Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN LAKTASI

Nama :

Yumna Nur Rofifah

NIM :

P1337420617051

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2018/2019
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Makalah : MANAJEMEN LAKTASI


2. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Yumna Nur Rofifah
b. Program Studi : S1 Terapan Keperawatan Semarang
c. NIM : P1337420617051
3. Pembimbing
a. Nama Lengkap :
b. NIP :

Semarang, 12 April 2019

Pembimbing, Ketua Tim,

Yumna Nur Rofifah

NIP. NIM. P1337420617086


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah


SWT.Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi besar yakni Nabi
Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas di POLTEKKES SEMARANG, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah
dengan judul “MANAJEMEN LAKTASI”dan dengan selesainya
penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun
makalah ini

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa


sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu kami dengan rendah hati
mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Semarang, 12 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN

BAB 3 PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan paling sesuai untuk semua
bayi baru lahir (BBL), termasuk bayi kurang bulan. ASI memiliki
keuntungan-keuntungan gizi, imunologi dan fisiologi dibandingkan susu
formula kemersial atau jenis susu lainnya. ASI terutama sangat penting
bagi negara-negara berkembang dimana biaya dan metode persiapan susu
formula bisa mengarah kepada asupan gizi yang tidak memadai dana tau
penyakit.

Kebijakan nasional Indonesia melindungi, mempromosikan dan


mendukung pemberian ASI. Inisiatif nasional untuk menambah jumlah
rumah sakit yang berkomitmen terhadap “ Sepuluh Langkah Pemberian
ASI yang Berhasil “ seperti yang dinyatakan oleh WHO/UNICEF pada
tahun 1989 akan memberikan dampak terhadap praktik tenaga kesehatan.
Dokter bertanggung jawab untuk melaksanakan, mengupayakan
pendidikan dan [enatalaksanaan pemberian ASI di tempat kerjanya
masing-masing.

Faktanya, pemberian ASI eksklusif dikalangan ibu-ibu masih kurang


tinggi. Kurang dari 50% yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Dukungan petugas kesehatan untuk pemberian ASI eksklusif juga
seringkali kurang. Larangan promosi susu formula di lingkungan klinik dan
rumah sakit masih dilanggar.

1.2. Rumusan Masalah

1.) Apakah pengertian menyusui ?

2.) Apa saja pentingnya menyusui dini bagi ibu dan bayi ?
3.) Apa saja ”Sepuluh Langkah Menyusui dengan Berhasil”?

4.) Bagaimana cara mengawali dan mempertahankan pemberian


ASI dengan benar ?

5.) Bagaimana evaluasi pemberian ASI yang benar terhadap bayi ?

6.) Bagaimanakah cara mengidentifikasi masalah-masalah dalam


menyusui, pencegahan serta penanganannya ?

7.) Bagaimana penatalaksanaan BBL dengan masalah kesulitan


dalam menyusui ?

8.) Bagaimana cara mengdefinisikan metode dan teknik


pengeluaran serta penyimpanan ASI.

1.3. Tujuan Pembelajaran

1. Mendefinisikan keuntungan menyusui.

2. Mendorong semua ibu dengan BBL cukup bulan yang sehat serta
BBL kurang bulan berisiko rendah yang lahir setelah usia
kehamilan 32 minggu tanpa kesulitan pernafasan untuk
memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya sampai akhir
bulan keenam.

3. Mengikuti “Sepuluh Langkah Menyusui dengan Berhasil”.

4. Mengawali dan mempertahankan pemberian ASI.

5. Mengevaluasi pemberian ASI pada BBL untuk memastikan posisi


yang benar, kelekatan yang baik dan pengisapan yang efektif.

6. Mengidentifikasi masalah-masalah dalam menyusui, pencegahan


serta penanganannya.

7. Menatalaksana BBL dengan kesulitan dalam menyusui.


8. Mendefinisikan metode dan teknik pengeluaran serta penyimpanan
ASI.
BAB II

ISI

2.1. Pengertian Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian ASI kepada bayi, dimana bayi


memiliki reflex menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI.
Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak
diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun
membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui
serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami (ROesli,
2000). Menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat
diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau
kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat
menyelamatkan kehidupan bayi (Lawrence, 1994; Roesli, 2001).

