Disusun oleh:
FITATUL ISLAMIYAH
PB191005 / 15901191008
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun oleh:
Nama : FITATUL ISLAMIYAH
NIM : PB191005 / 15901191008
Pembimbing Institusi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat- Nya
sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Kehamilan Patologis Nn. A Umur 18 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 12 Minggu
dengan Kehamilan Tidak Diinginkan di PMB Julia ”. Penyusunan Laporan
Praktik Stase ini bertujuan untuk memenuhi Praktik Stase Asuhan Kebidanan
Kehamilan Semester 2.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Aris Prastyoningsih,
S.ST., M.Keb.selaku pembimbing institusi yang telah membimbing dan
memberikan masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat
terselesaikan tepat waktu.
Dengan Laporan Praktik Stase ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi penulis dan pembaca terutama mengenai masalah kehamilan
fisiologi. Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................3
D. Manfaat ..............................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................6
A. Konsep Kehamilan..............................................................................6
1. Pengertian Kehamilan ..................................................................6
2. Tanda-Tanda Kehamilan...............................................................5
3. Pertimbangan Untuk Megegakkan Diagnosa..............................10
4. Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan..........................................14
5. Perubahan Psikologis Ibu hamil..................................................21
6. Faktor Resiko Pada Ibu Hamil.....................................................24
7. Ketidaknyamanan Umum Selama Kehamilan.............................23
8. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil .........................................................26
9. Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil .................................................27
B. Konsep Remaja..................................................................................28
1. Pengertian Remaja.......................................................................28
2. Ciri-Ciri Remaja..........................................................................28
3. Tahap Perkembangan Remaja.....................................................29
4. Perkembangan Fisik.....................................................................30
5. Karakteristik Remaja ..................................................................30
6. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja.....................................32
C. Kehamilan Tidak Diinginkan............................................................33
1. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan....................................33
iv
2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Remaja................................33
3. Akibat Kehamilan Yang Tidak Diinginkan ................................35
4. Dampak Aborsi............................................................................35
5. Deteksi Depresi Pada Remaja......................................................36
D. Manajemen Kebidanan......................................................................40
1. Asuhan Antenatal.........................................................................40
2. Manajemen Asuhan Kebidanan...................................................45
E. Teori Asuhan Inovatif Berdasarkan EBM.........................................59
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................66
A. Data Subyektif...................................................................................66
B. Data Obyektif....................................................................................70
C. Analia Data........................................................................................72
D. Penatalaksanaan.................................................................................73
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................77
BAB V PENUTUP...............................................................................................79
A. Kesimpulan.......................................................................................79
B. Saran..................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami pubertas dimana
perkembangan fisik dan mental berkembang secara pesat. Remaja sebagai
periode masa peralihan antara anak-anak ke masa dewasa yang dimulai seusai
tercapai kematangan seksual secara biologis sesudah pubertas, pada periode
ini individu menunjukkan ciri-ciri seksual dan sifat-sifat kedewasaan serta
mengalami berbagai perubahan fisik, psikologis, mental dan sosial yang mana
individu mulai memberi perhatian ke lingkungan yang lebih luas melalui
lingkungan keluarga dan lingkungan teman sekolah (Sumardjono, 2014).
Masa remaja merupakan awal dari proses menuju kedewasaan. Pada
masa inilah individu sering mengalami kegelisahan dalam dirinya.
Perkembangan kejiwaan remaja terutama pada periode pubertas atau
adolesens, remaja sering dilanda keguncangan-keguncangan yang tidak
jarang muncul dalam perbuatan yang disebut juvenile delinquency atau
kenakalan remaja, dengan gejala-gejala yang menghawatirkan terhadap
kelangsungan hidup negara dan bangsa (Mahmudah, 2014). Kenakalan
remaja yaitu kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan
norma yang berlaku umum atau remaja yang perbuatannya menyimpang dari
norma-norma agama, hukum, dan adat istiadat yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat (Muthohar, 2017). Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja yang gagal menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik
pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan
masa remaja berlangsung secara singkat, dengan perkembangan fisik, psikis
dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis kenakalan remaja merupakan
wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa
kanak-kanak. Sering kali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya,
perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma
terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi (Nurihsan, 2000).
1
Permasalahan yang sering terjadi pada remaja adalah masalah
kesehatan reproduksi, perilaku beresiko, perilaku menyimpang dan tidak
sehat seperti merokok, minum alkohol, penyalahgunaan narkoba dan perilaku
seksual pra nikah. Perilaku seksual pranikah atau orang menyebutnya dengan
istilah seks beresiko adalah perilaku menyimpang seksual yang dilakukan
tanpa adanya ikatan pernikahan. Perilaku seksual pranikah misalnya pacaran
yang tidak sehat diantaranya adalah berpegangan tangan, berpelukan,
berciuman bibir (kissing), rabaan (petting), dan melakukan hubungan seksual.
Berdasarkan data penelitian PILAR PKBI Daerah Jawa Tengah pada tahun
2013 yang diambil dari beberapa sekolah di Kota Semarang, dari 1355 orang
siswa 41,7% sudah pernah berpelukan, 2,6% sudah pernah berciuman bibir,
10,9% sudah pernah memegang organ reproduksi. 11,6% berkeinginan
melakukan hubungan seksual, dan 5,8% sudah melakukan hubungan seksual
(Catatan Data Devisi Data PILAR PKBI Daerah Jawa Tengah pada
wawancara 20/10/2016 pukul 10:15).
Perilaku seksual pranikah di kalangan remaja timbul karena beberapa
faktor diantaranya adalah rasa ingin tahu yang besar, sesuai dengan tugas
perkembangan remaja itu sendiri. Perilaku seksual pranikah yang dilakukan
dapat menimbulkan banyak dampak negatif pada remaja diantaranya adalah
kehamilan tidak diinginkan diluar nikah, penularan penyakit seksual, HIV-
AIDS, rasa takut, bahkan kecanduan untuk melakukannya lagi. Kehamilan
yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu
sebab maka keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon
orang tua bayi tersebut.
Pergaulan bebas yang mengakibatkan kehamilan di luar nikah jelas
akan memberikan pengaruh buruk terhadap kehidupan sosial remaja. Remaja
yang hamil di luar nikah cenderung akan merasa terasingkan baik itu
dilingkungan keluarga atau dilingkungan masyarakat. Mereka lebih banyak
menghabiskan waktu di dalam rumah, enggan untuk berinteraksi dengan
lingkungan dimana dia tinggal, perasaan menyesal dan malu selalu
membayangi mereka.
2
Berdasarkan hal di atas, maka penulis mencoba mengangkat
permasalahan tersebut sebagai bahan laporan yang berjudul “Bagaimana
Asuhan Kebidanan Patologis Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Remaja?”
A. Rumusan Masalah
Adapun konteks perumusan masalahan dalam laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana memahami pengkajian status kesehatan klien yang meliputi
pengkajian biopsiko-sosio spiritual dan kultural.
2. Bagaimana merumuskan perencanaan tindakan kebidanan dengan
masalah sertaa kebutuhan dalam kasus kehamilan.
3. Bagaimana melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
4. Bagaimana menggunakan komunikasi terapeutik dalam memberikan
asuhan pada klien.
5. Bagaimana melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan
pada kasus kehamilan.
6. Bagaimana cara melakukan pembahasan, pendokumentasian dan
pelaporan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan dengan benar sesuai
kode etik profesi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik Stase Asuhan kebidanan Kehamilan
dengan Tigger Case mahasiswa diharapkan mampu melakukan
Asuhan Kebidanan pada kehamilan baik fisiologis (sering buang air
kecil) maupun kehamilan degan masalah secara holistik, komprehensif
dan berkesinambungan yang didukung kemampuan berfikir kritis,
rasionalisasi klinis dan reflektif.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan Praktik Stase Asuhan Kebidanan Kehamilan,
diharapkan mahasiswa mampu:
3
a. Memahami pengkajian status kesehatan klien yang meliputi
pengkajian biopsiko-sosio spiritual dan kultural.
b. Merumuskan perencanaan tindakan kebidanan dengan masalah
serta kebutuhan dalam kasus kehamilan.
c. Melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat.
d. Menggunakan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan
pada klien
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan pada
kasus kehamilan.
f. Mampu melakukan pembahasan, pendokumentasian dan pelaporan
asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan dengan benar sesuai
kode etik profesi.
