Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI di Indonesia
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global Sustainable Development
Goals (SDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat turun menjadi 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2030. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih
jauh dari target SDGs sehingga perlu upaya yang lebih besar u ntuk menurunkan AKI
agar mencapai target SDGs di tahun 2030 (Kemenkes, 2015). Adapun jumlah AKI di
Kota Grobogan pada tahun 2018 merupakan tertinggi di Jawa Tengah yakni sebanyak
31 kasus sedangkan wilayah sukoharjo 4 Kasus. (Dinkes Prov. Jateng, 2018).
Dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2015 disebutkan penyebab
utama kematian ibu adalah eklampsia, perdarahan dan infeksi. Salah satu faktor risiko
eklampsia adalah kehamilan pertama atau primipara (Prawirohardjo, 2016). Kehamilan pertama
merupakan pengalaman pembentukan kehidupan yang membawa perubahan sosial dan
psikologis yang besar bagi seorang perempuan. Menurut Newman (2017), beberapa
perempuan merasa sangat senang menghadapi kehamilan, sedangkan yang lain
mengalami kecemasan. Kemampuan seorang perempuan untuk beradaptasi saat
kehamilan pertama tergantung pada kesiapan yang dimilikinya. Apabila seorang
perempuan belum siap menghadapi kehamilan, dapat menyebabkan kecemasan lebih
lanjut sehingga meningkatkan hormon adrenalin yang kemungkinan berdampak buruk
pada outcome persalinan. Outcome persalinan yang dimaksud diantaranya dijelaskan
dalam penelitian Tudiver (2008), bahwa kegagalan dalam adaptasi dan persiapan
sebelum hamil dapat mempersulit masa kehamilan dan persalinan, menyebabkan
depresi post partum, serta meningkatkan perilaku kekerasan pada anak yang dilahirkan.
Penelitian Varney (2007) menyebutkan bahwa apabila pelayanan kesehatan
dan persiapan dilakukan setelah masa konsepsi, kemungkinan akan mengakibatkan
keterlambatan dalam mencegah kecacatan janin, kejadian bayi berat lahir rendah, dan
kematian janin.
Berbagai penelitian sudah sejak lama membuktikan mengenai manfaat persiapan
pranikah dalam membantu pasangan membangun hubungan jangka panjang yang sehat
dan meningkatkan kesejahteraan anak (Hawkins, et al, 2015). Kesiapan menikah terdiri
atas kesiapan emosi, sosial, spiritual, peran, usia, seksual, dan finansial (Sari, dkk,
1
2013). Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah dengan kesehatan
reproduksinya berada pada kondisi yang baik (Kemenkes, 2015). Dengan kesehatan
reproduksi yang telah disiapkan semenjak pranikah dapat menurunkan kehamilan tidak
diinginkan dan juga mengurangi adanya kelainan yang terjadi pada saat hamil, bersalin,
maupun nifas. Oleh karena itu, program persiapan pranikah serta persiapan kehamilan
yang sehat menjadi bahan konseling yang penting unruk calon pengantin. Dengan
demikan, bidan sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan anak memiliki peran penting
dalam memberikan edukasi tetang perencanaan kehamilan sehat pada calon pengantin
dalam asuhan kebidanan pranikah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan
pranikah pada calon pengantin dengan perencanaan kehamilan sehat
menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil
asuhannya dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan khusus
Mahasiswa mampu dengan benar:
a. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan pranikah pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan sehat.
b. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta
mengimplementasikannya pada kasus yang dihadapi, yang meliputi:
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pranikah pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan sehat.
2) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan diagnosa
dan masalah aktual pada calon pengantin dengan perencaan kehamilan
sehat.
3) Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan sehat.
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada calon
pengantin dengan perencaan kehamilan sehat.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pranikah pada calon pengantin
dengan perencanaan kehamilan sehat.

2
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pranikah pada calon pengantin
dengan perencanaan kehamilan sehat yang telah disusun.
7) Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan sehat.
8) Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
calon pengantin dengan perencanaan kehamilan sehat.
9) Menganalisis asuhan kebidanan pranikah pada calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan sehat yang telah dilaksanakan dengan teori yang
ada.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Pranikah (Calon Pengantin)


2.1.1. Definisi pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah adalah
sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara
seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan
16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18
tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia
pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal
yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur
25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan,
2017).
2.1.2. Tujuan asuhan pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
(prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi; dan
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