Keuntungan Menyusui Bagi Bayi Baru Lahir

1. ASI merupakan minuman yang dipilih untuk semua BBL,


termasuk BBl kurang bulan. ASI memiliki keuntungan nutrisi,
imunologis dan psikologis dibandingkan dengan susu bayi komersial
dan jenis susu lainnya.

2. ASI dari ibu denga BBL kurang bulan telah ditemukan memiliki
jumlah protein, antibody IgA, kolesterol dan asam lemak yang lebih
tinggi dibandingkan ASI dari ibu yang bayinya cukup bulan
meskipun kadang-kadang memerlukan fortifikasi.

2.2. Keuntungan Menyusui dengan Segera

1. Pengisapan bayi merangsang pelepasan oksitosin sehingga


membantu involusi uterus dan membantu mengendalikan
perdarahan.
2. Memfasilitasi kedekatan hubungan ibu dan BBL.

3. Mengoptimalkan produksi ASI.

4. Mudah dan ekonomis bagi ibu.

Kriteria bayi yang mendapat ASI Eksklusif

1. Semua BBL cukup bulan yang sehat serta BBL kurang bulan
berisiko rendah (dilahirkan setelah kehamilan 32 minggu tanpa
masalah pernafasan) harus diberi ASI secara eksklusif selama 6
bulan sejak dilahirkan.

2. Semua BBL yang memperlihatkan gejala-gejala atau tanda-


tanda sakit seperti gawat pernafasan, pengisapan atau
kemampuan menelan yang buruk, letargi, distensi abdomen atau
penurunan berat badan harus segera dievaluasi untuk disusun
rencana penatalaksanaan nutrisinya.

Isu-isu dalam Pemberian ASI Eksklusif

1. BBL harus diperbolehkan menyusui berdasarkan keinginannya,


siang atau malam hari, tanpa adanya batasan mengenai
frekuensi atau panjang waktu menyusui.

2. Kebijakan nasional Indonesia melindungi, mempromosikan


dan mendukung pemberian ASI. Semua RS Sayang bayi harus
mengikuti Sepuluh Langkah Menyusui Dengan Berhasil seperti
yang tertera pada pernyataan WHO/UNICEF tahun 1989.

3. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia (60%) terjadi


di luar fasilitas kesehatan, inisiatif untuk mendukung dan
mempertahankan pemberian ASI di tingkat masyarakat merupakan
hal yang esensial.
4. Dukungan ayah dalam pemberian ASI juga merupakan kunci
keberhasilan rencana pemberian ASI.

5. Dukungan pemberian ASI di tempat kerja bagi karyawan.

2.3. Sepuluh Langkah Pemberian ASI yang Berhasil

1. Memiliki kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI


dikomunikasikan secara rutin dengan staf pelayanan kesehatan.

2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk


menerapkan kebijakan tersebut.

3. Memberitahukan keuntungan dan penatalaksanaan pemberian


ASI pada semua ibu hamil.

4. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu setengah


jam setelah kelahiran.

5. Memperlihatkan kepada ibu yang belum berpengalaman


bagaimana cara menyusui dan tetap memberikan ASI meskipun
ibu terpisah dari BBL.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI


kepada BBL kecuali diindikasikan secara medis.

7. Mempraktekkan rooming-in: Mengijinkan ibu dan BBL untuk


terus bersama-sama 24 jam sehari.

8. Mendorong pemberian ASI setiap saat BBL memintanya.

9. Tidak memberikan dot atau empeng pada BBL yang diberi ASI.

10. Mendorong dibentuknya kelompok dukungan menyusui dan


merujuk para ibu ke kelompok tersebut ketika mereka sudah
keluar dari RS atau klinik

Sepuluh Langkah Pemberian ASI yang Berhasil


1. Memiliki kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI
dikomunikasikan

secara rutin dengan staf pelayanan kesehatan.

2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk


menerapkan kebijakan tersebut.

3. Memberitahukan keuntungan dan penatalaksanaan pemberian


ASI pada semua ibu hamil.

4. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu setengah


jam setelah kelahiran.

5. Memperlihatkan kepada ibu yang belum berpengalaman


bagaimana cara menyusui dan tetap memberikan ASI meskipun
ibu terpisah dari BBL.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI


kepada BBL kecuali diindikasikan secara medis.

7. Mempraktekkan rooming-in: Mengijinkan i b u dan BBL untuk


terus bersama-sama 24 jam sehari.

