Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. W.

DENGAN
Rheumatoid Arthritis DI BPSTW BUDI LUHUR YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
NOVARINI DANIEL
NIM 1904023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. W Dengan Rheumatoid arthritis


Di BPSTW Budi Luhur Yogyakarta Ini Telah Diteliti Dan Disetujui Oleh
Pembimbing Akademik Dan Pembimbing Lapangan.

Yogyakarta, Maret 2020

Preceptor Akademik Preceptor Lapangan

Ignasia S. Kep. Ns., M. Kep Ariyanto, S.H

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan gerontik
pada Tn. W dengan Rheumatoid arthritis di BPSTW Budi Luhur Kota
Yogyakarta guna memenuhi tugas akhir Keperawatan Gerontik. Dalam
penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Supardi, SH., selaku Lurah Kotabaru


2. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns,. MAN, selaku ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
3. Ibu Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS., selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi
Ners Ilmu Keperawatan Stikes Bethesda Yakkum Yogyakarta.
4. Ibu Ignasia, S.Kep., Ns., M.Kep.,., selaku Pembimbing Akademik
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
perbaikan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca.

Yogyakarta, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ v
BAB II IPENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar belakang........................................................................ 1
B. Tujuan..................................................................................... 2
C. Manfaat................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................ 3
A. Konsep Dasar Medis Rheumatoid arthritis............................ 3
B. Teori Keperawatan.................................................................. 11
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................... 16
A. Pengkajian............................................................................... 16
B. Analisis data............................................................................ 21
C. Diagnosis keperawatan........................................................... 22
D. Rencana keperawatan............................................................. 23
E. Implementasi keperawatan..................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 28
BAB V PENUTUP....................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peningkatan taraf kesehatan pada masyarakat di Indonesia, berakibat pada
usia harapan hidup yang diiringi oleh pertambahan jumlah kelompok usia
lanjut (usila/lansia). Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia
adalah alah satunya usia harapan hidup. Populasi lansia termasuk pada
golongan atau kategori usia tidak produktif. Perlu menjadi perhatian bagi kita
supaya kelompok usia lanjut ini tidak menjadi beban karena menajadi
kelompok yang tidak produktif (Badriah, 2011).

Menua merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua orang
dengan mekanisme yang berbeda pada setiap individu. Pada proses ini organ
tubuh akan mengalami penurunan fungsi sehingga menimbulkan berbagai
masalah pada orang lanjut usia. Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh
maka, risiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit
degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara lain hipertensi, obesitas dan
rheumatoid arthritis (Badriah, 2011).

Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan


kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan
hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat


menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna
mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot
dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau
2

menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai


sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.

Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom


dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik
cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri.
Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat
terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada
tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa
kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan
sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982)

Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik
akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan
Wardoyo, 1994)Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa
artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit
lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).

Puncak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan
penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-
laki.Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Wanita lebih besar terkena, penulis mendapatkan Laki-laki bernama Tn. W
berumur 66 tahun mengalami rematik sudah 2 tahun lamanya, sehingga saya
tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap Tn. W dengan
rheumatoid arthritis.
3

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian fungsi kognitif pada
lansia
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian fungsi social pada lansia
c. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian status fungsional pada
lansia
d. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian fungsi spiritual pada
lansia

C. MANFAAT
1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep lansia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi lansia
untuk meningkatkan derajat dan status kesehatannya.
3. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan pada lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri,
kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak
sendi. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-
sendi kecil di tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat.
Rheumatoid arthritis kekakuan paling sering terburuk di pagi hari. Hal ini
dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari.
Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan
petunjuk bahwa seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena
sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya,
osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang
berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012)
2. Anatomi Fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia,
bursae dan persendian.

Gambar 1.
Anatomi Tulang
5

a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang
berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses
“osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam
kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
1) Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
2) Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak
3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan )
4) Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema
topoiesis)
5) Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan
bentuknya:
6) Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua
epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis
dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular )
7) Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
8) Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.
9) Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
10) Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar
tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon
danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)
6

Gambar 2.
Anatomi Otot
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi
dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari:
1) Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi
untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap
dan menghasilkan panas
2) Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf
otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
3) Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.
4) Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.
Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi
mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari
7

kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi


kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.
5) Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana
merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu
tulang.
6) Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan
penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada
pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh
membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan
pergerakan tendon.
7) Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau
sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair
diketahui sebagai fasia dalam.
8) Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari
suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak,
misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara
otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang
bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan
kulit.
8

Gambar 3.
Anatomi Persendian
c. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka
tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu
letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan
ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan
dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
1) Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
2) Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
3) Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)
Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua
Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah
9

mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa


kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang
cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system
muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama
proses menjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu
kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah
total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan
prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan
dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan. Perubahan fisiologis yang
umum adalah:
1) Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm.
pada maturasi usia tua.
2) Lebar bahu menurun.
3) Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha
3. Klasifikasi Rheumatoid arthritis
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non
artikular. Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan
gangguan rematik yang berlokasi pada persendian. diantarannya meliputi
artritis reumatoid, osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non artikular
atau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses
diluar persendian diantaranya bursitis, fibrositis dan sciatica (Syaifuddin,
2010). Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu:
a. Osteoartritis
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan
gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban.
b. Artritis Reumatoid
10