4
2.1.3. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes (2015), persiapan
pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah selesai fase
pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik pranikah meliputi
pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang
dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk mempunyai anak
dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya membutuhkan
kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk membuatnya tumbuh dan
berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon
ibu, seperti status sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan
anemia.
2.1.4. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam buku saku kesehatan reproduksi
dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes
RI. Pemerintah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan
sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum
hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur dalam Surat Edaran
Walikota Surabaya perihal Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan
program pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan
pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta
penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan
dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang
sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada
remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97 tahun 2014). Menurut
Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi:
5
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital (tekanan
darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi (menanggulangi masalah
kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia). Penilaian status gizi
seseorang dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan
PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
[𝑇𝐵 (𝑚)]2
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita Usia Subur (usia
15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok
berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK
di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA,
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas pemeriksaan
darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang diuraikan sebagai berikut
(Kemenkes, 2015):
6
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan hemoglobin
untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia didefinisikan sebagai
berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin,
hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan
kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini
digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia
merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal
dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012). Anemia defisiensi zat besi dan asam
folat merupakan salah satu masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara,
termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah,
2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah endemis), hepatitis
B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella, ciromegalovirus, dan herpes simpleks),
IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
(a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat mempengaruhi fungsi
seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan risiko
mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia
urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang berpengaruh
dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan
lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu diabetes juga
berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti meningkatnya
kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia, dan
infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia,
hipoglikemia, neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).
(b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus hepatitis B,
ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang dapat berkembang
menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B
7
adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis
B pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan IUFD.
Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari hal-hal yang
menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis B melalui
darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, hubungan seksual dengan penderita
hepatitis B, penggunaan jarum suntik bersama, dan proses penularan dapat
ditularkan dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
(c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii, rubella,
cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV II). Dapat ditularkan
melalui:
a) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan tidak dimasak
dengan sempurna atau setengah matang
b) Penularan dari ibu ke janin
c) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah kesuburan baik
wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan,
kecacatan janin, dan risiko keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan pada
syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya fungsi motoric.
(d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit yang
tergolong dalam IMS seperti sifilis,gonorea, klamidia, kondiloma akuminata,
herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum infeksi menular
seksual (IMS) pada perempuan:
a) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan gatal
b) Gatal di sekitar vagina dan anus
c) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau anus
d) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan
dengan menstruasi
e) Keluar darah setelah berhubungan seksual
f) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
a) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
8
b) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan selangkangan paha
c) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
d) Gatal di sekitar alat kelamin
e) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun, mudah tertular
HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar kandungan, cacar bawaan janin,
kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan kanker organ seksual
lainnya.
(e) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang dan
melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga tubuh
mudah tertular berbagai penyakit. AIDS (Acquire Immuno Deficiency Syndrome)
adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung menjadi
AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di dapatkan di dalam darah
dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu). Cara
penularan HIV melalui:
(1) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
(2) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang sudah terinfeksi
HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
(3) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan dapat terjadi
selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat menyusui.
(4) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat pada pekerja
seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame jenis kelamin), dan penggunaan
narkoba suntik. Cara pencegahan penularan HIV – AIDS dapat dilakukan dengan
ABCDE yaitu:
(2) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
(3) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
(4) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku seksual berisiko)
(5) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti narkotika, zat
adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato) dengan siapapun.
(6) Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)

9
3) Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan
mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
c. Pemerian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap
penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu
dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan
untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5
sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan
menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017.
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah mendapatkan
imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
Tabel 2.3 Skrining Status TT Wanita Usia Subur
No. Riwayat Imunisasi TT Pernah/Tidak Diimunisasi Kesimpulan Status
DPT/DPT-HB/Dt/Td/TT TT
A. Riwayat Imunisasi DPT-HB
saat bayi:
Bayi yang lahir mulai tahun
1990 status TTnya dihitung
TT II
B. Riwayat BIAS
1 Untuk WUS yag lahir
antara tahun 1973 s.d
1976
a. Kelas 6 (2 dosis)
2 Untuk WUS yang lahir
antara 1977 s/d 1987
a. Kelas 6 (2 dosis)
b. Kelas 6 (2 dosis)
3 Untuk WUS yang lahir
tahun 1988
a. Kelas 1
b. Kelas 5

10
c. Kelas 6
4 Untuk WUS yang lahir
tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
5 Untuk WUS yang lahir
tahun 1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6
Untuk WUS yang lahir
6 tahun 1991
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
7 Untuk WUS yang lahir
tahun 1992 s/d
sekarang
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
C Saat Calon Pengantin
D Saat Hamil
a. Hamil 1
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain-lain (Kegiatan
Kampanye/Ori Difteri)
Contoh: saat SMA tahun
2003 – 2005, dan akselerasi
WUS di Bangkalan dan
Sumenep (2009 – 2010), Ori
Difteri 2011, Sub PIN
Difteri 2012
Sumber: Kemenkes, 2014.
Keterangan tabel:
a. Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan yang diajukan hanya pada
riwayat calon pengantin (C), Hamil (D), dan lain-lain (E).
b. Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s.d sekarang
c. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984 – 1997: kelas 1 laki-laki dan
perempuan (DT 2 dosis) dan kelas 6 perempuan
d. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998 – 2000: kelas 1 (DT) s/d 2 – 6
(TT)
e. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001 – sekarang: kelas 1, 2, dan 3.

