Anda di halaman 1dari 44

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. L UMUR 25 TAHUN


POST PARTUM HARI KE 7 DENGAN BENDUNGAN ASI
DI UPT PUSKESMAS CIMANGGU

Nama : Teti Suryati


NIM : 19210200229

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

TAHUN 2022

Departemen Kebidanan UIMA i


LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. L UMUR 25 TAHUN POST


PARTUM HARI KE 7 DENGAN BENDUNGAN ASI
DI UPT PUSKESMAS CIMANGGU

Oleh:
NAMA : Teti Suryati
NPM : 19210200229

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan tim penguji.

Jakarta, 05 Juli 2022

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(Retno Sugesti, S.ST, M.Kes)

Departemen Kebidanan UIMA ii


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala rahmat
kemudahan, kemurahan, ketenangan dan ampunan-Nya yang telah diberikan, sehingga
penulis dapat menyelesaian Laporan Praktik Magang yang berjudul “Laporan Individu
Ny. L Umur 25 Tahun Post Partum Hari Ke 7 Dengan Bendungan Asi Di UPT
Puskesmas Cimanggu “. Dalam penyusunan laporan individu ini penulis mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik institusi, tempat penelitian, keluarga
dan yang lainnya. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Drs. H. Jakub Chatib sebagai ketua yayasan Universitas Indonesia Maju Jakarta
2. Prof. Dr. Dr. dr H. M. Hafizurrachman, M PH sebagai Pembina Yayasan
universitas indonesia Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM.,M,KM selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST, M.Biomed selaku Wakil Rektor I Bidang Non Akademik Universitas
Indonesia Maju
5. Dr. Rindu, SKM, M. Kes selaku Wakil Rektor II Bidang Non Akademik
Universitas Indonesia Maju
6. Hidayani AM.Keb, SKM, M.KM selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S. Kep., M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju
8. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb selaku Kordinator Program Stud Pendidikan Profesi
Bidan Universitas Indonesia Maju.
9. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes sebagai dosen pembimbing pada Stase 1 Universitas
Indonesia Maju.
10. Meinasari Kurnia Dewi, S.ST, M.Kes selaku penguji pada Stase 1 Universitas
Indonesia Maju
11. Bidan Komalasari, S.Tr.Keb selaku pembimbing CI dalam kelompok yang
senantiasa mendampingi penulis dan tim, serta berkenan untuk memberikan
pengarahan serta dukungan dalam membimbing penyusunan laporan ini.

Departemen Kebidanan UIMA iii


Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penyusunan individu ini

jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi perbaikan selanjutnya dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita

semua

Jakarta, 05 Juli 2022

penulis

Departemen Kebidanan UIMA iv


DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................4
C. Manfaat ................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Masa Nifas............................................................................................7
B. Teori Laktasi.......................................................................................12
C. Bendungan ASI...................................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif .....................................................................................26
B. Objektif ...............................................................................................27
C. Analisa Data........................................................................................28
D. Penatalaksanaan..................................................................................28
E. Evaluasi...............................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan ..............................................................................................31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................34
B. Saran....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kebidanan UIMA v


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa nifas, ibu akan melewati fase menyusui yaitu salah satu cara yang

dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi

yang sehat. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal,

tidak sedikit ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat

penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI yang tidak lancar atau pengisapan

yang kurang baik oleh bayi. Masalah pada masa nifas masih banyak terjadi pada

ibu postpartum, salah satu masalah yang sering terjadi adalah bendungan ASI,

bendungan ASI akan menggangu proses pemberian ASI kepada bayi (1).

Pada tahun 2014 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang

mengalami bendungan ASI rata-rata sebanyak 8242 dari 12.765 ibu nifas,

pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 dari

10.764 ibu nifas dan pada tahun 2016 terdapat ibu yang mengalami bendungan

ASI sebanyak 6543 dari 9.862 ibu nifas (2).

Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun

2014 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu

nifas di 10 negara yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina,

Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja tercatat 107.654 ibu

nifas, pada tahun 2015 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI

sebanyak 95.698 ibu nifas, serta pada tahun 2016 ibu yang mengalami

Departemen Kebidanan UIMA 1


bendungan ASI sebanyak 76.543 dengan angka tertinggi terjadi di Indonesia

(37, 12 %) (3).

Menurut penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI pada

tahun 2018 kejadian bendungan ASI di Indonesia terbanyak terjadi pada ibu-ibu

bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui (4).

Sebanyak 79,74% wanita post parturn rnengalarni bendungan ASI pada tahun

2013, sebanyak 84,7% ibu nifas yang rnengalarni bendungan ASI di wilayah

Provinsi Banten di tahun 2020 rnengalarni kenaikan jurnlah ibu yang mengalami

bendungan ASI (5). Kejadian bendungan ASI pada bulan Oktober 2021 ada 147

atau 67,6 %, dan terdapat hubungan antara kejadian bendungan ASI dengan

perilaku mernbatasi rnenyusui sebanyak 33 atau (84,6%), pernberian susu

formula sebanyak 33 atau (58,9%), dan pengosongan mammae yang tidak

sernpuma sebanyak 31 orang (41,9%) (6).

Puskemas Cimanggu adalah puskesmas non rawat inap yang merupakan salah

satu dari 36 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pandeglang. Jarak dari Ibukota

Kecamatan Cimanggu ke Ibukota Kabupaten Pandeglang adalah 20 km dan jarak

dari Kecamatan Cimanggu ke Ibukota Provinsi Banten adalah 100 km, tepatnya di

Jl. Cibaliung Sumur Km 12 Kp. Polos , Kec. Cimanggu. Puskesmas Cimanggu

mempunyai wilayah kerja seluas 259,73 km2, yang meliputi 12 Desa, dengan 57

Rukun Warga (RW) dan 185 Rukun Tetangga (RT).

