DENGAN
Rheumatoid Arthritis DI BPSTW BUDI LUHUR YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
NOVARINI DANIEL
NIM 1904023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan gerontik
pada Tn. W dengan Rheumatoid arthritis di BPSTW Budi Luhur Kota
Yogyakarta guna memenuhi tugas akhir Keperawatan Gerontik. Dalam
penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ v
BAB II IPENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar belakang........................................................................ 1
B. Tujuan..................................................................................... 2
C. Manfaat................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................ 3
A. Konsep Dasar Medis Rheumatoid arthritis............................ 3
B. Teori Keperawatan.................................................................. 11
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................... 16
A. Pengkajian............................................................................... 16
B. Analisis data............................................................................ 21
C. Diagnosis keperawatan........................................................... 22
D. Rencana keperawatan............................................................. 23
E. Implementasi keperawatan..................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 28
BAB V PENUTUP....................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan taraf kesehatan pada masyarakat di Indonesia, berakibat pada
usia harapan hidup yang diiringi oleh pertambahan jumlah kelompok usia
lanjut (usila/lansia). Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia
adalah alah satunya usia harapan hidup. Populasi lansia termasuk pada
golongan atau kategori usia tidak produktif. Perlu menjadi perhatian bagi kita
supaya kelompok usia lanjut ini tidak menjadi beban karena menajadi
kelompok yang tidak produktif (Badriah, 2011).
Menua merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua orang
dengan mekanisme yang berbeda pada setiap individu. Pada proses ini organ
tubuh akan mengalami penurunan fungsi sehingga menimbulkan berbagai
masalah pada orang lanjut usia. Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh
maka, risiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit
degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara lain hipertensi, obesitas dan
rheumatoid arthritis (Badriah, 2011).
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik
akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan
Wardoyo, 1994)Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa
artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit
lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).
Puncak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan
penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-
laki.Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Wanita lebih besar terkena, penulis mendapatkan Laki-laki bernama Tn. W
berumur 66 tahun mengalami rematik sudah 2 tahun lamanya, sehingga saya
tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap Tn. W dengan
rheumatoid arthritis.
3
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian fungsi kognitif pada
lansia
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian fungsi social pada lansia
c. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian status fungsional pada
lansia
d. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian fungsi spiritual pada
lansia
C. MANFAAT
1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep lansia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi lansia
untuk meningkatkan derajat dan status kesehatannya.
3. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan pada lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gambar 1.
Anatomi Tulang
5
a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang
berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses
“osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam
kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
1) Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
2) Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak
3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan )
4) Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema
topoiesis)
5) Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan
bentuknya:
6) Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua
epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis
dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular )
7) Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
8) Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.
9) Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
10) Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar
tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon
danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)
6
Gambar 2.
Anatomi Otot
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi
dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari:
1) Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi
untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap
dan menghasilkan panas
2) Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf
otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
3) Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.
4) Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.
Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi
mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari
7
Gambar 3.
Anatomi Persendian
c. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka
tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu
letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan
ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan
dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
1) Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
2) Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
3) Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)
Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua
Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah
9
frekuensi Artritis Reumatoid kurang lebih sama pada lelaki dan wanita
tetapi usia diatas 50 tahun frekuensi Artritis Reumatoid lebih banyak
pada wanita dari pada pria, hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis Artritis Reumatoid. Insidensinya
meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria
dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa.
c. Usia
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya Artritis Reumatoid, faktor
usia adalah yang kuat. Prevalensi dan beratnya Artritis Reumatoid
semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Artritis Reumatoid
hampir tak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada umur dibawah
40 tahun dan lebih banyak pada umur diatas 60 tahun.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada Artritis Reumatoid
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya Artritis Reumatoid pada paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Artritis Reumatoid lebih
sering dijumpai pada orang- orang Amerika asli dari pada orang kulit
putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
Insidensi dan prevalensi AR bervariasi berdasarkan lokasi geografis
dan diantara berbagai grup etnik dalam suatu negara.
e. Riwayat Atropi
Artritis reumatoid dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung
tendon, paling sering di tangan. Artritis Reumatoid juga dapat
menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sinovial sendi,
sarung tendon, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi
tulang dan destruksi tulang disekitar sendi. Hal ini dapat rerjadi secara
simetris berupa inflamasi sendi, bursa dan sarung tendon yang dapat
menyebabkan nyeri, bengkak dan kekakuan sendi serta hidrops ringan.
f. Faktor Infeksi
12
g. Masa Kerja
Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi
klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala
asimptomatik setelah bertahuntahun dari onset terjadinya.
h. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.
13
5. Patofisiologi Rheumatoid arthritis
6. Manifestasi Rheumatoid arthritis
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Reumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemia
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
Gejala Extraartikular :
a. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan
katub), Pericarditis,Myocarditis
b. Pada mata : Keratokonjungtivitis,Scleritis
c. Pada lympa : Lhymphadenopathy
d. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
e. Pada otot : Mycsitis
Gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid.
Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
16
g. Makanan / Cairan
Tidak mengalami perubahan atau gangguan, jika nyeri tidak
menghambat aktivitas.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Radang mulai kambuh akan merasakan nyeri di daerah persendian
hingga terjadi bengkak.
j. Keamanan
Kulit kering, kekakuan sendi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
b. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri
c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya minat untu
belajar
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan dan Hasil
Data Penunjang
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Kaji nyeri secara
agen biologis selama 3x kunjungan komprehensif 1. Menentukan
di harapkan nyeri seperti lokasi, intervensi
dapat teratasi dengan durasi dan selanjutnya
kriteria hasil : frekuensi
Pain Level, Pain 2. Observasi TTV 2. Untuk
Control, Comfort pengendalian
Level nyeri,
1. Klien tidak pusing mengubah
2. Klien mampu persepsi, dan
mengontrol nyeri mekanisme
dengan cara sensai nyeri.
mampu 3. Beri kompres 3. Meningkatkan
menggunakan hangat rasa nyaman
teknik dengan
nonfarmakologi menurunkan
untuk mengurangi vasodilatasi
nyeri 4. Beri elastis 4. Mengistirahat
3. Klien mampu bandage kan
melaporkan nyeri pergesekan
berkurang antar sendi
4. Klien mampu dan
mengenali mengurangi
penyebab nyeri inflamasi
5. Klien mampu 5. Edukasi untuk 5. Sendi dapat
mengatakan mengistirahatkan pulih secara
nyaman setelah tangannya optimal
nyeri berkurang 6. Kolaborasi 6. Obat analgetik
dengan dokter dapat
tentang menurukan
pemberian obat sensasi nyeri
analgetik sehingga asam
laktat dapat
menurun.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Sleep Enhancement
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Kaji pola atau 1. Pola tidur
nyeri selama 3x24 jam kualitas tidur mempengaru
diharapkan gangguan klien ( waktu hi kebiasaan
pola tidur dapat tidur, kualitas klien
teratasi dengan tidur ) 2. Usia Usila
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
20
2. Riwayat Keluarga
Genogram:
21
Keterangan:
: Klien
: laki – laki
: Perempuan
: garis perkawinan
: garis keturunan
: meninggal
: Cerai
3. Keluhan Utama
Tn. W mengatakan bahwa tulang di bahu tangan kanan sering nyeri 4- 5
hari bahkan 1 minggu dan tidak tau penyebabnya apa. Saya sudah berobat
ke klinik dikasih obat allopurinol tetapi kadang nyerinya hilang timbul,
saat nyeri dikasih salonpas atau koyo.
O : satu tahun yang lalu dan terkadang muncul tiba-tiba
P : saat pagi hari
Q : Tertusuk-tusuk
R : bahu kanan dan bagian lutut
S : skala 4
22
T : menggunakan salonpas
V : rasa nyeri berkurang
Klien mengatakan awalnya terasa nyeri hebat samapai tidak bias jalan dan
tidak tau penyebabnya apa.
4. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan
Tn. W mengatakan tahu bahwa dirinya menderita nyeri tulang akibat
umur yang semakin tua dan memeriksakan kesehatannya lebih sering poli
klinik di BPSTW dan mendapat pereda nyeri. Tn W mengatakan jika obat
habis maka tidak melakukan berobat kembali.
5. Obat – obatan
Tn W mengatakan minum Vitamin Sangobion, CTM, procold
6. Status imunisasi
Tn. W mengatakan sejak dewasa tidak melakukan imunisasi, hanya saat
kecil dan sudah lupa imunisasi apa.
7. Alergi
Tn. W mengatakan memiliki riwayat alergi makanan (telur) dan obat
(pasien mengatakan lupa nama obatnya apa, sejak elergi langsung
dikembalikan ke poli klinik)
8. Penyakit yang diderita
Tn. W mengatakan mempunyai riwayat nyeri sendi lutut dan tulang bahu
tangan, batuk sekali-sekali karena merokok
9. Riwayat Pekerjaan
Tn W mengatakan dulunya bekerja ngikut orang yaitu tukang. Saat ini, Tn
W aktivitas sekitar BPSTW dan mengikuti kegiatan kerajinan yaitu
membuat keset.
18. Spiritual
26
D.
30
E. Intervensi Keperawatan
Nama klien: Ny.S
Alamat : RT 13 RW 03 Terban
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
.