C. Manfaat
1. Bagi Fasilitas Kesehatan
Hasil laporan ini merupakan suatu masukan bagi pihak fasilitas
kesehatan setempat untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan,
melakukan kolaborasi serta rujukan terutama bagi ibu hamil patologis.
2. Bagi Ibu Hamil
Hasil laporan ini semoga dapat meningkatkan pemahaman dan
wawasan ibu hamil tentang kehamilan, melakukan screaning
kehamilan, dan melakukan konseling untuk penanganan masalah,
sehingga dapat dideteksi dini masalah atau kasus kehamilan patologis
yang munculselama masa kehamilan.
3. Bagi Pendidikan
Hasil laporan ini diharapkan menjadi sumbangan ilmiah dan bahan
bacaan untuk mahasiswa kebidanan lainnya yang berkenaan dengan
kehamilan patologis.
4
4. Bagi mahasiswa
Hasil laporan ini diharapkan menambah wawasan mahasiswa
mengenai pentingnya pelayanan antenatal care serta pemberian asuhan
sesuai dengan kebutuhan ibu hamil.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Periode Antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode
antepartum. (Helen Varney, 2015)
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari :
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi ) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm. (Manuaba, 2012)
Kehamilan normal adalah dari konsepsi sampai lahirnya janin dengan kehamilan
280 hari ( 40 minggu ) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Sarwono, 2010)
2. Tanda- Tanda Kehamilan
a. Tanda Tidak Pasti
1) Amenorrhea (terlambat datang bulan)
Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak
dilepaskan sehingga amenorrhea atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda
kehamilan. Namun, hal ini tidak dapat dianggap sebagai tanda pasti kehamilan
karena amenorrhea dapat juga terjadi pada beberapa penyakit kronik, tumor-
hipofise, perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan yang paling sering
gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau malahan
mereka yang ingin sekali hamil
2) Mual Dan Muntah
Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak sampai
muntah yang berkepanjangan dalam kedokteran sering dikenal dengan morning
sickness karena munculnya sering kali pagi hari. Mual dan muntah diperberat oleh
makanan yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang ridak stabil.
Untuk mengatasinya penderita perlu diberi makan-makan an yang ringan, mudah
dicerna dan jangan lupa menerangkan bahwa keadaan ini masih dalam batas normal
orang hamil. Bila berlebihan dapat pula diberikan obat-obatan anti muntah
6
3) Mastodinia
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara
membesar. Faskularisasi bertambah asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh
estrogen dan progesteron.
4) Gangguan Kencing
Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing malam, disebabkan karena
desakkan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke kranial
5) Konstipasi
Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi progesteron atau dapat juga karena
perubahan pola makan
6) Perubahan berat badan
Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan karena nafsu
makan menurun dan muntah-muntah. Pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu
meningkat sampai stabil menjelang aterm
7) Perubahan warna kulit
Perubahan ini antara lain cloasma yakni warna kulit yang kehitam-hitaman
pada dahi, punggung hidung dan kulit daerah tulang pipi, terutama pada wanita
dengan warna kulit gelap. Biasanya muncul setelah kehamilan 16 minggu. pada
daerah aerola dan putting payudara, warna kulit menjadi lebih hitam. Perubahan-
perubahan ini disebabkan stimulasi MSH (Melanocyte Stimulanting Hormone). Pada
kulit daerah abdomen dan payudara terdapat perubahan yang disebut strie
gravidarum yaitu perubahan warna seperti jaringan parut.
8) Perubahan Payudara
Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan, tetapi hal
ini bukan merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada
pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, peengguna rutin
obat penenang, dan hamil semu (pseudocyesis). Akibat stimulasi prolaktin dan HPL,
payudara mengsekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu.
9) Mengidam ( Ingin Makanan Khusus )
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama. Ibu hamil sering meminta
makanan atau minuman tertentu, terutama pada trimester pertama. Akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
7
10) Lelah ( Fatique )
Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya basal metabolic rate (BMR) dalam
trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya aktifitas metabolik produk
kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka rasa lelah yang
terjadi selama trimester pertama akan berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu
hamil akan menjadi lebih segar.
11) Varises
Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Terdapat pada daerah genetalia
eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises
ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama.
Kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda.
b. Tanda Mungkin Hamil
1) Rahim membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar, dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan
dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar
bentuknya.
2) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah
ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti
korpus uteri. Hipertropi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi
panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior
dan tangan satunya pada dinding perut di atas simpisis maka ismus ini tidak teraba
seolah-olah korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus.
3) Tanda Chadwick
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih
merah, agak kebiruan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
4) Tanda Piskacek
Pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga menonjol jelas ke arah
pembesaran tersebut
5) Braxton hicks
Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah berkontraksi.
Waktu palpasi atau pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi
keras berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.
8
6) Tes urine kehamilan (tes hCG) positif
Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon gonadotropin dalam
urine. Kadar yang melebihi ambang normal, mengindikasi bahwa wanita mengalami
kehamilan.
c. Tanda Pasti Kehamilan
1) Teraba Gerakan Janin
Gerakan janin pada primigravida dapat teraba pada kehamilan 28 minggu.
Sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu karena telah
berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan 4 atau 5 janin itu kecil jika
dibandingkan dengan banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau
digoyangkan, maka anak melenting di dalam rahim.
2) Teraba Bagian-Bagian Janin
Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua
3) Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
menggunakan:
Fetal electrocarddiograph pada kehamilan 12 minggu
Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu
Stetoskop leanec pada kehamilan 18-20 minggu
4) Terlihat Kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen
5) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran kantong.
(sulistyawati, 2009)
d. Diagnosis Banding Kehamilan
Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan kehamilan sehingga perlu
dilakukan diagnosis banding di antaranya:
a) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda dugaan hamil,
tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukkan
kehamilan.
b) Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak
disertai tanda hamil. Bentuk pembesaran tidak merata. Perdarahan banyak saat
menstruasi.
9
c) Kista ovarium pemcesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil dan menstruasi
terus berlangsung. Lamanya pembesaran perut dapat melampaui usia kehamilan.
Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif.
d) Hematometra Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia kehamilan. Perut
terasa nyeri setiap bulan. Terjadi tumpukan darah dalam rahim. Tanda dan
pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan hasil yang positif, karena himen in
perforata.
e) Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran
perut akan hilang. (Manuaba, 2010)
3. Pertimbangan untuk Menegakkan Diagnosis
a. Hamil atau tidak hamil
1) Tanda dugaan hamil
2) Tanda tidak pasti hamil
3) Tanda pasti hamil
b. Primigravida (Nulipara) atau multigravida (multipara)
Tabel 2.1 Perbedaan Fisik Nulipara dengan Multipara
NO Nulipara Multipara
1. Perut Tegang Perut Longgar, Perut
menggantung, banyak striae
2. Perut menonjol Tidak Begitu menonjol
3. Rahim tegang Agak lunak
4. Labia mayora tampak bersatu Labia mayora terbuka
5. Hymen koyak pada beberapa Karunkula himenalis
tempat
6. Payudara tegang Kurang tegang dan
tergantung
7. Vagina sempit dan rugae yang utuh Lebih tebal, rugae kurang
menonjol
8. Serviks licin, bulat dan tidak dapat Bisa terbuka 1 jari, kadang
dilalui oleh 1 jari ada bekas robekan partus
yang lalu
9. Perenium utuh dan baik Ada bekas robekan/
episiotomy
10. Pembukaan serviks diawali dengan Serviksmendatar sekaligus
mendatarnya serviks setelah itu membuka, pembukaan 2 cm
membuka 1-2 cm dalam 1 jam
11. Bagian terbawah janin turun 4-6 Biasanya tidak terfiksasi
minggu sebelum persalinan pada PAP sampai persalinan
dimulai
10
c. Tuanya Kehamilan
1) Amenorrhea
2) Tinggi Fundus Uteri
3) Mulai merasakan pergerakan dan terdengar denyut jantung janin
4) Masuknya kepala kedalam panggul
d. Janin Hidup atau Mati
Tabel 2.2 Perbedaan Janin Hidup dan Mati
N Janin Hidup Janin Mati
o
1. DJJ terdengar DJJ Tidak terdengar
2. Rahim membesar seiring Rahim tidak membesar atau
dengan bertambahnya TFU menurun
TFU
3. Palpasi, teraba Jelas Parpasi tidak jelas
Bagian janin
4. Ibu merasakan gerakan Ibu tidak merasakan gerakan
janin janin
Pada pemeriksaan rontgen
terdapat tanda spolding ( tulang
tengkorak tumpang tindih),
tulang punggung melengkung,
ada gelembung gas dalam
janin.
