yang tidak diberikan terapi

Al-Quran. Kelompok kontrol atau kelompok yang tidak

diberikan terapi mendengar Al- Qur'an hasil yang didapat 1

orang (6,7%) tidak mengalami post partum blues, 9 orang

(60%) mengalami post partum blues ringan, 4 orang (26,7%)

mengalami post partum blues sedang, dan 1 orang lainnya

(6,7%) dari post partum blues berat.

 Pendekatan medis

Menurut Marni (2014) dalam Pratama (2016) terdapat 3

penanganan post partum blues yaitu :

1. Komunikasi terapeutik

komunikasi terapeutik bertujuan untuk menciptakan

hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka

dalam rangka kesembuan klien dengan cara mendorong pasien

mampu meredakan segala ketegangan emosinya dan dapat

memahami dirinya sendiri.


2. Peningkatan support mental

Peningkatan suport mental dapat dilakukan oleh

keluarga pasien

diantaranya:

a) Meminta suami untuk membantu mengerjakan pekerjaan

rumah seperti membantu mengurus bayinya dan

menyiapkan susu

b) Memanggil nenek atau keluarga bayi agar bisa menemani

ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi

c) Suami lebih perhatian terhadap istri dan permasalahan yang

dihadapi istrinya

d) Menyiapkan mental dalam menghadapi kelahiran anaknya

e) Suami menggantikan peran istri ketika istri kelelahan dan

memperbanyak dukungan dan menemani istri dalam

mengurus anaknya

f) Ibu dianjurkan sering berkumpul dengan teman-teman

terdekat atau keluarga

3. Dilakukan pada diri klien sendiri

Penanganan post partum blues juga dapat dilakukan

pada diri klien itu sendiri yaitu dengan cara anjurkan ibu

belajar tenang dengan menarik nafas panjang, tidur ketika bayi

tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru

sebagai ibu. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan

masalah yang ada, bersifat fleksibel dan bergabung dengan


kelompok- kelompok ibu baru.Pitriani (2014: 83-84).

Mengatakan dalam ulasan penelitinya bahwa terdapat 7


cara menangani post partum blues yaitu :

a) Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain


yang ingin diungkapkan
b) Bicarakan rasa cemas yang dialami dan belajar tenang
dengan menarik nafas dan meditasi
c) Bersikap tulus dan ikhlas dalam menerima aktivitas dan
tugas baru pasca melahirkan
d) Bersifat fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam
mengurus bayi atau rumah tangga
e) Dukungan tenaga kesehatan, dukungan suami, keluarga,
teman, dan sesama ibu.
f) Memberikan motivasi pada ibu.

Terdapat 2 cara memberi motivasi, yang pertama yaitu

 motivasi langsung (direct motivation) yang diberikan

secara langsung kepada setiap individu yang sifatnya

khusus seperti pujian.

 motivasi tidak langsung (indirect motivation) yaitu

motivasi yang diberikan hanya fasilitas-fasilitas yang

mendukung serta menunjang gairah sang ibu dalam

merawat sang bayi, seperti ruangan yang bersih (Donsu,

2017: 57).
BAB III
LAPORAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

PADA NY. “Y”DENGAN POST PARTUM BLUES

DI PUSKESMAS PEMBANTU NAGARI TANJUNG BONEI AUR

KECAMATAN SUMPUR KUDUS

Tanggal : 27 November 2020 ( Data sekunder) Allo anamnesa

Pukul : 10.00 WIB

I. PENGUMPULAN DATA

A. Identitas / Biodata

Nama Istri : Ny. Y

Umur : 23 Tahun

Suku / Bangsa : Minang / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jorong Koto baru /Tanjung Bonei Aur

Nama Suami : Tn.R


Umur : 26 Tahun

Suku / Bangsa : Minang / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiaraswasta

Alamat : Jorong Koto baru / Tanjung Bonei Aur

B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF) ALLO ANAMNESA

Alasan kunjungan : Ibu post partum

dengan SC hari ke 7 tidak mau tidur ,kurang nafsu makan dan

ingin pergi dan ingin mati saja juga merencanakan tidak mau

lagi menyusui bayinya dengan alasan ASI nya tidak ada dan

ingin memberikan susu formula kepada bayi.

Imformasi dari Bidan : Sering mengirim pesan

watshap ke bidan dengan beragam keluhan dan sering bikin

status watshap dengan tema kesedihan dan jika menelepon bisa

tiba tiba menangis.

1. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang : Ibu merasa gejala gejala penyakit

ini setelah beberapa hari se pulang dari rumah sakit

b. Riwayat penyakit sistematik

Jantung : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Asma / TBC paru : Tidak ada

Hepatitis : Tidak ada


D.M : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

Epilepsi : Tidak ada

PMS : Tidak ada

c. Riwayat alergi

Makanan : Tidak ada

Obat – obatan : Tidak ada

d. Riwayat transfusi darah : Tidak ada

e. Riwayat pernah mengalami gangguan jiwa : Tidak ada

f. Riwayat haid

Menarche : Usia 14 tahun

Teratur/tidak : Teratur

Sifat : Encer

Banyak : 2 x ganti pembalut

Lama : 7 hari

Keluhan : Tidak ada

2. Riwayat Kesehatan keluarga

a. Riwayat penyakit

Jantung : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

Asma : Tidak ada

TBC : Tidak ada

D.M : Tidak ada


Hipertensi : Tidak ada

Epilepsi : Tidak ada

b. Riwayat kehamilan

Gammeli / kembar : Tidak ada

c. Psikologis : Baik

3. Riwayat perkawinan

a. Status perkawinan : Sah

b. Kawin ke :1

c. Usia kawin : 21 tahun

d. Lama hamil setelah menikah : 1 tahun

4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

N Tgl Usia Jenis Tempat Komplikasi Peno- Bayi Nifas


o lahir keha persalinan persalinan long
milan Ibu Bayi PB/ BB/ Keada an Lochea Laktas
JK

1 20 -10- aterm SC RSU Tidak Tidak SpOG 50/270 Baik Normal Asi
2020
ada 0 gram
Laki
laki

5. Riwayat keluarga berencana

a. Alat kontrasepsi yang pernah dipakai / lama : -

b. Alat kontrasepsi yang dipakai sekarang :-

6. Riwayat persalinan terakhir

a. Tempat persalinan : RSU Ali Hanafiah Batu Sangkar


b. Penolong : SpOG

c. Tanggal : 20 - 10 - 2020

d. Jenis persalinan : Sectio Caesar

e. Komplikasi : Tidak ada

f. Plasenta :

- Ukuran :

- Berat :

- Kelainan :

g. Panjang tali pusat :

h. Perineum :

i. Perdarahan

- Kala III :

- Kala IV :

j. Tindakan lain :

k. Catatan waktu

- Kala I :

- Kala II :

- Kala III :

l. Keadaan bayi

- BB/PB : 2700 grm / 50 cm

- Jenis kelamin : laki laki

- Cacat bawaan : Tidak ada

- Keadaan sekarang : Sehat

7. Pola kebiasaan
a. Nutrisi

- Makan

Selama hamil : ± 3 x / hari

Selama Nifas : ada 3 kali sehari tetapi porsi tidak

habis.dan kurang nafsu makan.

- Minum

Selama hamil : ± 8 – 10 gelas / hari

Selama Nifas : Normal / tidak terganggu.

b. Eliminasi

- BAB

Selama hamil : ± 1-2 x/ hari

Setelah melahirkan : Ibu sudah BAB ( 1 kali sehari )

- BAK

Selama hamil : ± 6 x sehari

Setelah melahirkan : Ibu Sudah BAK

c. Istirahat / tidur

Selama hamil : Ada, malam ± 5 jam siang tidak ada

Setelah melahirkan : Ibu susah untuk tidur

d. Keadaan psikologis : Terganggu

e. Riwayat sosial budaya

- Dukungan keluarga : Kurang

- Pantangan makan : Tidak ada

f. Penggunaan obat – obatan / rokok : Tidak ada

8. Penjabaran dari data psikososial


 Keadaan psikososial : Terganggu

 Hubungan dengan suami ada baik baik saja tapi suami jauh

dari istri untuk pergi bekerja ke Pekan baru.

 Ibu kandung dari Ny.Y ini baru saja meninggal dunia sebulan

sebelum melahirkan dan selama ini Ny.Y tinggal bersama ibu

kandungnya.

 Ny.Y bersaudara hanya 1 orang itupun pergi merantau untuk

bekerja ke Pekan Baru.

 Keluarga dari pihak orang tua kandung jarang melihat Ny.Y

karena kesibukan dan tidak ada yang menemani di rumah.

9. Data ekonomi

 Pendapatan suami terkadang cukup dan terkadang tidak

cukup untuk kebutuhan rumah tangga.

 Keluarga penerima kartu jamkesmas / ASKESKIN

C. DATA OBJEKTIF

1. Status Generalis

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : baik

c. Tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Pernafasan : 20 x/ menit