11
f. Vaksinasi catin dan ibu hamil (2 dosis) dimulai sejak tahun 1984 s/d 2000 – tahun 2001
s/d sekarang harus diskrining terlebih dahulu
g. Interval minimal pemberian TT: TT 1 ke TT 2 = 4 minggu, TT 2 ke TT 3 = 6 bulan,
TT 3 ke TT 4 = 1 tahun, TT 4 ke TT 5 = 1 tahun.
d. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui penanggulangan KEK
(Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan
dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah.
e. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah, konseling edukatif
pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan pernikahan. Konseling pranikah
merupakan suatu proses konseling yang diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal,
memahami dan menerima agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan
untuk menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan kepada
pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan rencana pernikahannya. Pihak-
pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan
dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010). Konseling
pernikahan atau yang biasa disebut marriage counseling) merupakan upaya membantu
pasangan calon pengantin. Konselig pernikahan ini dilakukan oleh konselor yang
professional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah
yang dihadapinya melalui cara-cara yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi,
agar dapat tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan
seluruh anggota keluarganya (Willis, 2009).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk pasangan yang akan menikah.
Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan agar saling memahami, dapat
memecahkan masalah dan konflik secara sehat, saling menghargai perbedaan, dan dapat
meningkatkan komunikasi yang baik (Kertamuda, 2009).Bimbingan konseling pra nikah
mempunyai objek yaitu calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri.
Calon suami istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam
perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan sepakat untuk
menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius (pernikahan). Anggota keluarga calon
suami istri yaitu individu-individu yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari
pihak suami maupun istri (Zulaekha, 2013).
12
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum memasuki
jenjang pernikahan meliputi:
1) Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu mengetahui mengetahui informasi kesehatan
reproduksi untuk menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman.
Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya
agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. Catin laki-laki akan menjadi
calon ayah yang harus memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko
masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat berhubungan
seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena
struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan
infeksi menular seksual. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang
sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.
2) Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang berkaitan
dengan kehidupan reproduksinya. Hak ini menjamin setiap pasangan dan individu
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan
waktu memiliki anak serta untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi.
Informasi yang perlu diketahui natra lain:
1. Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.
2. Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindung dari
infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan infeksi saluran reproduksi
(ISR), serta memahamicara penularannya, upaya pencegahan, dan
pengobatan.
3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif, terjangkau, dapat
diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui dan
memahami efek samping dan komplikasi dari masing-masinng alat dan obat
kontrasepsi.

13
4. Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat
dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh bayi yang
sehat.
5. Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, saling
menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan dalam kondisi
dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan
kekerasan.
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain:
1. Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2. Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena berisiko dalam
penularan penyakit dan merusakorgan reproduksi.
3) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-laki dan
perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan
yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan
masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama,
laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan kemampuan personil mereka dan
membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku.
Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:
a. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat saling
menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya:
Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara bersama dan
tidak memaksakan ego masing-masing
1. Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga, pengasuhan, dan
pendidikan anak.
2. Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan.
3. Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
b. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:
1. Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak rambut, menyudut
dengan rokok, melukai, dan lain-lain)
2. Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-komentar yang
merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-lain)
14
3. Kekerasan seksual
4. Penelantaran rumah tangga.
4) Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan perawatan baik
pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
1. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
2. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.
3. Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
4. Menggunakan celana yang tidak ketat
5. Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
1. Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan menggunakan air bersih
dan dikeringkan.
2. Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat membunuh
bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbuhnya jamur.
3. Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya serap tinggi.
Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi, ganti pembalut
sesering mungkin.
4. Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta keluhan organ
reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
1. Menjaga kebersihan organ kelamin
2. Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang menutup penis.
3. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

2.2. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)


2.2.1. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa prakonsepsi
tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Perencanaan kehamilan merupakan
perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi
kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).
15
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan
kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan
yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum
(Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum) dengan
sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan
terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan
antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi
adalah perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang
wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung (Varney, 2007).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan proses
terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder)
dengan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi
penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri dengan fusi
materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi mengalami nidasi (implantasi) pada
dinding uterus. Sehingga untuk dapat terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Prakonsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan masa sebelum
konsepsi. Perawatan prakonsepsi adalah satu set intervensi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang diakibatkan oleh perilaku dan kondisi sosial
untuk mencapai status kesehatan wanita dan kesehatan kehamilan melalui upaya preventif dan
manajemen (CDC, 2012).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan
pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan
perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi biomedik,
perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan pasangannya sebelm terjadi konsepsi.
Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang bertujuan untuk menemukan dan mengubaj
risiko biomedik, perilaku, dan social uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil
kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut yang
harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).

