Oleh
Dosen Pembimbing
Dr.dr.Hudilla Rifa karmia, Sp.OG
Bd.Meilinda Agus,M.keb
Laporan ini telah disetujui dosen pembimbing Praktik Klinik Program Studi
27 Nofember 2020.
Menyetujui
Mengetahui,
Ketua Program Sudi S2 Ilmu Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Prof.Dr.Arni Amir Ms
NIP : 19570717 198603 2 002
LEMBAR PENGESAHAN
i
Judul Laporan : Kajian Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas dengan Bendungan ASI di Puskesmas
Pembantu Nagari Tanjung Bonei Aur Kecamatan
Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung.
Nama Mahasiswa : Fitri Suryani Hadi
NIM : 1820332017
Ruang Praktik Klinik : Puskesmas Pembantu Nagari Tanjung Bonei Aur
Program Studi : S2 Ilmu Kebidanan Universitas Andalas Padang
Menyetujui
Mengetahui,
Ketua Program Sudi S2 Ilmu Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Prof.Dr.Arni Amir Ms
NIP : 19570717 198603 2 002
KATA PENGANTAR
Puji Syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Kajian Asuhan
Kebidanan Pada neonatus dengan judul “Kajian Manajemen Asuhan Kebidanan
ii
Pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di Puskesmas Pembantu Nagari Tanjung
Bonei Aur Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung.”Laporan Kasus ini
disusun untuk memenuhi tugas pada Residensi Praktek dengan mengambil data
sekunder karena masih dalam keadaan pandemic covid 19. Kegiatan Residensi ini
merupakan salah satu kopetensi yang harus di capai pada program pasca sarjana
ilmu kebidanan Universitas Andalas Padang.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen Pembimbing I Ibu
Dr.dr.Hudilla Rifa Karmia,Sp.OG dan kepada Pembimbing II ibu Bd.Meilinda
Agus,M.keb, juga kepada semua teman teman yang secara langsung atau tidak
langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, semoga
Allah senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua
Penulis meyakini di dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan sehinggga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan
isi dan kualitas laporan kasus ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................. i
iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
BAB V PENUTUP................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak,
United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) dan
World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak
hanya disusui Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Beberapa
penelitian epidemologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak
dari infeksi misalnya diare dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
(Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerin Kesehatan RI, 2014).
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae
2
ibu, yang berguna sebagai makanan bayinya. ASI dalam jumlah cukup
merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang
pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang
yang optimal (Walyani, 2015: 167).
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika
payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh
pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering
menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan
bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan waktu
menyusui (Suryani, 2016: 13).
Mastitis sebagai salah satu infeksi masa nifas yang sering terjadi
sebagai akibat terjadinya bendungan payudara. Adanya bendungan payudara
sebagai dampak dari ibu nifas yang tidak menyusui (Achyar dan Rofiqoh,
2016).
3
nyeri, dapat disertai demam >380C (Kemenkes RI, 2013: 223).
Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
Kabupaten Sijunjung.
1.3 Tujuan
4
Untuk mengetahui tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu
bendungan ASI
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira
Latin,yaitu dari kata “puer”yang artinya bayi dan” parious” yang berarti
6
fisiologis dan fsikologi karna proses persalinan.
plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
1) Uterus
gram.
7
perlahan-lahan akan kembali ke ukurannya sebelum hamil,
dari merah menjadi merah kuning berisi darah dan lendir, yaitu
setelah 5 minggu.
8
Seringkali, seorang ibu mengalami peningkatan jumlah
lanjut terjadi.
2) Vulva danVagina
3) Perineum
4) Perubahan Payudara
9
kadar progesteron yang tajam yang kemudian akan memicu
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah
10
BAB.
pasca persalinan.
1) Hormon Plasenta
persalinan.
2) Hormon Pituitary
11
payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH
4) Hormon Oksitosin
uteri.
12
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
5. Perubahan Tanda-tandaVital
sulit.
pascapersalinan
Abandonment
Disappointment (kekecewaan)
hamil.
Postpartum Blues
13
mengetahui alasan mengapa sedih. Ibu sering menangis dan
psikologisnya.
5) Memberikan pelayanan KB
14
2.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
nyaman.
aman.