Nadi : 80x/ menit


Suhu : 37,0 o C

d. TB : 150 cm

e. BB sebelum hamil : 58 kg

f. BB saat hamil : 66 kg

g. Lila : 25 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

Rambut : Bersih, tidak rntok, tidak ada ketombe

Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada cloasma

Mata

- Conjunctiva : tidak anemis

- Sclera : Tidak ikterik

Hidung : Bersih

Telinga : Bersih

Mulut/gusi/gigi : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries pada

gigi

b. Leher

Kelenjar gondok : Tidak ada

Tumor : Tidak ada

Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada

c. Dada dan axilla

Mammae

- Pembesaran : ada

- Tumor : Tidak ada


- Simetris/tidak : Simetris

- Putting susu : Menonjol

- Areola : Terjadi Hiperpigmentasi

- Kolostrum/ASI : ASI Ada

Axilla

- Benjolan : Tidak ada

- Nyeri : Tidak ada

d. Ekstremitas

Atas

- Oedema : Tidak ada

- Sianosis : Tidak ada

Bawah

- Oedema : Tidak ada

- Varices : Tidak ada

3. Pemeriksaan Obstetrik

a. Abdomen

- TFU : 1/2 pusat dan simpisis

- Kandung kemih : Tidak teraba

- Ada bekas operasi SC yang belum sembuh dan tidak ada tanda

tanda infeksi

b. Anogenital

Vulva dan vagina

- Varices : Tidak ada

- Kemerahan : Tidak ada


- Nyeri : Tidak ada

- Lochea :Sanguinolenta

Anus

- Hemmorhoid : Tidak ada

- Lain – lain : Tidak ada

Inspekulo

- Vagina : Tidak dilakukan

- Portio : Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

- Golongan darah : B ( sudah ada di tertera di buku KIA)

- Hb : 10 gram % ( Riwayat anemia Hb 8gram %)

b. Pemeriksaan lain : Tidak dilakukan


MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA NY. “Y”
DENGAN POST PARTUM BLUES DI PUSKESMAS PEMBANTU NAGARI TANJUNG BONEI AUR
KECAMATAN SIJUNJUNG

SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANING PENATALAKSANAAN PARAF


KEGIATAN EVALUASI
Tanggal : Status emosional Ibu post partum 1. Informasikan hasil
27-10-2020 Tidak stabil hari ke-7 dengan pemeriksaan 1. Mengimformasikan kan pada 1. Ibu
Hari : Selasa Sering kirim pesan gejala post partum kepada ibu ibu tentang hasil mengetahu
Jam : 10.00 WIB lewat watshap dgn blues 2. Lakukan pendekata pemeriksaan, yaitu : i tentang
TTV dalam batas normal : hasil
keluhan yg n kepada ibu dan
TD : 110/70 mmHg pemeriksa
- Ibu beragam dan Masalah: keluarga dgn baik N : 80x/menit an
mengatakan sangat sering - Psikologis ibu untuk mencari R : 20x/menit kesehatan
susah untuk Posting status terganggu pokok S : 37 °C ya
tidur sedih di WA permasalahan yg ( tapi tidak
Ibu mengalami gejala post
- Kurang nafsu Jika konsultasi tiba Kebutuhan: dialami oleh ibu yg mengataka
partum blues n keadaan
makan tiba menangis. 1) Kebutuhan menyebabkan
kejiwaan
- Ibu Kesadaran istirahat ibu terjadinya gejala 2. Melakukan pendekatan ibu yang
mengatakan baik ( tidur ) post partum blues. kepada ibu dan keluarga dgn terganggu)
2) Intake nutrisi
ingin pergi TTV 3. Lakukan baik untuk mengetahui
ibu
dan TD : 110/70 3) Intake nutrisi kunjungan rumah masalah yang sedang di HASIL
mengatakan mmHg bayi 4. berikan hadapi oleh ibu
ingin mati N : 80 x/menit 4) Pemahaman ttg pengetahuan serta Dari hasil
3. Melakukan kunjungan rumah
saja / bunuh R : 20 x/menit Manajemen pemahaman ttg kunjungan
dengan team pemegang rumah dan
diri. S : 37 °C laktasi/ manajemen laktasi program jiwa dari puskesmas
mamfaat asi berdiskusi dgn
Lockea sanguilenta terutama mengenai 4. Memberikan pengetahuan keluarga di
TFU ½ j pusat- mamfaat asi dan serta pengetahuan dengan ibu dapatkan
simpisis. kerugian sufor dan keluarga tentang
manajemen laktasi terutama
- Ibu Pada perut tampak
mengatakan bekas operasi SC Diagnosa mamfaat asi dan kerugian
rencana tidak yang belum potensial : memberikan susu formula
depresi kepada bayi. 1.orang tua
mau lagi sembuh tapi tidak
postpartum dari si ibu
menyusui ada tanda tanda
sekitar satu
bayinya infeksi. bulan yang
karena Tindakan segera lalu meninggal
merasa asinya Melapor ke dunia
kurang dan pimpinan
bayi sering puskesmas dan 2.Suami
kalaborasi dengan bekerja di
rewel dan
pemegang pekanbaru dan
ingin di beri program jiwa tidak sering
sufor puskesmas untuk pulang
penanganan kasus
ini. 3.keluarga
tidak ada yang
menemani di
rumah untuk
membantu
karena saudara
juga merantau
ke pekan baru.

Hasil
kesepakatan

1.Bidan
kunjungan
rumah 1 kali
dalam 2 hari
kerumah ibu
2.Harus ada
yang
menemani ibu
di rumah
untuk
membantu dan
minimal
keluarga dari
orang tua ibu
ada menemani
dalam sehari
minimal 1 jam
di siang hari
dan 1 jam di
waktu akan
malam.