Reaksi biologis akan muncul
setelah 10 hari janin mati
14
lordosis gaya berjalan juga menjadi berbeda dibandingkan ketika tidak hamil, yang
kelihatan seperti akan jatuh dan tertatih-tatih (Sulistyawati, 2009).
5) Kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik pigmen
kecoklatan yang nampak dikulit kening dan pipi. Peningkatan pigmentasi juga
terjadi disekeliling puting susu, sedangkan diperut bagian bawah bagian tengah
biasanya tampak garis gelap, pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robekan serabut elastis dibawah kulit, sehingga menimbulakan stirae
gravidarum, bila terjadi peregangan yang hebat misalnya hydramnion dan gamelli
dapat menjadi dapat terjadi diatesis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea
alba
bertambah pigmentasinya dan disebut sebagai linea nigra. Adanya vasodilatasi
kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat (Sulistyawati, 2009).
6) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan asi dan laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat di lepaskan dari
pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen dan progesteron dan
somatomamotropin.
Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak
perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir, beberapa perubahan yang dapat
diamati oleh ibu adalah:
a) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat.
b) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hypertropi kelenjar alvioli
c) Bayangan vena lebih membiru
d) Hyperpigmentasi pada puting susu dan areola.
e) Jika diperas akan keluar air susu berwarna kuning
(Sulistyawati, 2009).
Fungsi estrogen dalam persiapan pemberian ASI:
1. Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
2. Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak
semakin membesar.
3. Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan garam menyebabkan rasa
sakit pada payudara.
Fungsi progestron dalam persiapan pemberian ASI:
15
1. Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
2. Meningkatkan jumlah sel asinus.
Fungsi somatomamotrofin dalam persiapan pemberian ASI:
1. Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein laktalbumin, dan laktoglobulin.
2. Penimbunan lemak disekitar alveolus payudara.
3. Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan
(Manuaba, 2010: 92).
7) Sistem Endokrin
Selama siklus mentruasi normal, hipofisis anterior memproduksi LH dan FSH
merangsang folikel degraff untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan
ovarium dimana ia dilepaskan folikel yang kosong dikenal dengan korpus luteum
dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. Estrogen dan progesteron
merangsang poliferasi dari desidua, dalm mempersiapkan implementasi, jika
kehamilan terjadi. Plasenta yang terbentuk secara sempurna dan berfungsi setelah
10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan mengalihkan tugas korpus luteum
untuk memproduksi estrogen dan progesterone.(Sulistyawati, 2009).
8) Sistem Gastrointestinal
Rahim semakin besar akan menekan rektum dan usus bagian bawah sehinnga
menjadi sembelit atau konstipasi, sembelit semakin berat karena gerakan otot di
dalam usus, diperlambat oleh tingginya kadar progesteron. Wanita hamil sering
mengalami rasa panas di dada dan sendawa yang kemungkinan terjadi karena
makanan lebih lama berada di dalam lambung dan karena relaxsasi sfingter di
kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali
ke kerongkongan (Sulistyawati, 2009).
9) Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya
atau biasa disebut curah jantung meningkat 30-50% peningkatan ini terjadi mulai
terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan puncaknya pada 18-28 minggu, karena
curah jantung meningkat akibatnya denyut jantung juga meningkat (dalam keadaan
normal 70 kali/menit menjadi 80-90 kali/menit). Pada ibu hamil dengan penyakit
jantung akan jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu curah jantung agak menurun karena
pembesaran rahim yang menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke
jantung, selama persalinan curah jantung akan meningkat 30%, dan setelah
16
persalinan curah jantung menurun 15-25% diatas batas kehamilan, lalu secara
perlahan kembali kebatas kehamilan.
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena
adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim, janin yang harus tumbuh
menyebabkan darah lebih banyak dikirim kerahim ibu pada akhir usia kehamilan
rahim menerima seperlima dari darah ibu.
Selama trimester dua biasanya tekanan darah menurun akan tetapi akan
kembali normal setelah trimester tiga, selama kehamilan volume darah dalam
peredaran darah meningkat sampai 50% tetapi jumlah sel darah merah yang
mengangkut oksigen hanya meningkat 25-30%. Untuk itu belum jelas alasanya,
jumlah sel darah putih yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi, agak
meningkat selama kehamilan, saat persalinan dan beberapa hari setelah
persalinan(Sulistyawati, 2009)
10) Sistem Metabolisme
a) Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula pada trimester
ketiga.
b) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi
145 mEq perliter disebabkan oleh hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang
dibutuhkan janin.
c) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan persiapan laktasi. Dalam
makanan di perlukan protein tinggi sekitar ½ gram /kg BB atau sebutir telur ayam
sehari.
d) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
e) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil yaitu: Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40
gram untuk pembentukan tulang janin. Fosfor rata-rata 2 gram dalam sehari. Air,
ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retansi air.
f) Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama hamil atau
terjadi kenaikan badan sekitar ½ kg/ minggu (Manuaba, 2010).
11) Vagina Dan Vulva
Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain terjadinya
peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah meningkat) pada kulit dan
otot perineum, vulva, pelunakan pasa jaringan ikat, munculnya tanda chadwick
yaitu warna kebiruan pada daerah vulva dan vagina yang disebabkan
17
hiperemia,serta adanya keputihan karena sekresi serviks yang meningkat akibat
peningkatan hormon estrogen (Aprillia, 2010).
Ibu hamil cenderung akan mengalami gangguan keputihan lebih sering, daripada
ketika tidak sedang hamil. Keputihan terdiri dari dua jenis yaitu fisiologis dan
patologis. Keadaan normal (fisiologis), lendir vagina tidak berwarna atau jernih,
tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal. dalam keadaan abnormal
(patologis) cairan yang keluar terlalu banyak, gatal dan warna keputihan sampai
kekuning-kuningan bahkan kehijauan, kental dan mengeluarkan aroma tidak sedap
karena cairan mengandung banyak sel darah putih atau leukosit. Keputihan
patologis disebabkan karena kurangnya personal hygine (Marhaeni, 2017) dan
infeksi jamur atau bakteri (Sibagariang, 2010)
a) Dampak Keputihan Fisiologis
Dampak dari keputihan fisiologis untuk ibu hamil apabila tidak segera ditangani
yaitu terdapat ketidaknyamanan pada ibu dan dapat mengakibatkan keputihan
patologis.
b) Dampak Keputihan Patologis
Dampak dari keputihan patologis untuk ibu hamil apabila tidak segera ditangani
yaitu :
1. Ketuban pecah dini
Munculnya cairan yang ditandai dengan berwarna kekuningan, berbau amis dan
ketika muncul rasa gatal. Keputihan ini disebut vaginosis bakterialis yang
menyebabkan ketuban pecah dini.
2. Kelahiran prematur
Keputihan yang ditandai dengan munculnya cairan yang lebih kental, berbau
amis dan rasa gatal yang memicu iritasi pada vulva. Keputihan pada ibu hamil
jenis ini akan mengakibatan nyeri saat bersenggama. Adapun penyebab
keputihan adalah mikroorganisme yaitu candida
albicans.Jika dibiarkan tanpa pengobatan akan menyebabkan kelahiran
prematur.
3. Berat badan bayi rendah
Keputihan yang berupa iritasu di area genital dengan timbulnya rasa panas dan
gatal. Pada keadaan yang parah akan mengakibatkan nyeri pada daerah vulva
dan paha, perineum dan saat senggama. Penyebab keputihan ini adalah protozoa
trichmonas vaginalis yang ditularkan melalui hubungan seksual. Berdampak
18
pada ibu hamil yaitu adanya bahaya kelahiran bayi yang beratnya rendah.