15
terhadap kebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan
asuhan fisik lebih mudah diberikan karena dapat dilihat dan dinilai
sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu bila selama hamil
16
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
masa nifas.
dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit 3 (tiga) kali selama masa
nifas. Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi:
17
5) Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian asi eksklusif
8) Konseling
kontrasepsi sesuai pilihan pasangan suami istri, sesuai indikasi, dan tidak
kebutuhan ibu.
18
a) Perdarahan Pasca Persalinan
19
2. Merasa lelah
3. Insomnia
4. Mudah tersinggung
5. Sulit konsentrasi
6. Gangguan hilang dengan sendirinya dan membaik
7. Setelah 2-3 hari, kadang-kadang sampai 10 hari
Depresi pasca persalinan (postpartum depression)
1. Gejala mungkin bisa timbul dalam 3 bulan pertama
pasca persalinan atau sampai bayi berusia setahun.
2. Gejala yang timbul tampak sama dengan gejala depresi :
sedih selama >2 minggu, kelelahan yang berlebihan dan
kehilangan minat terhadap kesenangan
Psikosis pasca persalinan (postpartum psychotic)
1) Ide / Pikiran bunuh diri
2) Ancaman tindakan kekerasan terhadap bayi baru lahir
3) Dijumpai waham curiga/persekutorik
4) Dijumpai halusinasi/ilusi
kesehatan ibu dan bayi terutama kesehatan ibu nifas. Tingginya angka
20
untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Rawat Gabung, yang
tidak hanya menyoroti masalah yang terjadi pada masa nifas, akan tetapi
hak-hak reproduksi seorang ibu untuk dapat hamil, bersalin dan nifas
secara umum. Gerakan Sayang Ibu (GSI) telah dilakukan pada awal
Puskesmas dan Rumah Sakit masih menerapkan gerakan sayang ibu ini.
penuruhan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas serta
kematian bayi. GSI yang kegiatannya ditunjang oleh Tim Pokja dan Tim
pendataan ibu hamil dan memberikan kode untuk memberi tanda bagi
Ibu bagi ibu yang mau bersalin, menggalang dana bersalin, donor darah
dan ambulan desa yang tidak selalu berupa mobil, bisa berupa becak,
21
motor bahkan tandu bagi wilayah yg tidak bisa dilalui oleh kendaraan
tercapai adalah :
Pregnancy Safer atau MPS), yang ditujukan untuk memastikan tiga hal
berikut ini :
1) Semua ibu hamil dan bayi baru lahir harus mempunyai akses
memadai.
komplikasi keguguran.
22
a. Pendekatan desentralisasi pelaksanaan GSI didasarka pada pelaksanaan
Pemerintah.
istri dan anggota keluarga yang lain) yang mengacu pada siklus
perkembangan keluarga.
parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya dalam
beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang hari saja, sementara pada
malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan
23
tidak dipakai lagi. Rawat gabung merupakan lanjutan early ambulation
bagaimana cara menyusui bayi dengan baik dan benar. Selain itu tujuan
1. Bantuan emosional
proses persalinan ibu akan sangat senang dan bahagia bila dekat
bayi ini sangat penting ditumbuhkan pada saat awal dan bayi akan
sayangnya.
2. Penggunaan ASI
terbaik bagi bayi dan produksi ASI akan makin cepat dan makin
24
tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama terhadap diare.
3. Pencegahan Infeksi
dapat dihindari. Perawatan tali pusat juga mudah dilakukan oleh ibu.
Ibu dengan mudah mengganti pakaian bayi jika basah karena keringat
4. Pendidikan Kesehatan
mobilisasi, sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan rawat
gabung yang dilakukan memberikan manfaat tidak saja kepada bayi yang
baru dilahirkan tetapi juga ibu dan keluarganya. Manfaat rawat gabung
berikut :
a. Aspek fisik
25
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah
kekebalan yang sangat berharga bagi bayi, karena ibu setiap saat
b. Aspek Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui
yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai
dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui maka akan timbul reflek
26
eksklusif). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa daya proteksi
lain.