Dan bagi ibu


sendiri dalam
1 kali dalam 3
hari pergi
konsultasi ke
pustu / ke
puskesmas .

5.Ibu mengerti
dan
memahami
tentang
mamfaat asi
dan kerugian
ttg susu
formula
terhadap bayi
Tanggal 06 -11- Status emosional 1.imformasikan hasil dan ibu
2020. Sudah baik pemeriksaan kepada berjanji akan
Ibu post aprtum menyusui
Pukul 10.00 wib Tampak wajah hari ke 17 normal ibu bahwa tanda tanda
Mengimformasikan hasil anak nya lagi.
Ibu senang dan sudah ceria Masalah vital ibu dalam batas
pemeriksaan kesehatan kepada ibu
tersenyum karena Kesadaran baik Tidak ada normal
di datangi TD 120/80 mmHg Kebutuhan 2. memberitahukan Bahwa tanda tanda vital dalam
petugas dan N.80x/1 1.Anjurkan pergi jadwal kegiatan 1.Ibu
batas normal dan ibu dalam
bidan R.20x/1 ke posyandu untuk posyandu minggu ke mengetahui
keadaan sehat
imunisasi bayi tentang hasil
Ibu merasa S.37.0c tiga bulan November
2. KB pasca salin pemeriksaan
senang dengan Lokea alba hari jumat Memberitahukan jadwal posyandu
3. jelaskan tanda kesehatanya
peran baru nya TFU tidak teraba tanda bahaya nifas 3. menganjurkan untuk
sebagai ibu. lagi memakai KB setelah 40 Menganjurkan untuk memakai Kb
yang harus di 2.ibu
setelah 40 hari post partum
Dan mengatakan Bekas luka operasi beritahukan ke hari ke pustu atau ke mengetahui
suaminya akan sudah sembuh dan petugas kesehatan puskesmas jadwal
Menjelaskan tanda tanda bahaya
pindah usaha foto tdk ada tanda tanda 4. jelaskan tanda tanda nifas posyandu dan
Diagnosa potensial berjanji akan
copy dari pekan infeksi bahaya nifas
Tidak ada pergi ke
baru ke tanjung Tindakan segera posyandu
ampalu yg dekat Belum di perlukan
dari daerah ini . 3.ibu mau ber
Ibu mengatakan KB setelah 40
sangat berterima hari masa
ksih atas bantuan nifas
yang selama ini
4. Ibu
di berikan oleh
mengerti
petugas . tenatng tanda
tanda bahaya
nifas .
BAB IV

KAJIAN ANALISA ASUHAN KEBIDANAN

Pengkajian adalah tahap awal yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pada langkap ini bidan

mengumpulkan semua informasi akurat dan lengkap dari beberapa sumber yang berkaitan dengan kondisi klien dengan cara wawancara

dengan klien, suami, keluarga dan dari catatan atau dokumentasi pasien untuk memperoleh data subjektif.(Varney, 2008).

Tetapi dalam kasus ini peneliti tidak bisa melakukan pengambilan data secara langsung tapi hanya melalui imformasi dari

bidan yang menangani masalah ini via telpon dan watshap untuk pengiriman data dokumentasi yang di perlukan karena kegiatan praktek

klinik residensi ini kami kerjakan pada saat Pandemi Covid -19.

1.Identifikasi data dasar

Pada tanggal 27 Oktober 2020 sekitar jam 10.00 wib Ibu untuk pertama kalinya memeriksakan diri ke Pustu Tanjung bonei

Aur dan di dapat kan data subjektif adalah Ibu mengatakan susah untuk tidur di malam hari,nafsu makan menurun,ibu berkeinginan untuk

pergi dan mau bunuh diri dan Ibu rencana tidak mau lagi menyusukan bayinya karena bayinya sering rewel dan merasa asi nya kurang dan
ingin di beri susu formula sedangkan data objektif di dapatkan kesadaran ibu baik TTV TD:110/70 mmHg,Nadi :80x /menit,Respirasi :20 x

/menit,Suhu :37 °C

Pada pemeriksaan perut ditemukan ada bekas luka operasi SC yang belum sembuh tapi tidak ada tanda tanda infeksi,TFU

pertengahan pusat dan simpisis,lockea sanguinolenta,ASI ada keluar.

Menurut imformasi dari Bidan Ny Y sering kirim pesan lewat Watshap dengan keluhan yang beragam ( sesak nafas, batuk

terus,terasa tercekik)dan sering posting status sedih dan jika menelepon sering tiba tiba menangis.

Menurut jurnal Yunita Sari tahun 2020 tentang post partum blues sebuah tinjauan literature partum Dalam ulasanya

menyatakan bahwa tanda dan gejala post partum blues diantaranya adalah perubahan pola makan, gangguan pola tidur,menangis,merasa

tidak berharga dan merasa putus asa Dan hasil penelitianya didapatkan post partum berusia 1-10 hari paling banyak adalah primi para serta

yang berpendidikan rendah.Dengan pencapaian gejala sedih 48 % ,23 %menangis ,41 % mudah tersinggung ,41 % cemas ,26% labilitas

,imsomnia 15% dan 21% anorexia.