(Sibagariang,2010).
Untuk menghindari dari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan
gejala keputihan berupa secret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung
darah atau hitam serta berbau busuk. Ibu di anjurkan untuk selalu menjaga kebersihan
daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya
keputihan, yaitu dengan :
a) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alcohol serta hindari stress berkepanjangan.
b) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab seperti menggunakan celana yang berbahan menyerap keringat
atau bahan katun, setelah BAK mengelap menggunakan tissue kering atau handuk
bersih, hindari pemakaian celana yang terlalu ketat.
c) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
kedepan ke belakang.
d) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina.
e) Hindari penggunaan sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat
menyebabkan iritasi.
f) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya. (Sibagariang,
2010)
19
miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari
tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan
meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung (Sulistyawati, 2009).
Pada hamil tua karena pengaruh desakan uterus yang membesar dan turunnya
kepala bayi, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih pada malam
hari (nocturia). Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
(Manuaba, 2010). Jika ini terjadi lebih dari dua kali dalam semalam, hal ini bisa
menjadi masalah. BAK pada malam hari dapat mengganggu tidur dan resiko jatuh
bagi ibu jika bangun di tengah kegelapan. (Departement Of Health, 2016) serta
menahan BAK tidak dianjurkan karena rentan terjadinya infeksi. (Vivian, 2011).
Nocturia dapat ditangani dengan beberapa cara yaitu :
a) Perbanyak minum siang hari dan batasi minum pada malam hari
b) Segera kosongkan kandung kemih ketika penuh.
c) Batasi minum bahan diuretika alamiah (kopi, teh, cola).
d) Posisi tidur miring ke kiri dan kaki sedikit ditinggikan.
e) Kurangi konsumsi garam.
5. Perubahan Psikologis Kehamilan
a. Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode Penyesuaian)
1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan
kehamilannya.
2) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian
dengan seksama.
5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seseorang
yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan
merahasiakannya.
(Sulistyawati, 2009 : 76)
b. Perubahan psikologis pada trimester II
1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang
tinggi.
2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.
20
3) Merasakan gerakan anak.
4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
5) Libido meningkat.
6) Menuntut perhatian dan cinta.
7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang
lain yang baru menjadi ibu.
9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan
persiapan untuk peran baru.
(Sulistyawati, 2009)
c. Perubahan Psikologis pada Trimester III
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.
4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
6) Merasa kehilangan perhatian. (Sulistyawati, 2009)
6. Faktor Risiko Pada Ibu Hamil
Faktor risiko pada ibu hamil menurut Depkes RI (2010) dan Poeji Rochjati (2011)
sebagai berikut:
a. Hamil lebih dari 35 tahun.
Usia ibu hamil saat hamil > 35 tahun merupakan salah satu faktor resiko tinggi ibu
hamil. Banyak wanita yang menunda usia kehamilan bahkan sampai usia 40 tahun,
dengan alas an tertentu seperti alasan pendidikan, alasan professional, pekerjaan,
(Aghamohamaidi, A and Noortarijor M, 2011). Apabila kehamilan diatas usia 42
tahun dapat mempengaruhi kondisi ibu,usia ibu hamil >42 tahun memiliki hubungan
signifikan dengan preeklamsia, kelahiran bayi premature, berat badan lahir rendah,
dan seksio sesarea. Penyakit hipertensi dapat menyebabkan preeklamsia, dan
mempengaruhi pertumbuhan plasenta yaitu hypertropi plasenta. (Aghamohammadi
dan Noortarijor, 2011). Kehamilan usia ibu lebih dari 42 tahun akan mempengaruhi
fungsi plasenta dan akan mempengaruhi pertumbuhan janin (Winkjosastro, 2005)
b. Jarak Persalinan terakhir dan Kehamilan Sekarang
21
Jarak persalinan terakhir dengan kehamilan apabila kurang dari 12 bulan
meningkatkan kemungkinan risiko prematur. Anemia juga lebih sering terjadi jika
interval antarkehamilan kurang dari satu tahun (Wheeler, 2004).
Menurut BKKBN, jarak kehamilan yang paling tepat adalah 2 tahun atau lebih. Jarak
kehamilan yang pendek akan mengakibatkan belum pulihnya kondisi tubuh ibu
setelah melahirkan. Sehingga meningkatkan risiko kelemahan dan kematian ibu
(Kemenkes RI, 2013).
Ibu hamil dengan persalinan terakhir > 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan
persalinan ini seolah-olah mengalami persalinan yang pertama lagi.
Bahaya yang dapat terjadi:
a. Persalinan dapat berjalan tidak lancer
b. Perdarahan pasca persalinan
c. Penyakit ibu Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain.
c. Anemia
Pada saat hamil terjadi peningkatan volume darah ibu yang terjadi akibat
peningkatan volume plasma, bukan akibat peningkatan sel darah merah. Walaupun
terjadi peningkatan sel darah merah namun jumlahnya tidak seimbang dengan
peningkatan volume plasma, sehingga mengakibatkan penurunan kadar haemoglobin
(Varney, Kriebs, dan Gegor, 2007).
d. Riwayat Keluarga
Riwayat BBLR berulang dapat terjadi biasanya pada kelainan anatomis dari uterus,
seperti septum uterus, biasanya septum padapada uterus avascular dan terjadi
kegagalan vaskularisasi ini menyebabkan gangguan pada perkembangan plasenta hal
ini juga didukung oleh faktor usia ibu > 35 tahunyang mempengaruhi perkembangan
plasenta. Septum mengurangi kapasiatas dan endometrium sehingga dapat
menghambat pertumbuhan janin, selain itu juga dapat menyebabkan keguguran pada
trimester dua dan persalinan premature (Prawirohardjo, 2008).
7. Ketidaknyamanan Umum selama Kehamilan
a. Ketidaknyamanan pada Trimester I
Sumber: Irianti, Bayu, dkk (2013)
No. ketidaknyamanan Cara mengatasi
1. Mual dan muntah a) Melakukan pengaturan pola makan.
b) Menghindari stress.
c) Meminum air jahe.
d) Menghindari meminum kopi /
kafein, tembakau dan alkohol.
22
2. Hipersaliva e) Mengkonsumsi vit. B6 1,5mg/hari.
a) Menyikat gigi.
b) Berkumur.
c) Menghisap permen yang
mengandung mint.
3. Pusing a) Istirahat dan tidur serta
menghilangkan stress.
b) Mengurangi aktivitas dan
menghemat energi.
c) Kolaborasi dengan dokter
4. Mudah lelah kandungan.
a) Melakukan pemeriksaan kadar zat
besi.
b) Menganjurkan ibu untuk beristirahat
siang hari.
5. Peningkatan c) Menganjurkan ibu untuk minum
frekuensi lebih banyak.
berkemih d) Menganjurkan ibu untuk olahraga
ringan.
e) Mengkonsumsi makanan seimbang.
6. konstipasi a) Latihan kegel.
b) Menganjurkan ibu untuk buang air
kecil secara teratur.
7. heartburn c) Menghindari penggunaan pakaian
yang ketat
a) Konsumsi makanan berserat.
b) Terapi farmakologi berupa laxatif
oleh dokter kandungan.
a) Menghindari makan tengah malam.
b) Menghindari makan porsi besar.
c) Memposisikan kepala lebih tinggi
26
4) Bila ketuban sudah pecah, dilarang koitus karena dapat menyebabkan infeksi janin
intra uteri.
(Saifuddin A.B,. 2009)
f. Kebutuhan Mobilitas
Ibu hamil boleh melakukan olahraga asal tidak terlalu capek/ad resiko cidera bagi ibu/
janin. Ibu hamil dapat melakukan mobilitas misalnya dengan berjalan-berjalan.
Hindari gerakan melonjak, meloncat/ mencapai benda yang lebih tinggi.
g. Istirahat dan tidur
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup ,setidaknya 1,5 jam pada siang hari dan 8-11 jan
pada malam hari.
h. Imunisasi
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu, misalnya tetanus neonatorum.
i. Persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Diberikan pada trimester I sampai trimester III meliputi persiapan fisik / fisiologis,
persiapan psikologis, persiapan keuangan, persiapan tempat melahirkan, persiapan
transportasi dan persiapan barang-barang kebutuhan ibu dan bayi.