c. Aspek psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera
badan antara ibu dan bayinya, Hal ini mempunyai pengaruh yang
d. Aspek edukatif
menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di
27
payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi, dsb. Keterampilan ini
diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan
bagi ibu, dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga,
moral bagi istrinya agar mau menyusui bayinya. Jangan sampai terjadi
penyangga yang baik, ditambah dengan nutrisi yang baik, dan latihan
e. Aspek ekonomi
pembelian susu formula, botol susu, dot serta peralatan lain yang
dibutuhkan. Beban bidan menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar
28
Demikian pula infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi, berarti
penghematan biaya bagi rumah sakit maupun keluarga ibu. Bagi ibu juga
f. Aspek medis
3) ASI Eksklusif
dalam pasal 128 ayat 1 yang berbunyi, setiap bayi berhak mendapatkan
air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali
atas indikasi medis. Selain itu juga dikuatkan dengan telah disahkannya
UU ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa seorang anak yang baru
harus mendukung ibu, bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan
orang-orang sekitar terutama dari keluarga seperti suami, orang tua, atau
orang di lingkungan kerjanya seperti yang tercantum pada pasal 128 ayat
29
3 yang berbunyi, “Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum. Pada
bekerja. Peran pemerintah pun secara tegas dinyatakan dalam pasal 129
33 tahun 2012 yang telah diputuskan tanggal 1 Maret 2012 ini berisi
30
sarana menyusui di tempat kerja dan sarana umum lainnya, dukungan
31
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal
Memastikan ibbu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
Memastikn ibu menyusui dengan
baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibbu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti di atas (6 hari setelah
setelah persalinan)
persalinan
4 6 minggu Menanyakan pada ibu tentang
setelah penyulit-penyulit yangia atau bayi
persalinan alami
Memerikan konseling untuk KB
secara dini.
(sumber, saifuddin, AB,2002)
32
2.1.10 Hal-Hal Yang Harus Dipenuhi Selama Nifas
33
memandikan, dan mengganti popok. Pada masa ini,
ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam
melakukan aktivitas. Ia cenderung menerima nasihat
bidan/perawat karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada
tahap ini, bidan harus memperhatikan perubahan yang
mungkin terjadi.
Periode Letting go
Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke
rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan keluarganya.
Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan
bayi, ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang
sangat bergantung, menyebabkan berkurangnya hak,
kebebasan, dan hubungan sosial ibu.
Depresi pascapartum umumnya terjadi pada priode ini.
Banyak ibu mengalami perasaan “let down” setelah
melahirkan, sehubungan dengan seriusnya
pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan
kemampuan untuk mengatasi secara efektif dalam
membesarkan anak. Umumnya, depresi ini sedang dan
mudah berubah, dimulai 2-3 hari setelah melahirkan
dan dapat diatasi 1-2 minggu kemudian. Depresi
sedang jarang menjadi patologis.
34
1. Usia ibu waktu melahirkan
2. Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali
3. Memisahkan ibu dan anaknya secepatnya.
4. Stres sosial
5. Dukungan sosial
6. Konsep diri
7. Sifat pribadi
8. Sikap dalam membesarkan anak
9. Status kesehatan ibu
10. Faktor bayi (Temperamen dan kesehatan bayi)
11. Faktor lain (Latar belakang suku/etnik, status perkawinan,
status sosial ekonomi)
35
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasihatkan kepada ibu utuk membersihkan vulva setiap selesai
BAK/ BAB
Sarankan ibu untuk menggnti pembalut atau kain pembalut
stidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan keringkan di bawah sinar matahari dn
disetrika
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelainnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2) Istirahat
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat
selagi bayi tidur
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
- Menyebabkan depresi dan ketidakampuan untuk merawat bayi
dan
dirinya sendiri.
3) Gizi
Ibu menyusui harus :
Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup.
Minum setidaknya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui)
36
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar isa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya.
4) Perawatan Payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu
Menggunakan bra yang menyokong payudara
Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan, dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
di keluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parsetamol 1 tablet
4-6 jam
Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
- Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit
- Urut payudara dari pangkal menuju putting susu atau gunakan
sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju putting
- Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak.
- Susukan bayi setiap 2-3 jam, Apabila tidak dapat mengisap
seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan.
- Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
37
Bendungan air susu ibu adalah pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Yanti, 2017).
2.2.2 Etiologi
38
bendungan ASI) (Rukiyah, Yulianti, 2012: 20)
Gambar 2.1 Bentuk putting susu
39
bendungan ASI.
c. Perlekatan kurang baik
Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya
pada satu sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain.
40
kearah tengah)
Stimulasi payudara dan putting
Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema.
Pakailah BH yang sesuai.