Dan juga hampir seluruh ibu post partum memiliki kualitas tidur yang buruk dan hanya sebagian kecil yang menunjukan

gejala post partum blues sehingga tidak ada hubungan antara kualitas tidur dgn post aprtum blues Secara kesimpulanya faktor terbesar yang

mempengaruhi post partum blues adalah faktor psikologis yang meliputi dukungan keluaraga kususnya dari suami.
Dari data psikososial didapatkan imformasi

 Keadaan psikososial : Terganggu

 Hubungan dengan suami ada baik baik saja tapi suami jauh dari istri untuk pergi bekerja ke Pekan baru.

 Ibu kandung dari Ny.Y ini baru saja meninggal dunia sebulan sebelum melahirkan dan selama ini Ny.Y tinggal bersama ibu

kandungnya.

 Ny.Y bersaudara hanya 1 orang itupun pergi merantau untuk bekerja ke Pekan Baru.

 Keluarga dari pihak orang tua kandung jarang melihat Ny.Y karena kesibukan dan tidak ada yang menemani di rumah.

Menurut Jurnal dari Halimahtus sadiah tahun 2018 tentang hubungan antara timgkat kecemasan emosional ibu post partum

denagn kejadian post partum blues.Post partum blues dapat diatasi dengan banyak istirahat dan dukungan lingkungan terutama

suami,keluarga juga teman dekat si ibu yang memberikan dukungan penuh pada ibu sehingga ibu akan tenang dan tidak merasa terbebani

sehingga ibu akan merasa nyaman dan rileks yang sejalan juga dengan penelitian Yunita sari tahun 2020 bahwa faktor terbesar yang

mempengaruhi post partum blues adalah faktor psikologis yang meliputi dukungan keluarga kususnya dari suami. Sejalan juga penelitian

oleh Ratih tahun 2020 yang menyatakan selain memberikan dukungan sewaktu masa psot partum hal ini juga di lakukan semasa kehamilan

serta dalam persalinan ibu.


Dari Data ekonomi di dapatkan imformasi

 Pendapatan suami terkadang cukup dan terkadang tidak cukup untuk kebutuhan rumah tangga.

 Keluarga penerima kartu jamkesmas / ASKESKIN.

Menurut penelitian dari rati et al tahun 2020 tentang analaisis faktor resiko kejadian post partum blues.

Selain faktor faktor penyebab post partum diantaranya disebabkan oleh faktor ekonomi yang kurang walaupun suami mendukung

namun masih mempengaruhi pikiran ibu dalam perawatan bayinya yang berhubungan dengan kesehatan psikologi ibu .

Hasil penelitianya didapatkan

 Masih terdapat 3 orang responden yang mengalami post partum blues berat meskipun mendapat dukungan dari suami hal ini

disebabkan adanya faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor ekonomi ini .

 Sejalan juga dgn penelitian oleh Susanti,2016 dgn hasil didapatkan dari 34 responden yang menderita post partum blues

mempunyai pendapatan berkisar dari 500.000.- 1.000.000.

Menurut Azizah tahun 2016 penelitianya tentang analisis faktor resiko kejadian post partum blues Faktor penyebab dari post

partum blues diantaranya karena ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca
melahirkan seperti riwayat operasi caesar karena proses penyembuhanya lebih lama sehingga membuat ibu tidak nyaman .Hasil

penelitianya didapatkan dari 39 ibu bersalin post SC di dapatkan 55% ibu mengalami post partum blues.

2. Interprestasi diagnose / masalah Aktual.

Dalam teori disebutkan bahwa diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan

dan memenuhi standart nomenklatur diagnosa kebidanan. Diagnose kebidanan ditulis secara lengkap berdasarkan anamnesa, data subjektif,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dalam kasus Ny.Y.diagnosa kebidanan ditegakkan adalah Ny.Y usia 23 tahun P1A0 nifas hari

ke-7 dengan gejala postpartum blues.

3. Antisipasi diagnosa/ masalah potensial

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, di samping mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2010).

Diagnosa potensi Pada Ny.Y dengan postpartum blues adalah Depresi postpartum apabila tidak cepat ditanggulangi.

Depresi post partum didefinisikan sbg depresi non spikotik yang berupa gangguan mood pada pasca melahirkan yang berlangsung hingga

satu tahun lamanya.


Menurut penelitian Siti Maimunah ,2019 tentang efektifitas metode Double D terhadap depresi post partum pada ibu nifas

fase letting GO di kelurahan wonokromo Suarabaya Hasil penelitianya di dapatkan dari 45 % ibu post partum pada level ringan dan sedang

dgn mempergunakan koisinier EDPS ( Edinburgh Depresio post partum ) menjalani terapi dan efektif untuk menurunkan tingkat depresi

post partum pada ibu nifas.