8. Mendorong pemberian ASI setiap saat BBL memintanya.

9. Tidak memberikan dot atau empeng pada BBL yang diberi ASI.

10. Mendorong dibentuknya kelompok dukungan menyusui dan


merujuk para ibu ke kelompok tersebut ketika mereka sudah
keluar dari RS atau klinik

2.4. Mengawali dan Mempertahankan Pemberian ASI

Produksi ASI yang mencukupi dapat diawali dan dipertahankan


dengan cara:

1. Mendidik ibu mengenai laktasi dan refleks let down.


2. Memberikan lingkungan yang bersifat pribadi dan bebas
tekanan untuk ibu dan BBL selama menyusui.

3. Mendorong asupan cairan yang dalam jumlah lebih banyak bagi


ibu, makanan dengan gizi seimbang, sering beristirahat dan
menyusui terutama melakukan kontak kulit ibu-bayi.

2.5. Evaluasi pemberian ASI dengan benar

Teknik pemberian ASI

a. Posisi dan kelekatan yang benar

b. BPengisapan efektif

c. Metode alternative

d. Mencegah dan mengatasi masalah dalam penyusuan

e. Teknik Penyimpanan ASI dan penggunaannya

Posisi Menyusui yang Benar

a. Pastikan posisi yang benar dengan melihat hal-hal berikut ini:

b. Kepala dan tubuh BBL dalam posisi lurus.

c. BBL menghadap ke payudara dengan hidung menempel di puting


ibu.

d. Tubuh BBL menempel pada tubuh ibu.

e. Seluruh tubuh BBL ditahan, tidak hanya bagian leher dan bahu
saja.

Kelekatan Menyusui yang Baik

a. Kelekatan yang baik saat menyusui dapat dipastikan dengan


melihat semua hal dibawah ini:
b. Dagu menyentuh payudara

c. Mulut terbuka lebar

d. Bibir bawah ke arah luar

e. Lebih banyak daerah areola yang terlihat di atas mulut


daripada di bawah mulut BBL

Tanda-Tanda Pengisapan Efektif

a. Pengisapan efektif jika hal-hal di bawah ini teramati:

b. Isapan lambat dan dalam

c. Kadang-kadang ada jeda

d. BBL terlihat menelan

e. Payudara terasa lebih ringan

Metode Pemberian Minuman Alternatif Untuk BBL

1. Jika BBL tidak dapat menyusui, tidak mau disuapi dengan tangan
atau botol, pertimbangkan untuk menggunakan sendok atau selang
makanan.

2. Ketika ibu dan BBL terpisah atau BBL tidak dapat menyusu, ibu
harus didorong untuk memompa dan menyimpan ASI-nya untuk
mempertahankan produksi ASI dalam jumlah yang memadai

2.6. Masalah-masalah dalam Menyusui:

A. Pembengkakan Payudara

1. Pencegahan:

a. Memberikan dukungan menyusui bagi ibu yang belum


berpengalaman
b. Menganjurkan pemberian ASI yang sering dan berdasarkan
keinginan BBL.

c. Pemakaian kompres hangat, pijatan ringan pada payudara


dan pengeluaran ASI dengan tangan mungkin membantu aliran
ASI

d. Menganjurkan agar sering dipompa jika ibu dan bayi dipisahkan


untuk sementara.

1. Penatalaksanaan

a. Mengevaluasi tanda-tanda mastitis atau infeksi payudara yang


mungkin perlu diobati dengan antibiotik sistemik sebelum
komplikasi lebih jauh (abses payudara)

b. Pemberian ASI harus terus dilakukan selama perawatan.

B. Masalah Pada Puting/Ekskoriasi

1.Pencegahan:

a. Pengeluaran ASI dengan tangan untuk agar ASI


mulai mengalir

b. Memijat payudara untuk mempertahankan patensi


saluran ASI

c. Memulai pemberian ASI dengan payudara yang tidak terlalu


sakit atau yang sehat.

d. Penempatan posisi BBL yang seksama dekat dengan ibu


untuk memastikan kelekatan yang baik dan perubahan posisi yang
sering akan membantu mencegah iritasi jaringan.

2.Penatalaksanaan:
a. Puting harus dijaga tetap bersih dan kering untuk mendukung
penyembuhan.

b. Puting harus dioles dengan ASI yang keluar (tidak dengan sabun
atau alkohol) dan kering oleh udara.

c. Puting yang retak atau lecet dapat disebabkan oleh jamur. Ibu
dan BBL harus diperiksa oleh dokter jika kondisi ini terus berlanjut.