Bila terlalu sakit dapat dberikan obat analgetik
(Dewi dan Dwi Sunar, 2011).
41
2015: 161).
b) Bila ibu tidak menyusui
Sangga payudara terlebih dahulu, lalu kompres hangat dan
dingin secara bergantian pada payudara untuk mengurangi
pembengkakan dan rasa sakit kemudian gunakan pompa ASI untuk
mengeluarkan air susu dan masukkan ke dalam botol susu (Walyani
dan Purwoastuti, 2015: 161-162).
c) Perawatan Payudara
Menurut Walyani dan Purwoastuti 2015 : Perawatan
payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama
pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI.
1) Tujuan Perawatan Payudara
Memelihara hygiene payudara, melenturkan dan
menguatkan puting susu. payudara yang terawat akan
memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi, dengan
perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk
payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik,
dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan
lecet sewaktu dihisap oleh bayi dan melancarkan aliran ASI.
2) Waktu Pelaksanaan Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan pertama kali pada hari
kedua setelah melahirkan dan dilakukan minimal dua kali sehari.
3) Pelaksanaan Perawatan Payudara
Perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini
mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi lahir, hal tersebut dilakukan
2 kali sehari.
Persiapan alat
42
e) 2 baskom berisi air (hangat dan dingin).
f) BH yang bersih untuk menyokong payudara dan terbuat dari
bahan katun.
Persiapan Ibu:
1) Puting susu dikompres dengan kasa yang sudah diberi baby oil
selama 3- 4 menit, kemudian bersihkan dengan kasa yang sudah
diberi baby oil tadi.
2) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari
telunjuk diputar ke dalam 20 kali dan keluar 20 kali. Penonjolan
puting susu yaitu:
a) Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali.
b) Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap.
3) Pengurutan Payudara
a) Pengurutan yang pertama
Licinkan kedua tangan dengan baby oil tempatkan kedua
telapak tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan,
dimulai dari arah atas lalu arah sisi samping kiri kemudian kearah
kanan, lakukan terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu
kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali
untuk setiap satu payudara.
b) Pengurutan yang kedua
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian
43
dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara
dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu.
Lakukan gerakan 20-30 kali.
c) Pengurutan yang ketiga
44
• Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
• Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
oleskan pada puting susu dan areola, dan biarkan kering untuk
menghindari puting lecet ataupun pecah-pecah.
• Sendawakan bayi dengan cara menggendong bayi tegak dengan
bersandar pada bahu ibu kemudian punggung bayi ditepuk
perlahan-lahan atau bayi ditidurkan tengkurap di pangkuan ibu
kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan.
• Periksa keadaan payudara, adakah perlukaan atau pecah-pecah
atau terbendung.
Untuk mengetahui bayi telah disusui dengan teknik yang benar dan
tepat.
Dapat dilihat dari :
Bayi tampak senang, badan bayi menempel dengan perut ibu, mulut
bayi membuka dengan lebar, sebagian areola masuk ke dalam mulut
bayi, bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, puting susu
ibu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan sejajar terletak pada garis
lurus, kepala tidak menengadah, bayi tidak melepaskan isapannya,
setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong sebaiknya ganti
payudara yang lain.
Untuk melepaskan isapan bayi ada beberapa langkah, yaitu : Jari
kelingking ibu dimasukan kemulut bayi melalui sudut mulut, dagu bayi
45
ditekan kebawah, setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitar. Biarkan
kering dengan sendirinya (Istiqomah, 2016: 13).
46
Diagnosis bendungan Payudara ditegakkan berdasarkan data
subjektif dari pasien dan data objektif yang telah didapatkan, serta pada
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Bendungan Payudara ditegakkan
jika didapatkan payudara warnanya kemerahan, payudara bengkak, keras,
nyeri bila ditekan, suhu tubuh bisa mencapai 38 0C dan terjadi pada hari ke
3-5 setelah persalinan.
Jika ibu mengalami bendungan payudara, ASI nya tidak keluar
atau belum lancar, maka kemungkinan disebabkan oleh pengosongan
mammae yang tidak sempurna, hisapan bayi yang tidak aktif, posisi
menyusui bayi yang tidak benar, puting susu terbenam, dan puting susu
terlalu panjang.
c. Langkah III. Antisipasi diagnosa/Masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial yang
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Langkah ini sangat penting dalam melakukan asuhan yang
aman.
