Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PRAKTIK STASE

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS NN. A UMUR 18


TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN
KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI PRAKTIK MANDIRI
BIDAN JULIA DESA NGAWEN KECAMATAN
SIDODADI SURAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Stase Askeb Kehamilan
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi

Disusun oleh:
FITATUL ISLAMIYAH
PB191005 / 15901191008

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK STASE


ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS NN. A
UMUR 18 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 12 MINGGU
DENGAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI PRAKTIK
MANDIRI BIDAN JULIA DESA NGAWEN KECAMATAN
SIDODADI SURAKARTA

Disusun oleh:
Nama : FITATUL ISLAMIYAH
NIM : PB191005 / 15901191008

Disetujui untuk diseminarkan pada tanggal:

Pembimbing Institusi

Tanggal : Aris Prastyoningsih, SST., M.Keb


Di : NIK. 201987230

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat- Nya
sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Kehamilan Patologis Nn. A Umur 18 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 12 Minggu
dengan Kehamilan Tidak Diinginkan di PMB Julia ”. Penyusunan Laporan
Praktik Stase ini bertujuan untuk memenuhi Praktik Stase Asuhan Kebidanan
Kehamilan Semester 2.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Aris Prastyoningsih,
S.ST., M.Keb.selaku pembimbing institusi yang telah membimbing dan
memberikan masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat
terselesaikan tepat waktu.
Dengan Laporan Praktik Stase ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi penulis dan pembaca terutama mengenai masalah kehamilan
fisiologi. Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan yang akan datang.

Surakarta, 15 Juni 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................3
D. Manfaat ..............................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................6
A. Konsep Kehamilan..............................................................................6
1. Pengertian Kehamilan ..................................................................6
2. Tanda-Tanda Kehamilan...............................................................5
3. Pertimbangan Untuk Megegakkan Diagnosa..............................10
4. Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan..........................................14
5. Perubahan Psikologis Ibu hamil..................................................21
6. Faktor Resiko Pada Ibu Hamil.....................................................24
7. Ketidaknyamanan Umum Selama Kehamilan.............................23
8. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil .........................................................26
9. Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil .................................................27
B. Konsep Remaja..................................................................................28
1. Pengertian Remaja.......................................................................28
2. Ciri-Ciri Remaja..........................................................................28
3. Tahap Perkembangan Remaja.....................................................29
4. Perkembangan Fisik.....................................................................30
5. Karakteristik Remaja ..................................................................30
6. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja.....................................32
C. Kehamilan Tidak Diinginkan............................................................33
1. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan....................................33

iv
2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Remaja................................33
3. Akibat Kehamilan Yang Tidak Diinginkan ................................35
4. Dampak Aborsi............................................................................35
5. Deteksi Depresi Pada Remaja......................................................36
D. Manajemen Kebidanan......................................................................40
1. Asuhan Antenatal.........................................................................40
2. Manajemen Asuhan Kebidanan...................................................45
E. Teori Asuhan Inovatif Berdasarkan EBM.........................................59
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................66
A. Data Subyektif...................................................................................66
B. Data Obyektif....................................................................................70
C. Analia Data........................................................................................72
D. Penatalaksanaan.................................................................................73
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................77
BAB V PENUTUP...............................................................................................79
A. Kesimpulan.......................................................................................79
B. Saran..................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami pubertas dimana
perkembangan fisik dan mental berkembang secara pesat. Remaja sebagai
periode masa peralihan antara anak-anak ke masa dewasa yang dimulai seusai
tercapai kematangan seksual secara biologis sesudah pubertas, pada periode
ini individu menunjukkan ciri-ciri seksual dan sifat-sifat kedewasaan serta
mengalami berbagai perubahan fisik, psikologis, mental dan sosial yang mana
individu mulai memberi perhatian ke lingkungan yang lebih luas melalui
lingkungan keluarga dan lingkungan teman sekolah (Sumardjono, 2014).
Masa remaja merupakan awal dari proses menuju kedewasaan. Pada
masa inilah individu sering mengalami kegelisahan dalam dirinya.
Perkembangan kejiwaan remaja terutama pada periode pubertas atau
adolesens, remaja sering dilanda keguncangan-keguncangan yang tidak
jarang muncul dalam perbuatan yang disebut juvenile delinquency atau
kenakalan remaja, dengan gejala-gejala yang menghawatirkan terhadap
kelangsungan hidup negara dan bangsa (Mahmudah, 2014). Kenakalan
remaja yaitu kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan
norma yang berlaku umum atau remaja yang perbuatannya menyimpang dari
norma-norma agama, hukum, dan adat istiadat yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat (Muthohar, 2017). Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja yang gagal menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik
pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan
masa remaja berlangsung secara singkat, dengan perkembangan fisik, psikis
dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis kenakalan remaja merupakan
wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa
kanak-kanak. Sering kali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya,
perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma
terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi (Nurihsan, 2000).

1
Permasalahan yang sering terjadi pada remaja adalah masalah
kesehatan reproduksi, perilaku beresiko, perilaku menyimpang dan tidak
sehat seperti merokok, minum alkohol, penyalahgunaan narkoba dan perilaku
seksual pra nikah. Perilaku seksual pranikah atau orang menyebutnya dengan
istilah seks beresiko adalah perilaku menyimpang seksual yang dilakukan
tanpa adanya ikatan pernikahan. Perilaku seksual pranikah misalnya pacaran
yang tidak sehat diantaranya adalah berpegangan tangan, berpelukan,
berciuman bibir (kissing), rabaan (petting), dan melakukan hubungan seksual.
Berdasarkan data penelitian PILAR PKBI Daerah Jawa Tengah pada tahun
2013 yang diambil dari beberapa sekolah di Kota Semarang, dari 1355 orang
siswa 41,7% sudah pernah berpelukan, 2,6% sudah pernah berciuman bibir,
10,9% sudah pernah memegang organ reproduksi. 11,6% berkeinginan
melakukan hubungan seksual, dan 5,8% sudah melakukan hubungan seksual
(Catatan Data Devisi Data PILAR PKBI Daerah Jawa Tengah pada
wawancara 20/10/2016 pukul 10:15).
Perilaku seksual pranikah di kalangan remaja timbul karena beberapa
faktor diantaranya adalah rasa ingin tahu yang besar, sesuai dengan tugas
perkembangan remaja itu sendiri. Perilaku seksual pranikah yang dilakukan
dapat menimbulkan banyak dampak negatif pada remaja diantaranya adalah
kehamilan tidak diinginkan diluar nikah, penularan penyakit seksual, HIV-
AIDS, rasa takut, bahkan kecanduan untuk melakukannya lagi. Kehamilan
yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu
sebab maka keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon
orang tua bayi tersebut.
Pergaulan bebas yang mengakibatkan kehamilan di luar nikah jelas
akan memberikan pengaruh buruk terhadap kehidupan sosial remaja. Remaja
yang hamil di luar nikah cenderung akan merasa terasingkan baik itu
dilingkungan keluarga atau dilingkungan masyarakat. Mereka lebih banyak
menghabiskan waktu di dalam rumah, enggan untuk berinteraksi dengan
lingkungan dimana dia tinggal, perasaan menyesal dan malu selalu
membayangi mereka.

2
Berdasarkan hal di atas, maka penulis mencoba mengangkat
permasalahan tersebut sebagai bahan laporan yang berjudul “Bagaimana
Asuhan Kebidanan Patologis Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Remaja?”
A. Rumusan Masalah
Adapun konteks perumusan masalahan dalam laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana memahami pengkajian status kesehatan klien yang meliputi
pengkajian biopsiko-sosio spiritual dan kultural.
2. Bagaimana merumuskan perencanaan tindakan kebidanan dengan
masalah sertaa kebutuhan dalam kasus kehamilan.
3. Bagaimana melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
4. Bagaimana menggunakan komunikasi terapeutik dalam memberikan
asuhan pada klien.
5. Bagaimana melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan
pada kasus kehamilan.
6. Bagaimana cara melakukan pembahasan, pendokumentasian dan
pelaporan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan dengan benar sesuai
kode etik profesi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik Stase Asuhan kebidanan Kehamilan
dengan Tigger Case mahasiswa diharapkan mampu melakukan
Asuhan Kebidanan pada kehamilan baik fisiologis (sering buang air
kecil) maupun kehamilan degan masalah secara holistik, komprehensif
dan berkesinambungan yang didukung kemampuan berfikir kritis,
rasionalisasi klinis dan reflektif.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan Praktik Stase Asuhan Kebidanan Kehamilan,
diharapkan mahasiswa mampu:

3
a. Memahami pengkajian status kesehatan klien yang meliputi
pengkajian biopsiko-sosio spiritual dan kultural.
b. Merumuskan perencanaan tindakan kebidanan dengan masalah
serta kebutuhan dalam kasus kehamilan.
c. Melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat.
d. Menggunakan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan
pada klien
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan pada
kasus kehamilan.
f. Mampu melakukan pembahasan, pendokumentasian dan pelaporan
asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan dengan benar sesuai
kode etik profesi.
C. Manfaat
1. Bagi Fasilitas Kesehatan
Hasil laporan ini merupakan suatu masukan bagi pihak fasilitas
kesehatan setempat untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan,
melakukan kolaborasi serta rujukan terutama bagi ibu hamil patologis.
2. Bagi Ibu Hamil
Hasil laporan ini semoga dapat meningkatkan pemahaman dan
wawasan ibu hamil tentang kehamilan, melakukan screaning
kehamilan, dan melakukan konseling untuk penanganan masalah,
sehingga dapat dideteksi dini masalah atau kasus kehamilan patologis
yang munculselama masa kehamilan.
3. Bagi Pendidikan
Hasil laporan ini diharapkan menjadi sumbangan ilmiah dan bahan
bacaan untuk mahasiswa kebidanan lainnya yang berkenaan dengan
kehamilan patologis.

4
4. Bagi mahasiswa
Hasil laporan ini diharapkan menambah wawasan mahasiswa
mengenai pentingnya pelayanan antenatal care serta pemberian asuhan
sesuai dengan kebutuhan ibu hamil.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Periode Antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode
antepartum. (Helen Varney, 2015)
  Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari :
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi ) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm. (Manuaba, 2012)
Kehamilan normal adalah dari konsepsi sampai lahirnya janin dengan kehamilan
280 hari ( 40 minggu ) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Sarwono, 2010)
2. Tanda- Tanda Kehamilan
a. Tanda Tidak Pasti
1) Amenorrhea (terlambat datang bulan)
Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak
dilepaskan sehingga amenorrhea atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda
kehamilan. Namun, hal ini tidak dapat dianggap sebagai tanda pasti kehamilan
karena amenorrhea dapat juga terjadi pada beberapa penyakit kronik, tumor-
hipofise, perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan yang paling sering
gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau malahan
mereka yang ingin sekali hamil
2) Mual Dan Muntah
Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak sampai
muntah yang berkepanjangan dalam kedokteran sering dikenal dengan morning
sickness karena munculnya sering kali pagi hari. Mual dan muntah diperberat oleh
makanan yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang ridak stabil.
Untuk mengatasinya penderita perlu diberi makan-makan an yang ringan, mudah
dicerna dan jangan lupa menerangkan bahwa keadaan ini masih dalam batas normal
orang hamil. Bila berlebihan dapat pula diberikan obat-obatan anti muntah

6
3) Mastodinia
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara
membesar. Faskularisasi bertambah asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh
estrogen dan progesteron.
4) Gangguan Kencing
Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing malam, disebabkan karena
desakkan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke kranial
5) Konstipasi
Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi progesteron atau dapat juga karena
perubahan pola makan
6) Perubahan berat badan
Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan karena nafsu
makan menurun dan muntah-muntah. Pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu
meningkat sampai stabil menjelang aterm
7) Perubahan warna kulit
Perubahan ini antara lain cloasma yakni warna kulit yang kehitam-hitaman
pada dahi, punggung hidung dan kulit daerah tulang pipi, terutama pada wanita
dengan warna kulit gelap. Biasanya muncul setelah kehamilan 16 minggu. pada
daerah aerola dan putting payudara, warna kulit menjadi lebih hitam. Perubahan-
perubahan ini disebabkan stimulasi MSH (Melanocyte Stimulanting Hormone). Pada
kulit daerah abdomen dan payudara terdapat perubahan yang disebut strie
gravidarum yaitu perubahan warna seperti jaringan parut.
8) Perubahan Payudara
Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan, tetapi hal
ini bukan merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada
pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, peengguna rutin
obat penenang, dan hamil semu (pseudocyesis). Akibat stimulasi prolaktin dan HPL,
payudara mengsekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu.
9) Mengidam ( Ingin Makanan Khusus )
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama. Ibu hamil sering meminta
makanan atau minuman tertentu, terutama pada trimester pertama. Akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

7
10) Lelah ( Fatique )
Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya basal metabolic rate (BMR) dalam
trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya aktifitas metabolik produk
kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka rasa lelah yang
terjadi selama trimester pertama akan berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu
hamil akan menjadi lebih segar.
11) Varises
Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Terdapat pada daerah genetalia
eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises
ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama.
Kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda.
b. Tanda Mungkin Hamil
1) Rahim membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar, dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan
dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar
bentuknya.
2) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah
ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti
korpus uteri. Hipertropi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi
panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior
dan tangan satunya pada dinding perut di atas simpisis maka ismus ini tidak teraba
seolah-olah korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus.
3) Tanda Chadwick
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih
merah, agak kebiruan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
4) Tanda Piskacek
Pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga menonjol jelas ke arah
pembesaran tersebut
5) Braxton hicks
Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah berkontraksi.
Waktu palpasi atau pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi
keras berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.