C. BBL dengan Kesulitan Menyusu

1.Jika isapan bayi lemah atau tidak efektif, pengeluaran susu oleh
tangan dapat membantu mengawali refleks let down dan
merangsang BBL untuk menyusu.

2.BBL yang mengisap dan menelan tanpa koordinasi atau kelainan


mengisap harus dievaluasi selama menyusui untuk mencari posisi
lain atau metode alternatif pemberian asupan seperti dengan
menggunakan sendok, cangkir atau selang makanan yang diisi ASI
(lihat Bab 6: Asuhan BBL: Protokol untuk Dokter).

3.Semua BBL terlihat kesulitan menyusu harus dievaluasi melalui:

Kaji riwayat perinatal.

Penilaian fisik secara menyeluruh termasuk tanda vital dan status


kardiorespirasi sebelum dan selama menyusui dan pemeriksaan
sistem syaraf.

Pengamatan koordinasi refleks mengisap-menelan-bernafas.

Pada bayi dengan riwayat gawat nafas atau anemia, terutama


kurang bulan, pertimbangkan pemberian oksigen tambahan
melalui kanula nasal atau oksigen yang ditiupkan untuk
memastikan oksigenasi yang memadai.
4.Selama menyusui BBL berisiko atau kurang bulan, dukungan
suhu mungkin diperlukan dan BBL harus dipantau dengan
seksama. Kontak kulit ibu-bayi bisa membantu masalah ini.

5.Penambahan berat badan dan asupan nutrisi juga harus


dipantau. Ini dapat dilakukan dengan mengevaluasi kepuasan BBL
setelah menyusui dan mendokumentasi frekuensi dan panjang
waktu menyusui, keluaran urine, dan kenaikan berat badan harian.

2.8. Teknik Pengeluaran dan Penyimpanan ASI

Indikasi

1. Kurang pengalaman

2. Pembengkakan payudara

3. BBL sakit dan berisiko yang memerlukan asupan alternative

4. Tempat kerja tidak layak untuk menyusui dan ASI harus disimpan
Meningkatkan produksi ASI.

5. Mencegah dan melegakan pembengkakan payudara.

6. Produksi ASI merupakan akibat langsung dari rangsangan


terhadap payudara (demand). Produksi ASI akan sesuai dengan
pemberian ASI teratur dan eksklusif. Ibu mengeluarkan ASI-nya
dengan pola yang mirip setiap 3-4 jam

7. Beberapa ibu merasa sulit untuk mengeluarkan ASI dibanding


dengan menyusui sebenarnya. Ibu harus dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI di lingkungan yang nyaman dan tenang serta
meletakkan foto bayinya atau benda kesayangannya dalam
jangkauan.

Prosedur 1:
A. Mengeluarkan ASI dengan Tangan

1. Cuci tangan anda sampai bersih.

2. Jika mungkin, keluarkan ASI di tempat yang tenang dan santai.


Bayangkan Anda sedang berada di tempat yang menyenangkan.
Pikirkan hal-hal menyenangkan mengenai bayi Anda. Kemampuan
Anda untuk merasa santai akan membantu refleks pengeluaran ASI
yang lebih baik.

3. Berikan rasa hangat dan lembab pada payudara Anda selama 3-


5 menit sebelum mengeluarkan ASI.

4. Pijat payudara Anda dengan gerakan melingkar, ikuti dengan


pijatan lembut pada payudara dari sisi luar ke arah puting.

5. Stimulasi puting Anda dengan lembur dan tarik sedikit ke arah


luar atau memutarnya dengan jari anda.

6. Keluar dan buang 2-3 kali ASI yang keluar dari setiap payudara.

7. Perah ASI ke dalam wadah yang bersih (plastik keras atau gelas).

8. Tempatkan ibu jari Anda di bagian atas payudara pada tepi


areola dan empat jari Anda di bawah payudara Anda pada tepi
areola.

9. Tekan ke arah tulang iga Anda kemudian dekatkan ibu jari dan
jari-jari Anda dengan lembut tepat di belakang areola

10. Ulang dengan pola berirama, putar posisi jari-jari Anda di sekeliling
payudara Anda untuk mengosongkan semua daerah payudara.

11. Lakukan berselang-seling pada kedua payudara setiap lima (5)


menit atau ketika ASI mengalir dengan lambat, ingatlah untuk
mengulang siklus pijat usap tekan keluarkan beberapa kali pada
setiap payudara.