Jumlah ibu nifas yang mengalami bendungan ASI di Puskesmas Cimanggu

adalah sebanyak 61 kasus. Pada periode September-Desember 2021 didapatkan ada

Departemen Kebidanan UIMA 2


35 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI, periode Januari-Mei 2022 didapatkan

ada 26 ibu nifas dengan bendungan ASI.

Puskesmas mempunyai program Pelayanan pasca persalinan yaitu pelayanan

kesehatan yang diberikan bagi ibu dan bayi baru lahir dalam kurun Waktu 6 jam

sampai 42 hari setelah melahirkan. Tujuan pelayanan ini untuk menjaga kesehatan

ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikologis, mendeteksi dini masalah atau

penyakit dan penyulit pasca persalinan serta memberikan komunikasi, informasi,

Edukasi (KIE) untuk memastikan perawatan diri, menyusui, pemberian imunisasi

serta asuhan bayi baru lahir pada ibu dan keluarganya

Pemerintah telah membuat kebijakan pada masa nifas.Pada kebijakan program

nasional masa nifas paling sedikit empat kali kunjungan yang dilakukan. Dalam

Kepmenkes RI. No. 369/ MENKES/SK/III/2007, petugas kesehatan memberikan

asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi pada proses laktasi atau

menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi

termasuk pembekakan payudara, mastitis, abses, puting lecet, puting masuk.

Mengingat pentingnya pemberian ASI, maka perlu adanya perhatian dalam proses

laktasi agar terlaksana dengan benar. Sehubungan dengan hal tersebut telah

ditetapkan dengan Kepmenkes RI.No. 450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian

Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia

Dampak bendungan ASI pada ibu mengakibatkan tekanan intraduktal yang

akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh

payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri,

walaupun tidak disertai dengan demam (7). Selain itu dampak pada bayi yaitu,

Departemen Kebidanan UIMA 3


bayi sukar menghisap, bayi tidak disusui secara adekuat sehingga bayi tidak

mendapatkan ASI secara eksklusif akibatnya kebutuhan nutrisi bayi akan kurang

terpenuhi karena kurangnya asupan yang didapatkan oleh bayi (8).

Usaha untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, adalah dengan cara

melakukan perawatan payudara, mengajari teknik menyusui yang benar dan

memperlancar produksi ASI agar tidak terjadi bendungan ASI, mastitis,

peradangan payudara, abses payudara dan komplikasi lebih lanjutakan terjadi

kematian (9).

UPT Puskesmas Cimanggu adalah tempat penulis menjalankan praktik

kebidanan. Pada pelaksanaan poli KIA ditemukan kasus ibu post partum yang

mengalami bengkak pada payudara sebelah kiri terasa nyeri dan mengalami demam.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat kasus kejadian pada

Ny “L” usia 25 tahun P1A0 post partum hari ke-7 dengan bendungan ASI di UPT

Puskesmas Cimanggu.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ny. L Umur 25 Tahun post partum

dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny"L" Umur 25 Tahun post

partum dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

b. Melakukan pengkajian data objektif pada Ny"L" Umur 25 Tahun post

partum dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

Departemen Kebidanan UIMA 4


c. Melakukan interpretasi data pada Ny “L" Umur 25 Tahun post partum

dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

d. Melakukan analisa data pada Ny “L" Umur 25 Tahun post partum dengan

bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

e. Melakukan penatalaksanaan pada Ny"L" Umur 25 Tahun post

partum dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

f. Melakukan evaluasi pada Ny"L" Umur 25 Tahun post partum dengan

bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

g. Melakukan pendokumentasian pada Ny"L" Umur 25 Tahun post partum

dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi UPT Puskesmas Cimanggu

Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dan bidan dalam menangani

kasus khususnya yang berkaitan dengan bendungan ASI

2. Bagi Ibu Nifas

Dapat menambah pengetahuan tentang perawatan payudara sejak hamil atau

setelah melahirkan dan memberikan edukasi cara megosongkan payudara

dengan sempurna supaya tidak terjadi bendungan ASI

Departemen Kebidanan UIMA 5


3. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar tenaga kesehatan mampu

melakukan deteksi dini terhadap ibu post partum dengan bendungan ASI serta

mampu memberikan konseling tentang tanda bahaya dan faktor penyebab

terjadinya bendungan ASI.

Departemen Kebidanan UIMA 6


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Masa Nifas

1. Pengertian masa nifas

Masa nifas atau masa puerperium atau masa post partum adalah

mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan

tetapi, seluruh otot genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan

dalam waktu 3 bulan (10).

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan

selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi

secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum

hamil.Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (11).

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (12).

2. Peran Bidan pada Masa Nifas

Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Memberikan dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang

baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.

b. Sebagai promoter hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan

psikologis.

Departemen Kebidanan UIMA 7


c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara

meningkatkan rasa nyaman (12).

3. Tahapan masa nifas

Menurut Maryunani (13) Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :

a. Puerperium dini (Periode Immediate Postpartum)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Masa segera

setelah plasenta lahir sampai kepulihan dimana ibu sudah

diperbolehkan mobilisasi jalan. Masa pulih/kepulihan dimana ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial (Periode Early Postpartum 24 jarn-1 minggu)

Masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8

minggu. Peran bidan pada masa ini bidan memastikan involusi uteri

dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau

busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta

ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.

c. Remote puerperium (Periode Late Postpartum, I minggu-5 minggu)

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Masa ini bisa berlangsung 3 bulan bahkan lebih.

d. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Menurut Sari dan Rimandini (14) bidan memiliki peranan yang sangat

penting dalam pemberian asuhan post parturn. Adapun peran dan

tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:

Departemen Kebidanan UIMA 8


1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama masa nifas.