8
6) Tes urine kehamilan (tes hCG) positif
Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon gonadotropin dalam
urine. Kadar yang melebihi ambang normal, mengindikasi bahwa wanita mengalami
kehamilan.
c. Tanda Pasti Kehamilan
1) Teraba Gerakan Janin
Gerakan janin pada primigravida dapat teraba pada kehamilan 28 minggu.
Sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu karena telah
berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan 4 atau 5 janin itu kecil jika
dibandingkan dengan banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau
digoyangkan, maka anak melenting di dalam rahim.
2) Teraba Bagian-Bagian Janin
Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua
3) Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
menggunakan:
 Fetal electrocarddiograph pada kehamilan 12 minggu
 Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu
 Stetoskop leanec pada kehamilan 18-20 minggu
4) Terlihat Kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen
5) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran kantong.
(sulistyawati, 2009)
d. Diagnosis Banding Kehamilan
Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan kehamilan sehingga perlu
dilakukan diagnosis banding di antaranya:
a) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda dugaan hamil,
tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukkan
kehamilan.
b) Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak
disertai tanda hamil. Bentuk pembesaran tidak merata. Perdarahan banyak saat
menstruasi.
9
c) Kista ovarium pemcesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil dan menstruasi
terus berlangsung. Lamanya pembesaran perut dapat melampaui usia kehamilan.
Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif.
d) Hematometra Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia kehamilan. Perut
terasa nyeri setiap bulan. Terjadi tumpukan darah dalam rahim. Tanda dan
pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan hasil yang positif, karena himen in
perforata.
e) Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran
perut akan hilang. (Manuaba, 2010)
3. Pertimbangan untuk Menegakkan Diagnosis
a. Hamil atau tidak hamil
1) Tanda dugaan hamil
2) Tanda tidak pasti hamil
3) Tanda pasti hamil
b. Primigravida (Nulipara) atau multigravida (multipara)
Tabel 2.1 Perbedaan Fisik Nulipara dengan Multipara
NO Nulipara Multipara
1. Perut Tegang Perut Longgar, Perut
menggantung, banyak striae
2. Perut menonjol Tidak Begitu menonjol
3. Rahim tegang Agak lunak
4. Labia mayora tampak bersatu Labia mayora terbuka
5. Hymen koyak pada beberapa Karunkula himenalis
tempat
6. Payudara tegang Kurang tegang dan
tergantung
7. Vagina sempit dan rugae yang utuh Lebih tebal, rugae kurang
menonjol
8. Serviks licin, bulat dan tidak dapat Bisa terbuka 1 jari, kadang
dilalui oleh 1 jari ada bekas robekan partus
yang lalu
9. Perenium utuh dan baik Ada bekas robekan/
episiotomy
10. Pembukaan serviks diawali dengan Serviksmendatar sekaligus
mendatarnya serviks setelah itu membuka, pembukaan 2 cm
membuka 1-2 cm dalam 1 jam
11. Bagian terbawah janin turun 4-6 Biasanya tidak terfiksasi
minggu sebelum persalinan pada PAP sampai persalinan
dimulai

10
c. Tuanya Kehamilan
1) Amenorrhea
2) Tinggi Fundus Uteri
3) Mulai merasakan pergerakan dan terdengar denyut jantung janin
4) Masuknya kepala kedalam panggul
d. Janin Hidup atau Mati
Tabel 2.2 Perbedaan Janin Hidup dan Mati
N Janin Hidup Janin Mati
o
1. DJJ terdengar DJJ Tidak terdengar
2. Rahim membesar seiring Rahim tidak membesar atau
dengan bertambahnya TFU menurun
TFU
3. Palpasi, teraba Jelas Parpasi tidak jelas
Bagian janin
4. Ibu merasakan gerakan  Ibu tidak merasakan gerakan
janin janin
 Pada pemeriksaan rontgen
terdapat tanda spolding ( tulang
tengkorak tumpang tindih),
tulang punggung melengkung,
ada gelembung gas dalam
janin.
 Reaksi biologis akan muncul
setelah 10 hari janin mati

e. Janin Tunggal atau Kembar


Tabel 2.3. Perbedaan Janin Tunggal atau kembar
No Janin Tunggal Janin Kembar
1. Perbesaran perut sesuai Pembesaran perut tidak sesuai
dengan usia kehamilan dengan usia kehamilan
2. Palpasi, teraba dua bagian  Teraba 3 bagian besar
besar, yaitu kepala dan  Meraba 2 bagian besar
bokong berdampingan
3. Teraba bagian kecil pada Teraba banyak bagian kecil
satu pihak
4. DJJ terdengar hanya disatu Terdengar DJJ pada dua tempat
tempat dengan perbedaan frekuensi
11
5. Rotgen hanya tampak 1 Rotgen tampak dua kerangka
kerangka janin janin
f. Postur Janin Dalam Rahim
1) Situs atau Letak
Letak janin adalah letak sumbu panjang anak terhadap sumbung panjang ibu, misal
memanjang atau melintang.
2) Sikap (habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin terhadap sumbunya, khususnya
terhadap tulang punggungnya, misal flexi atau deflexi.
3) Posisi (position)
Dipakai untuk menetapkan apakah bagian janin yanag ada di bagian bawah uterus
berada di sebelah kanan, kiri, belakang, atau depan terhadap sumbu tubuh ibu.
4) Presentasi (presentation)
Digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah uterus,
seperti presentasi kepala atau bokong.
g. Janin Intrauteri atau ekstrauteri
Tabel 2.4 Perbedaan Janin Intrauteri dan Ekstrauteri
No Intrauteri Ekstrauteri
1. Ibu tidak merasakan Pergerakan janin dirasa nyeri
nyeri jika ada sekali
pergerakan janin
2. Janin tidk begitu Janin lebih mudah diraba
mudah diraba
3. Ada kemajuan Tidak ada kemajuan persalinan
persalinan
 Pembukaan
 Frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus
bertambah seiring
dengan berjalannya
waktu persalinan
 Penurunan kepala
bertambah
h. Keadaan Jalan Lahir
1) Adanya tanda Chadwik
2) Adanya tanda Hegar
12
3) Tidak adanya kemungkinan panggul sempit (melalui pemeriksaan panggul)
(Sulistyawati, 2009)
4. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan
1) Uterus
a) Ukuran Usia Tinggi Fundus Uteri(TFU)
Uterus Kehamilan
memiliki ukuran (Minggu)
pada kehamilan 12 3 jari di atas simfisis
cukup bulan, 16 Pertengahan pusat-simfisis
ukuran uterus 20 3 jari di bawah pusat
adalah 30 x 25 x 24 Setinggi pusat
20cm dengan 28 3 jari di atas pusat
kapasitas lebih 32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
dari 4.000cc hal 36 (px)
ini 40 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
memungkinkan Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
bagi adekuatnya (px)
akomodasi
pertumbuhan janin, pada saat ini rahim akan mengalami hypertropi dan hyperplasi otot polos
rahim, serabut kolagennya menjadi hidroskopik dan endometrium menjadi desidua.
(Sulistyawati, 2009).

Gambar 2.1 Uterus berdasarkan usia kehamilan


b) Berat
Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi
1.000 gram pada akhir bulan.
c) Posisi Rahim Dalam Kehamilan
Pada permulaan kehamilan dalam posisi antefleksi dan retrofleksi,pada saat
13
4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis,setelah itu mulai
memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati.
Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau
kiri.
d) Vaskularisasi
Arteri uterine dan ovarium bertambah diameternya, panjang, dan anak
cabangnya, pembuluh darah vena mengembang dan bertambah.
2) Servik uteri
Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut
dengan tanda goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak
cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya
menjadi livid dan ini disebut dengan tanda chadwick (Sulistyawati, 2009).
3) Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum gravidatus sampai
terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran estrogen dan
progesteron, selama 16 minggu sampai plasenta terbentuk sempurna. (Sulistyawati,
2009)
4) Sistem Muskuloskeletal
Estrogen dan progesteron memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan
ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk
meningkatkan kemampuan menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada
saat kelahiran ligamen pada simpisis pubis dan sakro iliaka akan menghilang
karena berelaksasi sebagai efek dari estrogen. Simpisis pubis melebar sampai 4 mm
pada usia kehamilan 32 minggu,dan sakro koksigeus tidak teraba di ikuti terabanya
koksigis sebagai pengganti bagian belakang.
Adanya sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan oleh
meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran pelvis. Bentuk tubuh selalu
berubah menyesuaikan dengan pembesaran uterus kedepan karena tidak adanya
otot abdomen, bagi wanita yang kurus lumbalnya lebih dari normal dan
menyebabkan lordosis dan gaya beratnya berpusat pada kaki bagian belakang. Hal
ini menyebabkan rasa sakit yang berulang terutama dibagian punggung. Oleh
karena rasa sakit ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk relaksasi,
biasanya wanita hamil menganggap apa yang ia rasakan adalah suatu penderitaan
yang kadang mempengaruhi keadaan psikologisnya, selain sikap tubuh yang

14
lordosis gaya berjalan juga menjadi berbeda dibandingkan ketika tidak hamil, yang
kelihatan seperti akan jatuh dan tertatih-tatih (Sulistyawati, 2009).
5) Kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik pigmen
kecoklatan yang nampak dikulit kening dan pipi. Peningkatan pigmentasi juga
terjadi disekeliling puting susu, sedangkan diperut bagian bawah bagian tengah
biasanya tampak garis gelap, pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robekan serabut elastis dibawah kulit, sehingga menimbulakan stirae
gravidarum, bila terjadi peregangan yang hebat misalnya hydramnion dan gamelli
dapat menjadi dapat terjadi diatesis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea
alba
bertambah pigmentasinya dan disebut sebagai linea nigra. Adanya vasodilatasi
kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat (Sulistyawati, 2009).
6) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan asi dan laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat di lepaskan dari
pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen dan progesteron dan
somatomamotropin.
Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak
perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir, beberapa perubahan yang dapat
diamati oleh ibu adalah:
a) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat.
b) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hypertropi kelenjar alvioli
c) Bayangan vena lebih membiru
d) Hyperpigmentasi pada puting susu dan areola.
e) Jika diperas akan keluar air susu berwarna kuning
(Sulistyawati, 2009).
Fungsi estrogen dalam persiapan pemberian ASI:
1. Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
2. Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak
semakin membesar.
3. Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan garam menyebabkan rasa
sakit pada payudara.
Fungsi progestron dalam persiapan pemberian ASI:

15
1. Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
2. Meningkatkan jumlah sel asinus.
Fungsi somatomamotrofin dalam persiapan pemberian ASI:
1. Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein laktalbumin, dan laktoglobulin.
2. Penimbunan lemak disekitar alveolus payudara.
3. Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan
(Manuaba, 2010: 92).
7) Sistem Endokrin
Selama siklus mentruasi normal, hipofisis anterior memproduksi LH dan FSH
merangsang folikel degraff untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan
ovarium dimana ia dilepaskan folikel yang kosong dikenal dengan korpus luteum
dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. Estrogen dan progesteron
merangsang poliferasi dari desidua, dalm mempersiapkan implementasi, jika
kehamilan terjadi. Plasenta yang terbentuk secara sempurna dan berfungsi setelah
10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan mengalihkan tugas korpus luteum
untuk memproduksi estrogen dan progesterone.(Sulistyawati, 2009).
8) Sistem Gastrointestinal
Rahim semakin besar akan menekan rektum dan usus bagian bawah sehinnga
menjadi sembelit atau konstipasi, sembelit semakin berat karena gerakan otot di
dalam usus, diperlambat oleh tingginya kadar progesteron. Wanita hamil sering
mengalami rasa panas di dada dan sendawa yang kemungkinan terjadi karena
makanan lebih lama berada di dalam lambung dan karena relaxsasi sfingter di
kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali
ke kerongkongan (Sulistyawati, 2009).
9) Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya
atau biasa disebut curah jantung meningkat 30-50% peningkatan ini terjadi mulai
terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan puncaknya pada 18-28 minggu, karena
curah jantung meningkat akibatnya denyut jantung juga meningkat (dalam keadaan
normal 70 kali/menit menjadi 80-90 kali/menit). Pada ibu hamil dengan penyakit
jantung akan jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu curah jantung agak menurun karena
pembesaran rahim yang menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke
jantung, selama persalinan curah jantung akan meningkat 30%, dan setelah

16
persalinan curah jantung menurun 15-25% diatas batas kehamilan, lalu secara
perlahan kembali kebatas kehamilan.
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena
adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim, janin yang harus tumbuh
menyebabkan darah lebih banyak dikirim kerahim ibu pada akhir usia kehamilan
rahim menerima seperlima dari darah ibu.
Selama trimester dua biasanya tekanan darah menurun akan tetapi akan
kembali normal setelah trimester tiga, selama kehamilan volume darah dalam
peredaran darah meningkat sampai 50% tetapi jumlah sel darah merah yang
mengangkut oksigen hanya meningkat 25-30%. Untuk itu belum jelas alasanya,
jumlah sel darah putih yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi, agak
meningkat selama kehamilan, saat persalinan dan beberapa hari setelah
persalinan(Sulistyawati, 2009)
10) Sistem Metabolisme
a) Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula pada trimester
ketiga.
b) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi
145 mEq perliter disebabkan oleh hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang
dibutuhkan janin.
c) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan persiapan laktasi. Dalam
makanan di perlukan protein tinggi sekitar ½ gram /kg BB atau sebutir telur ayam
sehari.
d) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
e) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil yaitu: Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40
gram untuk pembentukan tulang janin. Fosfor rata-rata 2 gram dalam sehari. Air,
ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retansi air.
f) Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama hamil atau
terjadi kenaikan badan sekitar ½ kg/ minggu (Manuaba, 2010).
11) Vagina Dan Vulva
Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain terjadinya
peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah meningkat) pada kulit dan
otot perineum, vulva, pelunakan pasa jaringan ikat, munculnya tanda chadwick
yaitu warna kebiruan pada daerah vulva dan vagina yang disebabkan

17
hiperemia,serta adanya keputihan karena sekresi serviks yang meningkat akibat
peningkatan hormon estrogen (Aprillia, 2010).
Ibu hamil cenderung akan mengalami gangguan keputihan lebih sering, daripada
ketika tidak sedang hamil. Keputihan terdiri dari dua jenis yaitu fisiologis dan
patologis. Keadaan normal (fisiologis), lendir vagina tidak berwarna atau jernih,
tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal. dalam keadaan abnormal
(patologis) cairan yang keluar terlalu banyak, gatal dan warna keputihan sampai
kekuning-kuningan bahkan kehijauan, kental dan mengeluarkan aroma tidak sedap
karena cairan mengandung banyak sel darah putih atau leukosit. Keputihan
patologis disebabkan karena kurangnya personal hygine (Marhaeni, 2017) dan
infeksi jamur atau bakteri (Sibagariang, 2010)
a) Dampak Keputihan Fisiologis
Dampak dari keputihan fisiologis untuk ibu hamil apabila tidak segera ditangani
yaitu terdapat ketidaknyamanan pada ibu dan dapat mengakibatkan keputihan
patologis.
b) Dampak Keputihan Patologis
Dampak dari keputihan patologis untuk ibu hamil apabila tidak segera ditangani
yaitu :
1. Ketuban pecah dini
Munculnya cairan yang ditandai dengan berwarna kekuningan, berbau amis dan
ketika muncul rasa gatal. Keputihan ini disebut vaginosis bakterialis yang
menyebabkan ketuban pecah dini.
2. Kelahiran prematur
Keputihan yang ditandai dengan munculnya cairan yang lebih kental, berbau
amis dan rasa gatal yang memicu iritasi pada vulva. Keputihan pada ibu hamil
jenis ini akan mengakibatan nyeri saat bersenggama. Adapun penyebab
keputihan adalah mikroorganisme yaitu candida
albicans.Jika dibiarkan tanpa pengobatan akan menyebabkan kelahiran
prematur.
3. Berat badan bayi rendah
Keputihan yang berupa iritasu di area genital dengan timbulnya rasa panas dan
gatal. Pada keadaan yang parah akan mengakibatkan nyeri pada daerah vulva
dan paha, perineum dan saat senggama. Penyebab keputihan ini adalah protozoa
trichmonas vaginalis yang ditularkan melalui hubungan seksual. Berdampak

18
pada ibu hamil yaitu adanya bahaya kelahiran bayi yang beratnya rendah.
(Sibagariang,2010).
Untuk menghindari dari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan
gejala keputihan berupa secret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung
darah atau hitam serta berbau busuk. Ibu di anjurkan untuk selalu menjaga kebersihan
daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya
keputihan, yaitu dengan :
a) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alcohol serta hindari stress berkepanjangan.
b) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab seperti menggunakan celana yang berbahan menyerap keringat
atau bahan katun, setelah BAK mengelap menggunakan tissue kering atau handuk
bersih, hindari pemakaian celana yang terlalu ketat.
c) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
kedepan ke belakang.
d) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina.
e) Hindari penggunaan sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat
menyebabkan iritasi.
f) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya. (Sibagariang,
2010)

12) Sistem Urinaria


Selama kehamilan ginjal berkerja lebih berat, ginjal menyaring darah
volumenya meningkat 30-50% yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24
minggu sampai sesaat sebelum persalinan. Dalam keadaan normal aktivitas ginjal
meningkat ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin
menguat pada saat kehamilan karena itu wanita hamil sering merasa ingin
berkemih ketika mencoba untuk berbaring, pada akhir kehamilan peningkatan
aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring, tidur