12. Jumlah ASI yang diperoleh setiap kali dikeluarkan mungkin


berbeda dan hal ini tidak aneh.

13. Ketika sudah selesai, oleskan beberapa tetes ASI pada setiap
puting dan biarkan kering oleh udara.

14. Penampilan ASI Anda akan berubah selama pengeluaran.


Beberapa sendok pertama akan terlihat bening dan setelahnya ASI
akan berwarna putih susu. Sejumlah obat, makanan dan vitamin
juga dapat sedikit mengubah warna ASI Anda. Lemak susu akan
berada di bagian atas ASI ketika ASI disimpan

15. Jika Anda berencana menyimpan ASI: Segera setelah


dikeluarkan, tutup dan beri label pada wadah yang bertuliskan
tanggal, waktu dan jumlah.

Panduan Penyimpanan ASI

1. Saat metode pengeluaran ASI dipilih, panduan untuk menyimpan,


membekukan dan mencairkan ASI harus diikuti dengan seksama.

2. Penyimpanan ASI yang terlalu lama (beku) akan mengubah rasa


dan komposisinya. Membekukan dan mencairkan ASI akan
mempengaruhi komposisi imunologinya.

3. Penampilan ASI dapat berubah setelah disimpan karena komponen


lemaknya terpisah.

4. Pengumpulan dan penyimpanan ASI yang baik memaksimalkan


keuntungan yang akan diterima bayi dan meminimalkan risikonya
5. Pilihan Wadah: Keluarkan langsung ke dalam gelas atau wadah
plastik yang steril dan bersih. Pemakaian kantung plastik lunak tidak
disarankan.

6. Untuk BBL cukup bulan:

7. Harus digunakan botol plastik berat atau kaca yang bersih. Wadah
harus dicuci dengan baik dengan mesin cuci piring dalam siklus
sanitasi atau dicuci dengan tangan dengan menggunakan air sabun
yang panas serta dibilas dengan air panas.

8. Untuk BBL prematur atau sakit

9. Harus digunakan botol plastik berat atau kaca steril.

Panduan Umum

1. Cuci tangan Anda dengan seksama menggunakan air dan sabun


sebelum menangani ASI

2. Segera setelah dikeluarkan, tutup wadah. Wadah kemudian siap


disimpan di bagian terdingin dari lemari es. Jangan menyimpannya
di dekat pintu lemari es.

3. Selalu gunakan ASI yang dikeluarkan lebih awal.

4. Simpan dalam jumlah yang sama dengan yang bisa dihabiskan BBL
dalam satu kali menyusui.

5. Beri label setiap wadah dengan nama, tanggal dan waktu serta
jumlah.

6. Jika ASI dibekukan, tinggalkan sedikit ruang dalam wadah untuk


pemuaian ASI.

7. BBL prematur atau sakit


8. Dianjurkan untuk lebih hati-hati dalam pengumpulan dan
penyimpanan. Yang paling aman adalah mendinginkan ASI segera
dan tidak membiarkannya di suhu kamar.

Mencairkan ASI

1. Cairkan ASI beku dengan “slow defrost” selama satu malam dalam
lemari pendingin.

2. Rendam susu dalam mangkuk berisi air suam kuku hingga


hangat. Panas berlebihan akan memodifikasi atau menghancurkan
enzim dan protein.

3. Cairkan keseluruhan ASI dalam wadah karena lemaknya terpisah


selama proses pembekuan

4. Jangan pernah menggunakan microwave untuk mencairkan atau


menghangatkan ASI.

5. Setelah dicairkan, ASI harus digunakan dalam waktu 24 jam.

Membekukan kembali ASI

1. Membekukan kembali ASI yang telah dicairkan atau dicairkan


setengah tidak dianjurkan. Ingatlah hal ini ketika anda membawa ASI
ke rumah sakit atau pulang ke rumah.

2. Disarankan untuk menjaga ASI sedingin mungkin tanpa


membekukannya dan hanya membekukannya ketika ASI sudah sampai
di tujuan akhir.

Menggunakan Sisa ASI yang Tidak Habis

1. Jangan gunakan kembali bagian ASI yang tidak habis untuk


dipanaskan dan diberikan pada BBL.
2. Jangan gunakan kembali ASI yang tersisa dalam botol karena
mungkin telah terkontaminasi oleh air liur BBL

Anda mungkin juga menyukai