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik


dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien Artritis Reumatoid terjadi
setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa
kelemahan umum cepat lelah.
c. Olimialgia Reumatik
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher,
bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia
lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
d. Artritis Gout (Pirai)
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria
dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,
sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.
4. Etiologi Rheumatoid arthritis
Etiologi Artritis Reumatoid belum diketahui dengan pasti. Namun,
kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor
genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009). Penyebab dari Reumatik hingga
saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk
timbulnya Reumatik antara lain adalah:
a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini
memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
(Suarjana, 2009). Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga 30
orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000
wanita dewasa.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena Artritis Reumatoid pada lutut dan sendi,
dan lelaki lebih sering terkena Artritis Reumatoid pada paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun
11

frekuensi Artritis Reumatoid kurang lebih sama pada lelaki dan wanita
tetapi usia diatas 50 tahun frekuensi Artritis Reumatoid lebih banyak
pada wanita dari pada pria, hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis Artritis Reumatoid. Insidensinya
meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria
dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa.
c. Usia
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya Artritis Reumatoid, faktor
usia adalah yang kuat. Prevalensi dan beratnya Artritis Reumatoid
semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Artritis Reumatoid
hampir tak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada umur dibawah
40 tahun dan lebih banyak pada umur diatas 60 tahun.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada Artritis Reumatoid
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya Artritis Reumatoid pada paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Artritis Reumatoid lebih
sering dijumpai pada orang- orang Amerika asli dari pada orang kulit
putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
Insidensi dan prevalensi AR bervariasi berdasarkan lokasi geografis
dan diantara berbagai grup etnik dalam suatu negara.
e. Riwayat Atropi
Artritis reumatoid dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung
tendon, paling sering di tangan. Artritis Reumatoid juga dapat
menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sinovial sendi,
sarung tendon, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi
tulang dan destruksi tulang disekitar sendi. Hal ini dapat rerjadi secara
simetris berupa inflamasi sendi, bursa dan sarung tendon yang dapat
menyebabkan nyeri, bengkak dan kekakuan sendi serta hidrops ringan.
f. Faktor Infeksi
12

Beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang


(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit Artritis Reumatoid.

g. Masa Kerja
Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi
klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala
asimptomatik setelah bertahuntahun dari onset terjadinya.
h. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.
13
5. Patofisiologi Rheumatoid arthritis
6. Manifestasi Rheumatoid arthritis
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Reumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemia
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
Gejala Extraartikular :
a. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan
katub), Pericarditis,Myocarditis
b. Pada mata : Keratokonjungtivitis,Scleritis
c. Pada lympa : Lhymphadenopathy
d. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
e. Pada otot : Mycsitis
Gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid.
Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
16

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan


menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs
distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya
hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1
jam.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi
tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
e. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi
sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere  dan leher angsa
adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak
terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massasubkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi
yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi
siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun
demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat
lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk
suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang
organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru
(pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
17

Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada


tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini
aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi
dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-
minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala penyakit
hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini
aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali.
7. Pemeriksaan Diagnostik Rheumatoid arthritis
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
d.  Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi
yang normal.
g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan
kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen
18

8. Penatalaksanaan Rheumatoid arthritis


Tujuan terapi dari Artritis Reumatoid antara lain mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menjaga struktur persendian, mempertahankan
fungsi sendi dan mengontrol perkembangan sistemik. Ataupun lainnya,
seperti :
a. Obat- obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
Artritis Reumatoid, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan Sendi
Artritis Reumatoid mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme
tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien Artritis Reumatoid yang
gemuk harus menjadi program utama pengobatan Artritis Reumatoid.
Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan
dan peradangan.
d. Dukungan Psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pada pasien Artritis Reumatoid oleh
karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuan yang
ditimbulkannya. Disatupihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
19

memikirkan penyakitnya. Pasien Artritis Reumatoid sering kali


keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor
psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien Artritis Reumatoid
terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi
karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan Artritis Reumatoid,
yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag
tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untuk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obatobat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki
gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropi pada sekitar
sendi Artritis Reumatoid. Latihan isometric lebih baik dari pada
isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena
otot-otot periartikular. Memegang peran penting terhadap perlindungan
rawan sendi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah
penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien Artritis Reumatoid dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pembersihan osteofit.
20

9. Pencegahan Rheumatoid arthritis


a. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri, sebaiknya
berat badan diturunkan, sehingga bila kegemukan mengakibatkan
beban pada sendi lutut atau tulang pinggul terlalu berat.
b. Istirahat yang cukup pakailah kaus kaki atau sarung tangan sewaktu
tidur pada malam hari dan kurangi aktivitas berat secara perlahan
lahan.
c. Hindari makanan dan segala sesuatu secara berlebihan atau terutaman
segala sesuatu yang mencetus reumatik. Kurangi makanan yang kaya
akan purin misalnya: daging, jeroan (seperti kikil), babat, usus, hati,
ampela dan lain-lain.
B. Konsep Teori Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Data Fokus
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit Rheumatoid arthritis seperti
klien
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita Rheumatoid arthritis, bagaimana
penanganannya, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/ Istirahat
Letih, lemah, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
e. Integritas Ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Tidak mengalami perubahan
21