4. Antisipasi tindakan segera/ kolaborasi/ rujuk

Pada kasus Ny.Y Tindakan segera adalah dengan melapor dengan dokter puskesmas dan kalaborasi dengan penanggung

jawab program Jiwa puskesmas Kumanis Karena kalau tidak cepat di tangani akan bisa berakibat fatal baik bagi ibu dan juga bagi bayi nya

karena Ibu sudah berniat untuk pergi meninggalkan bayi atau ingin bunuh diri dan Berniat untuk tidak menyusui bayinya lagi

Bidan dalam berkalaborasi jika terdapat adanya indikasi dalam situasi darurat dimana bidan harus segera bertindak dalam

rangka menyelamatkan jiwa pasienTindakan Kalaborasi merupakan tugas yang di lakukan oleh bidan sebagai anggota team yang

kegiatanya di lakukan secara bersama sama atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan kesehatan.

5.Perencanaan
Rencana tindakan merupakan proses manajemen kebidanan yang memberikan arah pada kegiatan asuhan kebidanan, tahap

ini meliputi proritas masalah dan menetukan tujuan yang akan tercapai dalam merencanakan tindakan sesuai prioritas

masalah(Salmah,2006).
Dalam kasus Ny.Y ini rencana asuhan disusun adalah

 Imformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu

 Lakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga dengan baik yang bertujuan untuk berdiskusi untuk mencari penyebab

masalah yang dialami oleh ibu yang menyebabkan terjadinya gejala post partum blues.

 Lakukan kunjungan kerumah Ny.Y

 Berikan pengetahuan serta pemahaman tentang manajemen laktasi terutama mengenai mamfaat asi dan kerugian susu

formula untuk bayi.

Menurut jurnal saidah,2018 tentang Hubungan antara tingkat kecemasan emosional ibu post partum dengan kejadian post

partum blues.Post partum blues dapat diatasi dengan banyak istirahat dan dukungan lingkungan terutama suami,keluarga juga teman dekat

si ibu yang memberikan dukungan penuh pada ibu sehingga ibu akan tenang dan tidak merasa terbebani sehingga ibu akan merasa nyaman

dan rileks.

Yang sejalan juga dengan penelitian Yunita sari tahun 2020 bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi post partum blues

adalah faktor psikologis yang meliputi dukungan keluarga kususnya dari suami.
Sejalan juga penelitian oleh Ratih,2020 yang menyatakan selain memberikan dukungan sewaktu masa psot partum hal ini

juga di lakukan semasa kehamilan serta dalam persalinan ibu.

Menurut jurnal Azizah,2016Azizah, Nur. 2016. Terapi Mendengarkan Al-Qur'an Terhadap Pencegahan Blues Postpartum pada Ibu Nifas Di

Rs Tk Dr. Soetarto Yogyakarta. Post partum blues dapat diatasi dengan pendekatan spiritual

Hasil penelitianya terdapat perbedaan antara kelompok ibu yang di berikan terapi alquran dengan kelompok yaang tidak di

berikan terapi mendengar alquran hasil yang di dapat oleh kelompok kontrol terdapat 1 orang ( 6,7%) tdk post partum blues dan 9 0rang

post partum rinagn dan 4 orang mengalami post partum berat.

5. Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan secara menyeluruh seperti yang di uraikan pada langkah kelima secara efisien

dan aman. (Varney,2010).

Menurut Saifuddin (2008) penanganan yang di lakukan adalah : Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik adalah

menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien untuk kesembuhannya dengan mendorong pasien mampu meredakan segala

ketegangan emosi, dukungan keluarga dan orang lain diperlukan jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang ibu

alami Pada kasus ini implementasi dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
 Mengimformasikan kan pada ibu dan tentang hasil pemeriksaan yaitu :
Tanda tanda vital dalam batas normal :

TD : 110/70 mmHg

N : 80x/menit

R : 20x/menit

S : 37 °C

 Melakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga dgn baik untuk mengetahui masalah yang sedang di hadapi oleh ibu

 Melakukan kunjungan rumah dengan ketua team pemegang program jiwa dari puskesmas Kumanis.

 Memberikan pengetahuan serta pemahaman dengan ibu dan keluarga tentang manajemen laktasi terutama mamfaat asi dan

kerugian susu formula.

7. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses manajemen kebidanan yang berguna untuk memeriksa apakah rencana

perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu dan mengetahui sejauh mana efektifitas

pelaksanaan yang telah diberikan dalam mengatasi permasalahan yang timbul pada ibu nifas dengan postpartum blues (Varney,2008).

Evaluasi awal yang didapatkan pada tanggal 27 oktober 2020 adalah


 Ibu mengetahui tentang hasil pemeriksaan kesehatanya tapi petugas ( bidan ) tidak memberitahu bahwa Ny.Ymempunyai gejala

penyakit post partum blues kepada Ny.Y tapi bicara pada pihak keluarga nya.