Pada kasus Bendungan Payudara, maka perlu dilakukan antisipasi
terjadinya mastitis karena pada kasus ini, Bendungan Payudara
merupakan gejala awal akan
47
dilakukan secara mandiri dan bersifat rujukan.
e. Langkah V. Rencana asuhan kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diadaptasi. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar
dapat melaksanakan dengan efektif (Jannah, 2012: 208-209).
Rencana asuhan yang akan dilakukan yaitu lakukan perawatan
payudara, ajarkan teknik menyusui yang baik dan benar, sanggah
payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara dengan
menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah
pangkal menuju putting, keluarkan ASI dari bagian depan payudara
sehingga putting menjadi lunak, susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai
keinginan bayi (on demandi feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi
dan payudara ibu sudah benar, pada masa-masa awal atau bila bayi yang
menyusui tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin diperlukan
pompa atau pengeluaran ASI
48
pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah
masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin
timbul masalah baru. Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian
kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan sejauh mana
tercapainya rencana yang dilakukan.
49
BAB III
LAPORAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M”
I. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas / Biodata
Umur : 27 Th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Umur : 33 Th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
50
Nama keluarga terdekat yang bisa dihubungi: Ny D
No. Telp / Hp :-
keras, bengkak, nyeri dan anak jarang menyusu serta bayi sering tidur
sejak 2 hari yang lalu, ibu mengatakan suhu badannya terasa panas,
bayinya malas menyusu dan ibu merasa cemas dan tidak nyaman
dengan keadaannya.
1. Riwayat kesehatan
c. Riwayat alergi
51
d. Riwayat transfusi darah : Tidak ada
f. Riwayat haid
Teratur/tidak : Teratur
Sifat : Encer
Lama : 7 hari
a. Riwayat penyakit
b. Riwayat kehamilan
c. Psikologis : Baik
3. Riwayat perkawinan
b. Kawin ke :1
52
c. Usia kawin : 26 tahun
a. Tempat persalinan : RS
b. Penolong : Dokter
WIB
d. Jenis persalinan : SC
f. Plasenta
- Ukuran : Normal
- Berat : ± 500 gr
53
h. Perineum : Ada laserasi derajat 1
i. Perdarahan
- Kala IV : ± 50 cc
k. Catatan waktu
- Kala I : ± 5 jam
- Kala II : 30 menit
l. Keadaan bayi
- BB/PB : 2800 gr / 49 cm
7. Pola kebiasaan
a. Nutrisi
- Makan
melahirkan
- Minum
setelah melahirkan
b. Eliminasi
- BAB
54
Selama hamil : ± 1-2 x/ hari
- BAK
c. Istirahat/tidur
melahirkan
C. DATA OBJEKTIF
1. Status generalis
b. Kesadaran : CMC
c. Tanda vital
Pernafasan : 18 x/ menit
Suhu : 38,0 o C
55
d. TB : 160 cm
e. BB sebelum hamil : 60 kg
f. BB saat ini : 70 kg
g. Lila : 27 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Mata
Hidung : Bersih
Telinga : Bersih
gigi
b. Leher
Mammae
- Pembesaran : Ada
- Simetris/tidak : Simetris
56
- Putting susu : Menonjol
- Kolostrum/ASI : Ada
Axilla
d. Ekstremitas
Atas
Bawah
- Reflek patella :+
3. Pemeriksaan Obstetrik
a. Abdomen
Inspeksi
- Pembesaran : Normal
Palpasi
- Kontraksi :-
57
b. Anogenital
- Lochea : Ada
Perineum
- Keadaan luka :-
- Bengkak/kemerahan :-
Anus
Inspekulo
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Golongan darah :A
- Hb : 12,0 gr%
58
b. Pemeriksaan lain : Tidak dilakukan
59
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA NY. “M” 7 HARI POST PARTUM
DENGAN BENDUNGAN ASI DI PMB HJ GUSNIATI AMD KEB KOTA PADANG