2) Memberikan dukungan serta memantau kesehatan fisik ibu dan

bayi.

3) Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial,

serta memberikan semangat kepada ibu.

4) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

5) Membantu ibu dalam menyusui bayinya dengan rneningkatkan rasa

nyaman.

6) Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu.

7) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan

ibu dan anak dan mampu rnelakukan kegiatan administrasi.

8) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

4. Perubahan masa nifas

a. Perubahan uterus

Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum

hamil. Uterus biasanya berada di organ pelvik pada hari ke-10 setelah

persalinan.Involusi uteri lebih lambat pada multipara. Penurunan

ukuran uterus dipengaruhi oleh proses autolisprotein dan sitoplasma

miometrium. Hasil dari menurunkan ukuran uterus harus kehilangan

sel-sel dalam jumlah besar.

Departemen Kebidanan UIMA 9


Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan endometrium

dan miometrium pada tempat plasenta diserap oleh sel-sel granulosa

sehingga selaput basal endometrium kembali dibentuk (15).

Tabel 2.1

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi baru lahir Setinggi pusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gr
Sumber : (10)

b. Pengeluaran lokia

Lokia adalah cairan atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina selama masa nifas. Macam-macam lokia:

1) Lokia rubra (crueanta): Berwarna merah karena berisi darah

segar dan sisa sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks

caseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan

2) Lokia sanguilenta: Berwama merah kuning berisi darah dan lendir

yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.

3) Lokia serosa: Lochea ini berbentuk serum dan berwama merah

jambu kemudian kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah

lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.

4) Lokia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan

putih serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

Departemen Kebidanan UIMA 10


Selain lokia diatas, ada jenis lochia yang tidak normal, yaitu:

a) Lokia purulenta: Ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk.

b) Lochiastasis: Lokia tidak lancar keluamya (10).

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium uteri ekstema dapat dimasuki oleh 2 hingga 3

jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup (10).

d. Vulva dan vagina

1) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa

hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur.

2) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak

hamil.

3) Setelah 3 minggu vulva dan vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol (10).

e. Perineum

1) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

2) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali

seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan tonus

Departemen Kebidanan UIMA 11


otot perineum, maka pada masa nifas perlu dilakukan senam kegel

(10).

f. Payudara/Laktasi

Sejak kehamilan trimester pertama kelenjar mamae sudah

dipersiapkan baik untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang

terjadi pada kelenjar mamae selama kehamilan adalah:

1) Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena

pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat

selama hamil, merangsang duktus dan alveoli kelenjar mamae

untuk persiapan produksi ASI

2) Terdapat cairan yang berwama kuning (kolostrum) pada duktus

laktiferus. Cairan ini kadang-kadang dapat dikeluarkan atau keluar

sendiri melalui putting susu saat usia kehamilan memasuki

trimester ketiga.

3) Terdapat hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian

dalam kelenjar mammae (11).

Setelah persalinan, estrogen dan progesteron menurun drastis

sehingga dikeluarkan prolaktin untuk merangsang produksi ASI. ASI

kemudian dikeluarkan oleh sel otot halus disekitar kelenjar payudara

yang mengkerut dan memeras ASI keluar, hormon oksitosin yang

membuat otot-otot itu mengkerut (15).

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat

tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih

Departemen Kebidanan UIMA 12


tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari

kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada

hari-hari pertama ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan

agak berwama kuning dan sedikit lebih kental dari ASI yang disekresi

setelah hari ketiga postpartum (11).

B. Teori Laktasi

1. Pengertian Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses rnenyusui mulai dari ASI diproduksi

sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI Laktasi merupakan bagian

integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia.Masa laktasi

mempunyai tujuan rneningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan

pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak

mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (16).

Laktasi atau rnenyusui mempunyai dua pengertian diantaranya, yaitu

produksi ASI dan pengeluaran ASI Payudara mulai dibentuk sejak

embrio berumur 18-19 minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi,

dengan terbentuknya hormon estrogen dan progresteron yang berfungsi

untuk maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang

berfungsi untuk produksi ASI selain hormon lain seperti insulin, tiroksin dan

sebagainya (13).

Menurut Mochtar (17) dalarn rnasa laktasi, terjadi

peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan.

Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak

Departemen Kebidanan UIMA 13


dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI

tersebut jika tidak dikeluarkan dapat rnenimbulkan bendungan ASI.

2. Reflex dalam proses laktasi

a. Terdapat dua refleks penting dalarn proses laktasi yaitu refleks

prolaktin dan refleks aliran, yang tirnbul akibat perangsangan puting

susu oleh hisapan bayi (13).

1) Produksi ASI (Prolaktin)

Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19

minggu.Pembentukan tersebut selesai ketika mulai menstruasi

dengan terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang

berfungsi untuk maturasi alveolus. Sernentara itu, hormon

prolactin berfungsi untuk produksi ASI selain hormon lain

seperti insulin, tiroksin, dan lain lain.

Selama hamil hormon prolaktin dari plasenta meningkat,

tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar

estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan,

kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh

prolaktin lebih dominan dan saat itu sekresi ASI semakin lancar.

Terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses

laktasi, yaitu reflek prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat

perangsangan puting susu oleh hisapan bayi (18).

Refleks aliran (let down reflex) bersamaan dengan

pembentukan prolactin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang

Departemen Kebidanan UIMA 14


berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofisis posterior yang

kemudian dikeluarkan oksitosin. Kontraksi dari sel akan memeras

air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem

ductus dan selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke

mulut bayi.

Gambar 3 .1 let down Refleks

Sumber : (18).