g. Makanan / Cairan
Tidak mengalami perubahan atau gangguan, jika nyeri tidak
menghambat aktivitas.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Radang mulai kambuh akan merasakan nyeri di daerah persendian
hingga terjadi bengkak.
j. Keamanan
Kulit kering, kekakuan sendi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
b. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri
c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya minat untu
belajar
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan dan Hasil
Data Penunjang
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Kaji nyeri secara
agen biologis selama 3x kunjungan komprehensif 1. Menentukan
di harapkan nyeri seperti lokasi, intervensi
dapat teratasi dengan durasi dan selanjutnya
kriteria hasil : frekuensi
Pain Level, Pain 2. Observasi TTV 2. Untuk
Control, Comfort pengendalian
Level nyeri,
1. Klien tidak pusing mengubah
2. Klien mampu persepsi, dan
mengontrol nyeri mekanisme
dengan cara sensai nyeri.
mampu 3. Beri kompres 3. Meningkatkan
menggunakan hangat rasa nyaman
teknik dengan
nonfarmakologi menurunkan
untuk mengurangi vasodilatasi
nyeri 4. Beri elastis 4. Mengistirahat
3. Klien mampu bandage kan
melaporkan nyeri pergesekan
berkurang antar sendi
4. Klien mampu dan
mengenali mengurangi
penyebab nyeri inflamasi
5. Klien mampu 5. Edukasi untuk 5. Sendi dapat
mengatakan mengistirahatkan pulih secara
nyaman setelah tangannya optimal
nyeri berkurang 6. Kolaborasi 6. Obat analgetik
dengan dokter dapat
tentang menurukan
pemberian obat sensasi nyeri
analgetik sehingga asam
laktat dapat
menurun.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Sleep Enhancement
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Kaji pola atau 1. Pola tidur
nyeri selama 3x24 jam kualitas tidur mempengaru
diharapkan gangguan klien ( waktu hi kebiasaan
pola tidur dapat tidur, kualitas klien
teratasi dengan tidur ) 2. Usia Usila
18

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan dan Hasil
Data Penunjang
kriteria hasil : 2. Jelaskan kepada min tidur
Anxiety Comfort, klien pentingnya kurang lebih
Comfort Level, Pain tidur yang 5-6 jam agar
Levl, Sleep : Extent adekuat energi terisi
and Pattern 3. Lingkungan
1. Jumlah jam tidur 3. Beri lingkungan dapat
dalam klien dalam yang nyaman meningkatka
btas normal (6- n kualitas
8jam) 4. Motivasi untuk 4. Lingkungan
2. Klien merasa memodifikasi panas/dingin
segar sesudah lingkungan berasal dari
tidur atau istirahat susunan dan
3. Klien mampu sirkulasi
mengidentifikasi 5. Edukasi untuk udara
hal-hal yang posisi tangan 5. Aktifitas
meningkatkan yang nyeri agar sebelum
tidur terasa nyaman. tidur dapat
4. Klien merasakan membantu
nyaman saat tidur dalam
5. Klien dapat 6. Kolaborasi kualitas
memodifikasi dengan keluarga 6. Kedekatan
lingkungan untuk menemani psikologis
tidur dapat
meningkatka
n rasa
nyaman
3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Teaching: Diases
b.d kurang minat tindakan keperawatan Process 1. Tingkap
untuk belajar selama 2x24 jam 1. Kaji tentang pengetahuan
diharapkan defisit tingkat berpengaruh
pengetahuan dapat pengetahuan pada tindakan
diatasi, dengan kriteria berdasarkan klien
hasil : penyakit
Knowledge : Diases 2. Beri informasi 2. Informasi
Process and Health pada pasien akan
Behavior tentang rematik menyadarkan
1. Pasien memahami atritis, aktivitas dalam
tentang kondisi dan cara bertindak
dan pengobatan pegobatan yang
2. Pasien mampu benar 3. Layanan
mengidentifikasi 3. Rujuk pasien kesehatan
hubungan dari untuk berobat ke akan
tanda atau gejala layanan kesehatan memberikan
19

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan dan Hasil
Data Penunjang
terhadap kondisi intervensi
3. Pasien dapat semestinya
memulai 4. Dukungan
perubahan gaya 4. Kolaborasi dengan keluarga
hidup atau keluarga klien sangat penting
perilaku yang untuk rajin pada individu
tepat mengingatkan klien
4. Klien mampu pasien untuk tidak
memiliki metode bekerja terlalu
khusus untuk berat.
menghadapinya

BAB III

TINJAUAN KASUS
20

Tanggal pengkajian : 10 Maret 2020


Pengkajian dilakukan oleh : Novarini Daniel
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Data biografi
Nama : Tn. W/ Laki-laki
Usia : 66 Tahun
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
TB/BB : 151 Cm/ 45 Kg
Penampilan : Rapi, sederhana
Ciri-ciri tubuh : Pendek, Kecil, Rambut Putih, Warna Kulit
Sawo Matang
Orang yang dekat dihubungi : tidak ada
Jenis kelamin :
Hubungan dengan usila :
Alamat :

2. Riwayat Keluarga
Genogram:
21

Keterangan:
: Klien
: laki – laki
: Perempuan
: garis perkawinan
: garis keturunan
: meninggal
: Cerai