16
2.2.2. Faktor yang mempengaruhi kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk menjadi hamil
dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang mampu menghamilkannya
(Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di
mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan
hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan rentang
waktu pada wanita yang terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, dkk, 2013). Masa subur terjadi pada
hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011). Menurut Saifuddin, dkk
(2010), untuk perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus
terpendek dikurangi 18.

Sumber: Purwandari, 2011.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara lain:
1) Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun
dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu belum
kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin
terhambat, dan persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai
melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil, namun
fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik
pada usia 20 tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun,
terutama setelah usia 35 tahun (American Society for Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara perlahan-lahan.
Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan
organ reproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi laki-laki
mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan
pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25
tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini

17
disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi (Khaidir, 2006).
Disarankan pria untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut
motilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengami penurunan
kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
2) Frekuensi sanggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara spermatozoa
dan ovum, akan terjadi bila koitus (senggama) berlangsung pada saat ovulasi. Dalam
keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi
wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah
koitus berlangsung. Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24
jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa terjadi
pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi tidak
bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak
akan terjadi pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri (Khaidir, 2006).
3) Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri akan hamil dalam satu bulan
pertama, 57,0% dalam tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4%
dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu
pasangan suami istri berusaha secara teratur merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi
kehamilan (Khaidir, 2006).
2.2.3. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat diantaranya:
1. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari pelayanan
kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan calon ibu dalam
menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi
yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.
2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas fisik/olahraga
tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu selama
1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat olahraga selain menyehatkan, juga
mencegah terjadinya kelebihan berat badan.
18
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih
nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar dapat aman
selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan
berat badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter
dan atas rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan
karena kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan
berat badan dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu,
kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, seperti
tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.
3. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan narkoba,
dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga janin yang
dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan hingga kematian
janin. Perempuan yang minum alkohol memiliki kemungkinan rendah untuk bisa
hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas
sperma dengan menurunkan tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis layu.
Begitu pula rokok dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-
laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur, dan
melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan
untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-laki, rokok
berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan sperma membuahi
sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa.
4. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan makanan
dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengatur
pola makan dengan prinsip gizi seimbang, memperbanyak konsumsi buah dan
sayuran, menghindari makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti penyedap,
pengawet, dan pewarna. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat
memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan kelainan fisik,
dan cacat kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang dimakan
ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus memperhatikan asupan
makanan yang mendukung pembentukan janin sehat. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung :
19
a) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber protein
seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
b) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin, cukup
asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak
70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang cukup
setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu
mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat
diperoleh melalui makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi
hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya, jeruk, stroberi, rasberi,
kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan
jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup
tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih
susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta
tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.
c) Konsumsi berbagai Vitamin
- Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat pada
hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli, wortel, bayam,
dan tomat.
- Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga 75%.
Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan sinar
matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan,
ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
- Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel telur dan
mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga kesehatan dinding
rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan,
bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.

20
- Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen dan progesteron penting
untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan,
beras merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
- Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan (bekerjasama dengan
vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan melindungi sel-sel organ
tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan
sistem reproduksi . Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk,
stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan
sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu produksi materi genetik
ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan pembentukan
sperma. Sumber seng antara lain makanan hasil laut/seafood (seperti lobster,
ikan, daging kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond),
biji-bijian (biji labu dan bunga matahari), serta produk olahan susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu tergangu.
Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan membantu dalam
persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang sering kali dikeluhkan
oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur, sayuran hijau,
jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu, dan
ikan teri.
g) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan
ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih,
kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.

21
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak
zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol
sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi dari
pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi
sampai kehamilan.
j) Hindari konsumsi
 Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang
berbahaya bagi kehamilan dan janin.
 Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang baik,
dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
 Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada bakteri
salmonella penyebab diare berat.
 Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah akan
memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna kalengan, tuna
beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya
omega 3 dan 6, ikan dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar
merkuri melalui penurunan kualitas air maupun rantai makanan.
5. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan tujuan
memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai tujuan ini. Hal
ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin
menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan
tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil
langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang berhubungan
dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang persalinan, pasca
persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber yang terpercaya.
22
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan, hindari
hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan hormonal. Stres
dapat merusak siklus bulanan, dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi
membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil. Jadi sangat
baik jika calon ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi
kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental dalam
menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus mendapat
dukungan selama kehamilan dari orang terdekat seperti suami dan keluarga
sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu baru.
6. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan penting dilakukan
karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang
baik pada saat kehamilan sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan
pasangan dalam hal financial/keuangan.
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk biayanya.
Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri karena biaya
kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah tangga. Adapun biaya
yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya
kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya pasca
melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan persiapkan
pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
7. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu dan
pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah yang
dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan keluarga yang
perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), maka
ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak diselesaikan dengan baik
dapat menyebabkan cedera hingga kematian, termasuk selama kehamilan
(BKKBN, 2014).