19
miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari
tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan
meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung (Sulistyawati, 2009).
Pada hamil tua karena pengaruh desakan uterus yang membesar dan turunnya
kepala bayi, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih pada malam
hari (nocturia). Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
(Manuaba, 2010). Jika ini terjadi lebih dari dua kali dalam semalam, hal ini bisa
menjadi masalah. BAK pada malam hari dapat mengganggu tidur dan resiko jatuh
bagi ibu jika bangun di tengah kegelapan. (Departement Of Health, 2016) serta
menahan BAK tidak dianjurkan karena rentan terjadinya infeksi. (Vivian, 2011).
Nocturia dapat ditangani dengan beberapa cara yaitu :
a) Perbanyak minum siang hari dan batasi minum pada malam hari
b) Segera kosongkan kandung kemih ketika penuh.
c) Batasi minum bahan diuretika alamiah (kopi, teh, cola).
d) Posisi tidur miring ke kiri dan kaki sedikit ditinggikan.
e) Kurangi konsumsi garam.
5. Perubahan Psikologis Kehamilan
a. Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode Penyesuaian)
1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan
kehamilannya.
2) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian
dengan seksama.
5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seseorang
yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan
merahasiakannya.
(Sulistyawati, 2009 : 76)
b. Perubahan psikologis pada trimester II
1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang
tinggi.
2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

20
3) Merasakan gerakan anak.
4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
5) Libido meningkat.
6) Menuntut perhatian dan cinta.
7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang
lain yang baru menjadi ibu.
9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan
persiapan untuk peran baru.
(Sulistyawati, 2009)
c. Perubahan Psikologis pada Trimester III
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.
4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
6) Merasa kehilangan perhatian. (Sulistyawati, 2009)
6. Faktor Risiko Pada Ibu Hamil
Faktor risiko pada ibu hamil menurut Depkes RI (2010) dan Poeji Rochjati (2011)
sebagai berikut:
a. Hamil lebih dari 35 tahun.
Usia ibu hamil saat hamil > 35 tahun merupakan salah satu faktor resiko tinggi ibu
hamil. Banyak wanita yang menunda usia kehamilan bahkan sampai usia 40 tahun,
dengan alas an tertentu seperti alasan pendidikan, alasan professional, pekerjaan,
(Aghamohamaidi, A and Noortarijor M, 2011). Apabila kehamilan diatas usia 42
tahun dapat mempengaruhi kondisi ibu,usia ibu hamil >42 tahun memiliki hubungan
signifikan dengan preeklamsia, kelahiran bayi premature, berat badan lahir rendah,
dan seksio sesarea. Penyakit hipertensi dapat menyebabkan preeklamsia, dan
mempengaruhi pertumbuhan plasenta yaitu hypertropi plasenta. (Aghamohammadi
dan Noortarijor, 2011). Kehamilan usia ibu lebih dari 42 tahun akan mempengaruhi
fungsi plasenta dan akan mempengaruhi pertumbuhan janin (Winkjosastro, 2005)
b. Jarak Persalinan terakhir dan Kehamilan Sekarang

21
Jarak persalinan terakhir dengan kehamilan apabila kurang dari 12 bulan
meningkatkan kemungkinan risiko prematur. Anemia juga lebih sering terjadi jika
interval antarkehamilan kurang dari satu tahun (Wheeler, 2004).
Menurut BKKBN, jarak kehamilan yang paling tepat adalah 2 tahun atau lebih. Jarak
kehamilan yang pendek akan mengakibatkan belum pulihnya kondisi tubuh ibu
setelah melahirkan. Sehingga meningkatkan risiko kelemahan dan kematian ibu
(Kemenkes RI, 2013).
Ibu hamil dengan persalinan terakhir > 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan
persalinan ini seolah-olah mengalami persalinan yang pertama lagi.
Bahaya yang dapat terjadi:
a. Persalinan dapat berjalan tidak lancer
b. Perdarahan pasca persalinan
c. Penyakit ibu Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain.
c. Anemia
Pada saat hamil terjadi peningkatan volume darah ibu yang terjadi akibat
peningkatan volume plasma, bukan akibat peningkatan sel darah merah. Walaupun
terjadi peningkatan sel darah merah namun jumlahnya tidak seimbang dengan
peningkatan volume plasma, sehingga mengakibatkan penurunan kadar haemoglobin
(Varney, Kriebs, dan Gegor, 2007).
d. Riwayat Keluarga
Riwayat BBLR berulang dapat terjadi biasanya pada kelainan anatomis dari uterus,
seperti septum uterus, biasanya septum padapada uterus avascular dan terjadi
kegagalan vaskularisasi ini menyebabkan gangguan pada perkembangan plasenta hal
ini juga didukung oleh faktor usia ibu > 35 tahunyang mempengaruhi perkembangan
plasenta. Septum mengurangi kapasiatas dan endometrium sehingga dapat
menghambat pertumbuhan janin, selain itu juga dapat menyebabkan keguguran pada
trimester dua dan persalinan premature (Prawirohardjo, 2008).
7. Ketidaknyamanan Umum selama Kehamilan
a. Ketidaknyamanan pada Trimester I
Sumber: Irianti, Bayu, dkk (2013)
No. ketidaknyamanan Cara mengatasi
1. Mual dan muntah a) Melakukan pengaturan pola makan.
b) Menghindari stress.
c) Meminum air jahe.
d) Menghindari meminum kopi /
kafein, tembakau dan alkohol.
22
2. Hipersaliva e) Mengkonsumsi vit. B6 1,5mg/hari.
a) Menyikat gigi.
b) Berkumur.
c) Menghisap permen yang
mengandung mint.
3. Pusing a) Istirahat dan tidur serta
menghilangkan stress.
b) Mengurangi aktivitas dan
menghemat energi.
c) Kolaborasi dengan dokter
4. Mudah lelah kandungan.
a) Melakukan pemeriksaan kadar zat
besi.
b) Menganjurkan ibu untuk beristirahat
siang hari.
5. Peningkatan c) Menganjurkan ibu untuk minum
frekuensi lebih banyak.
berkemih d) Menganjurkan ibu untuk olahraga
ringan.
e) Mengkonsumsi makanan seimbang.
6. konstipasi a) Latihan kegel.
b) Menganjurkan ibu untuk buang air
kecil secara teratur.
7. heartburn c) Menghindari penggunaan pakaian
yang ketat
a) Konsumsi makanan berserat.
b) Terapi farmakologi berupa laxatif
oleh dokter kandungan.
a) Menghindari makan tengah malam.
b) Menghindari makan porsi besar.
c) Memposisikan kepala lebih tinggi

b. Ketidaknyamanan pada Trimester II


Sumber: Irianti, Bayu, dkk (2013)
No. ketidaknyamanan Cara mengatasi
1. Pusing a) Cukup istirahat.
b) Menghindari berdiri secara tiba-
tiba dari posisi duduk.
c) Hindari berdiri pada waktu yang
lama.
d) Jangan lewatkan waktu makan.
23
e) Berbaring miring ke kiri.
2. Sering berkemih a) Menyarankan ibu untuk banyak
minum disiang hari dan
mengurangi minum pada malam
hari.
b) Menyarankan ibu untuk buang air
keci secara teratur.
c) Menhindari penggunaan pakaian
3. Nyeri perut bawah ketat.
a) Menghhindari berdiri secara tiba-
tiba dari posisi jongkok.
4. Nyeri punggung b) Mengajarkan ibu posisi tubuh yang
baik.
a) Memberitahu ibu untuk menjaga
posisi tubuhnya.
b) Menganjurkan ibu untuk
melakukan evcercise selama hamil.
c) Menganjurkan ibu untuk
5. Flek kehitaman mengurangi aktivitas serta
pada wajah dan menambah istirahat.
Sikatri a) Anjurkan ibu untuk menggunakan
lotion.
b) Menganjurkan ibu untuk
menggunakan bra dengan ukuran
besar.
c) Anjurkan ibu untuk diet seimbang.
d) Anjurkan ibu untuk menggunakan
pelembab kulit.

c. Ketidaknyamanan pada Trimester III


Sumber: Irianti, Bayu, dkk (2013)
No. ketidaknyamanan Cara mengatasi
1. Sering buang air a) Ibu hamil disarankan untuk tidak
kecil minum saat 2-3 jam sebelum tidur.
b) Kosongkan kandung kemih sesaat
sebelum tidur.
c) Agar kebutuhan air pada ibu hamil
tetap terpenuhi, sebaiknya minum
lebih banyak pada siang hari.
24
a) Sempatkan untuk berolahraga.
2. Pegal-pegal
b) Senam hamil.
c) Mengkonsumsi susu dan makanan
yang kaya kalsium.
d) Jangan berdiri / duduk / jongkok
terlalu lama
e) Anjurkan istirahat tiap 30 menit.
3. Hemoroid a) Hindari konstipasi.
b) Makan-makanan yang berserat
dan banyak minum.
c) Gunakan kompres es atau air
hangat.
d) Bila mungkin gunakan jari untuk
memasukan kembaliu hemoroid
ke dalam anus dengan pelan-
pelan.
e) Bersihkan anus dengan hati-hati
sesudah defekasi.
f) Usahakan BAB dengan teratur.
g) Ajarkan ibu dengan posisi knee
chest 15 menit/hari.
h) Senam kegel untuk menguatkan
perinium dan mencegah
hemoroid.
i) Konsul ke dokter sebelum
menggunakan obat hemoroid.
4. Kam dan nyri pada a) Lemaskan bagian yang kram
kaki dengan cara mengurut.
b) Pada saat bangun tidur, jari kaki
ditegakkan sejajar dengan tumit
untuk mencegah kram mendadak.
c) Meningkatkan asupan kalsium.
d) Meningkatkan asupan air putih.
e) Melakukan senam ringan.
f) Istirahat cukup.

5. Gangguan a) Latihan nafas melalui


pernafasan senam hamil.
b) Tidur dengan bantal yang tinggi.
c) Makan tidak terlalu banyak.
d) Konsultasi dengan dokter apabila
ada kelainan asma dll.
6. Oedema a) Meningkatkan periode istirahat
dan berbaring dengan posisi
miring kiri.
b) Meninggikan kaki bila duduk.
c) Meningkatkan asupan protein.
d) Menganjurkan untuk minum 6-8
gelas cairan sehari untuk
membantu diuresis natural.
25
8. Kebutuhan Fisik ibu Hamil
a. Kebutuhan oksigen
Selama kehamilan kebutuhan oksigen ibu hamil meningkat sebanyak 20%. Hal ini
disebabkan karena selam kehamilan pembesaran uterus dapat menekan diafragma
sehingga tinggi diafragma bergeser 4cm dan kapassitas total (paru-paru berkurang
5%).
b. Kebutuhan nutrisi
Pada prinsipnya nutrisi selama kehamilan adalah makanan sehat dan seimbang yang
harus di konsumsi ibu selama masa kehamilannya meliputi karbohidrat, protein,
(60gr/hari), lemak,vitamin, dan mineral.
c. Kebutuhan personal hygiene
Macam-macam personal hygiene ibu hamil meliputi mandi, perwatan gigi dan mulut
,perawatan kulit, perawatan payudara, dan pakaian.
d. Kebutuhan eliminasi
Eliminasi urine dapat meningkat pada kehamilan trimester I dan trimester III karena
adannya penekanan kandung kemih  oleh uterus.
Eliminasi alvi cendrung tidak teratur karena adannya relaaksasi otot polos dan
kompresi usus bawah oleh uterus yang membesar pada kehamilan dan serta karena
adannya aksihormonal yang dapat mengurangi gerakan peristaltik usus.
e. Kebutuhan seksual
Biasanya gairah seksual ibu amil akan menurun pada trimester I dan trimester III
sedagkan pada trimester II gairah ibu akan kembali.
Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang tidak berisiko,
pasangan suami-stri dapat melakukan hubungan seksual hingga menjelang persalinan.
Dengan tetap menikmati hubungan seksual pasangan suami-istri dapat saling berbagi
rasa takut maupun kekhawatiran serta stres yang mungkin muncul selama kehamilan.
(Novan, Akbar; 2019)
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit
seperti berikut:
1) Sering abortus dan kelahiran premature
2) Perdarahan pervaginam
3) Koitus harus dilakukansecara hati-hati terutama pada minggu terakhir kehamilan

26
4) Bila ketuban sudah pecah, dilarang koitus karena dapat menyebabkan infeksi janin
intra uteri.
(Saifuddin A.B,. 2009)
f. Kebutuhan Mobilitas
Ibu hamil boleh melakukan olahraga asal tidak terlalu capek/ad resiko cidera bagi ibu/
janin. Ibu hamil dapat melakukan mobilitas misalnya dengan berjalan-berjalan.
Hindari gerakan melonjak, meloncat/ mencapai benda yang lebih tinggi.
g. Istirahat dan tidur
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup ,setidaknya 1,5 jam pada siang hari dan 8-11 jan
pada malam hari.
h. Imunisasi
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, misalnya tetanus neonatorum.
i. Persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Diberikan pada trimester I sampai trimester III meliputi persiapan fisik / fisiologis,
persiapan psikologis, persiapan keuangan, persiapan tempat melahirkan, persiapan
transportasi dan persiapan barang-barang kebutuhan ibu dan bayi.
(Sulistyawati, 2009)
9. Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil
a. Support Keluarga
Meliputi motifasi suami, keluarga, dan usaha untukmempererat ikatan keluarga.
Sebaiknya keluarga menjalin komunikasi yangbaik, dengan itu untuk membantu ia
dalam menyesuaikan diri dan menghadapi masalah selama kehamilannya karena sering
kali merasa ketergantungan atau butuh pantauan orang-orang di sekitarnya.
b. Support dari Tenaga Kesehatan
Dalam hal ini petugas kesehatan membantu ibu beradaptasi selama ibu hamil,
membantu mengatasi ketidaknyamanan yang dialami ibu dan mengenal serta
menghindari kemunglinan komplikasi. Selain itu petugas kesehan juga berperan dalam
membantu untuk mempersiapkan untuk menjadi orang tua dan dalam mewujudkan
kesehatan yang optimal.
c. Persiapan Menjadi Orang Tua
Dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan Antenatal untuk membantu
menyelesaikan ketakutan dan kehawatiran yang dialami para calon orang tua.
d. Persiapan Sibling

27
Dipersiapkan untuk orang tua yang sudah memiliki nanak hal ini bertujuan untuk
memudahkan anak sebelumnyaq beradaptasi dan menerima kenyataan terhadap
kehidupan atau suasana lingkungan mereka yang baru.
(Manuaba, 2010)

B. Konsep Remaja
1. Pengertian remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur- angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum,
yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba -
tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).
Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap,
dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2008).
Menurut Notoatdmojo (2007) menyatakan bahwa masa remaja merupakan
salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan
atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan
biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat
dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir
pada usia 18-22 tahun.
2. Ciri-ciri masa remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2011) menyatakan ciri-ciri tertentu yaitu:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
d. Masa remaja sebagai periode bermasalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Gunarsa (2011) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masaperalihan dari
masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa.