3. Keluhan Utama
Tn. W mengatakan bahwa tulang di bahu tangan kanan sering nyeri 4- 5
hari bahkan 1 minggu dan tidak tau penyebabnya apa. Saya sudah berobat
ke klinik dikasih obat allopurinol tetapi kadang nyerinya hilang timbul,
saat nyeri dikasih salonpas atau koyo.
O : satu tahun yang lalu dan terkadang muncul tiba-tiba
P : saat pagi hari
Q : Tertusuk-tusuk
R : bahu kanan dan bagian lutut
S : skala 4
22

T : menggunakan salonpas
V : rasa nyeri berkurang
Klien mengatakan awalnya terasa nyeri hebat samapai tidak bias jalan dan
tidak tau penyebabnya apa.
4. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan
Tn. W mengatakan tahu bahwa dirinya menderita nyeri tulang akibat
umur yang semakin tua dan memeriksakan kesehatannya lebih sering poli
klinik di BPSTW dan mendapat pereda nyeri. Tn W mengatakan jika obat
habis maka tidak melakukan berobat kembali.
5. Obat – obatan
Tn W mengatakan minum Vitamin Sangobion, CTM, procold
6. Status imunisasi
Tn. W mengatakan sejak dewasa tidak melakukan imunisasi, hanya saat
kecil dan sudah lupa imunisasi apa.
7. Alergi
Tn. W mengatakan memiliki riwayat alergi makanan (telur) dan obat
(pasien mengatakan lupa nama obatnya apa, sejak elergi langsung
dikembalikan ke poli klinik)
8. Penyakit yang diderita
Tn. W mengatakan mempunyai riwayat nyeri sendi lutut dan tulang bahu
tangan, batuk sekali-sekali karena merokok
9. Riwayat Pekerjaan
Tn W mengatakan dulunya bekerja ngikut orang yaitu tukang. Saat ini, Tn
W aktivitas sekitar BPSTW dan mengikuti kegiatan kerajinan yaitu
membuat keset.

10. Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe tempat tinggal : Rumah Semi Permanen
Jumlah kamar :6
Kamar mandi dan toilet :3
23

Kondisi tempat tinggal : Pencahayaan cukup, tidak ada ventilasi


udara, pertukaran udara hanya melalui pintu dan jendela, rumah milik
BPSTWi, setiap sudut ruangan bersih, perabotan tidak tertata rapi, banyak
barang.
Jumlah orang yang tinggal dirumah: 12 lansia.
11. Riwayat Rekreasi
Tn. W mengatakan rekreasi 1 tahun 1 kali.
12. Sistem Pendukung
Tn W mengatakan biasa menemui dokter klinik atau perawat.
Dokter Jarak dari rumah: 200 meter yaitu dikompleks BPSTW
Pelayanan kesehatan di sekitar rumah: Posyandu lansia, Puskesmas GK II
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: Tn W yaitu aktivitas
seperti biasa.
13. Diskripsi kekhususan
Tn W mengatakan kebiasaan ritual agama hanya shalat dirumah tetapi
sering bolong ridak rutin dalam berdoa 5 waktu.
14. Status kesehatan
Status kesehatan dalam setahun terakhir adalahTn W memeriksakan nyeri
tulangnya dan hanya diberikan vitamin. Tn. W mengatakan susah tidur
setiap malam sering terbangun dan tidur saat malam hari 30- 1 jam baru
bisa tidur dan sering terbangun untuk ke kamar mandi. Tn. W juga
mengatakan beliau masih bekerja sendirian dan terkadang memaksa
tangannya untuk bekerja. BB saat ini: 45 kg, TB:151 cm, IMT=20  BB
normal.
15. Aktivitas hidup sehari – hari
a. Indeks Katz: A
b. Nutrisi: Tn W mengatakan makan 3 x sehari. Tidak makan yang
kacang-kacangan dan Tn W mengatakan saat makan harus dengan
sambal baru bisa makan.
c. Eliminasi: Tn. W mengatakan ada masalah dengan BAB karena
sehari hanya BAB dalam 1 Mninggu hanya 1 kali tetapi sering BAK
24

d. Aktivitas : Tn W mengatakan aktivitas rumah tangga dilakukan sendiri


e. Istirahat dan tidur : Tn. W mengatakan terkadang ketika tidur malam
pasti terbangun pukul 11.00, 02.00 dini hari karena merasakan nyeri,
kepanasan dan sering ke toilet dan susah untuk tidur kembali. Rata –
rata jam tidur setiap malam hanya 3-4 jam dikarenakan merasakan
nyeri, kepanasan.
f. Personal hygiene: Tn W mengatakan mandi 3-4 x sehari
g. Seksual: Tn W mengatakan tidak bersama istri sejak 2 tahun.
h. Rekreasi: Tn. W mengatakan pernah rekreasi 1 kali dalam 1 tahun
i. Psikologis: Tn W mengatakan saat ini menanti-nanti cepet sembuh.
j. Konsep diri: Tn W mengatakan perannya saat ini sebagai seorang yang
bisa mandiri karena istri dan anak-anak sudah lama berpisah sehjak
2018. Tn. W mampu menyebutkan identitas dirinya. Tn W merasa
senang berada di BPSTW bersama-sama teman..
k. Emosi: Tn. W mengatakan mudah marah saat teman-teman usik dan
stress saat ada masalah. Selalu pasrah dengan kehendak Tuhan.
16. Tinjauan sistem
Keadaan Umum: Klien baik
Tingkat Kesadaran: Composmentis
Glasgow Coma Scale:15, E:4 V:5 M:6
Tanda-tanda vital:
Nadi: 82x/menit Tekanan darah : 110/80 mmHg RR:20 x/menit
a. Kepala: Rambut bersih, beruban.
b. Mata, telinga dan hidung: Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis. Adanya katarak. Telinga: Bersih, pendengaran sudah sedikit
berkurang. Hidung bersih dan simetris.
c. Leher: tidak ada benjolan.
d. Dada dan punggung: tidak ada suara ronchi, tidak ada kelainan pada
tulang belakang.
e. Abdomen dan pinggang: bising usus 12 x/ menit
f. Ekstrimitas atas dan bawah: Lengkap, tidak ada kelainan pada jari.
25