TANGGAL 2 NOVEMBER 2020
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANING PENATALAKSANAAN PARA
F
KEGIATAN EVALUASI
Tanggal : Status emosional Ibu post partum 1. Informasikan 1) Menjelaskan pada ibu
2-11-2020 : Stabil 7 hari dengan hasil pemeriksaan tentang hasil pemeriksaan, 1. Ibu
Hari : Senin Kesadaran bendungan ASI kepada ibu yaitu : senang
Jam : 08.00 : CMC KU ibu baik TTV dalam batas normal : mendeng
TD : 110/70 mmHg ar hasil
WIB
N : 76x/menit pemeriks
TTV Masalah: aan
R : 18x/menit
TD : 110/70 - payudara S : 38,0 °C
- Ibu mmHg bengkak, Ibu mengalami bendungan ASI
mengatakan N : 76 x/menit nyeri dan
melahirkan R : 18 x/menit teraba keras
7 hari yang S : 38,0 °C - ASI
lalu Payudara Kebutuhan: 2. Berikan 2) Memberikan penjelasan
- Ibu bengkak, teraba - Penjelasan penjelasan kepada ibu cara mengatasi
mengatakan keras saat di tentang kepada ibu cara bendungan payudara yaitu :
2. Ibu
Menyanggah payudara
lahir SC palpasi, dan bendungan mengatasi paham
dengan bra yang pas dan
- Ibu terdapat nyeri ASI bendungan ASI
mengatakan tekan, Lochea - Kompres Kompres payudara bersedia
ada hangat pada dengan kain melakuk
payudaran
basah/hangat selam 5 annya
ya terasa payudara
- Nutrisi, menit
bengkak,
hidrasi Urut payudara dari
keras, arah pangkal menuju
- Personal
nyeri sejak puting
hygiene
2 hari yang Keluarkan ASI dari
- Teknik
lalu menyusui bagian depan payudara
60
- ibu yang benar
mengataka - Terapi obat sehingga puting
n merasa - Informasi menjadi lunak
demam tanda bahaya
nifas 3. Ajarkan ibu cara
- ibu
perawatan 3) Mengajarkan ibu cara
mengataka perawatan payudara :
payudara 3. Ibu
n jarang Tempatkan kedua paham
menyusui tangan diantara kedua dan mau
bayinya Diagnosa payudara kemudian melakuk
potensial : urut keatas lalu annya
mastitis kesamping kemudian
Tindakan segera
urut kebawah hingga
: Belum
diperlukan tangan menyanggah
payudara kemudian
sentakkan kebawah
payudara secara
perlahan
Telapak tangan kiri
menopang payudara
kiri dan jari-jari tangan
saling dirapatkan,
kemudian sisi keliling
tangan kanan
mengurut payudara
dari pangkal ke arah
puting demikian pula
payudara kanan
Telapak tangan
menopang payudara
pada car kedua,
kemudian jari tangan
61
kanan dikepalkan lalu
buku-buku jari tangan
kanan mengurut dari
4. Anjurkan ibu pangkal kearah puting
menyusui secara
on demand 4) Menganjurkan ibu menyusui
bayinya secara teratur dalam
selang waktu 2-3 jamsecara
on demand 4. Bayi
sudah
disusui
5. Ajarkan ibu ibu
teknik menyusui 5) Mengajarkan ibu tentang
yang benar teknik menyusui yang benar
yaitu : 5. Ibu
mengerti
- Ibu menyusui harus dalam dengan
posisi yang nyaman penjelasa
n dan
- Membersihkan putting dan
dapat
aerola dengan ASI mencoba
- Perut ibu bertemu dengan kan
perut bayi secara
- Aerola harus masuk langsung
seluruhnya ke dalam mulut teknik
bayi menyusu
i yang
- Menyendawakan bayi
benar
setelah selesai menyusu
- Susukan bayi
sampaipayudara terasa
kosong
62
6. Anjarkan ibu
memerah ASI
secara manual 6) Mengajarkan ibu memerah asi
atau dengan secara manual dan pompa
ASI, secara manula dengan
pompa ASI 6. Ibu
cara : cuci tangan, jari dan
jempol berada dibagian areola paham
dan tekan kearah dada, dan
gulung jari kerah puting, berjanji
gerakkan jari disepanjang melakuk
areola sampai ASI dapat annya
keluar dari payudara hingga dirumah
payudara kosong. Cara
memerah ASI dengan pompa
ASI yaitu dengan cara : cuci
tangan, lakukan gerakan
piston yang ditarik kebawah
mempermudah kekuatan
tekanan isapan, ASI kan
ditampung dibotol yang
ditempelkan di pompa hingga
payudara kosong.