28
3. Tahap perkembangan remaja
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
1). Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan
dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang
berlebih- lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal
ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
2) Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-
kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan
“narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam
kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau
tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealisatau meterialis,
dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diridari Oedipoes Complex
(perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat
hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
3) Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
4. Perkembangan fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat.Dalam

29
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer
dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal
tersebut :
a. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2010) disebutkan bahwa
ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:
• Remaja laki-laki. Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi
bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada
remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun.
• Remaja perempuan. Remaja perempuan sudah mengalami menarche
(menstruasi),menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat
kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahimyang
banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2009), ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah
sebagai berikut :
• Remaja laki-laki. Dapat memiliki cirri-ciri bahu melebar, pinggul menyempit,
petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada,tangan, dan kaki,
kulit menjadi lebih kasar dan tebal, produksi keringat menjadi lebih banyak.
• Remaja perempuan. Dapat memiliki ciri – ciri pinggul lebar, bulat, dan
membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya
kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat, kulit menjadi
lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar,
kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, otot semakin besar
dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa
puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai, suara
menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

5. Karakteristik remaja
Menurut Makmun (2008), karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja
terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13dan14-15 tahun) dan remaja
akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek:
a. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran
tinggi, berat badan sering kali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri

30
sekunder.
b. Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan serta
aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
c. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik
mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan
mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
d. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat
temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya
disertai semangat konformitas yang tinggi.
e. Perilaku kognitif
• Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah- kaidah logika
formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat
abstrak, meskipun relatif terbatas.
• Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat.
• Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-
kecenderungan yang lebih jelas.
f. Moralitas
• Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh
orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
• Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-
kaidahatau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-
hari oleh para pendukungnya.
• Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepatdengan
tipe idolanya.
g. Perilaku Keagamaan
• Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
• Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
• Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas
pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
h. Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian
• Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri,
dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.
• Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum

31
terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya.masih
dapat berubah-ubah dan silih berganti.
• Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya,yang akan
membentuk kepribadiannnya.
• Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis,
ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meskimasih dalam taraf
eksplorasi dan mencoba- coba.
6. Perkembangan perilaku seksual remaja
Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta
peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki maupun
pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara
keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual
mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis.Terjadinya
peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh factor
perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2009).
Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi
remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekaryang
menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004).Pada masa remaja rasa
ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan
yang lebih matang dengan lawan jenis.Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul
pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual.Sebagian
besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan
lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja
melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-
kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual
(Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2010).
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki- laki lebih aktif secara
seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan
adanya perbedaan sosialisasi seksuala ntara remaja perempuan dan remaja laki-
laki.Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap benar apabila orang- orang
yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering
merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri

32
mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta.
Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja
laki-laki dan alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta
(Santrock, 2011).
C. Kehamilan Tidak Diinginkan
1. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak
diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya
belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil (BKKBN, 2007).
Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi
dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan.
Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja
maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak sedikit orang
yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak diinginkan ini
dapat dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun belum menikah
(PKBI, 1998).
Married dalam bahasa inggris berarti menikah, sedangkan by accident yang
berati karena kecelakaan yang dimaksud kecelakaan yakni karena timbul suatu sebab
yakni menikah karena hamil. Dalam keterangan lain hamil diluar nikah adalah
perempuan yang mengandung janin dalam rahimnya karena sel telur di buahi oleh
spermatozoa serta tidak dalam ikatan perkawinan yang sah. Hamil diluar nikah
merupakan akibat dari adanya hubungan seks yang dilakukan diluar nikah. Sebagaian
besar remaja mengenal hubungn seks melalui media berpacaran.
Berpacaran merupakan sebuah proses ketika seseorang mulai menjalin
hubungan dengan lawan jenis yang dicintainya. Berpacaran menjadi identik dengan
eksperimen berhubungan seks layaknya sepasang suami-isteri. Berpacaran merupakan
fase ketika dua remaja yang berlainan jenis mengikatkan diri dalam suatu komitmen
untuk saling mengenal tipe kepribadian satu sama lainnya untuk lebih dekat. Pada
umumnya proses berpacaran mulai ketika seorang beranjak remaja (13-14 tahun),
yakni manakala seorang remaja mulai memiliki rasa ketertarikan emosional, fisikal,
dan seksual terhadap lawan jenisnya (Nyoman, 2005).
Jadi, kehamilan yang tidak diinginkan diluar nikah merupakan suatu kondisi
dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran yang diakibatkan dari
perilaku seksual disengaja maupun tidak disengaja yang dilakukan diluar nikah

33
maupun yang sudah menikah.
2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan Remaja
Berikut faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan remaja menurut Maurer dan
Smith (2010), karena ternyata 80% kehamilan remaja adalah tidak diinginkan. Sebagian
besar remaja mengenal hubungan seks melalui media berpacaran.
a. Perubahan hormonal, timbulnya kesadaran seksual dan peer pressure
Menurut Kalmuss et al (2003, dalam Maurer & Smith 2010) masa remaja adalah
masa dimana kesedaran seksual, keingintahuan dan keinginan untuk bereksperimen
meningkat. Tekanan teman sebaya mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam
aktivitas seksualnya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Wong (2000) bahwa
remaja dihadapkan pada harapan adanya perilaku peran seksual yang matang baik
dari teman sebaya maupun orang dewasa. Remaja yang terlibat dalam aktivitas
seksual biasanya mempunyai teman yang melakukan hal itu juga.
b. Peran seksual yang pervasive dari media
Remaja sering terekspose dengan paparan dari media terkait seks, aktivitas seksual
dan pentingnya menjadi orang yang menarik perhtian lawan jenis. Hal ini
menjadikan remaja terjebak pdalam perilaku seks pra nikah, yang antara lai berujung
pada KTD
c. Aktivitas seksual yang terpaksa
Semangkin muda usia remaja, semangkin mudah untuk terlibat dalam aktivitas
seksual yang terpaksa. Akibat dari proses kurangnya pematangan seksual ini sering
kali menimbulkan permasalahan tersendiri bagi remaja perempuan.
d. Kurangnya pengetahuan tentang seks dan konsepsi
Peningkatan aktivitas seksual remaja tidak diimbangi dengan peningkatan
pengetahuan tentang fungsi seksual, control kehamilan dan pro-creation. Remaja
juga kurang memahami tentang masa rentan dalam siklus menstruasi. Hal ini yang
menyebabkan remaja kurang dapat menyesuaikan aktivitas seksual dengan masa
subur dalam siklus haidnya.

e. Misuse atau kontrasepi


Remaja kurang mengetahui metode kontrasepsi yag spesifik dan penggunaan
kontrasepsi yang tepat.
f. Kurangnya maturitas dan orientasi masa depan

34
Perencanaan masa remaja minimal. Mereka kurang bisa berfikir tentang akibat dari
aktivitaas seksual mereka. Walaupun jika melihat dari perkembangan kognitif
mereka, remaja sudah dapat memikirkan akibat dari tindakan yang dilakukan.
Nur Faizah (2013), mengungkapkan banyak sekali faktor-faktor yang melatar
belakangi fenomena kasus kehamilan diluar nikah yang terjadi, diantaranya adalah efek
globalisasi yang tercetus tatanan lain konsep yang terkait, karena masuknya
kebudayaan-kebudayaan barat dan mulai mencampur dengan kebudayaan kita, budaya
berpakaian, budaya bergaul serta maraknya pornografi yang menjadi salah satu
penyatuan pengertian globalisasi budaya itu sendiri. Sehingga dapat mempengaruhi
perilaku seksual pada remaja yaitu perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan,
penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat,
serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan.
Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seksual pra nikah secara
internal yaitu tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah, sikap, perilaku dan gaya
hidup yang dikarenakan masuknya kebudayaan-kebudayaan barat yang mulai masuk
dalam kebudayaan Indonesia. Sedangakan faktor eksternal yaitu sumber informasi yang
tidak komprehensif, cara bergaul dan lingkungan.
3. Akibat Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Berbagai akibat yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak
diinginkan, antara lain (PKBI, 1998):
a. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan lahirnya seorang anak
yang tidak diinginkan (unwanted child), dimana anak ini akan mendapat cap
buruk sepanjang hidupnya. Masa depan “anak yang tidak diinginkan” ini sering
mengalami keadaan yang menyedihkan karena anak ini tidak mendapat kasih
sayang dan pengasuhan yang semestinya dari orang tuanya, selain itu
perkembangan psikologisnya juga akan terganggu. Besar kemungkinannya bahwa
anak yang tumbuh tanpa kasih sayang dan asuhan ini akan menjadi manusia yang
tidak mengenal kasih sayang terhadap sesamanya.
b. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan juga dapat memicu terjadinya
pengguguran kandungan (aborsi) karena sebagian besar perempuan yang
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan mengambil keputusan atau jalan
keluar dengan melakukan aborsi, terlebih lagi aborsi yang tidak aman.
4. Dampak Aborsi

35
Pada saat dan setelah melakukan aborsi, maka wanita ada kemungkinan besar mengalami
resiko kesehatan dan keselamatan terhadap tubuh atau fisiknya diantaranya berupa:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat,
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal,
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan,
d. Rahim yang sobek (uterine perforation),
e. Kerusakan leher rahim (carvical lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya,
f. Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormon estrogen pada wanita),
g. Kanker indung telur ( ovarian cancer)
h. Kelainan pada plasenta atau ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya,
i. Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi,
j. Infeksi rongga panggul,
k. Infeksi pada lapisan Rahim

Resiko gangguan psikologis atau kejiwaan:


a. Kehilangan harga diri
b. Teriak-teriak- histeris
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
d. Ingin melakukan bunuh diri
e. Mulai menggunakan obat-obat terlarang
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
g. Dihantui perasaan bersalah seumur hidup
5. Deteksi Depresi Pada Remaja dengan Instrumen CESD-R
Center for Epidemiologic Studies Depression Scale Revised (CESD-R-20)
About: This scale is a self-report measure of depression. Questions
measure 8 different subscales, including:
Sadness (Dysphoria): (Q. 2, 4, 6), Loss of Interest (Anhedonia):
(Q. 8, 10), Appetite: (Q. 1, 18), Sleep: (Q. 5, 11, 19), Thinking /
concentration: (Q. 3, 20), Guilt (Worthlessness): (Q. 9, 17), Tired
(Fatigue): (Q. 7, 16), Movement (Agitation): (Q. 12, 13), Suicidal
Ideation: (Q. 14, 15)
Items: 20

36
Reliability:
Internal consistency for the CES-D-20 = (Cronbach’s α=0.85 – 0.90)
Test-retest reliability for the CES-D-20 = (0.45 - 0.70).
Validity: The CES-D was moderately correlated to the Hamilton Clinician’s Rating
scale and the Raskin Rating scale (.44 to .54).
Scoring:
Not at all 1-2 3-4 5-7 Nearly
or less than days = 1 days = 2 days = 3 every day
one day for 2 weeks
=0 =4
Questions 4, 4 3 2 1 0
8, 12, & 16
All other 0 1 2 3 4
Questions

The total score is calculated by finding the sum of 20 items. Scores range from 0-60. A score
equal to or above 16 indicates a person at risk for clinical depression.
Meets criteria for Major depressive episode: Anhedonia or dysphoria nearly every day for
the past two weeks, and symptoms in an additional 4 DSM symptom groups noted as
occurring nearly every day for the past two weeks;
Probable major depressive episode: Anhedonia or dysphoria nearly every day for the past
two weeks, and symptoms in an additional 3 DSM symptom groups reported as occurring
either nearly every day for the past two weeks, or 5-7 days in the past week;
Possible major depressive episode: Anhedonia or dysphoria nearly every day for the past
two weeks, and symptoms in an additional 2 other DSM symptom groups reported as
occurring either nearly every day for the past two weeks, or 5-7 days in the past week;
Subthreshhold depression symptoms: People who have a CESD-style score of at least 16
but do not meet above criteria;
No clinical significance: People who have a total CESD-style score less than 16 across all 20
questions.
References:
Radloff, L. S. (1977). The CES-D scale: A self report depression scale for research in the
general population. Applied Psychological Measurements, 1, 385-401.

37
h

Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD)

Below is a list of the ways you might have felt or behaved. Please tell me how
often you have felt this way during the past week.
1 = Rarely or None of the Time (Less than 1
Day) 2 = Some or a Little of the Time (1-2
Days)
3 = Occasionally or a Moderate Amount of Time (3-4
Days)
4 = Most or All of the Time (5-7 Days)
During the past week:
Rarely or Some or a Occasionally Most or all
none of the little of the or a of the
time time moderate time
(less than 1 (1‐2 days) amount of (5‐7 days)
day) time
(3‐4 days)
1. I was bothered by things that □ □ □ □
usually don't bother me.
2. I did not feel like eating; my □ □ □ □
appetite was poor.
3. I felt that I could not shake □ □ □ □
off the blues even with help
from my family or friends.
4. I felt that I was just as good □ □ □ □
as other people.
5. I had trouble keeping my □ □ □ □
mind on what I was doing.
6. I felt depressed. □ □ □ □
7. I felt that everything I did □ □ □ □
was an effort.
8. I felt hopeful about the □ □ □ □
future.
9. I thought my life had been a □ □ □ □
failure.
10. I felt fearful. □ □ □ □
11. My sleep was restless. □ □ □ □
12. I was happy. □ □ □ □

38
h

13. I talked less than usual. □ □ □ □


14. I felt lonely. □ □ □ □
15. People were unfriendly. □ □ □ □
16. I enjoyed life. □ □ □ □
17. I had crying spells. □ □ □ □
18. I felt sad. □ □ □ □
19. I felt that people dislike me. □ □ □ □
20. I could not get “going”. □ □ □ □

39
h

D. Manajemen Kebidanan
1. Asuhan Antenatal
a. Pengertian
Asuhan Antenatal adalah serangkaian upaya preventif program
pelayanan kebidanan untuk optimalisasi cakupan pelayanan
maternal dan neonatal dengan kegiatan pamantauan rutin selama
kehamilan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim dan ibunya (Manuaba, 2010;
Prawirohardjo, 2010).
b. Tujuan
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, meminimalkan trauma yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, serta mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI
ekslusif berjalan normal (Prawirohardjo, 2010; Saifuddin, 2009).
Terdapat pendapat lain menurut Manuaba (2010), tujuan
asuhan antenatal sebagai berikut:
1) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan, dan kala nifas.
2) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga
berencana.
3) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
c. Kunjungan selama masa kehamilan
Menurut kebijakan Depkes RI, (2010) kunjungan selama
periode Antenatal Care (ANC) dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan yaitu:
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (0 – 12 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (13 – 27 minggu)

40
h

3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (28 – 40 minggu)


d. Standar pelayanan ANC
Standar pelayanan ANC terdiri dari 10 T menurut Depkes RI
(2010) adalah meliputi :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Pemeriksaan tinggi badan dilakukan saat kontak pertama
dengan klien. Normalnya tinggi badan 145, bila kurang dari itu
bisa dicurigai beresiko kesempitan panggul. Jika pemeriksaan
berat badan dilakukan setiap kunjungan, bertambahnya berat
badan normal selama kehamilan sekitar 11,5-16 kg , sedangkan
menurut Manuaba (2012) kenaikan berat badan selama hamil
sekitar 12-16 kg, setiap minggu akan mengalami kenaikan 0,5
kg. Berat badan trimester ke-III tidak boleh tambah lebih dari 1
kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan. Penambahan yang
lebih dari batas-batas tersebut disebabkan oleh penimbunan
(retensi) air dan disebut praeoedema.
2) Ukur LiLA
Pengukuran LiLA dilakukan pada kontak pertama untuk
skrining ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK). LiLA
dianggap KEK bila kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan Lila
< 23,5 cm menunjukkan besar kemungkinan melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR).
3) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali
kunjungan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah 140/90
mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi
hipertensi (kenaikan sistole > 30 mmHg dan diastole > 15
mmHg dari tekanan darah normal). Tekanan darah normal
yaitu 90-60 mmHg - 120/80 mmHg.