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah

dengan melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi,

memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor - faktor yang

menghambat refleks let down adalah stress, seperti keadaan

bingung/pikiran kacau, takut dan cemas (18).

2) Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Refleks oksitosin bekerja sebelum atau setelah menyusui

untuk menghasilkan aliran air susu dan menyebabkan

kontraksi uterus. Semakin sering menyusui, semakin baik

pengosongan alveolus dan saluran sehingga semakin kecil

kemungkinan terjadi bendungan susu sehingga proses menyusui

Departemen Kebidanan UIMA 15


makin lancar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga

involusi, rahim semakin cepat dan baik. Tidak jarang, perut ibu terasa

sangat mules pada hari-hari pertama menyusui dan hal ini

merupakan mekanisme alamiah untuk rahim Kembali ke bentuk

semula (19).

b. Tiga refleks penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu refleks

menangkap (Rooting reflex), refleks menghisap dan refleks menelan

yang diuraikan sebagai berikut :

1) Refleks menangkap (rooting reflex)

Refleks menangkap timbul bila bayi baru lahir tersentuh

pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya

dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut

dan berusaha untuk menangkap puting susu.

2) Refleks menghisap

Refleks menghisap timbul apabila langit-langit mulut bayi

tersentuh,biasanya oleh puting susu. Supaya puting mencapai bagian

belakang palate, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut

bayi. Dengan demikian, maka sinus laktiferus yang berada di bawah

areola akan tertekan antara gusi, lidah dan palate, sehingga ASI

terperas keluar.

3) Refleks menelan

Bila mulut bayi terisi ASI, maka ASI yang keluar setelah diisap,

selanjutnya akan ditelan oleh Si Kecil. Refleks menelan dimulai

Departemen Kebidanan UIMA 16


dengan gerakan dorongan ASI ke bagian belakang mulut oleh lidah

untuk disalurkan menuju kerongkongan kemudian pencernaan

C. Bendungan ASI

1. Pengertian bendungan ASI

Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara

dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.Hal ini bukan disebabkan

overdistensi dari Saluran Sistem laktasi. Bendungan terjadi akibat

bendungan berlebihan pada limfatik dan vena Sebelum laktasi (20).

ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI memiliki

kandungan yang baik yang tidak terdapat dalam susu formula. Komposisi ASI

selalu berubah sesuai dengan kebutuhan bayi prematur maupun bayi yang

cukup bulan sehingga bayi yang diberi ASI akan memiliki status gizi yang

lebih baik jika dibandingkan dengan yang diberi susu formula maupun

makanan tambahan lain. ASI memberikan gizi yang paling baik sesuai

dengan kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi, memberikan

hubungan kasih sayang yang mendukung semua aspek perkembangan bayi,

termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi (21).

Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan

bendungan ASI dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan (13).

Cara paling aman agar payudara tidak membengkak adalah dengan

menyusukan bayi segera setelah lahir. Jika payudara masih terasa berat,

maka keluarkan ASI dengan cara manual atau menggunakan pompa. Perlunya

Departemen Kebidanan UIMA 17


perawatan pasca melahirkan sebelum menyusui agar payudara tidak

lembek serta mudah ditangkap oleh bayi(22).

2. Etiologi

Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu,

sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada

hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta

keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada

duktus (23).

Bendungan ASI biasanya terjadi pada payudara ibu yang memiliki

produksi ASI banyak, jika diraba terasa keras dan terkadang menimbulkan

nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak

terdapat tanda-tanda kemerahan di payudara dan demam (22).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi

peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya

berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu payudara

tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa

ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menibulkan bendungan ASI).

b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada rnasa laktasi, bila ibu

tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif

menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).

c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah

dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan

Departemen Kebidanan UIMA 18


menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya, ibu tidak

mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).

d. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi

dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola,

bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).

e. Puting susu terlalu panjang (puting susu yang panjang menimbulkan

kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap

areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI

Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI) (21).

3. Patofisiologi

Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sukar di susu

oleh bayi karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan

sukar di hisap oleh bayi. Bila keadaan sudah demkian, kulit pada payudara

nampak lebih mengkilat, ibu merasa demam dan payudara ibu terasa

nyeri.Oleh karena itu sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas

dengan tangan/pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga

bayi lebih mudah menyusu (24).

Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada

payudara bengkak : payudara terasa sakit, puting susu kencang, kulit

mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan

rnenjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh:

payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada

demam (23).

Departemen Kebidanan UIMA 19


4. Penatalaksanaan Bendungan ASI

Penatalaksanaan Kasus pada ibu nifas dengan bendungan ASI adalah:

a. Cara menyusui yang baik dan benar

Menurut Maryunani, cara menyusui yang baik dan benar adalah sebagai

berikut:

1) Sebelum menyusui, keluarkan sedikit ASI untuk mengolesi puting ibu

agar bayi mencium aromanya dan lebih berselera menyusu.

2) Susui bayi setiap kali ia menginginkannya dan selama yang ia mau.

3) Saat menyusui, letakan bayi dalam pangkuan sedemikian rupa

hingga wajah dan tubuhnya menghadap ke payudara ibu. Posisinya

harus lurus searah dari telinga, hidung, dan badannya. Dagunya

menempel di payudara ibu.

4) Duduklah dalam posisi yang nyaman dan tegak, jangan

membungkuk, kalau perlu sangga tubuh bayi dengan bantal. Ibu yang

baru saja menjalani persalinan dengan operasi sesar tak perlu khawatir

karena posisi bayi berada di atas perut.

5) Jika payudara menyusu pada payudra kiri, letakkan kepalanya

di siku lengan kiri ibu. Lengan kiri bayi bebas ke arah payudara.

Begitu pula sebalikya.