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tempat Praktek : Ruang KIA


No. Registrasi : 141907
Tanggal/Jam : 30 Januari 2020/09.00 WIB

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA NY. L USIA 30 TAHUN DENGAN


KONSELING PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT
DI PUSKESMAS MOJOLABAN

3.1. Data Subyektif


1. Identitas
Catin Wanita Catin Laki-Laki
Nama : Nn L Nama : Tn T
Umur : 30 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jatisari RT 01/02 Alamat : Mertan RT 01/08
Sapen Wirun
2. Alasan Datang
Klien mengatakan ingin konsultasi terkait persiapan kehamilan sehat.
Klien mengatakan akan menikah bulan maret 2020.
3. Keluhan Utama
Tidak ada
4. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun Banyaknya : 3-5x ganti pembalut/hari
Siklus menstruasi : 28 hari Bau : normal
Keteraturan : ya Warna darah : merah segar
Lama menstruasi : 6-7 hari Dismenorhea : tidak
Sifat darah : cair HPHT : 17 Januari 2020

24
Flour albus : sebelum dan sesudah
mens, bening, gatal (-), bau
(-)
5. Penyuluhan yang Pernah Didapat
Klien belum mendapat penyuluhan tentang persiapan kehamilan sehat
6. Data Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Klien mengatakan tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS. Status TT4 tahun 1999 (SD
Kelas 1 dan 6) dan TT Caten.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit
hipertensi, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri).
Klien mengatakan ibunya memiliki penyakit jantung dan asma.
Klien mengatakan dari keluarga ibu memiliki keturunan kembar.
Klien mengatakan dikeluarganya (adik laki-laki) ada yang merokok.
c. Riwayat penyakit ginekologi
Klien mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit miom, kista, radang
panggul, menstruasi yang menyakitkan (dismenorea).
7. Status Imunisasi TT
Klien mengatakan kelahiran tahun 1990, dan sudah melakukan suntik TT3 pada
tanggal 22 Januari 2020.
8. Riwayat Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 21 Maret 2020.
a. Catin Wanita : pernikahan yang pertama
b. Catin Laki-laki : pernikahan yang pertama
9. Data Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
Makan Minum
Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : 7-8x/hari
Macam : 3-4 macam Macam : 1-2 macam
Jenis : Nasi, lauk, sayur, buah Jenis : Air mineral, teh, susu

25
Porsi : 1 porsi Porsi : 1 gelas
Alergi : tidak ada Alergi : tidak ada
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada
b. Eliminasi
BAK BAB
Frekuensi : 4-6x/hari Frekuensi :1-2x/hari
Warna : kekuningan Warna : kuning kecoklatan
Bau : normal Bau : normal
Konsistensi : cair Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada keluhan Keluhan : tidak ada
c. Pola Tidur/Istirahat
Tidur siang :-
Tidur malam : 7 jam
Keluhan : tidak bisa tidur siang karena menjaga toko
d. Aktivitas
Klien mengatakan kegiatan aktivitas sehari-hari menjaga toko dan membantu
pekerjaan rumah tangga.
e. Personal Hygiene
Mandi : 2x/ hari
Ganti baju : 2x/ hari
Gosok Gigi : 3x/ hari
f. Pola kebiasaan lain
Klien mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu, minum alkohol, dan obat-
obatan.
10. Data Psikososial dan Spiritual
Klien mengatakan sudah siap lahir batin melaksanakan pernikahan yang direncanakan
1 bulan lagi, klien mengatakan cukup bahagia dengan rencana pernikahannnya dan
kedua belah pihak keluarga sudah menyetujui atas rencana pernkahannya. Hubungan
dengan keluarga baik, hubungan dengan petugas kesehatan baik klien mau menjawab
pertanyaan petugas dengan terbuka. Klien beragama islam dan mengatakan rajin
beribadah.