41
h

4) Ukur tinggi fundus uteri (TFU)


Pengukuran TFU dilakukan setiap kunjungan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Pada usia kehamilan dibawah 24 minggu
pengukuran dilakukan dengan penambahan per 3 jari, apabila
kahmilan diatas 24 minggu pengukuran menggunakan standar
pengukuran Mc.Donald yaitu dengan menggunakan metlin
diukur dari tepi atas sympisis sampai fundus uteri.
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan mulai akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ normal yaitu
120-160 x/menit dengan irama teratur. Gawat janin ditunjukkan
apabila DJJ lambat <120 kali/menit atau >160 kali/menit.
6) Tentukan presentasi janin
Penentuan posisi janin dilakukan pada akhir trimester II
dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan
dilakukan untuk mengetahui letak janin.
7) Berikan imunisasi TT
Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil untuk memberikan
kekebalan aktif terhadap tetanus. Pelaksanaan imunisasi TT
yang sekarang sebelum pemberian imunisasi dilakukan
penentuan status Imunisasi T (screening) terlebih dahulu,
terutama pada saat pelayanan antenatal. Imunisasi TT tidak
perlu diberikan pada ibu hamil apabila status T sudah mencapat
T5, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan
Anak, kohort dan atau rekam medis. (Permenkes No.12 Th
2017)
Tabel 2.7. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia
Subur (WUS)
Status Interval Minimal Masa
Imunisasi Pemberian Perlindungan

42
h

T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
Sumber : Permenkes No.12 Th 2017
8) Beri tablet tambah darah atau tablet Fe
Tablet Fe diberikan untuk mencegah anemia gizi besi,
setiap ibu hamil harus mendapatkan zat besi minimal 90 tablet
selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. Pemberian
zat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1
gr/dl/bulan. Tablet Fe harus diminum dengan benar supaya
proses penyerapan oleh tubuh berjalan dengan baik (Saifuddin,
2009).
9) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
a) Golongan darah, untuk mengetahui golongan darah dan
mempersiapkan calon pendonor sewaktu-waktu bila terjadi
kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), dilakukan minimal
sekali pada trimester I dan sekali pada trimester III,
pemeriksaan dilakukan untuk megetahui apakah ibu
menderita anemia atau tidak. Klasifikasi Hb pada ibu hamil
adalah sebagai berikut:
 Tidak anemia : Hb >11 gr%
 Anemia ringan : Hb 9-10 gr%
 Anemia sedang : Hb 7-8 gr%
 Anemia berat : Hb <7 gr%
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
suplementasi besi dan asam folat (Prawirohardjo, 2009).
c) Pemeriksaan protein dalam urin, untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil sebagai indikator pre-eklampsia.

43
h

d) Pemeriksaan kadar gula darah, dilakukan pada ibu hamil


yang dicurigai menderita diabetes.
e) Pemeriksaan darah malaria, semua ibu hamil didaerah
endemis malaria dilakukan pemeriksaan.
f) Pemeriksaan tes Sifilis, dilakukan didaerah dengan resiko
tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis serta sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g) HbSAg, dilakukan untuk mengetahui ibu HbSAg reaktif
atau non reaktif (Bobak, 2005; Manuaba, 2007).
h) Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV), ibu
dengan resiko tinggi dan diduga menderita HIV.
i) Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA), dilakukan pada ibu
hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis.
Tatalaksana atau penanganan kasus dilakukan setiap
kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai
standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus yang tidak
dapat ditangani dapat dirujuk sesuai sistem rujukan.
10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Pesalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Temu wicara atau koseling dilakukan pada saat kunjungan
ANC dan disampaikan sesuai dengan kebutuhan ibu, beberapa
konseling yang dapat diberikan kepada ibu meliputi:
a) Kesehatan ibu yang meliputi kesehatan sekarang, kesehatan
ibu dahulu, dan kesehatan keluarga.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
c) Peran suami/atau keluarga dalam kehamilan dan
perencanaan persalinan.
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi.
e) Asupan gizi seimbang.
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular.

44
h

g) Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di


daerah terkonsentrasi HIV/bumil risiko tinggi terinfeksi
HIV.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif.
i) KB paska persalinan.
j) Imunisasi.
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain
Booster).
2. Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan mengacu pada KEPEMENKES
NO.938/MENKES/SK/VII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
yang meliputi:
a. STANDAR I : Pengkajian
Tanggal/Jam Masuk : Untuk mengetahui tanggal dan waktu
melakukan pengkajian.
1) Data Subjektif
a) Identitas
(1) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
(2) Umur : Umur klien dikaji untuk mengetahui apakah klien
dikatakan berpengaruh/ memiliki resiko. Jika umur klien
< 20 tahun termasuk beresiko karena alat-alat reproduksi
belum matang dan psikis yang belum siap. Serta jika
umur > 35 tahun, rentan sekali terjadi komplikasi dalam
kehamilan dan pada proses persalinan, jadi usi
reproduktif (subur) seorang wanita yang baik dalam
siklus reproduksi berkisar dari usia 20-35 tahun
(Manuaba, 2010).
(3) Agama : Untuk memberikan motivasi pada klien
sesuai dengan agama yang dianut. Mengantisipasi

45
h

kebiasaan religius yang berkaitan dengan kehamilan dan


persalinan
(4) Suku/Bangsa : Untuk menentukan faktor pembawa
genetika atau Ras. Berpengaruh pada adat istiaadat atau
kebiasaan sehari-hari seperti bahasa supaya lebih mudah
untuk berkomunikasi saat memberikan asuhan.
(5) Pendidikan : Mengetahui tingkat pengetahuan untuk
menyesuaikan dalam menentukan pemberian konseling
sesuai dengan pendidikannya.
(6) Pekerjaan : Mengetahui kegiatan ibu selama hamil.
karena pekerjaan yang terlalu berat dapat mengindikasi
terjadinya komplikasi selama kehamilan, peningkatan
tujuh kali lipat insiden berat bayi lahir rendah pada
wanita yang bekerja terlalu keras di lapangan.
(7) Alamat : Untuk mempermudah kunjungan rumah
apabila diperlukan. Semakin terpencilnya suatu daerah
dan keadan geografis yang sulit untuk di jangkau maka
akan semakin sulit pula untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
b) Keluhan utama : Ketidaknyamanan kehamilan yang dialami
ibu pada trimester I seperti mual muntah, sering buang air
kecil, lelah, nyeri payudara. Keluahn juga berguna untuk
penatalaksanaan kebutuhan ibu (Walsh, 2007).
c) Data Kebidanan
(1) Riwayat perkawinan : Untuk mendapatkan gambaran
mengenai berapa tahun umur ibu saat pertama kali
menikah, status perkawinan sah/tidak karena dapat
mempengaruhi psikologis ibu, lama pernikahan, dan ini
suami yang ke berapa.
(2) Riwayat kehamilan sekarang :

46
h

o Gerakan Janin : dirasakan ibu primigravida pada


minggu ke 18 – 20 sedangan pada ibu multigravida
dirasakan pada minggu ke 16- 18 dan dapat dilihat
pada akhir kehamilan.
o Jumlah gerakan : dalam 12 jam, gerakan janin
normalnya 10 kali.
o HPHT : HPHT atau hari pertama haid terakhir
digunakan untuk menaksir usia kehamilan dan hari
periraan lahir.
o HPL : menghitung hari perkiraan lahir dapat
menggunakan Rumus Naegele yaitu :
HPL = Hari + 7, bulan + 1 dan tahun + 1
o Usia Kehamilan : untuk menentukan perkiraan
persalinan dan menentukan pemeriksan dan asuhan
yang diberikan supaya sesuai dengan masa
kehamilan.
o Status TT : Imunisasi TT diberikan untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum, ibu harus mendapat
imunisasi TT sebanyak 2 kali atau maksimal 5 kali
seumur hidup . (Bobak, 2005; Fraser, 2012; Varney,
2007).
(3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Untuk
mengetahui gravida atau jumlah kehamilan yang pernah
dialami wanita, para atau jumlah kehamilan yang
berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah tumbuh
dengan keadaan sehat. Serta untuk mendeteksi adanya
riwayat kehamilan persalianan dan nifas yang lalu yang
bisa dijadikan waspada oleh tenaga kesehatan teritama
bidan (Varney, 2007; Manuaba, 2007; Saifuddin, 2009;
Prawiroharjo, 2010).

47
h

(4) Riwayat Keluarga Berencana (KB) : Untuk mengetahui


jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama
pemakaian, keluhan, alasan pasang dan alasan lepas.

(5) Riwayat Kesehatan


Riwayat penyakit yang lalu : Untuk mengetahui ibu
memiliki riwayat penyakit/ tidak, seperti gula, darah
tinggi, asma, jantung, TBC dan HIV/AIDS
Riwayat kesehatan sekarang : untuk mengetahui ibu
sedang menderita penyakit / tidak, seperti gula, darah
tinggi, asma, jantung, TBC dan HIV/AIDS
Riwayat kesehatan keluarga : untuk mengetahui ada atau
tidaknya riwat penyakit yang di turunkan dari keluarga.
Riwayat kesehatan tersebut membantu bidan untuk
mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat
mempengaruhi kehamilan dan janinnya.
d) Data kebiasaan sehari – hari
Berikut ini adalah kebutuhan fisiologis ibu hamil trimester
III:
(1) Nutrisi : Menu yang disusun harus sesuai gizi yang
seimbang yang terdiri dari zat-zat seperti protein,
karbohidrat, lemak , mineral, vitamin, serta air.
(2) Personal Hygiene : Mandi dua kali, gosok gigi dan ganti
pakaian minimal 2 kali sehari.
(3) Istirahat : Minimal ibu hamil istirahat 7-8 jam sehari
terbagimenjadi tidur siang dan malam
(4) Eliminasi : Membersihkan alat kelamin dengan gerakan
dari depan ke belakang setiap kali selesai BAK atau
BAB.
(5) Mobilisasi/Body Mekanik : Sikap tubuh yang perlu
diperhatikan selama hamil trimester III yaitu : duduk,

48
h

berdiri, berjalan, bangun dan berbaring, membungkuk dan


mengangkat.
(6) Kebutuhan seks : Koitus dihindari pada kehamilan muda
sebelum kehamilan 16 minggu, karena akan merangsang
kontraksi..

e) Data psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
kehamilan ibu, apakah ibu takut, cemas dengan
kehaamilannya. Kekhawatiran ibu terhadap kehamilanya
dapat di atasi dengan peran suami yang memberikan
dukungan terhadap ibu (Varney, 2007).
f) Data Sosial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
kehamilan penting untuk diketahui karena hal ini akan
mempercepat proses adaptasi ibu dan keluarga dalam
menerima perannya. Selain itu, kebiasaan adat istiadat juga
perlu dikaji agar bidan dapat lebih mudah untuk melakukan
pendekatan pada keluarga. Hal ini berkaitan dengan adanya
pantangan terhadap makanan ibu hamil yang justru membuat
pertumbuhan janin tidak optimal (Varney, 2007).
2) Data Obyektif
1) Pemerikaan Umum
(a) Keadaan Umum. Baik : kesadaran penuh, TTV normal,
dan pemenuhan kebutuhan mandiri seperti makan tanpa
disuapi dan eliminasi sendiri tanpa bantuan.
(b) Kesadaran. Composmentis, sadar penuh
2) Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital
(c) Tekanan darah. Tekanan darah normal yaitu 90-60
mmHg - 120/80 mmHg.. Batas terendah tekanan darah
adalah 140/90 mmHg yang merupakan titik awal

49
h

kemungkinan pre eklampsia. Kenaikan tekanan darah


pada ibu hamil tidak boleh mencapai 30 mmHg sistolis
dan 15 mmHg diastolis, apabila kenaikan tekanan darah
lebih dari itu bisa terjadi hipertensi dalam kehamilan,
dan merupakan salah satu tanda eklamsia atau pre
eklamsia jika disertai protein urine
(d) Suhu. Suhu tubuh normal (36,5 - 37,50C)
(e) Pernapasan. Frekuensi pernapasan normal untuk orang
dewasa yaitu 16-20 x/menit
(f) Nadi. Frekwensi nadi normal yaitu 60-90 x/menit
(Jhonson dan Taylor, 2005; Varney, 2007).
(g) Berat Badan. Bertambahnya berat badan normal selama
kehamilan sekitar 11,5-16 kg (Prawirohardjo, 2010),
sedangkan menurut Manuaba (2012) kenaikan berat
badan selama hamil sekitar 12-16 kg, setiap minggu
akan mengalami kenaikan 0,5 kg
(h) Tinggi Badan. Tinggi badan normal 145 cm bila kurang
dari itu dicurigai beresiko kesempitan panggul
(Kemenkes, 2013).
(i) LiLA. Ukuran normal LiLA 23,5 cm, ibu hamil dengan
LiLA< 23,5 cm menunjukkan besar kemungkinan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
(Kemenkes RI, 2013).
3) Pemeriksaan fisik meliputi :
(a) Kepala : Kesimetrisan kepala, kesimetrisan wajah,
lokasi struktur wajah. Kulit pucat dan rambut rampuh
dapat mengindikasikan kekurangan nutrisi.
(b) Muka : Tanda fisiologis kehamilan pada wajah, pipi dan
leher biasanya mengalami hiperpigmentasi sehingga
menyerupai topeng kehamilan atau
cloasmagravidarum.