6) Topanglah payudara dengan meletakan ibu jari tangan ibu diatas

puting dan keempat jari menyangga payudara.

7) Usai menyusui, bayi akan melepaskan isapannya. Kalau tidak

lepaskan puting dengan memasukan jari kelingking ibu ke mulut

Departemen Kebidanan UIMA 20


bayi melalui sudut mulut atau tekan dagu bayi agar bibir bawahnya

terbuka. Jangan langsung menarik puting terlalu kuat selagi masih

berada didalam mulut bayi karena akan membuatnya lecet.

8) Bila puting lecet, lakukan kompres dingin di payudara dan tetaplah

menyusui bayi. Usai menyusui, usapkan tetesan ASI untuk

pelumasan dan pelindungan. Jika menggunakan obat dokter, seka

puting dengan air atau waslap basah yang lembut setiap kali

menyusui.

b. Perawatan Payudara

Menurut Wahyuni dan Purwoastuti, perawatan payudara adalah

suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas

(masa menyusui) untuk memperlancar ASI Perawatan payudara adalah

perawatan payudara setelah melahirkan dan menyusui yang merupakan

suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu

keluar dengan lancar. Perawatan payudara sangat penting

dilakuakan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini dikarenakan

payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan

pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.

1) Tujuan perawatan payudara

a) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar

dari infeksi.

b) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.

c) Untuk menonjolkan puting susu yang terbenam.

Departemen Kebidanan UIMA 21


c) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus.

d) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan.

f) Untuk memperbanyak produksi ASI

e) Untuk mengetahui adanya kelainan.

Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan

dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan.

Hal itu dilakukan 2 kali sehari (24).

2) Langkah-langkah perawatan payudara yaitu:

a) Persiapan Alat

(1) Baby oil secukupnya.

(2) Kapas secukupnya.

(3) Waslap 2 buah.

(4) Handuk bersih 2 buah.

(5) Bengkok.

(6) Dua baskom berisi air (hangat dan dingin).

(7) Bra yang bersih dan terbuat dari katun untuk menyokong

payudara.

b) Persiapan ibu

Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan

dengan handuk.

(l)Baju ibu dibuka.

(2)Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah payudara

dengan handuk, buka handuk pada daerah payudara.

Departemen Kebidanan UIMA 22


c) Pelaksanaan perawatan payudara

(1) Puting susu dikompres dengan menggunakan kapas

minyak selama 3-4 menit, kemudian bersihkan dengan kapas

minyak tadi.

(2) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari, dan

jari telunjuk diputar kedalam dengan kapas minyak tadi.

(3) Penonjolan puting susu yaitu:

a. Puting susu cukup di tarik sebanyak 20 kali.

b. Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap.

c. Memakai pompa puting

susu. (4) Pengurutan payudara:

a. Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian

diratakan.

b. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan

gerakan kecil dengan dua atau tiga jari dengan tangan

kanan, mulai dari pangkal payudara berakhir dengan

gerakan spiral pada daerah puting susu.

c. Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari

pangkal payudara dan berakhir pada puting susu

diseluruh bagian payudara (lakukan gerakan seperti

ini pada payudara kanan).

d. Kedua telapak tangan diantara kedua payudara,

urutlah dari atas sambil mengangkat kedua payudara dan

Departemen Kebidanan UIMA 23


lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang

lebih 30 kali.

e. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan

tangan lainnya mengurut payudara dengan sisi

kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting

susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.

f. Merangsang payudara dengan air hangat dan dingin

secara bergantian.

g. Setelah itu usahakan menggunakan BH yang longgar

atau khusus, yang dapat menopang payudara.

Gambar 3 .2 Cara Perawatan Payudara

Sumber: (24)

Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak

teratasi yaitu akan terjadi mastitis dan abses payudara. Mastitis

merupakan inflamasi atau infeksi payudara dimana gejalanya yaitu

payudara keras, memerah, dan nyeri, dapat disertai demam >38° C

(12) sedangkan abses payudara merupakan komplikasi lanjutan

Departemen Kebidanan UIMA 24


setelah terjadinya mastitis dimana terjadi penimbunan nanah

didalam payudara (21).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Meihartati ibu

nifas dengan bendungan ASI yang melakukan perawatan payudara

selama menyusui berdampak baik yaitu tidak terjadinya

bendungan ASI Hal ini dikarenakan gerakan pada perawatan payudara

akan melancarkan reflek pengeluaran ASI serta dapat

mencegah dan mendeteksi dini kemungkinan adanya bendungan ASI

(24).

Menurut Kemenkes RI menjelaskan bahwa perawatan payudara

bertujuan untuk melancarkan sirkulasi dan mencegah tersumbatnya

aliran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI serta

menghindari terjadinya pembengkakan dan kesulitan menyusui.

Pijat oketani merupakan salah satu cara perawatan payudara yang

dapat melancarkan pengeluaran ASI dan mencegah bendungan ASI

(4).

Departemen Kebidanan UIMA 25


BAB III

TINJAUAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


POST PARTUM HARI KE 7 DENGAN BENDUNGAN ASI DI
UPT PUSKESMAS CIMANGGU

No. Registrasi : 01/PKM/V/2022


Tanggal Pengkajian : 12 -05-2022
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas cimanggu
Pengkaji : Teti Suryati
A. DATA SUBYEKTIF
IDENTITAS
Nama :  Ny. L Nama Suami :  Tn. A
Umur :  25 tahun Umur :  29 tahun
Agama :  Islam Agama :  Islam
Pendidikan` :  SMA Pendidikan :  SMA
Pekerjaan  :  IRT   Pekerjaan :  Wiraswasta
Alamat rumah : Kp Cangkeuteuk   Alamat rumah :  Cangkeuteuk
Telp : 08381368502                   