(Sulistyawati, 2009)
9. Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil
a. Support Keluarga
Meliputi motifasi suami, keluarga, dan usaha untukmempererat ikatan keluarga.
Sebaiknya keluarga menjalin komunikasi yangbaik, dengan itu untuk membantu ia
dalam menyesuaikan diri dan menghadapi masalah selama kehamilannya karena sering
kali merasa ketergantungan atau butuh pantauan orang-orang di sekitarnya.
b. Support dari Tenaga Kesehatan
Dalam hal ini petugas kesehatan membantu ibu beradaptasi selama ibu hamil,
membantu mengatasi ketidaknyamanan yang dialami ibu dan mengenal serta
menghindari kemunglinan komplikasi. Selain itu petugas kesehan juga berperan dalam
membantu untuk mempersiapkan untuk menjadi orang tua dan dalam mewujudkan
kesehatan yang optimal.
c. Persiapan Menjadi Orang Tua
Dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan Antenatal untuk membantu
menyelesaikan ketakutan dan kehawatiran yang dialami para calon orang tua.
d. Persiapan Sibling
27
Dipersiapkan untuk orang tua yang sudah memiliki nanak hal ini bertujuan untuk
memudahkan anak sebelumnyaq beradaptasi dan menerima kenyataan terhadap
kehidupan atau suasana lingkungan mereka yang baru.
(Manuaba, 2010)
B. Konsep Remaja
1. Pengertian remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur- angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum,
yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba -
tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).
Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap,
dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2008).
Menurut Notoatdmojo (2007) menyatakan bahwa masa remaja merupakan
salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan
atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan
biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat
dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir
pada usia 18-22 tahun.
2. Ciri-ciri masa remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2011) menyatakan ciri-ciri tertentu yaitu:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
d. Masa remaja sebagai periode bermasalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Gunarsa (2011) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masaperalihan dari
masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa.
28
3. Tahap perkembangan remaja
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
1). Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan
dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang
berlebih- lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal
ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
2) Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-
kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan
“narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam
kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau
tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealisatau meterialis,
dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diridari Oedipoes Complex
(perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat
hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
3) Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
4. Perkembangan fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat.Dalam
29
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer
dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal
tersebut :
a. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2010) disebutkan bahwa
ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:
• Remaja laki-laki. Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi
bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada
remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun.
• Remaja perempuan. Remaja perempuan sudah mengalami menarche
(menstruasi),menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat
kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahimyang
banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2009), ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah
sebagai berikut :
• Remaja laki-laki. Dapat memiliki cirri-ciri bahu melebar, pinggul menyempit,
petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada,tangan, dan kaki,
kulit menjadi lebih kasar dan tebal, produksi keringat menjadi lebih banyak.
• Remaja perempuan. Dapat memiliki ciri – ciri pinggul lebar, bulat, dan
membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya
kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat, kulit menjadi
lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar,
kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, otot semakin besar
dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa
puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai, suara
menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
5. Karakteristik remaja
Menurut Makmun (2008), karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja
terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13dan14-15 tahun) dan remaja
akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek:
a. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran
tinggi, berat badan sering kali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri
30
sekunder.
b. Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan serta
aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
c. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik
mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan
mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
d. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat
temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya
disertai semangat konformitas yang tinggi.
e. Perilaku kognitif
• Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah- kaidah logika
formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat
abstrak, meskipun relatif terbatas.
• Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat.
• Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-
kecenderungan yang lebih jelas.
f. Moralitas
• Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh
orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
• Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-
kaidahatau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-
hari oleh para pendukungnya.
• Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepatdengan
tipe idolanya.
g. Perilaku Keagamaan
• Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
• Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
• Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas
pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
h. Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian
• Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri,
dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.
• Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum
31
terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya.masih
dapat berubah-ubah dan silih berganti.
• Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya,yang akan
membentuk kepribadiannnya.
• Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis,
ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meskimasih dalam taraf
eksplorasi dan mencoba- coba.
6. Perkembangan perilaku seksual remaja
Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta
peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki maupun
pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara
keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual
mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis.Terjadinya
peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh factor
perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2009).
Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi
remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekaryang
menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004).Pada masa remaja rasa
ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan
yang lebih matang dengan lawan jenis.Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul
pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual.Sebagian
besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan
lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja
melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-
kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual
(Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2010).
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki- laki lebih aktif secara
seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan
adanya perbedaan sosialisasi seksuala ntara remaja perempuan dan remaja laki-
laki.Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap benar apabila orang- orang
yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering
merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri
32
mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta.
Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja
laki-laki dan alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta
(Santrock, 2011).
C. Kehamilan Tidak Diinginkan
1. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak
diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya
belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil (BKKBN, 2007).
Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi
dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan.
Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja
maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak sedikit orang
yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak diinginkan ini
dapat dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun belum menikah
(PKBI, 1998).
Married dalam bahasa inggris berarti menikah, sedangkan by accident yang
berati karena kecelakaan yang dimaksud kecelakaan yakni karena timbul suatu sebab
yakni menikah karena hamil. Dalam keterangan lain hamil diluar nikah adalah
perempuan yang mengandung janin dalam rahimnya karena sel telur di buahi oleh
spermatozoa serta tidak dalam ikatan perkawinan yang sah. Hamil diluar nikah
merupakan akibat dari adanya hubungan seks yang dilakukan diluar nikah. Sebagaian
besar remaja mengenal hubungn seks melalui media berpacaran.
Berpacaran merupakan sebuah proses ketika seseorang mulai menjalin
hubungan dengan lawan jenis yang dicintainya. Berpacaran menjadi identik dengan
eksperimen berhubungan seks layaknya sepasang suami-isteri. Berpacaran merupakan
fase ketika dua remaja yang berlainan jenis mengikatkan diri dalam suatu komitmen
untuk saling mengenal tipe kepribadian satu sama lainnya untuk lebih dekat. Pada
umumnya proses berpacaran mulai ketika seorang beranjak remaja (13-14 tahun),
yakni manakala seorang remaja mulai memiliki rasa ketertarikan emosional, fisikal,
dan seksual terhadap lawan jenisnya (Nyoman, 2005).
Jadi, kehamilan yang tidak diinginkan diluar nikah merupakan suatu kondisi
dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran yang diakibatkan dari
perilaku seksual disengaja maupun tidak disengaja yang dilakukan diluar nikah
33
maupun yang sudah menikah.
2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan Remaja
Berikut faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan remaja menurut Maurer dan
Smith (2010), karena ternyata 80% kehamilan remaja adalah tidak diinginkan. Sebagian
besar remaja mengenal hubungan seks melalui media berpacaran.
a. Perubahan hormonal, timbulnya kesadaran seksual dan peer pressure
Menurut Kalmuss et al (2003, dalam Maurer & Smith 2010) masa remaja adalah
masa dimana kesedaran seksual, keingintahuan dan keinginan untuk bereksperimen
meningkat. Tekanan teman sebaya mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam
aktivitas seksualnya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Wong (2000) bahwa
remaja dihadapkan pada harapan adanya perilaku peran seksual yang matang baik
dari teman sebaya maupun orang dewasa. Remaja yang terlibat dalam aktivitas
seksual biasanya mempunyai teman yang melakukan hal itu juga.
b. Peran seksual yang pervasive dari media
Remaja sering terekspose dengan paparan dari media terkait seks, aktivitas seksual
dan pentingnya menjadi orang yang menarik perhtian lawan jenis. Hal ini
menjadikan remaja terjebak pdalam perilaku seks pra nikah, yang antara lai berujung
pada KTD
c. Aktivitas seksual yang terpaksa
Semangkin muda usia remaja, semangkin mudah untuk terlibat dalam aktivitas
seksual yang terpaksa. Akibat dari proses kurangnya pematangan seksual ini sering
kali menimbulkan permasalahan tersendiri bagi remaja perempuan.
d. Kurangnya pengetahuan tentang seks dan konsepsi
Peningkatan aktivitas seksual remaja tidak diimbangi dengan peningkatan
pengetahuan tentang fungsi seksual, control kehamilan dan pro-creation. Remaja
juga kurang memahami tentang masa rentan dalam siklus menstruasi. Hal ini yang
menyebabkan remaja kurang dapat menyesuaikan aktivitas seksual dengan masa
subur dalam siklus haidnya.