50
h

(c) Mata : Untuk mengetahui tanda – tanda anemia


(konjungtiva pucat), hiperbillirubin (sklera kuning) dan
kelainan saraf pada mata ( strabismus ).
(d) Hidung : Mengetahui ada pernafasan cuping hidung
atau tidak, kesimetrisan ukuran, letak, rongga hidung
bebas sumbatan atau tidak, ada polip atau tidak, adanya
tanda-tanda infeksi atau tidak.
(e) Telinga : Mengetahui keadaan telingat apakah bersih
tidak ada serumen, ketajaman pendengaran, letak
telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak
(f) Mulut : Untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah,
tidak ada satomatitis, tidak ada gigi berlubang, dan
caries gigi. Yang bisa dilakukan apabila terjadi gigi
berlubang melakukan pemeriksaan gigi ke dokter gigi
untuk penangan yang tepat sebab jika tidak diperhatikan
akan menyebabkan infeksi. disarakan untuk wanita
hamil untuk memeriksakan giginya selama masa
kehamilan (Mochtar, 2011).
(g) Leher : Dalam keadaan normal tidak ada pembesaran
kelenjar limfe apabila ada maka menunjukan adanya
infeksi, kelenjar tiroid apabila ada pembesaran kelenjar
tiroid makan menunjukan bahwa ibu kekurangan
yodium, dan pembengkakan vena jugularis apabila ada
maka ada indikasimasalah jantung (Varney, 2007)
(h) Payudara : Perlu dilukan pemeriksaan karena payudara
mengalami banyak perubah sebagai persiapan laktasi,
keadaan normal ayudara simetris, tiak ada benjolan
yang tidak normal, putting menonjol, apabila puting
datar bisa dilakukan cubit areola dengan ibu jari dan jari
telunjuk ini sebagai persiapan ibu menyusui, kolostrum
sudah keluar sebagai tanda ASI sudah diproduksi,

51
h

terjadi hiperpigmentasi areola mamae, tidak ada retraksi


dinding dada dan adanya massa atau nodul pada aksila
(Prawirohardjo, 2010).
(i) Abdomen : Mengetahui bentuk pembesaran perut,
terdapat linea atau tidak, linea adalah garis pigmentasi
dari sifisis pubis ke bagian atas sampai fundus, linea
terdapat 2 linea alba dan linea nigra, lihat adakah luka
bekas operasi memastikan untuk riwayat persalinan
sebelumnya (Sulistyawati, 2009; Prawirohardjo, 2010).
Palpasi :
 Leopold I : Menentukan tinggi fundus uteri. .
 Leopold II : Menentukan batas kanan dan kiri
rahim, menentukan letak punggung janin. Bagian
yang teraba memanjang seperti papan, ada tahanan
dan keras/punggung, Bagian yang teraba kecil-kecil,
ekstremitas.
 Leopold III : Menentukan bagian terendah janin.
Bila kepala janin belum masuk panggul maka masih
dapat digoyangkan dan sebaliknya bila sudah masuk
panggul maka sudah tidak dapat digoyangkan
karena sudah terfiksasi oleh pintu atas panggul
(PAP).
 Leopold IV : Menentukan konvergen (kedua jari
periksa menyatu yang berarti bagian terendah janin
belum masuk panggul) dan divergen (kedua jari
tiak tidak menyatu yang berarti bagian terendah
janin sudah masuk pintu atas panggul). Mochtar,
2011).
 Pengukuran TFU untuk menghitung perkembangan
dan pertumbuhan janin apakah sesuai dengan masa
kehamilan, pengukuran TFU juga dapat di gunakan

52
h

untuk menentukan usia kehamilan dengaan cara


membandingkan berapa besar TFU dengan HPHT.
Tfu akan berkurang saat fetus sudah mulai masuk
pintuatas panggul (Lowdermilk, 2013).
 TBJ (Tafsiran Berat Janin)
 Menurut Manuaba (2007) tafsiran berat janin
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(TFU-11) x 155 jika sudah masuk panggul
(TFU-12) x 155 jika belum masuk panggul
Auskultasi. DJJ normalnya 120 – 160 x/menit
(Saifuddin, 2010; Prawirohardjo, 2010).
(j) Genetalia : Mengetahui ada tidaknya kelainan pada
genitalia seperti oedema, varises yang dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah sehingga
menjadi perdarahan, pembesaran kelanjar bartholini,
mengetahui ada atau tidaknya hemoroid pada anus.
Tapi pada keadaan normal, tidak terdapat varises dan
hemoroid (Prawirohardjo, 2010).
(k) Ekstremitas atas dan bawah : Memeriksa ada atau tidak
reflek patella pada ekstremitas bawah apabila reflek
patella negative kemingkinan ibu kekurangan vitamin
B1 yang memungkinkan adanya masalah pada tulang
belakang. Cek apakan ekstremitas oedema dan varises
serta sianosis atau tidak pada ujung kuku. Pada keadaan
normal reflek patella ada, tidak edema dan tidak
sianosis (Prawirohardjo, 2010).
4) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan penunjang untuk melakukan
deteksi dini adanya penyulit atau masalah. Pada kehamilan
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

53
h

 Hemoglobin : Dilakukan pemeriksaan Hb untuk eteksi


adanya anemia. Hb digolongkan sebagai berikut : Hb
11gr% (tidak anemia), Hb 9-10gr% (anemia ringgan),
Hb 7-8gr% (anemia sedang), dan Hb <7gr% (anemia
berat) (Varney, 2007, Prawirohardjo, 2010).
 Golongan Darah : untuk mengetahui golongan darah
pasien dan mempersiapkan pendonor apabila sewaktu-
waktu terjadi kegawatdaruratan. (Bobak, 2005; Benson,
2009)
 HbSAg : Untuk mengetahui ibu HbSAg reaktif atau non
reaktif. Apabila terdeteksi virus hepatitis B pada ibu
harus segera dilakukan vaksinasi untuk mencegah
penularan ke bayi pada saat proses persalinan(Varney,
2007; Bobak, 2005; Manuaba, 2007)
 Pemeriksaan Urine : Untuk mengetahui kadar protein
dalam urine yang mengindikasikan tanda-tanda pre
eklamsia. Pemeriksaan ini dilakukan apabila ada
indikasi bengkak pada muka dan ekstremitas (Rukiyah,
2014).
 Pemeriksaan VCT : Pemeriksaan VCT dilakukan pada
ibu hamil untuk mengatahui apakah ibu hamil tersebut
terkena virus HIV. Apabila ibu terinfeksi virus HIV,
maka bayi yang dilahikan bisa diberikan penanganan
segera (Varney, 2007).
 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) : Dilakukan untuk
mendeteksi adanya kelainan janin dalam kandingan,
untuk menentukan usia kehamilan, dan hari perkiraan
lahir (Prawirohardjo, 2010).
b. STANDAR II : Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah
Kebidanan

54
h

Lakukan identifikasi terhadap diagnosa, masalah, dan


kebutuhan ibu hamil berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
1) Diangnosa Kebidanan
Diagnosis kebidanan merupakan diagnosis yang
ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan, yaitu :
G... P... A.. umur ... tahun usia kehamilan ... minggu dengan...
2) Data dasar :
a) Data subjektif : dasar diperolehnya diagnosa berdasarkan
hasil wawancara terhadap pasien. Ibu mengatakan ini
kehamilan ke ... dan pernah/tidak pernah keguguran ... kali.
Ibu mengatakan HPHT tanggal..
b) Data objektif : dasar diperolehnya diagnosa berdasarkan
hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan.
 Keadaan umum dan kesadaran
 Tanda Vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
 Palpasi Abdomen (Leopold I, II, III, IV).
 TFU, DJJ dan TBJ.
3) Masalah
Masalah yang mungkin terjadi pada kehamilan trimester
III seperti sesak nafas, insomnia,sering berkemih, edema kaki,
konstipasi, varises, keputihan, nyeri punggung bawah,
Kontraksi Braxton Hicks, dan hemoroid.
4) Kebutuhan
a) Kebutuhan psikologis berupa dukungan emosional dari
suami dan keluarga.
b) Kebutuhan fisiologis seperti pemenuhan kebutuhan nutrisi,
personal hygiene, dan body mekanik
c. STANDAR III : Mengidentifikasi Masalah Atau Masalah Potensial
Dan Mengantisipasi Penanganannya

55
h

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial


atau diagnose potensial berdasarkan diagnose yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnose ini menjadi benar-
benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan
yang aman. Contoh: seorang wanita dengan pemuaian uterus yang
berlebihan, bidan harus mempertimbangkan kemungkinan
penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut. Kemudian ia
harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya
dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan
post partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian
uterus yang berlebihan.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial tidak
terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang
bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah
diagnose atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
d. STANDAR IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan
Segera Untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi Dengan Tenaga
Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan ata u untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama
asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

56
h

Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.


Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu
situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain
harus menunggu intervensi dari dokter. Situasi lainnya tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-
tanda awal dari pre eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit
jantung, diabetes atau masalah medic yang serius, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lain seperti pekerja social, ahli gizi atau seorang ahli
perawatan klinis BBL. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen
askeb.
Pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa bidan dalam
melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau
kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan
tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnose atau
masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus
merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk
tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara
kolaborasi atau bersifat rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera
ini benar-benar dibutuhkan.
e. STANDAR V : Perencanaan

57
h

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh


ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan social ekonomi-kultural atau masalah psikologis.
Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
pihak, yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena
itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana
asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama
klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan dilakukan klien. Kaji ulang apakah rencana
asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap
wanita.
f. STANDAR VI : Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

58
h

bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanannya, misalnya
memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien akan
menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan
klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

g. STANDAR VII : Evaluasi


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanannya, misalnya
memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen
asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien
akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan
klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.
E. Teori asuhan inovatif berdasarkan EBM
1. Konseling dengan pendekatan Clien-Centered untuk mengatasi stress
pada remaja yang hamil diluar nikah
Penelitian dari Herlina Rini (2017) yang berjudul “Konseling
Dengan Pendekatan Client-Centered Untuk Mengatasi Stres Pada

59
h

Remaja Yang Hamil Di Luar Nikah” yaitu hasil treatmen client-centered


terhadap hasil konseling pada remaja yang hamil di luar nikah yaitu
menurunnya tingkat kecemasan klient, adanya perubahan perilaku klient
ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis, adanya rencana hidup di
masa mendatang dengan program yang jelas, klient sudah mampu
berfikir realistis dan percaya diri.
Terapi client-centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien,
yang mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi
klien pada saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat
berkembang atau keluar dari masalah yang dihadapinya. (Gerald Corey,
2013)
Tujuan dasar client-centered adalah menciptakan suasana
konseling yang kondusif yang membantu klien menjadi pribadi yang
dapat berfungsi secara utuh dan positif. Titik berat dari tujuan client-
centered adalah menjadikan tingkah laku klien kongruen atau autentik
(klien tidak lagi berpura-pura dalam kehidupannya). Klien yang tingkah
lakunya yang bermasalah cenderung mengembangkan kepura-puraan
yang di gunakan sebagai pertahanan terhadap hal-hal yang dirasakannya
mengancam. Kepura-puraan ini akan menghambatnya tampil secara utuh
dihadapan orang lain sehingga ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri.
Melalui terapi client-centered ini di harapkan klien yang
mengembangkan kepura-puraan tersebut dapat mencapai tujuan terapi
yaitu: keterbukaan pada pengalaman, kepercayaan terhadap diri sendiri,
menghilangkan sikap dan prilaku yang kaku dan bersikap lebih matang
dan teraktualisasi.
Hal penting lainnya yang ingin dicapai dari client-centered
adalah menjadikan klien sebagai pribadi yang berfungsi sepenuhnya
(fully fungctioning person) yang memiliki arti sama dengan aktualisasi
diri. Yang di maksud fully fungction person sebagai berikut:
a. Klien terbuka terhadap pengalamannya dan keluar dari
kebiasaan defensinya.

60
h

b. Seluruh pengalamannya dapat disadari sebagai sebuah


kenyataan.
c. Tindakan dan pengalaman yang dinyatakan akurat sebagaimana
pengalaman yang sebenarnya.
d. Klien dapat bertingkah laku kreatif untuk beradaptasi terhadap
peristiwa baru.
e. Dapat hidup dengan orang lain secara harmonis karena menghargai
perbedaan individual.
(Namora Lumongga Lubis, 2011)

2. Terapi warna untuk mengurangi kecemasan pada remaja yang hamil di luar
nikah
Dari hasil penelitian Aisha dan Latifu (2016) dalam Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan yang berjudul “Terapi warna untuk mengurangi
kecemasan pada remaja yang hamil di luar nikah” diperoleh  hasil  bahwa
terdapat  perbedaan  yang  signifikan mengenai tingkat kecemasan dari
kelompok kontrol dan eksperimen, dimana kelompok eksperimen
memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan kelompok
kontrol. Dapat disimpulkan bahwa terapi warna mampu mengurangi
kecemasan pada remaja yang hamil diluar nikah.
Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang
menekankan pada pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung
energi-energi penyembuh dan terapi ini bisa dikatakan sebagai terapi
pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Penggunaan terapi
warna menjadi salah satu terapi yang menarik untuk mengurangi
kecemasan karena mudah dan praktis digunakan dan bisa dilakukan dari
berbagai kalangan dari anak kecil sampai orang dewasa (Wijayanto,
2013). Selain itu, kelebihan terapi warna dibandingkan terapi yang lain
bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari indera visualisasi manusia
ketika menangkap warna langsung disalurkan ke otak sehingga manusia
langsung merefleksikan warna tersebut dengan perilaku tenang atau

61
h

rileks. Terlebih lagi masa remaja adalah masa dimana kemampuan


sensori untuk menangkap suatu obyek adalah dengan berbagai warna.
Warna yang sering digunakan untuk menenangkan individu adalah
warna hijau karena warna hijau berefek pada sistem saraf secara
keseluruhan, terutama bermanfaat bagi sistem saraf pusat. Seperti yang
telah diungkapkan oleh Vernolia (Sawitri, 2013) warna ini memiliki efek
penenang, mengurangi iritasi dan kelelahan, serta dapat menenangkan
gangguan emosi dan sakit kepala. Mampu meningkatkan hormon-
hormon yang bersifat antidepresan dan mengurangi hormon yang
membuat individu merasa cemas.
Terapi warna hijau ini dapat mempengaruhi hipotalamus dalam
mengeluarkan berbagai neurohormon sehingga dapat mengurangi stres.
Jalur utama dari mekanisme transmisi warna menuju sistem limbik dan
sistem endokrin adalah Retinohypothalamic tract yang merupakan salah
satu jalur dimana hipotalamus menghubungkan sistem saraf dengan
Autonomic Nervous System (ANS) dan sistem endokrin. Warna hijau
menyebabkan terjadinya peningkatan rata- rata kadar hormon.
Peningkatan terjadi pada hormon serotonin hingga 104%, oksitosin
hingga 45,5%, beta endorfin hingga 33%, dan growth hormone hingga
150%. Warna hijau juga menyebabkan terjadinya penurunan
kadarnorepinefrin hingga 29%. Perubahan kadar zat kimia saraf dan
neurohormon tersebut memiliki pengaruh dalam menurunkan stres
ataupun kecemasan pada individu. Serotonin disekresikan oleh nukleus
yang berasal dari medial batang otak dan berproyeksi di sebagian besar
daerah otak, khususnya yang menuju radiks dorsalis medulla spinalis
dan hipotalamus. Setelah dilepaskan, serotonin mampu mengaktifkan
reseptor serotonin pre-sinaps maupun post-sinaps. Serotonin dalam
kondisi normal mempunyai peran penting untuk mengontrol tidur-
bangun, perilaku makan, pengendalian transmisi sensoris, mood, dan
sejumlah perilaku. Pemberian terapi warna hijau merangsang pelepasan
serotonin, sehingga peningkatan kadar serotonin dapat meningkatkan

62
h

mood individu dan dapat menciptakan rasa bahagia dan menurunkan stres
atau rasa cemas individu. Pemberian terapi warna hijau dapat
meningkatan kadaroksitosin dalam darah, sehingga efek ansiolitik yang
dikeluarkan dapat menurunkan stres. Terapi warna hijau juga
meningkatkan beta endorfin dan dapat menurunkan kadar norepinefrin
dalam darah, dan stres atau kecemasan dapat berkurang.
3. Terapi Pemaafan Untuk Meningkatkan Resiliensi Pada Wanita Yang
Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan.
Hasil dari penelitian Theofani, Eukaristianica (2019) terdapat efek
yang besar pada terapi pemaafan terhadap peningkatan resiliensi pada
wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan akibat pelecehan
seksual.
Wanita dengan kehamilan tidak direncanakan memiliki frekuensi
gangguan psikoemosional yang lebih sering, seperti kecemasan, post-
traumatic stress, depresi, harga diri yang rendah, takut, marah, sedih, dan
sebagainya (Cortes- Salim, dkk., 2014). Berbagai kondisi tersebut banyak
memberikan efek negatif sehingga dibutuhkan kemampuan untuk bangkit
dari keterpurukan yang dikenal dengan istilah resiliensi (Ungar, 2012).
Terapi pemaafan merupakan salah satu bentuk intervensi yang dapat
meningkatkan resiliensi. Terapi ini berfokus pada emosi dan
menggunakan emosi positif untuk menjadi penawar dan menggantikan
emosi negatif (Fredrickson, dalam Snyder & Lopez, 2007) sehingga
dapat meningkatkan resiliensi individu (Zutra, dkk., 2010).
Kemampuan remaja putri untuk melanjutkan hidup setelah
ditimpa kemalangan atau setelah mengalami tekanan yang berat
seperti kesulitannya menghadapi kehamilan tidak diinginkan akibat
kekerasan seksual dari pasangannya bukanlah sebuah keberuntungan,
tetapi hal tersebut menggambarkan adanya kemampuan tertentu pada
individu (Tugade & Fredrikson, 2004). Resiliensi adalah
keterampilan yang penting untuk dikembangkan disegala sektor
kehidupan. Adapun beberapa ciri utama pribadi dengan resiliensi

63
h

tinggi itu berkisar pada kemampuan mempertahankan perasaan positif


dan juga kesehatan serta energi. Individu yang resilien juga memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang baik, berkembangnya harga
diri, konsep diri dan kepercayaan diri secara optimal (Frederickson,
2004). Oleh karena itu, resiliensi merupakan faktor penting dalam
proses perkembangan psikologis untuk kembali memperbaiki keadaan
dan menerima kenyataan bagi remaja putri yang mengalami
kehamilan tidak diinginkan akibat kekerasan seksual dari
pasangannya.