Nyeri (+) dipergelangan bahu kanan


g. Sistem immune: Tn W jarang terkena pilek dan batuk sekali- sekali
karena rokok menggunakan tembakau dan kertas.
h. Genetalia: tidak dilakukan pengkajian
i. Sistem reproduksi: tidak dilakukan pengkajian
j. Sistem persarafan: sering merasa kesemutan di kaki dan kesemutan di
sendi lutut kanan dan kiri.
k. Sistem pengecapan: baik, masih mampu merasakan rasa makanan
l. Sistem penciuman: baik, masih mampu membau terasi.
m. Tactil respon: tidak dilakukan pengkajian
17. Status kognitif
a. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Tn W menyebutkan dimana dia berada dan alamat rumahnya, Identitas,
tanggal hari ini, bulan dan tanggal lahir.
Interpretasi SPMSQ: fungsi intelektual kerusakan ringan.
b. Mini Mental State Exame (MMSE)
Tn W mampu menyebut tahun saat ini, Tn W mampu membaca dan
menulis. Ny.S dapat mengikuti gambar yang dicontohkan Skor
MMSE: Tidak Prolme gangguan kognitif.
c. Geriatric Depression Scale
Tn W memiliki depresi yang normal dengan hasil 9.
d. Pengkajian Resiko Jatuh
Pengkajian TUGT (Time Up and Go test) dengan Jenis kelamin
perempuan, Usia 66 tahun berjalan sejauh 5 meter menghabiskan
waktu < 14 detik sehingga lansia tersebut tidak resiko tinggi jatuh.

18. Spiritual
26

a. Tn W mengatakan beragama Islam dan tidak rutin melaksanakan shalat


dirumah walaupun tidak 5 waktu.
b. Tn W selalu percaya pada Allah akan segala permasalahan yang
dijumpai dalam hidupnya.
c. Tn W terlihat sabar dengan keadaannya yang seorang diri.
19. Data penunjang: tidak terdapat data penunjang
20. Pengkajian Status Sosial
Pengkajian dengan menggunakan APGAR mendapatkan total nilai yaitu 6,
menandakan bawah Keluarga Tn W memiliki disfungsi sedang pada
keluarganya.
21. Pengkajian Istirahat & Tidur
Pengkajian PSQI: Insomnia berat dengan total nilai 20
B. Analisa data
No. Data Masalah Penyebab
1 DS : Nyeri Akut Agen Biologis
Klien mengatakan nyeri
O : satu tahun yang lalu dan
terkadang muncul tiba-
tiba
P : udara dingin
Q : Tertusuk-tusuk
R : pergelangan tangan
kiri
S : skala 4
T : menggunakan minyak
penghangat
V : rasa nyeri berkurang
- Klien mengatakan
awalnya dulu jatuh dan
sampai sekarang selalu
terasa nyeri ditambah
kemarin saya jatuh saat
mau jemuar baju.
DO :
Klien memengang tangan
kanannya
Pergelangan tangan kanan
lebih menonjol
2 DS : Gangguan Pola Nyeri
27

No. Data Masalah Penyebab


- klien sering terbangun Tidur
karena nyeri yang
dirasakan
- klien mengatakan tidak
bisa tidur nyenyak dan
bangun pagi tidak
bersemangat
DO :
kantong mata kusam
3 DS : Defisit Kurang Minat
- Klien mengatakan tidak
Pengetahuan Untuk Belajar
paham tentang nyerinya
- Klien mengatakan kalo
nyeri hanya diurut atau
kasih minyak penghangat
- Klien mengatakan pernah
dapat obat dari dokter tapi
sudah habis dan malas
untuk berobat
DO :
Klien lulusan SD
C. Diagnosa keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan nyeri
O : satu tahun yang lalu dan terkadang muncul tiba-tiba
P : udara dingin
Q : Tertusuk-tusuk
R : pergelangan tangan kiri
S : skala 4
T : menggunakan minyak penghangat
V : rasa nyeri berkurang
Klien mengatakan awalnya dulu jatuh dan sampai sekarang selalu
terasa nyeri ditambah kemarin saya jatuh saat mau jemur baju.
DO :
Klien memengang tangan kanannya
Pergelangan tangan kanan lebih menonjol

2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, ditandai dengan :


DS :
- klien sering terbangun karena nyeri yang dirasakan
- klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak dan bangun pagi tidak
bersemangat
28