26
3.2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran: Composmentis
c. Antropometri:
BB : 42 kg
TB : 150 cm
IMT : 18,66 kg/m2
Lila : 24 cm
d. Pemeriksaan TTV
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,5 C
2. Pemeriksaan Fisik
 Kulit : warna kuning langsat, lembab, wujud kelainan kulit (-), turgor kembali
cepat.
 Kepala : muka simetris, rambut hitam panjang, ketombe (-)
 Mata : simetris, conjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-), reflek cahaya (+/+)
 Hidung : bentuk normal, secret (-), nafas cuping hidung (-), polip (-)
 Mulut : simetris, pucat (-), lesi (-), mukosa basah (+), lidah bersih
 Telinga : bentuk normal, simetris, secret (-/-), benjolan (-/-), serumen (-/-)
 Leher : bentuk normal, kelenjar getah bening tidak membesar (-/-), kelenjar
thyroid tidak membesar (-/-), kelenjar limfe tidak membesar (-/-), tidak ada
bendungan vena jugularis (-/-)
 Ketiak : simetris, benjolan (-/-), penarikan kulit (-/-), nyeri tekan (-/-)
 Thorax : simetris, nafas normal, retraksi dada (-),wheezing (-), ronchi (-)
 Mammae
Inspeksi : kulit normal, areola/papilla normal, kulit jeruk (-/-), penarikan kulit (-
/-),
Palpasi : benjolan (-/-), cairan abnormal (-/-)
 Abdomen : simetris, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-), massa (-), pembesaran
(-), turgor kulit kembali cepat, kembung (-)

27
 Punggung : normal, simetris, benjolan (-)
 Ekstremitas
Ekstremitas atas: pergerakan baik, akral dingin (-/-), odema (-/-), capillary refill time
< 2 detik
Ekstremitas bawah: pergerakan baik, akral dingin (-/-), odema (-/-), varices (-/-),
capillary refill time < 2 detik, refleks patella (+/+)
 Genetalia : vulva normal, simetris, pembesaran kelenjar bartholini (-)
 Anus : normal, hemoroid (-), darah (-), benjolan (-), varices (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
3.3. Analisa Data
Diagnosa : Nn L usia 30 tahun dengan perencanaan pernikahan dan kehamilan sehat
3.4. Penatalaksanaan
Tanggal 30 Januari 2020, Jam 09.30 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada calon pengantin wanita bahwa secara umum
keadaannya baik, tanda- tanda vital dalam batas normal.
 Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran: Composmentis
 Antropometri:
BB : 42 kg
TB : 150 cm
IMT : 18,66 kg/m2
Lila : 24 cm
 Pemeriksaan TTV
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,5 C
Evaluasi: klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Menjelaskan dampak buruk paparan asap rokok terhadap kesehatan serta bahaya dari
kandungan zat adiktif dan karsinogenik dari rokok yang dapat membahayakan

28
kehamilan bila saat hamil terpapar asap rokok. Serta menyarankan perokok untuk
merokok di luar rumah sehingga keluarga terhindar dari paparan asap rokok.
Evaluasi: klien memahami apa yg disampaikan bidan.
3. Menjelaskan kepada catin perempuan bahwa keputihan yang dialami merupakan
keputihan yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk sering mengganti celana dalam,
menggunakan celana dalam dengan bahan yang gampang menyerap keringat seperti
berbahan cutton, tidak perlu menggunakan cairan pembersih genitalia untuk menjaga
tingkat keasaman normal vagina dan tidak perlu menggunakan pantyliner untuk
mencegah agar vagina tidak lembab.
Evaluasi: klien mengerti dan bersedia melakukan.
4. Menjelaskan kepada klien bahwa dia memiliki risiko terkena penyakit jantung dan
asma, serta memiliki keturunan anak kembar dikarenakan klien memiliki keturunan
dari keluarga ibu.
Evaluasi: klien mengerti penjelasan yang diberikan
5. Menganjurkan klien menjaga pola makan seimbang, mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi
makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan, melakukan olahraga secara rutin, dan
kontrol kesehatan secara rutin dikarenakan klien berisiko mengalami penyakit jantung
dan asma.
Evaluasi: klien mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
6. Mendiskusikan tentang perencanaan kehamilan sehat.
Evaluasi: klien merencanakan kehamilan segera setelah menikah, berencana memiliki
2 anak dengan jarak 3 tahun.
7. Memberikan konseling kepada catin tentang perencanaan kehamilan sehat, yaitu
meliputi:
1) Pemeriksaan kesehatan
2) Menjaga Kebugaran
3) Menghentikan kebiasaan buruk
4) Meningkatkan asupan makanan bergizi
5) Persiapan secara psikologis dan mental
6) Perencnaan finansial
7) Jangan malu bertanya dan konsultasi
Evaluasi: klien mengerti penjelasan yang diberikan.

29
8. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi TT saat ini sudah T3 yang
masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah 5 tahun dan belum seumur
hidup, sehingga catin wanita masih perlu diberikan suntik imunisasi TT dua kali lagi.
Evaluasi: klien mengerti keadaannya.
9. Menganjurkan klien untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.
Evaluasi: klien bersedia.