4. Efektivitas CBT untuk Menurunkan Depresi pada Remaja Akibat


Kehamilan Tidak Diinginkan
Hasil penelitian Dewi N.P. (2019) didapatkan melalui analisis
visual menunjukan terdapat penurunan depresi pada remaja akibat
kehamilan tidak diinginkan dan adanya pengaruh yang besar intervensi
yang diberikan terhadap penurunan tingkat depresi. Masing-masing
subjek dapat melakukan tugas-tugas dalam terapi dan mampu melakukan
perubahan pikiran negatif menjadi lebih positif.
Menurut Horwin (Sudrajat, 2008) Cognitive behavior therapy
adalah salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien
agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman memuaskan
dan memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasi pola
pikir dan perilaku tertentu. Cognitive Behavior Therapy adalah suatu
tritmen yang dapat membantu cara berfikir individu agar menjadi
lebih rasional dengan menggunakan prinsip dan hukum perilaku. Hal
ini bertujuan agar individu mempunyai kemampuan untuk mengenali
dan kemudian mengevaluasi atau mengubah cara berfikir, keyakinan
dan perasaannya (mengenai diri sendiri dan lingkungan) yang salah
sehingga individu dapat mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
adaptif dengan cara memelajari keterampilan pengendalian diri dan
strategi pemecahan masalah yang efektif. (Kurniawan, 2014)

64
h

Menurut Hill (2009) Cognitive Behavior Therapy, orang dengan


simptom depresi yang awalnya mengalami kesedihan, kehilangan
semangat, cemas, kurang gembira, berpikir negatif terhadap diri,
lingkungan dan masa depan, mempunyai gangguan tidur, menarik diri
dari lingkungan, gangguan nafsu makan dan aktivitas menurun
berubah menjadi lebih senang, lebih bersemangat, tenang lebih
nyaman, menilai positif terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa
depan, tidur lebih nyenyak, lebih mampu bersosialisasi, nafsu makan
dan aktivitas menjadi meningkat. Hal ini juga mempengaruhi cara
individu dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan
memunculkan suatu kekuatan dalam dirinya bahwa dirinya mampu
untuk mengatasi permasalahan tersebut (Oemarjoedi, 2004).
5. Metode SEFT Total Solution dalam menangani trauma remaja korban
perkosaan
Hasil penelitian Arifin Jenal (2016) bahwa materi-materi yang
disampaikan dalam pelaksanaan metode SEFT Total Solution mejadi
salah satu alternatif sarana pemulihan yang mencakup lahir maupun
batin, sehingga dapat menyadarkan klien akan fitrahnya sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT dan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
SEFT adalah salah satu varian dari satu cabang ilmu baru yang
dinamai energy psychology, gabungan antara spiritual power dengan
energy psychology. Menurut Dr. John Diamondi energy psychology
adalah seperangkat prinsip yang menggunakan sistem energi tubuh untuk
mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku. Sedangkan menurut Dr.
David Frenstein, energy psychology adalah seperangkat prinsip dan
teknik yang memanfaatkan sistem energi tubuh untuk memperbaiki
kondisi pikiran, emosi, dan perilaku (Zainudin, 2006).
Metode SEFT Total Solution sebagai salah satu alternatif untuk
membantu memulihkan trauma korban perkosaan dengan melalui
pendekatan psikologi dan spiritual meskipun metode SEFT Total

65
h

Solution dalam pelaksanaannya mengalami beberapa hambatan akan


tetapi berupaya untuk menyelesaikan permasalahan dari setiap kasus
yang dialami oleh klien dengan persentase 95% dengan tiga kali tahapan
terapi sesuai dengan kondisi dan latarbelakang klien.

66
h

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tempat Praktek : Paktik Mandiri Bidan Julia, S.Keb., Bd.


No. Reg. : 001
Tanggal, Jam : 15 Juni 2020, 16.00 WIB

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS PADA NN. A USIA


18 TAHUN G1P0A0 HAMIL 12 MINGGU DENGAN KEHAMILAN TIDAK
DIINGINKAN DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN JULIA DESA
NGAWEN, KECAMATAN SIDODADI SURAKARTA

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Ibu : Nn. A Nama Ibu : Ny. T
Umur : 18 tahun Umur : 43 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangs : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
a
Pendidikan : SMA Pendidikan : Diploma III
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Ds. Ngawen RT 06/04 Alamat : Ds. Ngawen RT 06/04
Sidodadi, Surakarta Sidodadi, Surakarta
2. Status Kunjungan
Kunjungan Awal
3. Keluhan utama
Klien mengatakan tidak menstruasi selama 3 bulan, hasil PP Test positif.
4. Riwayat masalah
Klien mengakui pernah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya
yang akan menikah tahun depan. Orang tua klien berencana untuk
menggugurkan. Tetapi dari pihak keluarga calon suami melarangnya.
5. Status perkawinan:
a. Kawin: belum kawin
b. Usia saat pernikahan: -
c. Lama pernikahan: -

67
h

d. Status perkawinan: -
6. Data kebidanan
a. Riwayat Menstruasi:
Menarche : 12 tahun Banyaknya : 3-4x ganti
pembalut/hari
Siklus : 30 hari Bau : normal
menstruasi
Keteraturan : teratur Warna darah : merah segar
Lama : 5-7hari Flour albus : tidak
menstruasi
Sifat darah : cair Dismenorhea : tidak
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) GPA: G1 P0 A0
2) HPHT: 23 Maret 2020
3) HPL : 30 Desember 2020
4) Usia Kehamilan : 12 Minggu
5) Gerak janin : belum merasakan
6) Keluhan selama kehamilan:
Trimester 1: Mual dan pusing di pagi hari
Trimester 2: -
Trimester 3: -
7) Tanda bahaya kehamilan:
Trimester 1: Tidak ada
Trimester 2: -
Trimester 3: -
8) Riwayat terapi/ obat yang dikonsumsi selama kehamilan: Belum
mengkonsumsi obat sama sekali
9) Riwayat kehamilan kembar: Tidak ada
10) Riwayat Alergi : Tidak ada
11) Riwayat imunisasi TT : belum pernah imunisasi

c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu


Hami Persalinan Nifas

68
h

UK Tgl
l ke Jenis Persalinan Penolong Komplikasi JK BBL Laktasi Komplikasi
Lahir
Hami
1
l ini
d. Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan
Klien mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi
7. Data Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah/ sedang menderita penyakit menurun
seperti hipertensi, DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung,
ginjal, serta penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS.
b. Riwayat penyakit ginekologi
Klien tidak memiliki riwayat penyakit pada organ reproduksinya
8. Data Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : 7-8x/hari
Macam : 4-5 macam Macam : 2-3 macam
Jenis : Nasi, lauk, Jenis : Air mineral, susu,
sayur, buah, teh, syrup
cemilan
Porsi : setengah porsi Porsi : 1 gelas
Keluhan : tidak nafsu Keluhan : tidak ada
makan karena
mual
b. Eliminasi
BAK BAB
Frekuensi : 6-7x/hari Frekuensi :1x /hari
Warna : kuning jernih Warna : kuning
kecoklatan
Bau : normal Bau : normal
Konsistensi : cair Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada
c. Pola Tidur/Istirahat
Tidur siang : 1 jam, kadang-kadang
Tidur malam : 5-6 jam

69
h

Keluhan : susah tidur, gelisah


d. Aktivitas
Klien mengatakan kegiatan aktivitas sehari-hari bekerja sebagai
penjaga took dan membantu pekerjaan rumah seperti nyapu, ngepel,
mencuci dan masak.
Keluhan: tidak ada keluhan
e. Pola Seksual
Klien mengatakan akhir-akhir ini melakukan hubungan seksual
dengan pacar 2-3x setiap bulan
Keluhan: takut
f. Personal Hygiene
Mandi : 2x/ hari
Keramas : 2 hari 1 kali
Ganti baju : 2x/ hari
Gosok Gigi : 2-3x/ hari
9. Data psikososial
a. Dukungan suami/keluarga
Klien mengatakan merasa tertekan dan sedih karena keluarga tidak
mendukung kehamilannya. Keluarga menyarankan untuk aborsi karena
malu hamil diluar nikah. Calon suami dan keluarganya belum ada
rencana untuk mengajukan rencana pernikahannya.
b. Mekanisme cara pemecahan masalah : Klien mengatakan saat ini
megikuti keputusan orang tuanya (bapak dan ibu).
c. Klien tinggal serumah dengan : Orang tua

d. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : Bapak


Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mewakili bapaknya.
e. Orang terdekat klien adalah ibu.
Yang menemani klien untuk kunjungan ANC : Ibu
f. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan : masih
ada adat istiadat neloni dan mitoni.

70
h

g. Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : Klien


belum merencanakan.
h. Spiritual: Klien mengatakan rutin menjalankan sholat wajib, tidak
melakukan sunah agama.
i. Tingkat pengetahuan ibu tentang kehamilan:
Klien memiliki pengetahuan tentang kehamilan.
j. Paparan dengan polutan : rumah jauh dari lingkungan industri, jalan
raya, tidak ada yang merokok dirumah.
k. Pengetahuan ibu tentang keluhan yang dirasakan saat ini
Klien mengatakan tidak tahu kenapa mengalami mual terutama pada
pagi hari.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Pemeriksaan Antropometri
1) BB sebelum hamil: 48 kg
2) BB saat ini : 50 kg
3) TB : 160 cm
4) Lila : 23,5 cm
d. Pemeriksaan TTV
1) Tekanan Darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 82 x/menit
3) RR : 18 x/menit
4) Suhu : 36,8 C

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: simetris, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada ketombe
b. Kulit : warna sawo matang, tidak ada wujud kelainan kulit, turgor
kembali cepat.
c. Wajah: simetris, tidak oedem, terdapat cloasma gravidarum

71
h

d. Mata : simetris, conjungtiva tidak pucat (-/-), , sklera tidak


kuning (-/-), ada reflek cahaya (+/+)
e. Hidung: bentuk normal, tidak ada secret, tidak ada nafas cuping
hidung, tidak ada polip
f. Mulut : simetris, tidak pucat, tidak ada lesi, mukosa basah, lidah
bersih
g. Telinga: bentuk normal, simetris, tidak ada secret (-/-),tidak ada
benjolan (-/-), tidak ada serumen (-/-)
h. Leher: bentuk normal, kelenjar getah bening tidak membesar (-/-),
kelenjar thyroid tidak membesar (-/-), kelenjar limfe tidak
membesar (-/-), tidak ada bendungan vena jugularis (-/-)
i. Mamae: kulit normal, bersih, areola/papilla normal, tidak ada
penarikan kulit (-/-), putting menonjol, belum ada colostrum (-/-)
j. Ketiak : simetris, tidak ada benjolan (-/-),tidak ada penarikan kulit
(-/-),tidak ada nyeri tekan (-/-)
k. Thorax : simetris, nafas normal, tidak ada retraksi dada, tidak ada
wheezing, tidak ada ronchi
l. Abdomen: tidak ada luka operasi, ada linea gravidarum
m. Genetalia: bersih, tidak ada varises, tidak ada keputihan, tidak ada
hemorrhoid, tidak ada benjolan kelenjar bartholini
n. Ekstremitas atas: tidak oedem, akral tidak pucat
Ekstremitas bawah: tidak oedem, tidak ada varises, akral tidak
pucat, reflek patella (+)
3. Pemeriksaan Leopod
Leopod I: TFU 2 jari diatas sympisis
Leopod II: tidak dilakukan
Leopod III: tidak dilakukan
Leopod IV: tidak dilakukan
DJJ : 145x/menit
4. Pemeriksaan Ginekologis
Tidak dilakukan pemeriksaan ginekologis

72
h

5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil PP Test tanggal 12 Juni 2020: positif
C. Analisis Data
Diagnosa : Nn. A G1P0A0 umur 18 tahun usia kehamilan 12 Minggu dengan
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
DS : Klien mengatakan hasil PP Test positif
Klien mengatakan pernah melakukan hubungan seksual dengan
pacarnya.
Klien mengatakan merasa bersedih, menjadi tertekan
Klien mengatakan tidak nafsu makan dan sering pusing terutama
pada pagi hari.
Klien mengatakan HPHT 23 Maret 2020
DO : Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB sebelum hamil: 48 kg
BB saat ini : 50 kg
TB : 160 cm
Lila : 23,5 cm
Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,8 C
Leopod I : TFU 2 jari diatas sympisis
Masalah : Perasaan tertekan dan sedih akibat kehamilan tidak diinginkan,
orang tua ingin menggugurkan kandungan, rasa mual dan pusing
terutama saat pagi hari.
Diagnosa Potensial: Depresi
Kebutuhan: Deteksi tingkat depresi, Pemberian terapi untuk menurunkan rasa
tertekan dan kesedihan akibat kehamilan tidak diinginkan,

73
h

pemberian konseling tentang dampak aborsi, pemberian


pendidikan kesehatan mengenai keluhan morning sicknes.
D. Penatalaksanaan
1. Perencanaan
Tanggal 15 Juni 2020, 16.20 WIB
a. Memberitahukan kepada klien dan ibunya bahwa hasil pemeriksaan
bahwa keadaan ibu dan janin saat ini dalam keadaan baik.
b. Memberikan Imunisasi Vaksin TT1 dosis 0,5ml di lengan sebelah kiri
c. Menjelaskan kepada klien bahwa ketidaknyamanan mual dan pusing
di pagi hari adalah hal yang normal menggunakan media leaflet.
d. Melakukan screening depresi dengan instrument CESD-R.
e. Memberikan konseling kepada klien dan ibunya tentang bahaya
aborsi.
f. Memberikan Konseling dengan pendekatan Clien-Centered dan akan
ada evaluasi disetiap kunjungan (follow up), jika tidak ada perbaikan
akan dirujuk ke ahli psikolog.
g. Menganjurkan klien untuk melakukan terapi warna yaitu dengan
refreshing melihat alam, pepohonan hijau, tumbuhan berwarna hijau,
benda berwarna hujau dan lain-lain, agar perasannya menjadi lebih
tenang.
h. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau jika ada
keluhan kegawatdaruratan.
2. Pelaksanaan dan Evaluasi
Tanggal 15 Juni 2020, 16.20 WIB
a. Memberitahukan kepada klien dan ibunya hasil pemeriksaan bahwa
keadaan klien dan janin baik.
Evaluasi:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB saat ini : 50 kg
Tekanan Darah: 110/80 mmHg