34
Perencanaan masa remaja minimal. Mereka kurang bisa berfikir tentang akibat dari
aktivitaas seksual mereka. Walaupun jika melihat dari perkembangan kognitif
mereka, remaja sudah dapat memikirkan akibat dari tindakan yang dilakukan.
Nur Faizah (2013), mengungkapkan banyak sekali faktor-faktor yang melatar
belakangi fenomena kasus kehamilan diluar nikah yang terjadi, diantaranya adalah efek
globalisasi yang tercetus tatanan lain konsep yang terkait, karena masuknya
kebudayaan-kebudayaan barat dan mulai mencampur dengan kebudayaan kita, budaya
berpakaian, budaya bergaul serta maraknya pornografi yang menjadi salah satu
penyatuan pengertian globalisasi budaya itu sendiri. Sehingga dapat mempengaruhi
perilaku seksual pada remaja yaitu perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan,
penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat,
serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan.
Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seksual pra nikah secara
internal yaitu tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah, sikap, perilaku dan gaya
hidup yang dikarenakan masuknya kebudayaan-kebudayaan barat yang mulai masuk
dalam kebudayaan Indonesia. Sedangakan faktor eksternal yaitu sumber informasi yang
tidak komprehensif, cara bergaul dan lingkungan.
3. Akibat Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Berbagai akibat yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak
diinginkan, antara lain (PKBI, 1998):
a. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan lahirnya seorang anak
yang tidak diinginkan (unwanted child), dimana anak ini akan mendapat cap
buruk sepanjang hidupnya. Masa depan “anak yang tidak diinginkan” ini sering
mengalami keadaan yang menyedihkan karena anak ini tidak mendapat kasih
sayang dan pengasuhan yang semestinya dari orang tuanya, selain itu
perkembangan psikologisnya juga akan terganggu. Besar kemungkinannya bahwa
anak yang tumbuh tanpa kasih sayang dan asuhan ini akan menjadi manusia yang
tidak mengenal kasih sayang terhadap sesamanya.
b. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan juga dapat memicu terjadinya
pengguguran kandungan (aborsi) karena sebagian besar perempuan yang
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan mengambil keputusan atau jalan
keluar dengan melakukan aborsi, terlebih lagi aborsi yang tidak aman.
4. Dampak Aborsi
35
Pada saat dan setelah melakukan aborsi, maka wanita ada kemungkinan besar mengalami
resiko kesehatan dan keselamatan terhadap tubuh atau fisiknya diantaranya berupa:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat,
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal,
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan,
d. Rahim yang sobek (uterine perforation),
e. Kerusakan leher rahim (carvical lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya,
f. Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormon estrogen pada wanita),
g. Kanker indung telur ( ovarian cancer)
h. Kelainan pada plasenta atau ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya,
i. Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi,
j. Infeksi rongga panggul,
k. Infeksi pada lapisan Rahim
36
Reliability:
Internal consistency for the CES-D-20 = (Cronbach’s α=0.85 – 0.90)
Test-retest reliability for the CES-D-20 = (0.45 - 0.70).
Validity: The CES-D was moderately correlated to the Hamilton Clinician’s Rating
scale and the Raskin Rating scale (.44 to .54).
Scoring:
Not at all 1-2 3-4 5-7 Nearly
or less than days = 1 days = 2 days = 3 every day
one day for 2 weeks
=0 =4
Questions 4, 4 3 2 1 0
8, 12, & 16
All other 0 1 2 3 4
Questions
The total score is calculated by finding the sum of 20 items. Scores range from 0-60. A score
equal to or above 16 indicates a person at risk for clinical depression.
Meets criteria for Major depressive episode: Anhedonia or dysphoria nearly every day for
the past two weeks, and symptoms in an additional 4 DSM symptom groups noted as
occurring nearly every day for the past two weeks;
Probable major depressive episode: Anhedonia or dysphoria nearly every day for the past
two weeks, and symptoms in an additional 3 DSM symptom groups reported as occurring
either nearly every day for the past two weeks, or 5-7 days in the past week;
Possible major depressive episode: Anhedonia or dysphoria nearly every day for the past
two weeks, and symptoms in an additional 2 other DSM symptom groups reported as
occurring either nearly every day for the past two weeks, or 5-7 days in the past week;
Subthreshhold depression symptoms: People who have a CESD-style score of at least 16
but do not meet above criteria;
No clinical significance: People who have a total CESD-style score less than 16 across all 20
questions.
References:
Radloff, L. S. (1977). The CES-D scale: A self report depression scale for research in the
general population. Applied Psychological Measurements, 1, 385-401.
37
h
Below is a list of the ways you might have felt or behaved. Please tell me how
often you have felt this way during the past week.
1 = Rarely or None of the Time (Less than 1
Day) 2 = Some or a Little of the Time (1-2
Days)
3 = Occasionally or a Moderate Amount of Time (3-4
Days)
4 = Most or All of the Time (5-7 Days)
During the past week:
Rarely or Some or a Occasionally Most or all
none of the little of the or a of the
time time moderate time
(less than 1 (1‐2 days) amount of (5‐7 days)
day) time
(3‐4 days)
1. I was bothered by things that □ □ □ □
usually don't bother me.
2. I did not feel like eating; my □ □ □ □
appetite was poor.
3. I felt that I could not shake □ □ □ □
off the blues even with help
from my family or friends.
4. I felt that I was just as good □ □ □ □
as other people.
5. I had trouble keeping my □ □ □ □
mind on what I was doing.
6. I felt depressed. □ □ □ □
7. I felt that everything I did □ □ □ □
was an effort.
8. I felt hopeful about the □ □ □ □
future.
9. I thought my life had been a □ □ □ □
failure.
10. I felt fearful. □ □ □ □
11. My sleep was restless. □ □ □ □
12. I was happy. □ □ □ □
38
h
39
h
D. Manajemen Kebidanan
1. Asuhan Antenatal
a. Pengertian
Asuhan Antenatal adalah serangkaian upaya preventif program
pelayanan kebidanan untuk optimalisasi cakupan pelayanan
maternal dan neonatal dengan kegiatan pamantauan rutin selama
kehamilan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim dan ibunya (Manuaba, 2010;
Prawirohardjo, 2010).
b. Tujuan
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, meminimalkan trauma yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, serta mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI
ekslusif berjalan normal (Prawirohardjo, 2010; Saifuddin, 2009).
Terdapat pendapat lain menurut Manuaba (2010), tujuan
asuhan antenatal sebagai berikut:
1) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan, dan kala nifas.
2) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga
berencana.
3) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
c. Kunjungan selama masa kehamilan
Menurut kebijakan Depkes RI, (2010) kunjungan selama
periode Antenatal Care (ANC) dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan yaitu:
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (0 – 12 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (13 – 27 minggu)
40
h
41
h
42
h
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
Sumber : Permenkes No.12 Th 2017
8) Beri tablet tambah darah atau tablet Fe
Tablet Fe diberikan untuk mencegah anemia gizi besi,
setiap ibu hamil harus mendapatkan zat besi minimal 90 tablet
selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. Pemberian
zat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1
gr/dl/bulan. Tablet Fe harus diminum dengan benar supaya
proses penyerapan oleh tubuh berjalan dengan baik (Saifuddin,
2009).
9) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
a) Golongan darah, untuk mengetahui golongan darah dan
mempersiapkan calon pendonor sewaktu-waktu bila terjadi
kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), dilakukan minimal
sekali pada trimester I dan sekali pada trimester III,
pemeriksaan dilakukan untuk megetahui apakah ibu
menderita anemia atau tidak. Klasifikasi Hb pada ibu hamil
adalah sebagai berikut:
Tidak anemia : Hb >11 gr%
Anemia ringan : Hb 9-10 gr%
Anemia sedang : Hb 7-8 gr%
Anemia berat : Hb <7 gr%
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
suplementasi besi dan asam folat (Prawirohardjo, 2009).
c) Pemeriksaan protein dalam urin, untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil sebagai indikator pre-eklampsia.