No. Diagnosa Keperawatan


DO :
kantong mata kusam
3 Defisit Pengetahuan b.d kurang minat untuk belajar di tandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan tidak paham tentang nyerinya
- Klien mengatakan kalo nyeri hanya diurut atau kasih minyak
penghangat
- Klien mengatakan pernah dapat obat dari dokter tapi sudah habis
dan malas untuk berobat
DO :
Klien lulusan SD
29

D.
30

E. Intervensi Keperawatan
Nama klien: Ny.S
Alamat : RT 13 RW 03 Terban
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
.
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management
dengan agen biologis ditandai keperawatan selama 3x 1. Kaji nyeri secara
dengan : kunjungan di harapkan nyeri komprehensif seperti lokasi, 1. Menentukan intervensi
DS : dapat teratasi dengan durasi dan frekuensi selanjutnya
Klien mengatakan nyeri kriteria hasil : 2. Observasi TTV 2. Untuk pengendalian
O : satu tahun yang lalu dan Pain Level, Pain Control, nyeri, mengubah
terkadang muncul tiba- Comfort Level persepsi, dan
tiba 1. Klien tidak pusing 3. Beri kompres hangat mekanisme sensai nyeri.
P : udara dingin 2. Klien mampu 3. Meningkatkan rasa
Q : Tertusuk-tusuk mengontrol nyeri nyaman dengan
R : pergelangan tangan kiri dengan cara mampu 4. Beri elastis bandage menurunkan vasodilatasi
S : skala 4 menggunakan teknik 4. Mengistirahatkan
T : menggunakan minyak nonfarmakologi untuk pergesekan antar sendi
penghangat mengurangi nyeri dan mengurangi
V : rasa nyeri berkurang 3. Klien mampu 5. Edukasi untuk inflamasi
Klien mengatakan awalnya melaporkan nyeri mengistirahatkan tangannya 5. Sendi dapat pulih secara
dulu jatuh dan sampai sekarang berkurang 6. Kolaborasi dengan dokter optimal
selalu terasa nyeri ditambah 4. Klien mampu mengenali tentang pemberian obat 6. Obat analgetik dapat
kemarin saya jatuh saat mau penyebab nyeri analgetik menurukan sensasi nyeri
jemur baju. 5. Klien mampu sehingga asam laktat
DO : mengatakan nyaman dapat menurun.

30
31

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


.
Klien memengang tangan setelah nyeri berkurang
kanannya
Pergelangan tangan kanan lebih
menonjol
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Sleep Enhancement
berhubungan dengan nyeri, keperawatan selama 3x24 1. Kaji pola atau kualitas tidur
1. Pola tidur
ditandai dengan : jam diharapkan gangguan klien ( waktu tidur, kualitas mempengaruhi
DS : pola tidur dapat teratasi tidur ) kebiasaan klien
- klien sering terbangun dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan kepada klien
2. Usia Usila min tidur
karena nyeri yang dirasakan Anxiety Comfort, Comfort pentingnya tidur yang kurang lebih 5-6 jam
- klien mengatakan tidak bisa Level, Pain Level, Sleep : adekuat agar energi terisi
tidur nyenyak dan bangun Extent and Pattern 3. Beri lingkungan yang
3. Lingkungan dapat
pagi tidak bersemangat 1. Jumlah jam tidur dalam nyaman meningkatkan kualitas
DO : klien dalam btas normal 4. Motivasi untuk
4. Lingkungan
kantong mata kusam (6-8jam) memodifikasi lingkungan panas/dingin berasal dari
2. Klien merasa segar susunan dan sirkulasi
sesudah tidur atau 5. Edukasi untuk posisi tangan udara
istirahat yang nyeri agar terasa 5. Aktifitas sebelum tidur
3. Klien mampu nyaman. dapat membantu dalam
mengidentifikasi hal-hal 6. Kolaborasi dengan keluarga kualitas
yang meningkatkan tidur 6. Kedekatan psikologis
untuk menemani tidur
4. Klien merasakan dapat meningkatkan rasa
nyaman saat tidur nyaman
5. Klien dapat
memodifikasi

31
32

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


.
lingkungan
Defisit Pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan tindakan Teaching: Diases Process
minat untuk belajar di tandai keperawatan selama 2x24 1. Kaji tentang tingkat 1. Tingkap pengetahuan
dengan : jam diharapkan defisit pengetahuan berdasarkan berpengaruh pada
DS : pengetahuan dapat diatasi, penyakit tindakan klien
- Klien mengatakan tidak dengan kriteria hasil : 2. Beri informasi pada pasien 2. Informasi akan
paham tentang nyerinya Knowledge : Diases tentang rematik atritis, menyadarkan dalam
- Klien mengatakan kalo Process and Health aktivitas dan cara pegobatan bertindak
nyeri hanya diurut atau Behavior yang benar
kasih minyak penghangat 1. Pasien memahami 3. Rujuk pasien untuk berobat 3. Layanan kesehatan akan
- Klien mengatakan pernah tentang kondisi dan ke layanan kesehatan memberikan intervensi
dapat obat dari dokter tapi pengobatan semestinya
sudah habis dan malas 2. Pasien mampu 4. Kolaborasi dengan keluarga 4. Dukungan keluarga
untuk berobat mengidentifikasi klien untuk rajin sangat penting pada
DO : hubungan dari tanda mengingatkan pasien untuk individu klien
Klien lulusan SD atau gejala terhadap tidak bekerja terlalu berat.
kondisi
3. Pasien dapat memulai
perubahan gaya hidup
atau perilaku yang tepat
4. Klien mampu memiliki
metode khusus untuk
menghadapinya