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya karena


terasa bengkak, merah, nyeri dan keras pada payudara sebelah kiri setelah
melahirkan anak pertamanya pada tanggal 06 Mei 2022
2. Riwayat Persalinan
a. Tempat melahirkan : Puskesmas cimanggu
b. Ditolong oleh : Teti Suryati
c. Jenis persalinan : Normal
d. Lama persalinan
 Dipimpin Meneran : 13: 00 wib
 Kala I : 15 Menit
 Kala II : 10 menit
 Kala III : 05 menit
e. Ketuban pecah pukul : 12: 30 WIB
f. Amniotomi : Ya/Tidak
g. Banyak air ketuban : -/+ 200 cc
h. Komplikasi dalam persalinan : Tidak ada
i. Plasenta
 Lahir spontan : Ya/tidak
 Dilahirkan dengan indikasi : Ya/Tidak

Departemen Kebidanan UIMA 26


 Lengkap, ukuran : 18  cm             Berat : -/+500 gr
 Kelainan : Tidak ada
 Panjang tali pusat : 50 cm
 Kelainan : Tidak Ada
 Sisa plasenta : Ada/Tidak
j. Perineum
 Utuh : tidak
 Robekan : Ya / tingkat grade II
 Episiotomi  : Tidak 
 Anastesi : Ya 
 Jahitan dengan : Jelujur
k. Perdarahan
 Kala I : Tidak ada
 Kala II : Tidak ada
 Kala III : Tidak ada
 Kala IV : 100 ml
 Selama operasi : Tidak ada
l. Tindakan lain : Tidak Ada
m. Bayi
 Lahir pukul : 13.30 WIB
 BB : 3300 gr
 PB : 49 cm 
 Nilai Apgar : 9/10
 Cacat bawaan : Ya / tidak
 Masa gestasi : 40 mg
n. Komplikasi     
 Kala I : Tidak Ada
 Kala II : Tidak Ada
o. Air ketuban banyaknya : 200ml  Warna :Jernih 

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Keadaan emosional : Stabil
3. Tanda – tanda vital :
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 80 x/i
 Suhu tubuh : 38 oC
 Pernapasan : 20 x/i

2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara
 Dada : Bentuk tidak simetris pada mamae ada pembesaran payudara
pada bagian kiri, ada hyperpigmentasi areola,putting susu
menojol teraba keras,payudara kemerahan,dangan bendungan
ASI

Departemen Kebidanan UIMA 27


b. Uterus
 TFU : pertengahan pusat simpisis
 Konsistensi uterus : Baik
 Kontraksi uterus : Baik
 Posisi uterus : Normal
c. Pengeluaran lochea
 Warna : sanguilenta
 Bau : Tidak
 Jumlah : 50 ml
 Konsistensi : cair
d. Perineum : dilakukan pemeriksaan
e. Kandung kemih : kosong
f. Ekstremitas 
 Oedema : Tidak Ada
 Kemerahan : Tidak Ada
 Tanda Homan : Tidak Ada 
3. Pemeriksaan Penunjang : 
 HB : 12g/dl
 Protein urin : Tidak dilakukan
 Glukosa urin : Tidak dilakukan
 Golongan darah : O

C. ANALISIS DATA 
NY. L Usia 25 tahun P1A0 Post partum hari ke 7 dengan Bendungan ASI

D. PENATALAKSANAAN :
1) Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menerapkan protokol 3M yakni
Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Menjaga Jarak Minimal 1
Meter
2) Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 yaitu
memakai masker bedah, sarung tangan non steril, dan pelindung
wajah (face shield)
3) Melakukan persetujuan pemeriksaan (informed consent) Ibu bersedia
dilakukan pemeriksaan
4) Melakukan pemeriksaan payudara ibu dan memberitahukan hasil pemeriksaan
Kepada ibu bahwa keadaan umum ibu baik. Dan saat ini ibu mengalami
bendungan ASI.
Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/I Suhu tubuh : 38 oC Pernapasan : 20
x/I Tfu : Pertengahan pusat simfisis lochea : sanguilenta
5) Melakukan perawatan luka perineum post episiotomi dengan teknik aseptik pada
daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara membersihkan terlebih dahulu
daerah luka kemudian menggunkan air hangat atau air bersih dan kassa steril

Departemen Kebidanan UIMA 28


lalu di beri betadine dan kassa steril yang diberi salep gentamisin 0,1 mg yang
dioleskan pada daerah luka jahitan
6) Menjelaskan pada ibu tentang perawatan payudara seperti : membersihkan
putting susu dengan baby oil sebelum dan sesudah menyusui untuk
menghilangkan kerak dan susu yg sudah mengering.
7) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, agar tidak terjadi
bendungan ASI dan agar nutrisi bayi terpenuhi dan dapat memperlancar
pengeluaran asi.
8) Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya bendungan asi seperti : payudara
bengkak dan teraba kencang, payudara terasa hangat saat disentuh, adanya
demam, dan putting susu menjadi datar.
9) Menganjurkan ibu untuk mengompres payudaranya dengan menggunakan air
hangat sebelum menyusui .
10)Menganjurkan ibu untuk memakai bra yang menyangga
11)Memberitahu ibu teknik menyusui yang baik dengan cara seluruh badan bayi
tersangga dengan baik, kepala dan tubuh bayi lurus, badan bayi menghadap ke
dada ibu, badan bayi dekat dengan ibu, dagu bayi menempel pada payudara ibu,
mulut bayi terbuka lebar, areola bagian atas ibu tampak lebih banyak masuk ke
mulut bayi
12)Menjelaskan kepada ibu tentang ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja tanpa
tambahan makanan dan minuman apapun selama 6 bulan dan menganjurkan
kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi
13)Memberitahu ibu tentang perawatan luka perineum yaitu Untuk membersihkan
vagina dan bagian perineum setelah buang air, gunakan air hangat. Keringkan
area vagina dan perineum menggunakan tisu atau kain yang bersih.
Ganti pembalut setiap 4-6 jam. Biarkan perineum dan vagina sembuh dengan
sendirinya. Artinya, jangan terlalu sering mengecek dan menyentuhnya.
14)Memberikan terapi obat pada ibu yaitu paracetamol 500 mg di minum 3x1
sesudah makan
15)Memberitahu tanggal kunjungan ulang pada tanggal 11 Juni 2022 atau jika ada
keluhan
16)Melakukan pendokumentasian SOAP