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini Nn. L sedang melakukan persiapan pernikahan. Berdasarkan pengkajian
data subyektif diperoleh bahwa Nn. I berusia 30 tahun dan Tn. T berusia 31 tahun. Menurut
BKKBN (2017), umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun
bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria. Sehingga Nn. L dan Tn. T termasuk pasangan
dengan usia yang sudah sangat matang atau terbilang sudah berumur untuk menikah. Waalupun
umur meraka telah melewati umur ideal untuk menikah, namun Prawirohardjo mengatakan
bahwa usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang
memungkinkan berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan
persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah yang
memicu terjadinya berbagai komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Begitupun pria, disarankan untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia
tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengami
penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013). Dalam
riwayat psikososial didapatkan bahwa kedua calon pengantin sudah siap secara mental untuk
menikah dan tidak menunda kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki anak.
Keputusan yang dibuat oleh kedua calon pengantin sudah tepat, karena usia Nn. L yang telah
memasuki usia 30 tahun dimana menurut American Society for Reproductive Medicine (2012)
kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun. Sehingga sangat dianjurkan untuk
segera merencakan memiliki anak jika menikah pertama kali pada usia 30 tahun.
Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita memiliki siklus haid
28 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 6 – 7 hari, tidak ada nyeri haid dan ada nyeri pinggang
dan mood swing 1-2 hari sebelum menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar
antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati &
Misaroh, 2009). Sedangkan untuk lama menstruasi normalnya berlangsung 3-7 hari (Ramaiah,
2006), sementara itu menurut Proverawati dan Misaroh (2009) lama mestruasi berlangsung
selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Dengan demikian tidak ada gangguan pada Nn. L
terkait menstruasi. Bila ditemukan gangguan menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri
haid berlebihan, maka dapat berakibat pada gangguan kesuburan, abortus berulang, atau
keganasan. Adapun fluor albus yang kadang-kadang dialami Nn. L memiliki sifat bening,
sebelum dan setelah menstruasi, tidak gatal, tidak berbau merupakan fisiologis atau normal.

31
Sebagaimana diungkapkan oleh Saifuddin (2010) bahwa keputihan normal adalah tidak
berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya
kemungkinan infeksi alat genital.
Riwayat kesehatan keluarga ditemukan bahwa ibu Nn. L memiliki riwayat penyakit
jantung dan asma. Beberapa penyakit yang dapat diturunkan ialah termasuk penyakit jantung
dan asma. Riwayat keluarga dengan jantung dan asma akan meningkatkan risiko seseorang
menderita penyakit tersebut (Cunningham, 2012).
Sebagian besar wanita dengan jantung dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi
yang normal dan sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah penting sekali
diupayakan supaya ibu mendapat istirahat yang cukup, sekurang-kurangnya 8-10 jam, dan
istirahat baring sekurang-kurangnya ½ jam setiap kali setelah makan dengan diit rendah garam,
tinggi protein, dan pembatasan masuknya cairan. Kenaikan berat badan yang berlebihan juga
harus diwaspadai, dan total kenaikan berat badan sebaiknya tidak melebihi 12 kg. Untuk
mencegah peningkatan volume darah yang berlebihan dapat diberikan diuretik. (Laksmi PW,
dkk, 2008)
Klien harus diberi pendidikan kesehatan tentang risiko penyakt jantung dan hambatan
pertumbuhan janin Pada ibu hamil dengan penyakit jantung berat, hipoksia berat dan cadiac
outputyang rendah sering menyebabkan insiden abortus spontan, lahir mati, bayi berat lahir
rendah atau bayi dengan kelainan kongenital lain. (Boestan IN, 2007)
Asma dapat terjadi pada ibu hamil jika sebelumnya memang memiliki resiko tinggi
dengan keturunan asma atau memiliki riwayat penyakit tersebut sebelumnya. Jika gejala
memburuk, biasanya terjadi pada trimester kedua dan ketiga, dengan puncak pada bulan
keenam. Umumnya, peningkatan asma juga terjadi pada 4 minggu terakhir kehamilan. Gejala
asma meliputi sesak napas, batuk, dada terasa berat, napas berbunyi, dan dipicu oleh pencetus
tertentu, seperti cuaca, debu, dan sebagainya. (Gluck, 2006)
Sepertiga ibu hamil dengan asma mengeluh gejala asmanya semakin berat selama
kehamilan. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan hormon selama hamil, seperti peningkatan
estrogen dan progesteron yang menyebabkan hidung lebih tersumbat dan napas lebih cepat.
Sehingga saat asma kambuh, gejalanya akan lebih berat. Asma dapat menimbulkan sejumlah
komplikasi serius, seperti kematian janin, kelahiran prematur (sebelum waktunya),
peningkatan tekanan darah, dan meskipun jarang, kematian ibu. (Agustina W., 2015)
Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko jantung dan asma diharapkan keturunan
penderita dapat melakukan pencegahan dengan modifikasi diet/gaya hidup, seperti pola makan