32
33

F. Implementasi dan Evaluasi keperawatan


No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan Tangan
17.1.2019 Nyeri akut 1. Mengkaji nyeri secara S: eva
komprehensif seperti lokasi, - Klien mengatakan Nyeri masih
durasi dan frekuensi terasa, apalagi kalo malam hari.
2. Mengobservasi TTV - Klien mengatakan nyaman
3. Memberi kompres hangat dengan minyak penghangat ini.
4. Memberi elastis bandage - Klien mengatakan akan
5. Mengedukasi untuk mengistirahatkan tangannya.
mengistirahatkan tangannya O:
6. Kolaborasikan dengan dokter - TD : 120/90 mmHg, N : 88
tentang pemberian obat x/menit
analgetik A:
- Masalah Nyeri Akut Belum
Teratasi
P:
1. Mengkaji nyeri secara
komprehensif seperti lokasi,
durasi dan frekuensi
2. Mengobservasi TTV
3. Memberi elastis bandage
4. Kolaborasikan dengan dokter
tentang pemberian obat
analgetik
Gangguan 1. Mengkaji pola atau kualitas S : eva
pola tidur tidur klien ( waktu tidur, - Klien mengatakan tadi malam
kualitas tidur ) tidak bisa tidur karena nyerinya
34

No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
2. Menjelaskan kepada klien - Klien mengatakan paham
pentingnya tidur yang adekuat tentang tidur yang benar seperti
3. Memberi lingkungan yang apa
nyaman - Klien mengatakan saya sudah
4. Memotivasi untuk memodifikasi lingkungan
memodifikasi lingkungan nyaman di depan, karena depan
5. Mengedukasi untuk posisi kaca
tangan yang nyeri agar terasa - Klien mengatakan paham akan
nyaman. meletakkan tangan di guling
6. Kolaborasikan dengan keluarga O:
untuk menemani tidur - Tidur jam 20.00 – bangun jam
23.00
- Wajah kusam
A:
- Masalah gangguan pola tidur
teratasi sebagian
P:
- Mengkaji pola atau kualitas
tidur klien ( waktu tidur, kualitas
tidur)
Defisit 1. Mengkaji tentang tingkat S: eva
Pengetahuan pengetahuan berdasarkan - Klien mengatakan nyeri selama
penyakit ini karena bekas jatuh saja
2. Memberi informasi pada pasien - Klien mengatakan malas untuk
tentang rematik atritis, aktivitas berobat
dan cara pegobatan yang benar - Klien mengatakan sudah paham
35

No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
3. Merujuk pasien untuk berobat untuk aktivitas yang dijelaskan
ke layanan kesehatan O:
4. Kolaborasikan dengan keluarga - Wajah klien senang setelah
klien untuk rajin mengingatkan mendapat penjelasan
pasien untuk tidak bekerja A:
terlalu berat. - Masalah keperawatan defisit
pengetahuan teratasi sebagian
P:
- Memberi informasi pada pasien
tentang rematik atritis, aktivitas
dan cara pegobatan yang benar
- Kolaborasikan dengan keluarga
klien untuk rajin mengingatkan
pasien untuk tidak bekerja
terlalu berat.
18.1.2019 Nyeri akut 1. Mengkaji nyeri secara S: eva
komprehensif seperti lokasi, - Klien mengatakan nyeri masih
durasi dan frekuensi terasa
2. Mengobservasi TTV - Klien mengatakan nyaman
3. Memberi elastis bandage menggunakan elastis bandage
4. Kolaborasikan dengan dokter O:
tentang pemberian obat - Tangan kanan terbelit elastis
analgetik bandage
- TD : 110/80 mmHg, N : 88
x/menit
- Paracetamol 1 x 500 mg ( pagi,
36

No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
siang, malam)
A:
- Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P:
- Mengkaji nyeri secara
komprehensif seperti lokasi,
durasi dan frekuensi
- Mengobservasi TTV
Gangguan 1. Mengkaji pola atau kualitas S: eva
pola tidur tidur klien ( waktu tidur, - Klien mengatakan baru bisa
kualitas tidur ) tidur nyenyak setelah benar
meletakkan tangan
O:
- Wajah sumringah
A:
- Masalah gangguan pola tidur
teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Defisit 1. Memberi informasi pada pasien S: eva
Pengetahuan tentang rematik atritis, aktivitas - Klien mengatakan paham
dan cara pegobatan yang benar penyakit yang diderita dan
2. Kolaborasikan dengan keluarga penangannan
klien untuk rajin mengingatkan - Klien mengatakan akan kontrol
pasien untuk tidak bekerja kesehatan ke puskesmas
37