E. EVALUASI
1. Ibu dan bidan telah menerapkan protokol 3M yakni Mencuci Tangan, Memakai
Masker dan Menjaga Jarak Minimal 1 Meter
2. Bidan telah mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 yaitu
memakai masker bedah, sarung tangan non steril, dan pelindung
wajah (face shield)
3. Bidan telah melakukan persetujuan pemeriksaan (informed consent) Ibu
bersedia dilakukan pemeriksaan

Departemen Kebidanan UIMA 29


4. Bidan telah melakukan pemeriksaan payudara dan memberitahu hasilnya
5. Bidan telah melakukan perawatan luka perineum
6. Bidan telah menjelaskan cara perawatan payudara dan Ibu mengerti dengan apa
yang dijelaskan oleh bidan.
7. Bidan telah menjelaskan kepada Ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya
dan ibu mengerti apa yg dijelaskan oleh bidan
8. Bidan telah menjelaskan tentang bahaya bendungan ASI dan ibu mengerti apa
yang dijelaskan oleh bidan
9. Bidan telah menjelaskan kepada ibu untuk mengompres payudara sebelum
menyusui dan ibu mengerti apa yang dijelaskan oleh bidan
10. Bidan telah menjelaskan dan mengajurkan ibu menggunakan Bra yang
menyngga dan ibu mengerti apa yang dijelaskan oleh bidan
11. Bidan telaj menjelaskan tentang teknik menyusui dan ibu mengerti apa yang
dijelaskan oleh bidan
12. Bidan telah menjelaskan tenang ASI eksklusi dan ibu mengerti apa yang
dijelaskan oleh bidan
13. Bidan telah menjelaskan mengenai perawatan perineum dan ibu mengerti apa
yang dijelaskan oleh bidan
14. Bidan telah memberikan terapi obat serta menjelaskan aturan minum obat dan
ibu mengerti apa yang dijelaskan oleh bidan
15. Bidan memberitahu ibu untuk kunjungan ulang tanggal 11 Juni dan ibu mengerti
serta mau melakukan kunjungan ulang
16. Bidan telah melakukan pendokumentasian SOAP

Pandeglang, 12 Mei 2022


Pengkaji

Teti Suryati

Departemen Kebidanan UIMA 30


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis menjelaskan tentang manajeme Asuhan Kebidanan


Komunitas Pada Ny “L” usia 25 tahun post partum hari ketujuh dengan
bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu akan dilakukan pembahasan
mengenai kesenjangan dan perbandingan antara teori dan praktek dilapangan
dengan manajemen pola pikir SOAP, yang dilakukan pada tanggal periode 12
Mei 2022.

1. Dari pembahasan yang di angkat penulis, di peroleh hasil Ny “L” usia 25


tahun pada data subjektif Ny.L Ibu mengeluh payudaranya terasa bengkak,
merah, nyeri dan terasa keras. Hal ini sesuai dengan teori Yulianti dan
Rukiyah,2012:20 yaitu Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam
payudara akibat penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar yang
tidak dikosongkan dengan sempuma pada saat menyusui bayi atau karena
kelainan pada puting susu. Dan menurut teori Kemenkes RI yaitu Bendungan
ASI terjadi pada hari ke 3-5 setelah persalinan.

2. Pada keluhan utama Ny. Ibu mengeluh payudaranya terasa bengkak,


merah, nyeri dan terasa keras. Hal ini sesuai dengan teori Yulianti dan
Rukiyah,2014:22 yaitu Tanda dan gejala yang muncul pada ibu dengan
bendungan ASI adalah payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan,
wamanya kemerahan, suhu tubuh sampai 380C.

3. Pada Ny. L dilakukan pengkajian data objektif seperti pemeriksaan umum,


pemeriksaan fisik hal ini sesuai dengan teori Sih Rini Handayani,2017 yang
menyatakan bahwa pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen
Varney pertama (pengkajian data), terutama yang diperoleh melalui hasil
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain. Pencatatan dilakukan dari hasil

Departemen Kebidanan UIMA 31


pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang yang
dilakukan sesuai dengan beratnya masalah.

4. Pada pemeriksaan fisik ditemukan payudara ibu tampak merah,


bengkak, keras dan terasa nyeri ketika dilakukan palpasi, suhu 380C.
Berdasarkan teori menurut Rukiyah dan Yulianti, tanda dan gejala yang
rnuncul pada ibu dengan bendungan ASI adalah payudara bengkak,
keras, nyeri bila ditekan, warnnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 380C.

5. Menganalisis data asuhan kebidanan Nifas pada Ny. L sehingga didapatnya


diangnosa. Hal ini sesuai dengan teori dimana merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan
keempat sehingga mencangkup hal-hal berikut ini: diagnosis/masalah
kebidanan dan diagnosis/masalah potensial serta menurut teori Sih Rini
Handayani bahwa perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera
harus diidentifikasi manurut kewenangan bidan meliputi : tindakan mandiri,
tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.