32
seimbang, olahraga rutin, menghindari stress, dan cek kesehatan secara rutin sehingga dapat
terhindar dari jantung dan asma maupun komplikasinya (Kemenkes, 2014).
Data pola fungsional kesehatan, diketahui bahwa Nn. L jarang makan buah dan sayur,
Rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia secara umum yaitu 10,5 g/hari (Depkes 2008).
Nilai ini hanya mencapai setengah dari kecukupan serat yang dianjurkan. Kebutuhan serat yang
dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi untuk orang dewasa usia 19—29 tahun adalah
38 g/hari untuk laki-laki dan 32 g/hari untuk perempuan (WNPG, 2012).
Pada data objektif, Nn L memiliki IMT 18,66 kg/m2 dan Lila 24 cm yang termasuk
dalam kategori normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m2 (Depkes, 2011). Sedangkan, ambang
batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau
IMT < 18,5 kg/m2 , artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk,
2014). Status nutrisi pada wanita pranikah perlu dikaji karena berhubungan dengan kesehatan
reproduksi. Kegagalan mengkonsumsi diet yang adekuat dalam masa remaja pranikah dapat
menyebabkan kematangan seksual terlambat yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi
ketika wanita memasuki fase pernikahan. Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai
berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan diet nutrisi
yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan sistem reproduksi (Soetjiningsih,
2010). Jika IMT > 30 kg/m2, dapat meningkatkan komplikasi pada kehamilan seperti
preeklamsi, diabetus gestasional, kelainan kongenital, persalinan preterm, dan lain-lain (Lisa,
dkk, 2015).
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan analisis
terhadap Nn. L yaitu wanita usia subur dengan persiapan pernikahan dan perencanaan
kehamilan sehat. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. L diantaranya dengan pemberian
konseling pranikah yang didalamnya meliputi tentang kesehatan reproduksi, khususnya
persiapan kehamilan dan masa subur. Pengetahuan tentang masa subur pada calon pengantin
dengan perencanaan kehamilan sangatlah penting. Karena masa subur adalah suatu masa dalam
siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila
perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan
(Indriarti, dkk, 2013).
Selain itu, pemberian imunisasi TT pada Nn. L. Hal tersebut dilakukan dalam upaya
pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi
33
tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki
kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat
yang bersangkutan menjadi calon pengantin (Kemenkes, 2017). Berdasarkan tahun kelahiran
Nn. L yakni 1990 dan mengaku selalu ikut imunisasi yang diadakan saat SD yakni kelas 1 dan
6 dan TT catin, sehingga status imunisasi TT Nn. L adalah TT3 dan kurang dua kali imunisasi
TT.
Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi asam folat atau suplemen asam folat 0,4 gram minimal 1 bulan sebelum kehamilan.
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin, cukup asam folat
mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan
memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan,
maka dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi (BKKBN,
2014).

34
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Nn L usia 30 tahun dan Tn. T usia 31 tahun dengan dengan persiapan pernikahan dan
perencanaan kehamilan. Keputusan untuk merencanakan kehamilan segera setelah menikah
merupakan keputusan yang tepat mengingat usia Nn. L. Menurut American Society for
Reproductive Medicine (2012) kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun. Apalagi
pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu terjadinya berbagai komplikasi
pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Hasil analisis dari kasus ini berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif
pada Nn. L sebagai calon pasangan pengantin, yaitu wanita usia subur dengan persiapan
pernikahan dan perencanaan kehamilan (prakonsepsi). Sehingga, tata laksana yang diberikan,
selain persiapan pernikahan sesuai panduan calon pengantin yang telah ditetapkan oleh
Kemenkes, juga diberikan tambahan konseling dan anjuran terkait dengan perencanaan
kehamilan, seperti KIE persiapan kehamilan sehat, masa subur, dan anjuran konsumsi asam
folat 0,4 mg minimal satu bulan sebelum kehamilan. Sehingga, dengan tata laksana yang sesuai
diharapkan apat membantu pasangan calon pengantin mencapai tujuan secara optimal yakni
segera memperoleh keturunan yang sehat atau generasi platinum dalam ikatan pernikahan yang
sah.

5.2. Saran
5.2.1 Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga kesehatan agar
tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
5.2.2 Bagi Fasilitas Kesehatan
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus ditingkatkan, dapat
dilakukan dengan cara konseling pranikah karena melahirkan generasi yang cerdas dimulai dari
dalam kandungan, dan pemberian vaksin sebelum pranikah seperti HPV, Hepatitis B.

35

Anda mungkin juga menyukai