43
h
44
h
45
h
46
h
47
h
48
h
e) Data psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
kehamilan ibu, apakah ibu takut, cemas dengan
kehaamilannya. Kekhawatiran ibu terhadap kehamilanya
dapat di atasi dengan peran suami yang memberikan
dukungan terhadap ibu (Varney, 2007).
f) Data Sosial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
kehamilan penting untuk diketahui karena hal ini akan
mempercepat proses adaptasi ibu dan keluarga dalam
menerima perannya. Selain itu, kebiasaan adat istiadat juga
perlu dikaji agar bidan dapat lebih mudah untuk melakukan
pendekatan pada keluarga. Hal ini berkaitan dengan adanya
pantangan terhadap makanan ibu hamil yang justru membuat
pertumbuhan janin tidak optimal (Varney, 2007).
2) Data Obyektif
1) Pemerikaan Umum
(a) Keadaan Umum. Baik : kesadaran penuh, TTV normal,
dan pemenuhan kebutuhan mandiri seperti makan tanpa
disuapi dan eliminasi sendiri tanpa bantuan.
(b) Kesadaran. Composmentis, sadar penuh
2) Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital
(c) Tekanan darah. Tekanan darah normal yaitu 90-60
mmHg - 120/80 mmHg.. Batas terendah tekanan darah
adalah 140/90 mmHg yang merupakan titik awal
49
h
50
h
51
h
52
h
53
h
54
h
55
h
56
h
57
h
58
h
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanannya, misalnya
memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien akan
menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan
klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.
59
h
60
h
2. Terapi warna untuk mengurangi kecemasan pada remaja yang hamil di luar
nikah
Dari hasil penelitian Aisha dan Latifu (2016) dalam Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan yang berjudul “Terapi warna untuk mengurangi
kecemasan pada remaja yang hamil di luar nikah” diperoleh hasil bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan mengenai tingkat kecemasan dari
kelompok kontrol dan eksperimen, dimana kelompok eksperimen
memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan kelompok
kontrol. Dapat disimpulkan bahwa terapi warna mampu mengurangi
kecemasan pada remaja yang hamil diluar nikah.
Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang
menekankan pada pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung
energi-energi penyembuh dan terapi ini bisa dikatakan sebagai terapi
pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Penggunaan terapi
warna menjadi salah satu terapi yang menarik untuk mengurangi
kecemasan karena mudah dan praktis digunakan dan bisa dilakukan dari
berbagai kalangan dari anak kecil sampai orang dewasa (Wijayanto,
2013). Selain itu, kelebihan terapi warna dibandingkan terapi yang lain
bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari indera visualisasi manusia
ketika menangkap warna langsung disalurkan ke otak sehingga manusia
langsung merefleksikan warna tersebut dengan perilaku tenang atau
61
h
62
h
mood individu dan dapat menciptakan rasa bahagia dan menurunkan stres
atau rasa cemas individu. Pemberian terapi warna hijau dapat
meningkatan kadaroksitosin dalam darah, sehingga efek ansiolitik yang
dikeluarkan dapat menurunkan stres. Terapi warna hijau juga
meningkatkan beta endorfin dan dapat menurunkan kadar norepinefrin
dalam darah, dan stres atau kecemasan dapat berkurang.
3. Terapi Pemaafan Untuk Meningkatkan Resiliensi Pada Wanita Yang
Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan.
Hasil dari penelitian Theofani, Eukaristianica (2019) terdapat efek
yang besar pada terapi pemaafan terhadap peningkatan resiliensi pada
wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan akibat pelecehan
seksual.
Wanita dengan kehamilan tidak direncanakan memiliki frekuensi
gangguan psikoemosional yang lebih sering, seperti kecemasan, post-
traumatic stress, depresi, harga diri yang rendah, takut, marah, sedih, dan
sebagainya (Cortes- Salim, dkk., 2014). Berbagai kondisi tersebut banyak
memberikan efek negatif sehingga dibutuhkan kemampuan untuk bangkit
dari keterpurukan yang dikenal dengan istilah resiliensi (Ungar, 2012).
Terapi pemaafan merupakan salah satu bentuk intervensi yang dapat
meningkatkan resiliensi. Terapi ini berfokus pada emosi dan
menggunakan emosi positif untuk menjadi penawar dan menggantikan
emosi negatif (Fredrickson, dalam Snyder & Lopez, 2007) sehingga
dapat meningkatkan resiliensi individu (Zutra, dkk., 2010).
Kemampuan remaja putri untuk melanjutkan hidup setelah
ditimpa kemalangan atau setelah mengalami tekanan yang berat
seperti kesulitannya menghadapi kehamilan tidak diinginkan akibat
kekerasan seksual dari pasangannya bukanlah sebuah keberuntungan,
tetapi hal tersebut menggambarkan adanya kemampuan tertentu pada
individu (Tugade & Fredrikson, 2004). Resiliensi adalah
keterampilan yang penting untuk dikembangkan disegala sektor
kehidupan. Adapun beberapa ciri utama pribadi dengan resiliensi
63
h
64
h
65
h
66
h
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Ibu : Nn. A Nama Ibu : Ny. T
Umur : 18 tahun Umur : 43 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangs : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
a
Pendidikan : SMA Pendidikan : Diploma III
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Ds. Ngawen RT 06/04 Alamat : Ds. Ngawen RT 06/04
Sidodadi, Surakarta Sidodadi, Surakarta
2. Status Kunjungan
Kunjungan Awal
3. Keluhan utama
Klien mengatakan tidak menstruasi selama 3 bulan, hasil PP Test positif.
4. Riwayat masalah
Klien mengakui pernah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya
yang akan menikah tahun depan. Orang tua klien berencana untuk
menggugurkan. Tetapi dari pihak keluarga calon suami melarangnya.
5. Status perkawinan:
a. Kawin: belum kawin
b. Usia saat pernikahan: -
c. Lama pernikahan: -
67
h
d. Status perkawinan: -
6. Data kebidanan
a. Riwayat Menstruasi:
Menarche : 12 tahun Banyaknya : 3-4x ganti
pembalut/hari
Siklus : 30 hari Bau : normal
menstruasi
Keteraturan : teratur Warna darah : merah segar
Lama : 5-7hari Flour albus : tidak
menstruasi
Sifat darah : cair Dismenorhea : tidak
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) GPA: G1 P0 A0
2) HPHT: 23 Maret 2020
3) HPL : 30 Desember 2020
4) Usia Kehamilan : 12 Minggu
5) Gerak janin : belum merasakan
6) Keluhan selama kehamilan:
Trimester 1: Mual dan pusing di pagi hari
Trimester 2: -
Trimester 3: -
7) Tanda bahaya kehamilan:
Trimester 1: Tidak ada
Trimester 2: -
Trimester 3: -
8) Riwayat terapi/ obat yang dikonsumsi selama kehamilan: Belum
mengkonsumsi obat sama sekali
9) Riwayat kehamilan kembar: Tidak ada
10) Riwayat Alergi : Tidak ada
11) Riwayat imunisasi TT : belum pernah imunisasi
68
h
UK Tgl
l ke Jenis Persalinan Penolong Komplikasi JK BBL Laktasi Komplikasi
Lahir
Hami
1
l ini
d. Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan
Klien mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi
7. Data Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah/ sedang menderita penyakit menurun
seperti hipertensi, DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung,
ginjal, serta penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS.
b. Riwayat penyakit ginekologi
Klien tidak memiliki riwayat penyakit pada organ reproduksinya
8. Data Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : 7-8x/hari
Macam : 4-5 macam Macam : 2-3 macam
Jenis : Nasi, lauk, Jenis : Air mineral, susu,
sayur, buah, teh, syrup
cemilan
Porsi : setengah porsi Porsi : 1 gelas
Keluhan : tidak nafsu Keluhan : tidak ada
makan karena
mual
b. Eliminasi
BAK BAB
Frekuensi : 6-7x/hari Frekuensi :1x /hari
Warna : kuning jernih Warna : kuning
kecoklatan
Bau : normal Bau : normal
Konsistensi : cair Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada
c. Pola Tidur/Istirahat
Tidur siang : 1 jam, kadang-kadang
Tidur malam : 5-6 jam
69
h
70
h
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: simetris, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada ketombe
b. Kulit : warna sawo matang, tidak ada wujud kelainan kulit, turgor
kembali cepat.
c. Wajah: simetris, tidak oedem, terdapat cloasma gravidarum
71
h
72
h
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil PP Test tanggal 12 Juni 2020: positif
C. Analisis Data
Diagnosa : Nn. A G1P0A0 umur 18 tahun usia kehamilan 12 Minggu dengan
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
DS : Klien mengatakan hasil PP Test positif
Klien mengatakan pernah melakukan hubungan seksual dengan
pacarnya.