6. Pada penatalaksanaan Ny. L semua tindakan yang direncanakan terlaksana


dengan baik. Pemantauan pertama yang dilakukan di puskesmas,
mengobservasi tanda-tanda vital, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand, menjelaskan pada ibu cara mengatasi keluhannya seperti;
menyanggah payudara dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara
dengan menggunakan air hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah
pangkal menuju putting, keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga
putting menjadi lunak, mengajarkan ibu cara melakukan perawatan
payudara, mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar,
mengajarkan ibu cara perawatan luka perineum yaitu untuk membersihkan
vagina dan bagian perineum setelah buang air, gunakan air hangat. Keringkan
area vagina dan perineum menggunakan tisu atau kain yang bersih.
Ganti pembalut setiap 4-6 jam. Biarkan perineum dan vagina sembuh dengan
sendirinya. Artinya, jangan terlalu sering mengecek dan menyentuhnya,

Departemen Kebidanan UIMA 32


menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang
bergizi serta memberikan terapi obat seperti paracetamol 500 mg 3x1 per oral

7. Bidan juga menganjurkan Ny. L untuk melakukan kunjungan ulang apa bila
masih ada keluhan

Departemen Kebidanan UIMA 33


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah Penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. L usia 25 tahun post

partum dengan bendungan ASI maka di dapatkan kesimpulan :

1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. L usia 25 tahun post

partum dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

2. Mampu melakukan data objektif pada Ny. L usia 25 tahun post partum

dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

3. Mampu melakukan Interpretasi data pada Ny. L usia 25 tahun post partum

dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

4. Mampu melakukan analisa data Ny. L usia 25 tahun post partum dengan

bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

5. Mampu melakukan penatalaksanaan bendungan ASI pada Ny. L usia 25

tahun post partum dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

6. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. L usia 25 tahun post partum dengan

bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

7. Mampu melakukan pendokumentasian pada Ny. L usia 25 tahun post

partum dengan bendungan ASI di UPT Puskesmas Cimanggu

Sehingga dapat disimpulkan bahwa asuhan keluarga binaan yang sudah

diberikan kepada Ny.L sudah dilakukan sesuai dengan Standar kewenangan

Bidan dan tidak ditemukan kesenjangan.

Departemen Kebidanan UIMA 34


B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan menambah referensi dan bahan informasi bagi tenaga kesehatan

dan bidan melalui program Puskesmas yaitu sosialisasi ilmu terkini untuk

mencegah terjadinya kasus bendungan ASI di wilayah kerja Puskesmas

Cimanggu,Pandeglang- Banten tahun 2022.

2. Bagi Ibu Nifas

Diharapkan ibu nifas memperhatikan cara perawatan payudara setelah

melahirkan serta cara mengosongkan payudara dengan sempurna supaya tidak

terjadi bendungan ASI

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan mampu melakukan deteksi dini terhadap ibu post

partum dengan bendungan ASI serta mampu memberikan konseling tentang

tanda bahaya dan faktor penyebab terjadinya bendungan ASI.

Departemen Kebidanan UIMA 35


DAFTAR PUSTAKA

1) Yanti Penti Dora. Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Dengan Bendungan Asi Di
Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru. Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru.
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/view/1675(diakses
tanggal 02 mei 2017). 2017

2) WHO (Word Health Organization). Word Health Statistics. 2015. (diakses tanggal
02 mei 2017)

3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu


di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 2014.

4) Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Edisi pertama. 2019.

5) Dinas Kesehatan provinsi banten. Profil Kesehatan provinsi banten: Dinas


Kesehatan provinsi banten. 2020.

6) Dinas Kesehatan kabupaten pandeglang. Profil Kesehatan kabupaten pandeglang.


Dinas Kesehatan kabupaten pandeglang. 2020.

7) Ardyan, R. Nevyda. Hubungan frekuensi dan durasi pemberian ASI dengan


kejadian bendungan ASI pada ibu nifas. 2015[online] 4,
http://www.repository.poltekkesmajapah it.ac.id [08 maret 2018].

8) Musriah, N. Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Ikterus Fisiologis di BPS


Ny. Sri Purweni Mrican Kota Kediri. JuKe Jurnal Kesehata, Vol.1 No.1. 2017.

9) Suhaimi, Ahmad. Pangan, Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Deepublish


(Grup Penerbitan CV Budi Utama). 2019.

10) Astutik, R. Y. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV. Trans
Info Media. 2015.

11) Maritalia, Dewi. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. 2014.

12) Saleha, S. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. 2013.

13) Anik Maryunani. Inisiasi Menyusu Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen Laktasi.
2015.

Departemen Kebidanan UIMA 36


14) Adhani, R., Sari, H.V., dan Aspriyanto, D. Nursing mouth caries anak 2-5 tahun
di Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI Vol. 63 No. 1. Jakarta:
Pengurus Besar PDGI. 2014.

15) Heryani, Reni. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta :
Trans Info Media. 2014.

16) Mulyani S.N, dan Rinawati M. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Yogyakarta: Nuha Medika. 2013.

17) Mochtar Rustam. obstentri Fisiologi dan Obstentri Patofisiologi. Edisi 3 Jilid I.
Jakarta: EGC. 2015.

18) Yanti, Sundawati. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT Refika Aditama.
2014.

19) Roito H, dkk. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi Dini Komplikasi. Jakarta.
2013.

20) Walyani, dkk. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
PUSTAKA BARU PRESS. 2016.

21) Rukiyah. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media. 2014.

22) Andina, F. S. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: PT Pustaka


Baru. 2018.

23) Marmi.,dan Rahardjo, K. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2015.

24) Wahyuni, E.S dan Purwoastuti, T. E. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustakabarupess. 2015

Departemen Kebidanan UIMA 37


DOKUMENTASI

Departemen Kebidanan UIMA 38


Departemen Kebidanan UIMA 39

Anda mungkin juga menyukai