74
h

Nadi : 82 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,8 C
Hasil pemeriksaan saat ini usia kehamilan 12 minggu, teraba rahim
tegang setinggi 2 jari diatas sympisis, ukuran rahim sesuai dengan
umur kehamilannya, denyut jantung janin 145x/menit.
Evaluasi: Ibu merasa senang karena keadaan ibu dan janin baik
b. Memberikan Imunisasi Vaksin TT1 dosis 0,5ml di lengan sebelah kiri.
TT1 berfungsi untuk pembentukan antibody dan TT2 dilakukan 4
minggu atau satu bulan setelah TT2.
Evaluasi: Klien telah setuju dan sudah di Vaksin TT1 di lengan
sebelah kiri.
c. Menjelaskan kepada ibu menggunakan media leaflet bahwa
ketidaknyamanan mual dan pusing di pagi hari adalah hal yang
normal karena ada perubahan hormone di dalam tubuh ibu hamil.
Yang perlu ibu lakukan adalah mengatur pola makan dengan porsi
makan sedikit-sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang
berbau tajam, diselingi makan biskuit dan buah buah, meminum air
jahe, hindari meminum kopi / kafein dan alkohol, menghindari
stress dan cukup tidur.
Evaluasi: klien mengerti bahwa mual dan pusing di pagi hari
merupakan hal yang normal
d. Melakukan screening depresi dengan instrument CESD-R.
Memberitahu hasil screening CESD-R bahwa hasil dari test tersebut
belum sampai pada tahap depresi.
Evaluasi: Klien dan Ibu merasa lega
e. Memberikan konseling kepada klien dan ibunya tentang bahaya
aborsi.
Pada saat dan setelah melakukan aborsi, maka wanita ada
kemungkinan besar mengalami resiko kesehatan dan keselamatan
terhadap tubuh atau fisiknya diantaranya berupa:

75
h

l. Kematian mendadak karena pendarahan hebat,


m. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal,
n. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan,
o. Rahim yang sobek (uterine perforation),
p. Kerusakan leher rahim (carvical lacerations) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya,
q. Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormon estrogen
pada wanita),
r. Kanker indung telur ( ovarian cancer)
s. Kelainan pada plasenta atau ari-ari yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat
kehamilan berikutnya,
t. Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi,
u. Infeksi rongga panggul,
v. Infeksi pada lapisan Rahim
Resiko gangguan psikologis atau kejiwaan:
h. Kehilangan harga diri
i. Teriak-teriak- histeris
j. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
k. Ingin melakukan bunuh diri
l. Mulai menggunakan obat-obat terlarang
m. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
n. Dihantui perasaan bersalah seumur hidup
Evaluasi: Klien dan ibu mengerti akibat dari tindakan aborsi dan tidak
ingin melakukan tindakan tersebut.
f. Memberikan support mental dan konseling dengan pendekatan Clien-
Centered dan akan ada evaluasi disetiap kunjungan (follow up), jika
tidak ada perbaikan akan dirujuk ke ahli psikolog.
Evaluasi: Klien mengerti dan bersedia dirujuk apabila keluahannya
tidak membaik.

76
h

g. Menganjurkan klien untuk melakukan terapi warna yaitu dengan


refreshing melihat alam, pepohonan hijau, tumbuhan berwarna hijau,
benda berwarna hijau dan lain-lain, agar perasannya menjadi lebih
tenang.
Evaluasi: Klien mengerti dan bersedia melihat benda-benda berwarna
hijau.
h. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau jika ada
keluhan kegawatdaruratan.
Evaluasi: ibu akan melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian dan
sesegera mungkin apabila ada keluhan kegawatdaruratan.

77
h

BAB IV
PEMBAHASAN

Nn. A melakukan kunjungan awal kehamilan bersama ibunya di PMB


Julia, S.Keb., Bd. pada tanggal 15 Juni 2020. Data Subjektif, 1) Klien mengatakan
telat menstruasi 3 bulan, hasil PP test positif, 2) Klien mengatakan ingin
memeriksakan kehamilannya, 3) Klien mengatakan pernah melakukan hubungan
seksual dengan pacarnya yang berencana nikah di tahun depan, 4) Orang tua klien
ingin mengugurkan kandungannya.
Data Objektif, keadaan umum klien baik dan kesadaran komposmentis,
tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi pernafasan 18 kali/menit, nadi 82
kali/menit, suhu 36,8 ºC, Berat Badan sebelum hamil 48 kg, Berat Badan sekarang
50 kg, Tinggi Badan 160 cm dan Lingkar Lengan ibu 23,5 cm.
Pada pemeriksaan payudara ibu simetris, areola mammae terdapat
hiperpigmentasi, putting susu menonjol. Pada pemeriksaan abdomen tidak
terdapat luka bekas operasi. Hasil dari dilakukan nya palpasi yaitu : Leopold I :
TFU 2 jari diatas sympisis. Pemeriksaan ekstremitas yaitu reflek patella +/+.
Ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Nn. A yaitu mual dan pusing dipagi
hari merupakan hal yang normal terjadi di kehamilan trimester awal dan akan
berkurang pada trimester dua. Yang diperlu dilakukan adalah mengatur pola
makan dengan porsi makan sedikit-sedikit tapi sering dan menghindari makanan
yang berbau tajam, diselingi makan biskuit dan buah buah, meminum air jahe,
hindari meminum kopi / kafein dan alkohol, menghindari stress dan cukup
tidur.
Berdasarkan analisis kasus Nn. A Usia 18 tahun G1P0A0 Hamil 18
minggu dengan masalah kehamilan tidak diinginkan. Kebutuhan dalam
menyelesaikan masalah ini meliputi pemberian terapi untuk menurunkan rasa
tertekan dan kesedihan akibat kehamilan tidak diinginkan, pemberian konseling
tentang dampak aborsi, pemberian pendidikan kesehatan mengenai keluhan
morning sicknes.
Akibat kehamilan tidak diinginkan pada remaja jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan pengaruh pada kelompok usia yang lebih tua, baik secara

78
h

fisik, maupun psikologis. Hal ini terjadi karena pada masa remaja, pertumbuhan
dan perubahan fisik, kognitif dan psikologis belum optimal, sehingga efek yang
dirasakan akan jauh lebih berat. Salah satu dampak yang dirasakan adalah
depresi. Remaja tersebut akan merasakan kesedihan, kehilangan semangat,
cemas, kurang gembira, berpikir negatif terhadap diri, lingkungan dan masa
depan.
Terapi client-centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien, yang
mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada
saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau
keluar dari masalah yang dihadapinya. (Gerald Corey, 2013)
Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang menekankan
pada pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung energi-energi penyembuh
dan terapi ini bisa dikatakan sebagai terapi pengobatan dengan gelombang
elektromagnetik (Wijayanto, 2013). Selain itu, kelebihan terapi warna
dibandingkan terapi yang lain bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari
indera visualisasi manusia ketika menangkap warna langsung disalurkan ke otak
sehingga manusia langsung merefleksikan warna tersebut dengan perilaku
tenang atau rileks. Terlebih lagi masa remaja adalah masa dimana kemampuan
sensori untuk menangkap suatu obyek adalah dengan berbagai warna. Warna
yang sering digunakan untuk menenangkan individu adalah warna hijau karena
warna hijau berefek pada sistem saraf secara keseluruhan, terutama bermanfaat
bagi sistem saraf pusat.

79
h

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi client-centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien,
yang mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi
klien pada saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat
berkembang atau keluar dari masalah yang dihadapinya.
Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang
menekankan pada pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung energi-
energi penyembuh dan terapi ini bisa dikatakan sebagai terapi pengobatan
dengan gelombang elektromagnetik.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa bisa memberikan inovasi baru dalam memberikan
asuhan kebidanan patologis kepada ibu hamil.
2. Bagi Institusi/Pendidikan
Diharapkan institusi dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi
mahasiswa dengan cara memperbanyak bahan ajar dan praktik dilapangan
serta menyediakan lahan praktik sendiri jika memungkinkan.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan penyedia layanan kesehatan menyediakan leaflet/brosur
tentang kehamilan dan meningkatkan kembali penyuluhan tentang
fisiologis kehamilan dan upaya menangani keluhan yang dirasakan
sehingga ibu hamil dapat mengetahui penyebab dan penanganan dari
keluhan yang dirasakan.

80
h

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Jenal (2016) Pelaksanaan metode seft total solution dalam menangani
trauma remaja korban perkosaan di Yayasan As Samawat Semarang
(analisis bimbingan dan konseling Islam). Diambil dari
http://eprints.walisongo.ac.id/6451/ tanggal 18 juni 2020
Aysha, Kafiyatul., Latipun. 2016. Terapi warna untuk mengurangi kecemasan
pada remaja yang hamil di luar nikah. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol
4, No 2(2016.). Diambil dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/352 tanggal 17 Juni
2020
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Egc

Dewi, N.P. 2019. Efektivitas CBT untuk Menurunkan Depresi pada Remaja
Akibat Kehamilan Tidak Diinginkan http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id
Dewi, V & Sunarsih, T. 2012. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Fajrina, D.D. (2012). Resiliensi pada remaja putri yang mengalami kehamilan
tidak diinginkan akibat kekerasan seksual. Jurnal Penelitian dan
Pengukuran Psikologi, 1(1). Diambil dari http:// journal.unj.ac.id
Gerald Corey, Teori Dan Praktik Konseling Dan Psikoterapi, (Bandung: PT
Revika Aditama, 2013)
Herlina, Rini (2017) Konseling Dengan Pendekatan Client-Centered Untuk
Mengatasi Stres Pada Remaja Yang Hamil Di Luar Nikah (Studi Kasus Di
Kelurahan Taktakan, Kecamatan Taktakan Kota Serang-Banten). Diambil
dari http://repository.uinbanten.ac.id/683/ tanggal 17 Juni 2020
Hill, C.E. (2009). Helping skills (facilitating exploration, insight, and action).
(2nd) ed. Washington: APA.
https://www.brandeis.edu/roybal/docs/CESD-R_Website_PDF.pdf Diakses
tanggal 22 Juni 2020
Hutahean. S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika

81
h

Irwan M. Hidayana, dkk.2004. Seksualitas Teori Dan Realitas. Program Gender


Dan Seksualitas. Fisip UI
Kemenkes, 2019, Rakernas Strategi penurunan aki dan neonatal, diakses dari
www.kemkes.go.id diakses pada 11 Juni 2020 jam 20.00 WIB
Khasanah TSR. Kecemasan Ibu dalam Melakukan Seksual Pada Masa Kehamilan
di RSUD dr. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto, Surabaya. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2015
Kurniawan, W. (2014). Pengaruh terapi kognitif perilakuan untuk
menurunkan gangguan perilaku menentang pada siswa MTS X di
Yogyakarta. Tesis (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Magister Profesi
Psikologi, Universitas Mercu Buana.
Manuaba Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Marjati, dkk.2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemba Medika
Marmi.2013. Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Moh. Saifullah.2011. Aborsi Dan Resikonya Bagi Perempuan. Jurnal Sosial
Humaniora, Vol 4 No.1, Juni 2011 Diambil dari
https://media.neliti.com/media/publications/57114-ID-aborsi-akibat-
kehamilan-yang-tak-diingin.pdf tanggal 19 Juni 2020
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan
Praktik (Jakarta: Prenada Media Group. 2011)
Novan, Akbar. 2019, Hubungan seks Saat Kehamilan. Diambil dari
https://sardjito.co.id/2019/09/30/hubungan-seks-saat-kehamilan/ (13 Juni
2020)
Oemarjoedi, A. K. (2003). Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi.
Jakarta: Penerbit Creatif Media. Papalia, D.E., Olds, S.W.,& Feldman,
R.D. (2007). Human development (11th edition). USA: McGraw Hill.
Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

82
h

Radiani, Widiya A. 2016. Cognitive Behavior Therapy Untuk Penurunan


Depresi Pada Orang Dengan Kehilangan Penglihatan
Rahmawati, Afika Ira (2018) Pengaruh hypnobirthing dalam menurunkan tingkat
kecemasan ibu hamil. Diambil dari http://etheses.uin-malang.ac.id/13438/
tanggal 18 Juni 2020
Saifuddin, B.A. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sarwono Prawirohardjo. 20010.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka
Sulistyawati, Ari.2011.Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta:
Salemba Medika
Theofani, Eukaristianica. 2019. Efektivitas Terapi Pemaafan Untuk Meningkatkan
Resiliensi Pada Wanita Yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan
Akibat Pelecehan Seksual. Diambil dari
http://aunilo.uum.edu.my/Find/Record/id-langga.91430 tanggal 17 Juni
2020
Tugade, M. M., Fredrickson, B. L. (2004). Resilient individuals use positive
emotions to bounce back from negative emotional experiences.
Journal of Personality and Social Psychology, 86, 320–333.
Varney, H.,Kriebs, J.M., Carolyn, L.G. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 1. Jakarta: EGC
Walyani, E.S., 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press
Winknjosastro H, Saifuddin AB. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Zainuddin, Ahmad Faiz. 2006. SEFT Total Solution, Jakarta: Afzan Publishing.
Zutra, A.J., Hall, J.S., Murray, K.E. (2010). Resilience: A new definition of health
for people and communities. Handbook of adult resilience. New York:
Guilford.

83
h

84
h

Instrumen Deteksi CESD-R Nn. A Umur 18 tahun


Rarely or Some or a Occasionally Most or all
none of the little of the or a of the
time time moderate time
(less than 1 (1‐2 days) amount of (5‐7 days)
day) time
(3‐4 days)
1. I was bothered by things that □ √ □ □
usually don't bother me.
2. I did not feel like eating; my □ √ □ □
appetite was poor.
3. I felt that I could not shake √ □ □ □
off the blues even with help
from my family or friends.
4. I felt that I was just as good □ □ □ √
as other people.
5. I had trouble keeping my □ √ □ □
mind on what I was doing.
6. I felt depressed. □ □ √ □
7. I felt that everything I did □ √ □ □
was an effort.
8. I felt hopeful about the □ □ √ □
future.
9. I thought my life had been a □ √ □ □
failure.
10. I felt fearful. √ □ □ □
11. My sleep was restless. □ √ □ □
12. I was happy. □ □ □ √
13. I talked less than usual. √ □ □ □
14. I felt lonely. □ √ □ □
15. People were unfriendly. √ □ □ □
16. I enjoyed life. □ □ □ √
17. I had crying spells. □ √ □ □
18. I felt sad. □ □ √ □
19. I felt that people dislike me. □ √ □ □
20. I could not get “going”. □ √ □ □

Total Score: 15.

85
h

JURNAL BIMBINGAN
NAMA : Fitatul Islamiyah
NIM : PB191005 / 15901191008
STASE : Asuhan Kebidanan Kehamilan
Nama/ TTD
No Hari/Tanggal Masukan
Pembimbing
1 Sabtu, 20 Juni Ditambahkan diagnose potensial,
2020 berikan pengkajian screening
depresi, cari teori umur kehamilan
12 minggu apakah sudah terdeteksi
DJJ, singkronkan kesimpulan
dengan pembahasan

86

Anda mungkin juga menyukai