Klien mengatakan merasa bersedih, menjadi tertekan
Klien mengatakan tidak nafsu makan dan sering pusing terutama
pada pagi hari.
Klien mengatakan HPHT 23 Maret 2020
DO : Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB sebelum hamil: 48 kg
BB saat ini : 50 kg
TB : 160 cm
Lila : 23,5 cm
Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,8 C
Leopod I : TFU 2 jari diatas sympisis
Masalah : Perasaan tertekan dan sedih akibat kehamilan tidak diinginkan,
orang tua ingin menggugurkan kandungan, rasa mual dan pusing
terutama saat pagi hari.
Diagnosa Potensial: Depresi
Kebutuhan: Deteksi tingkat depresi, Pemberian terapi untuk menurunkan rasa
tertekan dan kesedihan akibat kehamilan tidak diinginkan,
73
h
74
h
Nadi : 82 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,8 C
Hasil pemeriksaan saat ini usia kehamilan 12 minggu, teraba rahim
tegang setinggi 2 jari diatas sympisis, ukuran rahim sesuai dengan
umur kehamilannya, denyut jantung janin 145x/menit.
Evaluasi: Ibu merasa senang karena keadaan ibu dan janin baik
b. Memberikan Imunisasi Vaksin TT1 dosis 0,5ml di lengan sebelah kiri.
TT1 berfungsi untuk pembentukan antibody dan TT2 dilakukan 4
minggu atau satu bulan setelah TT2.
Evaluasi: Klien telah setuju dan sudah di Vaksin TT1 di lengan
sebelah kiri.
c. Menjelaskan kepada ibu menggunakan media leaflet bahwa
ketidaknyamanan mual dan pusing di pagi hari adalah hal yang
normal karena ada perubahan hormone di dalam tubuh ibu hamil.
Yang perlu ibu lakukan adalah mengatur pola makan dengan porsi
makan sedikit-sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang
berbau tajam, diselingi makan biskuit dan buah buah, meminum air
jahe, hindari meminum kopi / kafein dan alkohol, menghindari
stress dan cukup tidur.
Evaluasi: klien mengerti bahwa mual dan pusing di pagi hari
merupakan hal yang normal
d. Melakukan screening depresi dengan instrument CESD-R.
Memberitahu hasil screening CESD-R bahwa hasil dari test tersebut
belum sampai pada tahap depresi.
Evaluasi: Klien dan Ibu merasa lega
e. Memberikan konseling kepada klien dan ibunya tentang bahaya
aborsi.
Pada saat dan setelah melakukan aborsi, maka wanita ada
kemungkinan besar mengalami resiko kesehatan dan keselamatan
terhadap tubuh atau fisiknya diantaranya berupa:
75
h
76
h
77
h
BAB IV
PEMBAHASAN
78
h
fisik, maupun psikologis. Hal ini terjadi karena pada masa remaja, pertumbuhan
dan perubahan fisik, kognitif dan psikologis belum optimal, sehingga efek yang
dirasakan akan jauh lebih berat. Salah satu dampak yang dirasakan adalah
depresi. Remaja tersebut akan merasakan kesedihan, kehilangan semangat,
cemas, kurang gembira, berpikir negatif terhadap diri, lingkungan dan masa
depan.
Terapi client-centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien, yang
mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada
saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau
keluar dari masalah yang dihadapinya. (Gerald Corey, 2013)
Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang menekankan
pada pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung energi-energi penyembuh
dan terapi ini bisa dikatakan sebagai terapi pengobatan dengan gelombang
elektromagnetik (Wijayanto, 2013). Selain itu, kelebihan terapi warna
dibandingkan terapi yang lain bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari
indera visualisasi manusia ketika menangkap warna langsung disalurkan ke otak
sehingga manusia langsung merefleksikan warna tersebut dengan perilaku
tenang atau rileks. Terlebih lagi masa remaja adalah masa dimana kemampuan
sensori untuk menangkap suatu obyek adalah dengan berbagai warna. Warna
yang sering digunakan untuk menenangkan individu adalah warna hijau karena
warna hijau berefek pada sistem saraf secara keseluruhan, terutama bermanfaat
bagi sistem saraf pusat.
79
h
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi client-centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien,
yang mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi
klien pada saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat
berkembang atau keluar dari masalah yang dihadapinya.
Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang
menekankan pada pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung energi-
energi penyembuh dan terapi ini bisa dikatakan sebagai terapi pengobatan
dengan gelombang elektromagnetik.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa bisa memberikan inovasi baru dalam memberikan
asuhan kebidanan patologis kepada ibu hamil.
2. Bagi Institusi/Pendidikan
Diharapkan institusi dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi
mahasiswa dengan cara memperbanyak bahan ajar dan praktik dilapangan
serta menyediakan lahan praktik sendiri jika memungkinkan.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan penyedia layanan kesehatan menyediakan leaflet/brosur
tentang kehamilan dan meningkatkan kembali penyuluhan tentang
fisiologis kehamilan dan upaya menangani keluhan yang dirasakan
sehingga ibu hamil dapat mengetahui penyebab dan penanganan dari
keluhan yang dirasakan.
80
h
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Jenal (2016) Pelaksanaan metode seft total solution dalam menangani
trauma remaja korban perkosaan di Yayasan As Samawat Semarang
(analisis bimbingan dan konseling Islam). Diambil dari
http://eprints.walisongo.ac.id/6451/ tanggal 18 juni 2020
Aysha, Kafiyatul., Latipun. 2016. Terapi warna untuk mengurangi kecemasan
pada remaja yang hamil di luar nikah. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol
4, No 2(2016.). Diambil dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/352 tanggal 17 Juni
2020
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Egc
Dewi, N.P. 2019. Efektivitas CBT untuk Menurunkan Depresi pada Remaja
Akibat Kehamilan Tidak Diinginkan http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id
Dewi, V & Sunarsih, T. 2012. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Fajrina, D.D. (2012). Resiliensi pada remaja putri yang mengalami kehamilan
tidak diinginkan akibat kekerasan seksual. Jurnal Penelitian dan
Pengukuran Psikologi, 1(1). Diambil dari http:// journal.unj.ac.id
Gerald Corey, Teori Dan Praktik Konseling Dan Psikoterapi, (Bandung: PT
Revika Aditama, 2013)
Herlina, Rini (2017) Konseling Dengan Pendekatan Client-Centered Untuk
Mengatasi Stres Pada Remaja Yang Hamil Di Luar Nikah (Studi Kasus Di
Kelurahan Taktakan, Kecamatan Taktakan Kota Serang-Banten). Diambil
dari http://repository.uinbanten.ac.id/683/ tanggal 17 Juni 2020
Hill, C.E. (2009). Helping skills (facilitating exploration, insight, and action).
(2nd) ed. Washington: APA.
https://www.brandeis.edu/roybal/docs/CESD-R_Website_PDF.pdf Diakses
tanggal 22 Juni 2020
Hutahean. S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika
81
h
82
h
83
h
84
h
85
h
JURNAL BIMBINGAN
NAMA : Fitatul Islamiyah
NIM : PB191005 / 15901191008
STASE : Asuhan Kebidanan Kehamilan
Nama/ TTD
No Hari/Tanggal Masukan
Pembimbing
1 Sabtu, 20 Juni Ditambahkan diagnose potensial,
2020 berikan pengkajian screening
depresi, cari teori umur kehamilan
12 minggu apakah sudah terdeteksi
DJJ, singkronkan kesimpulan
dengan pembahasan
86