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management
dengan agen biologis ditandai keperawatan selama 3x 1. Kaji nyeri secara
dengan : kunjungan di harapkan nyeri komprehensif seperti lokasi, 1. Menentukan intervensi
DS : dapat teratasi dengan durasi dan frekuensi selanjutnya
Klien mengatakan nyeri kriteria hasil : 2. Observasi TTV 2. Untuk pengendalian
O : satu tahun yang lalu dan Pain Level, Pain Control, nyeri, mengubah
terkadang muncul tiba- Comfort Level persepsi, dan
tiba 1. Klien tidak pusing 3. Beri kompres hangat mekanisme sensai nyeri.
P : udara dingin 2. Klien mampu 3. Meningkatkan rasa
Q : Tertusuk-tusuk mengontrol nyeri nyaman dengan
R : pergelangan tangan kiri dengan cara mampu 4. Beri elastis bandage menurunkan vasodilatasi
S : skala 4 menggunakan teknik 4. Mengistirahatkan
T : menggunakan minyak nonfarmakologi untuk pergesekan antar sendi
penghangat mengurangi nyeri dan mengurangi
V : rasa nyeri berkurang 3. Klien mampu 5. Edukasi untuk inflamasi
Klien mengatakan awalnya melaporkan nyeri mengistirahatkan tangannya 5. Sendi dapat pulih secara
dulu jatuh dan sampai sekarang berkurang 6. Kolaborasi dengan dokter optimal
selalu terasa nyeri ditambah 4. Klien mampu mengenali tentang pemberian obat 6. Obat analgetik dapat
kemarin saya jatuh saat mau penyebab nyeri analgetik menurukan sensasi nyeri
jemur baju. 5. Klien mampu sehingga asam laktat
DO : mengatakan nyaman dapat menurun.
30
31
31
32
32
33
Masalah keperawatan pada Ny.S ditemukan nyeri akut, gangguan pola tidur dan
defisit pengetahuan. Perawat telah melaksanakan peran educator dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang rematik atritis. Sebagai fasilitator
perawat memfasilitasi pasien dengan mengistirahatkan pergelangan tangan
menggunakan elastik perban. Sebagai modifikator perawat melakukan
penempatan guling atau bantal dibawah pergelangan tangan kanan untuk
mengistirahatkan tangan kanan agar tidak merasakan nyeri.
Ny.S juga telah menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan namun hanya waktu
tertentu saat ada kunjungan kesehatan dari puskesmas. Selama 6 minggu
intervensi diberikan pada Ny.S, banyak nyeri yang dirasakan berkurang setelah
paham bagaimana mengistirahatkan tangan yang sakit.
Sesuai dengan hasil pengkajian fungsi kognitif, social, status fungsional dan
spiritual, Ny.S perlu mendapatkan perhatian lebih dari keluarga dan lingkungan
sosial, karena lansia yang tinggal sendiri terutama wanita akan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan mental, salah satunya depresi (Donelson & King
38
39
dalam Patnani, 2012). Dari pengkajian GDS didapatkan hasil Ny.S kemungkinan
depresi. Dalam pengkajian APGAR juga didapatkan hasil disfungsi social sedang.
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 minggu pada Ny.S
didapatkan 3 masalah teratasi sebagian. Ny.S mengalami gangguan
kerusakan kognitif ringan, disfungsi social sedang serta fungsi spiritual baik.
Intervensi keperawatan yang telah diberikan adalah pendidikan kesehatan
tentang penyakit rematik, penggunaan elastis bandage yang tepat dan
pengukuran tekanan darah serta nadi. Dalam evaluasi, Ny S perlu dilakukan
kunjungan perawat rutin, karena kondisi Ny.S seorang diri. Perawat
menganjurkan Ny S untuk melakukan kontrol rasa nyeri pada pergelangan
tangan kanan yang dirasakan. Ny.S mandiri dalam melakukan kegiatan
namun membutuhkan dukungan orang lain/keluarga untuk mencapai fasilitas
kesehatan.
B. Saran
1. STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
a. Bagi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta agar tetap menjalankan
program pengembangan masyarakat dalam mendukung program
Indonesia sehat.
b. Pemilihan tempat PKL lebih baiknya pada daerah pelosok/desa, selain
masalah yang didapatkan oleh mahasiswa lebih kompleks, dalam
mengaplikasikan ilmu komunitas pembinaan warga akan lebih
maksimal masalah yang ada baik dari segi fisik, lingkungan, sosial,
budaya dan lain-lain.
2. Pelayan Kesehatan (Puskesmas Gondokusuman II)
Pihak Puskesmas lebih meningkatkan perhatian dan pelayanan
kesehatannya kepada masyarakat, terutama di Kelurahan Terban. Apabila
memungkinkan dapat dilakukan kunjungan berkala ke rumah-rumah
40
41
Clevo, M. Rendy & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
dan Penyakit Dalam. Jakarta: Nuha Medika.
Tjokroprawiro, A. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes, Edisi
Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, cetakan
kedua puluh Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
PERKENI. 2011. Pengelolaan dan Pencegahan Rheumatoid arthritis Tipe 2 di
Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
42