 Hasil dari kunjungan rumah dengan cara berdiskusi antara bidan, penanggung jawab program jiwa puskesmas serta para kerabat

orang tua dari Ny.Y.adalah

1. Diketahuinya bahwa orang tua kandung ( Ibu ) dari Ny.Y baru saja meninggal dunia sekitar satu bulan yang lalu.

2.Suami Ny.Y bekerja di Pekan baru daerah Riau ( usaha Fotocopy disana)

3. Ny.Y baru sekitar 7 hari yang lalu habis operasi melahirkan di rumah sakit Ali Hanafiah Batu sangkar

4. Keluarga tidak ada yang menemani di rumah untuk membantu karena saudara satu satunya juga kerja merantau ke Pekan baru.

Sedangkan hasil kesepakatan pihak kesehatan dengan pihak keluarga adalah

 Bidan beserta penanggung jawab program Jiwa melakukan kunjungan rumah sebanyak 1 kali dalam 2 hari kerumah Ny.Y.

 Harus ada salah seorang yang menemani ibu di rumah untuk membantu dan minimal ada keluarga dari ke dua orang tua suami / istri

untuk menemani dalam sehari minimal 1 jam disiang hari dan 1 jam di waktu akan malam hari.

 Bagi Ny.Y sendiri dalam 1 kali dalam 3 hari pergi pergi konsultasi ke pustu atau ke puskesmas.
5. Ibu mengerti dan memahami tentang mamfaat asi dan kerugian pemberian susu formula terhadap bayi dan berjanji akan

menyusui bayinya lagi.


BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengkajian Awal pada kasus ibu nifas pada Ny.Y umur 23 tahun Pada tanggal 27 Oktober 2020 sekitar jam 10.00 wib Ibu

untuk pertama kalinya memeriksakan diri ke Pustu Tanjung bonei Aur dan di dapat kan data subjektif adalah Ibu mengatakan susah untuk

tidur di malam hari ,kurang nafsu makan dan Ibu berkeinginan mau pergi meninggalkan anak ( mau mati saja ) dan rencana tidak mau lagi
menyusukan bayinya karena bayinya sering rewel dan merasa asi nya kurang dan ingin di beri susu formula sedangkan data objektif di

dapatkan kesadaran ibu baik TTV TD:110/70 mmHg,Nadi :80x /menit,Respirasi :20 x /menit,Suhu :37 °C.

2. Interpretasi data / Daignosa kebidanan pada kasus ini adalah Ny.Y umur 32 tahun P1 A0 hari ke 7 dengan Post Partum

Blues

3. Diagnosa masalah potensial pada kasus pada Ny.Y.P1A0 Nifas hari ke-7 dengan postpartum blues akan terjadi depresi postpartum

apabila tidak segera di tangani namun tidak terjadi karena pasien cepat mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat dari bidan yang di

bantu oleh team penanggung jawab program jiwa di puskesmas.

5. Tindakan segera pada Ny.Y umur 23 tahun P1A0 Nifas hari ke-7dengan postpartum blues adalah dengan melapor kepada Pimpinan

puskesmas Kumanis serta kalaborasi dengan penanggung jawab program jiwa puskesmas untuk dengan cepat karena ada ditemukan tanda

bahaya pada masa nifas yang perlu segera dilakukan penanganan.

5. Rencana tindakan pada Ny.S umur 23 tahun P1 A0 Nifas hari ke-7 dengan postpartum blues adalah sesuai dengan kebutuhan pasien

6. Pelaksanaan pada ibu nifas Ny.Y umur 23 tahun P1 A0 Nifas hari ke-7 dengan postpartum blues adalah dilaksanakan sesuai dengan

rencana tindakan.
7. Evaluasi Akhir pada ibu nifas Ny.Y umur 23 tahun Pada tanggal 06 -11-2020 dengan postpartum blues didapatkan hasil ,keadaan umum

baik tanda tanda vital dalam batas normal, ibu tidak lagi mengalami gangguan tidur dan makan serta sudah mau menyusukan

bayinya.setelah selama 10 hari perawatan dan penanganan asuhan kepada Ny.Y masalah post partum blues dapat teratasi dan diatandai

Ny.Y sudah bisa datang untuk mengikuti jadwal posyandu tanggal 20 November 2020 ke puskesmas pembantu dengan membawa bayinya

dengan wajah yang ceria dan tidak lagi berkeluh kesah.

3.2 Saran

Disarankan untuk tenaga kesehatan kususnya bidan harus dapat mendeteksi dengan cepat tentang tanda bahaya kususnya

pada masa ibu Nifas sehingga tidak terjadi masalah potensial yang lebih serius dan sangat membahayakan bagi si ibu maupun bayi

si bayi.

Serta perlunya kerja sama antar program yang ada di puskesmas sehingga pencapaian hasil dari kegiatan bisa berjalan

dengan cepat dan tepat.