63
8. Berikan ibu obat 8) Memberikan terapi obat bergizi
untuk paracetamol 500 mg 3x1 per
mengurangi nyeri oral dan diberhentikan bila
demam sudah turun
64
saat BAK
65
BAB IV
(Nurhayati, dkk, 2013). Pengkajian data dasar pada kasus bendungan ASI
identitas pasien, keluhan pasien, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas ibu,
66
kebidanan.
Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar atau pengkajian data awal
semua data dan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi Ny “M” baik keluarga, bidan maupun dokter yang
apakah sesuai dengan permasalahan yang diangkat atau tidak. Data yang
keras sejak 2 hari yang lalu, ibu mengatakan suhu badannya terasa panas dan
ibu dan tidak pernah keguguran. Ibu melahirkan di rumah sakit 7 hari yang
lalu dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir 2900 gram, dan ditolong
oleh bidan dan dokter. Ibu tidak ada riwayat penyakit menular, menurun
ataupun menurun.
penapasan 22x/menit.
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan rasa nyeri disertai
67
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe
sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu
tidak sempurna, faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar. Tanda dan
gejala yang dialami pada ibu dengan bendungan ASI adalah payudara
bengkak, keras, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai
gejala yang timbul pada kasus bendungan ASI. Hal ini membuktikan bahwa
Bendungan ASI.
Ibu mengeluh payudaranya terasa bengkak, nyeri dan terasa keras sejak 2 hari
yang lalu, suhu badannya terasa panas dan bayinya malas menyusu. Pada
68
panas dan terasa nyeri ketika dilakukan palpasi. Berdasarkan teori menurut
Rukiyah dan Yulianti, tanda dan gejala yang muncul pada ibu dengan
bendungan ASI adalah payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, warnanya
Demam yang dialami oleh ibu merupakan gejala yang berasal dari
gejala bendungan ASI saja karena pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
(head to toe) tidak ditemukan suatu masalah lain yang dapat menimbulkan
demam pada ibu. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian data tidak
sesuatu yang mungkin terjadi (Mangkuji, dkk, 2014). Langkah ini di lakukan
menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan dapat pula
69
Terjadinya pembengkakan payudara dan secara palpasi teraba keras, kadang
terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu. Bendungan
ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhirnya terjadi mastitis. (Sutarni
diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada massa
padat (lump), dan diluarnya kulit mencari merah. Kejadian masa nifas 1-3
berlanjut. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau
karena tekanan baju. Dampak yang lain adalah abses payudara, bilamana
mengkilat dari sebelumnya saat baru terjadi radang, ibu merasa lebih sakit,
benjolan lebih lunak karena berisi nanah. Jika sudah terjadi abses maka
kasus ini, tidak ada data yang mendukung perlunya tindakan segera.
70
Langkah V: Perencanaan Asuhan Kebidanan
Suatu rencana tindakan harus disetujui pasien dan bidan agar lebih efektif.
pengetahuan, teori yang berkaitan dan terbaru, serta telah divalidasi dengan
tindakan yang akan dilakukan dan terdapat sasaran target serta hasil yang
cepat dan tepat serta payudara ibu kembali normal. Bila diagnosis bendungan
ASI ditegakkan rencana asuhan yang akan diberikan adalah memberitahu ibu
payudara, teknik menyusui yang baik dan benar dan menyusui bayinya secara
71
teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau dengan cara on demand di kedua
menyanggah payudara dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara
selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju puting, keluarkan
kepada ibu cara melakukan perawatan payudara, mengajarkan ibu teknik dan
obat paracetamol 500 mg 3x1 per oral dan diberhentikan apabila demam ibu
telah turun.
72
bahwa dari 34 responden hampir seluruhnya dari responden melakukan
melakukan cara menyusui yang kurang benar lebih banyak yang mengalami
adekuat dan posisi bayi pada payudara saat menyusu salah. Sehingga hal ini
akan menyebabkan puting susu lecet dan ASI tidak keluar optimal sehingga
menyebabkan pembengkakan.