No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
terlalu berat. - Keluarga klien mengatakan
klien sudah disuruh istirahat,
agar tidak banyak bergerak
O:
- Wajah klien tersenyum
A:
- Masalah defisit pengetahuan
teratasi
P:
- Hentikan intervensi
19.1.2019 Nyeri akut 1. Mengkaji nyeri secara S : eva
komprehensif seperti lokasi, - Klien mengatakan nyeri
durasi dan frekuensi berkurang setelah minum
2. Mengobservasi TTV paracetamol
O:
- Tangan kanan dilapis oleh
perban elastis
- TD : 110/90 mmHg, N : 88
x/menit
A:
- Masalah nyeri akut teratasi
P:
- Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengamatan kasus terhadap Ny.S di RT 01 RW 01 Kelurahan


Kotabaru, penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan hasil
pengkajian diketahui bahwa Ny.S berusia 70 tahun, seorang janda dan tinggal
sendiri, keluhan yang dirasakan pasien selama pengkajian adalah merasakan nyeri
di pergelangan tangan kanan. Ny.S merasa kesakitan akibat nyerinya dikarenakan
pergelangan tangan kanannya selalu terasa nyeri setiap saat apalagi kalo malam
hari, setelah nyeri yang dirasakan Ny.S biasanya tidak melakukan banyak
kegiatan.

Masalah keperawatan pada Ny.S ditemukan nyeri akut, gangguan pola tidur dan
defisit pengetahuan. Perawat telah melaksanakan peran educator dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang rematik atritis. Sebagai fasilitator
perawat memfasilitasi pasien dengan mengistirahatkan pergelangan tangan
menggunakan elastik perban. Sebagai modifikator perawat melakukan
penempatan guling atau bantal dibawah pergelangan tangan kanan untuk
mengistirahatkan tangan kanan agar tidak merasakan nyeri.

Ny.S juga telah menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan namun hanya waktu
tertentu saat ada kunjungan kesehatan dari puskesmas. Selama 6 minggu
intervensi diberikan pada Ny.S, banyak nyeri yang dirasakan berkurang setelah
paham bagaimana mengistirahatkan tangan yang sakit.

Sesuai dengan hasil pengkajian fungsi kognitif, social, status fungsional dan
spiritual, Ny.S perlu mendapatkan perhatian lebih dari keluarga dan lingkungan
sosial, karena lansia yang tinggal sendiri terutama wanita akan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan mental, salah satunya depresi (Donelson & King

38
39

dalam Patnani, 2012). Dari pengkajian GDS didapatkan hasil Ny.S kemungkinan
depresi. Dalam pengkajian APGAR juga didapatkan hasil disfungsi social sedang.

Secara keseluruhan pelaksanaan intervensi keperawatan terkendala karena adanya


pendengaran yang kurang dan daya ingat yang berkurang, namun dapat
dilaksanakan dengan sabar. Pada evaluasi, Ny.S kurang dapat menjelaskan
kembali informasi yang telah diberikan dengan baik karena terkendala memory
jangka pendek yang kurang baik. Tingkat kemandirian Ny D adalah mandiri
sesuai dengan kategori indeks KATZ, dimana Ny.S mampu melakukan aktivitas
seperti makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
meskipun dengan keterbatasan fisik berjalan dengan bantuan tongkat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 minggu pada Ny.S
didapatkan 3 masalah teratasi sebagian. Ny.S mengalami gangguan
kerusakan kognitif ringan, disfungsi social sedang serta fungsi spiritual baik.
Intervensi keperawatan yang telah diberikan adalah pendidikan kesehatan
tentang penyakit rematik, penggunaan elastis bandage yang tepat dan
pengukuran tekanan darah serta nadi. Dalam evaluasi, Ny S perlu dilakukan
kunjungan perawat rutin, karena kondisi Ny.S seorang diri. Perawat
menganjurkan Ny S untuk melakukan kontrol rasa nyeri pada pergelangan
tangan kanan yang dirasakan. Ny.S mandiri dalam melakukan kegiatan
namun membutuhkan dukungan orang lain/keluarga untuk mencapai fasilitas
kesehatan.

B. Saran
1. STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
a. Bagi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta agar tetap menjalankan
program pengembangan masyarakat dalam mendukung program
Indonesia sehat.
b. Pemilihan tempat PKL lebih baiknya pada daerah pelosok/desa, selain
masalah yang didapatkan oleh mahasiswa lebih kompleks, dalam
mengaplikasikan ilmu komunitas pembinaan warga akan lebih
maksimal masalah yang ada baik dari segi fisik, lingkungan, sosial,
budaya dan lain-lain.
2. Pelayan Kesehatan (Puskesmas Gondokusuman II)
Pihak Puskesmas lebih meningkatkan perhatian dan pelayanan
kesehatannya kepada masyarakat, terutama di Kelurahan Terban. Apabila
memungkinkan dapat dilakukan kunjungan berkala ke rumah-rumah

40
41

untuk mengetahui masalah kesehatan fisik dan lingkungan yang sedang


dihadapi masyarakat.
3. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga dapat menjadi support system yang baik bagi Ny S
dan membantu kemampuan lansia dalam meningkatkan kemandirian.
DAFTAR PUSTAKA

Clevo, M. Rendy & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
dan Penyakit Dalam. Jakarta: Nuha Medika.
Tjokroprawiro, A. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes, Edisi
Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, cetakan
kedua puluh Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
PERKENI. 2011. Pengelolaan dan Pencegahan Rheumatoid arthritis Tipe 2 di
Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

42

Anda mungkin juga menyukai