Demikian makalah ini disusun diharapkan menjadi sumber informasi bagi mahasiswa maupun semua kalangan masyarakat.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini kurang sempurna karena disamping penagambilan data tidak secra langsung hanya
melalui data sekunder serta allo anmnesa terhadap bidan melalui telpon dan via watshap.sehingga masih terdapat banyak

kekurangan, sehingga kritik dan saran membangun dari pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arfian, Sofiyan. Baby Blues Mengenai Penyebab, Gejala, dan Mengantisipasinya.

Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2012.


Astuti, Sri. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta : Erlangga. 2015.

Azizah, Nur. 2016. Terapi Mendengarkan Al-Qur'an Terhadap Pencegahan Blues Postpartum pada Ibu Nifas Di Rs Dr. Soetarto
Yogyakarta.

Chasanah, Nur. 2016. Postpartum Blues pada Persalinan di Bawah Usia Dua Puluh Tahun. Jurnal Akademi Kebidanan Yogyakarta
Vol.14 No. 2.

Desfanita dkk. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Postpartum Blues. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau.
Donsu, Tine. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Pres. 2017. Fitriana, Lisa dkk. 2015. Gambaran Kejadian
Postpartum Blues pada Ibu Nifas

Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Umum Tingkat IV Sariningsih Kota Bandung. Jurnal DIII Keperawatan Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Fauziah, Siti. Keperawatan Maternitas. Jakarta : Kencana. 2015.

Firdayanti. Unmeet Need For Family Planning (Kebutuhan Keluarga Berencana yang Tidak terpenuhi). Makassar: Alauddin
University Press.2012

Hidayah, Noor dkk. 2016. Support Sistem, Pengalaman Persalinan dengan Resiko Post Partum Blues di Bpm Yayuk Kalbariyanto
Kudus Tahun 2016.Jurnal Dosen Stikes Muhammadiyah Kudus Vol. 8 No.2.

Intan. Laporan kemajuan risbinakes. 2017. (www.acedemia.edu.)


Irawati, Dian dkk. Pengaruh Faktor Psikososial dan Cara Persalinan Terhadap Terjadinya Postpartum Blues pada Ibu Nifas. Jurnal
Dosen Poltekkes

Majapahit. 2014.
Klein, Susan, dkk. Buku Bidan, Asuhan pada Kehamilan, dan Kesehatan Wanita.
Jakarta : EGC. 2015.

Mansur. Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan. Jakarta : Selemba Medika. 2014. Marmi. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
“Puerperium Care”. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar. 2012.


Martalia, Dewi. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nadyah. Asuhan Neonatal, Anak dan Maternal, Makassar: Alauddin University Press. 2013.

Nugroho, Taufan. dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika. 2014.

Nurafifah, Dian. Ayah Asi ( Breastfeeding Father) Terhadap Kejadian Postpartum Blues. Jurnal Program Studi DIII Kebidanan
STIKES Muhammadiyah Lamongan.

Nurjanah, Nunung. Asuhan Kebidanan Postpartum. Kuningan : Refika ADITAMA 2013.

Oktarina, Mika. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Yogyakarta : Deepublish. 2016.

Pitriani, Risa dkk. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas III.Yogyakarta: Deepublish. 2014.

Pratama, Kristin. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. A umur 22 tahun P1A0 dengan Postpartum Blues di RSUD Surakarta.
2015.

Pulungan, Fitriyani. Hubungan Pengetahuan Ibu Postpartum engan Sindrom Baby Blues Pada Hari 1-7 Postpartum di Klinik
Romauli Kec. Medan Marelan Tahun 2015. Jurnal Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan. 2017.

Rahayu, Puspa. Karya Tulis Ilmiah Pengalaman Baby Blues. 2017.

Rini, Susilo dkk. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practise. Yogyakarta : Deepublish. 2016.
Rukiyah, Aiyeyeh dkk. Asuhan Kebidanan III. Jakarta : Trans Info Media. 2014.

Susanti, Wahyu dkk. 2017. Analisis Faktor - Faktor Penyebab Terjadinya Baby Blues Syndrom Pada Ibu Nifas. Jurnal Akademi
Kebidanan Citra Medika Surakarta Vol. 7 No. 2.

Varney, Helen dkk. Buku Saku Bidan. 2001. Varney’s pocket midwife, ed. Alfriana Hany. Jakarta : EGC, 2002.

Varney, Helen dkk. Varney’s midwifery. America : Jones and Barlet publisher. 2003. Walyani, Dewi dkk. Asuhan Kebidanan Masa
Nifas dan Menyusui. Yogyakarta

PT Pustaka Baru. 2015.


Waugh, Jason. Patologi pada Kehamilan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2013.

Yodatama, Charla dkk. 2015. Hubungan Bounding Attachment dengan Resiko Terjadinya Postpartum Blues pada Ibu Postpartum
dengan Sectio Caesaria di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Srikandi IBI Kabupaten Jember. Jurnal Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember Vol. 3 No.2.

Anda mungkin juga menyukai