73
menurut kemenkes RI, sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas,
secara bergantian selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju
puting, keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjadi
lunak, susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding)
dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar, pada
masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu mengosongkan
kain hangat secara bergantian pada payudara setelah menyusui atau setelah
payudara dipompa, bila perlu berikan parasetamol 3x1 500 mg per oral untuk
manajemen yang paling penting dan efektif untuk mengeluarkan susu yaitu:
Ibu harus didorong untuk menyusui lebih sering mulai pada payudara yang
sakit. Jika nyeri mengganggu proses menyusui, pemberian susu bisa dimulai
proses menyusui pada payudara yang satu selesai. Memposisikan bayi sesuai
Memijat payudara selama menyusui dengan minyak goreng atau baby oil
74
pada tangan juga bisa membantu untuk memudahkan pengeluaran ASI, dapat
dilakukan oleh ibu atau orang lain yang dapat membantu, harus dimulai dari
area yang tersumbat atau terkena bendungan payudara hingga menuju puting
aliran ASI dan mempercepat penyembuhan bendungan ASI ( Lisa dan Amir ,
2014).
suatu hormon yang meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveolus kelenjar
Bendungan Payudara pada ibu nifas dapat terjadi jika air susu yang
diproduksi oleh payudara tidak segera diberikan pada bayi atau tidak segera
yaitu dengan menyusui bayi secara teratur tanpa jadwal (on demand), tidak
75
agar dapat melaksanakan pencegahan atau penanganan segera pada ibu post
melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada
yang pas, kompres payudara dengan menggunakan air hangat dan dingin
secara bergantian selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju
puting, keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjadi
ibu teknik menyusui yang baik dan benar, menganjurkan ibu untuk
76
terapi obat seperti paracetamol 500 mg 3x1 per oral dan diberhentikan apabila
yang bergizi, ibu mengerti dengan yang dijelaskan dan akan melakukan apa
selama 1 hari
diimplementasikan.
77
kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan permasalahan atau
bendungan ASI telah teratasi yang ditandai dengan keadaan payudara ibu
mengenai cara dan teknik menyusui yang baik dan benar, cara melakukan
menjadi mastitis.
Kebidanan yang diterapkan pada Ny “M” Post Partum Hari Ketujuh dengan
BAB V
78
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telah dilakukan pengkajian dan analisis data dasar pada Ny”M” dengan
bendungan payudara didapatkan data dasar dengan Pada kedua payudara ibu
tampak merah, puting susu menonjol, hiperpigmentasi pada areola mammae,
tampak bengkak, keras, panas dan terasa nyeri ketika dilakukan palpasi. Telah
dilakukan perumusan diagnosa / masalah aktual pada Ny”M” sehingga
didapatkan diagnosa kebidanan pada Ny “H” dengan bendungan ASI.
79
Achyar, K & Rofiqoh, I. Pengaruh Nifas Terhadap Komplikasi Masa Nifas
Di Wilayah Puskesmas Soekarja 1 Kabupaten Banyumas.
Astutik, RY. Buku ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Jakarta: CV Trans Info Media. 2015
Heryani Reni. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media. 2012.
80
Indasari & chotimah : Hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
perawatan payudara dengan kejadian bendungan Asi Di RB Suko
Asih Sukoharjo,journal on medical science, vol.4, No. 2, 2017.
Istiqomah Annisa, Asuhan kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media. 2012
Mulyani Nina Siti. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika. 2013.
81
Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Likupang Timur Kecamatan Likupang Timur”.
E- journal keperawatan.Vol. 1, No. 3, Februaru 2015.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis
ASI Eksklusif. 2014.
Rukiyah. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : TIM. 2012.
Roito H, J, dkk. Buku Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi Dini
Komplikasi.Jakarta: EGC. 2013.
Rosita Evi, hubungan perawatan payudara ibu nifas dengan Bendungan Asi,
journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, Vol. 12, No.1,
2017
Sari Mustika Surya. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Breast
Care Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum. Jurnal
Keperawatan & Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto Vol.6 No
1 (2014).
Sutarni & Pertiwi H.W. Hubungan Antara Postnatal Breast Care Dengan
Terjadinya Bendungan ASI Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Wilayah
Kerja Puskesmas Wuryantoro Wonogiri. Jurnal Kebidanan. Volume 6,
Nomor 1. Juni 2014.
Walyani, E.S & Purwoastuti, T.E. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2015.
82
Yanti, D & Sundawati, D. Buku Asuhan Kebidanan Masa Nifas “Belajar
Menjadi Bidan Profesional”. Bandung: PT Refika Aditama. 2013.
83