Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latarbelakang ........................................................................ 5
1.2 Tujuan ................................................................................... 6
1.1.1 Tujuan Umum ............................................................. 6
1.1.2 Tujuan Khusus ............................................................ 6
1.3 Waktu pelaksanaan ............................................................... 6
1.4 Tempat Pelaksanaan.............................................................. 6
1.5 Manfaat ................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 8
2.1 Laporan Pendahuluan Atritis Reumatoid ............................. 8
A. Definisi ............................................................................ 8
B. Anatomi Fisiologi............................................................. 9
C. Klasifikasi....................................................................... 10
D. Etiologi ........................................................................... 11
E. Manifestasi Klinis........................................................... 12
F. Komplikasi ..................................................................... 12
G. Patofisiologi ................................................................... 12
H. Pemeriksaan Penunjang ................................................. 14
I. Penatalaksanaan .............................................................. 15

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................. 17


A. Pengkajian ...................................................................... 17
B. Diagnosa Keperawatan................................................... 19
C. Intervensi Keperawatan .................................................. 20
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................... 21
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................. 29
BAB V PENUTUP ............................................................................. 30

1
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 30
5.2 Saran.................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 32

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama


dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok
etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan
wanita denga pria sebesar 3 : 1. kecenderungan wanita untuk menderita artritis
reumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini
menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah
satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.
Artritis Reumatoid (AR) salah satu dari beberapa penyakit rematik adalah
suatu penyakit otoimun sistemik yang menyebabkan peradangan pada
sendi.Penyakit ini ditandai oleh peradangan sinovium yang menetap, suatu
sinovitis proliferatifa kronik non spesifik.Dengan berjalannya waktu, dapat terjadi
erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan kerusakan total
sendi.Akhirnya, kondisi ini dapat pula mengenai berbagai organ tubuh.

2
Penyakit ini timbul akibat dari banyak faktor mulai dari genetik
(keturunan) sampai pada gaya hidup kita (merokok). Salah satu teori nya adalah
akibat dari sel darah putih yang berpindah dari aliran darah ke membran yang
berada disekitar sendi.
Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang
timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan
persendian dan deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas
bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi dan umur
telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit
ini.hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.
Oleh karena itu, perawat perlu memberikan asuhan keperawatan pada
lansia dengan baik sesuai konsep asuhan keperawatan gerontik.

1.2. Tujuan

1.1.1. Tujuan umum


Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn “W” dengan
diagnosa Atritis Reumatoid di Panti Tresna Werdah Teratai KM 5 Palembang

1.1.2. Tujuan khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian , mampu menentukan diagnosa,
menentukan rencana keperawatan dan dapat mengevaluasi proses
keperawatan dengan diagosa Atritis Reumatoid
2. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada anak dengan
diagnosa Atritis Reumatoid.

1.3 Waktu Pelaksanaan


Pengambilan Data dan pengakajian asuhan keperawatan di laksanakan
pada tanggal 16 Oktober 2018

3
1.4. Tempat Pelaksanaan
Asuhan keperawatan dilakukan Panti Tresna Werdah Teratai KM 6
Palembang

1.5. Manfaat
1.5.1 Untuk Mahasiswa
Untuk memenuhi persyaratan materi konsep keperawatan Gerontik, selain
itu untuk melaksanakan teori yang didapat selama mengikuti pendidikan
keperawatan dan mengaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada lansia dengan Atritis Reumatoid
1.5.2 Untuk Panti Tresna Werdah Teratai Palembang
Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada anak dengan Atritis Reumatoid

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Pendahuluan Artritis Reumatoid

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

A. Definisi Artritis Reumatoid


Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani.Pertama, arthron, yang berarti
sendi.Kedua, itis yang berarti peradangan.Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi.Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

5
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif
Mansjour. 2005)
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

B. Anatomi Dan Fisiologi


Muskuluskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia,
bursae dan persendian.
1. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang
berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses
“osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut Osteoblast.
2. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk
kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau
seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
a. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi
untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap
dan menghasilkan panas
b. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom
dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
c. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.
3. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang
kuat.Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi
mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari

6
kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi
kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.
4. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana
merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.

5. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan
penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada
pergelangan tangan dan tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membrane
synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan
tendon.
6. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai
pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang
membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui
sebagai fasia dalam.
7. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu
tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi
pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara otot.Bursae
bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada
olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.
8. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka
tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu
letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan
ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan
dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.

7
C. Klasifikasi Artritis Reumatoid
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis deficit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

D. Etiologi Artritis Reumatoid


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan
faktor Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
1. Jenis Kelamin.

8
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya
adalah 2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak
(artritis reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis
Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

E. Manifestasi Klinis/Tanda Dan Gejala Artritis Reumatoid


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

F. Komplikasi Artritis Reumatoid


1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

9
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih
dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah
akan meningkat.

G. Patofisiologi Artritis Reumatoid


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &
Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi.Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago
artikuer.Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi.Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.

10
Patoflow
Reaksi faktor rheumatoid dengan anti
bodi, faktor mrtabolic, infeksi dengan
kecenderungan virus

Reaksi peradangan

Atritis reumatoid

Synovial menebal Reaksi inflamasi Kurangnya informasi


tentang penyakit
Panus infiltrasi dalam os s. aferent
subcordia Ansietas

Medulla spinalis
Hambatan nutrisi
pada kartilago
artikularis Thalamus

Kartilago nekrosis Kortek serebri

s. eferent
Ankilosis fibrosa

kekakuan sendi Nyeri akut

Hambatan mobilitas Keterbatasan


fisik gerak sendi

Defisit perawatan diri

11
H. Pemeriksaan Penunjang Artritis Reumatoid
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia
dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (
perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil
jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)
atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak
leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

I. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara
pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien
untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik.
Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan
memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu
diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat

12
yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-
inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari.Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung
Omega 3.Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara
persendian agar tetap lentur.

13
2.2 Asuhan Keperawatan Artritis Reumatoid

A. PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID


1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
synovial
- Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
- Catat bila ada krepitasi
- Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
- Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
c. Ukur kekuatan otot
- Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
- Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
2. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-
bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
- Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
- Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
- Riwayat keluarga dengan RA

14
- Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
- Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b. Pola Nutrisi Metabolik
- Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang
banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
- Riwayat gangguan metabolic
c. Pola Eliminasi
- Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Pola Aktivitas dan Latihan
- Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
- Jenis aktivitas yang dilakukan
- Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
- Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Pola Istirahat dan Tidur
- Apakah ada gangguan tidur?
- Kebiasaan tidur sehari
- Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
- Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Pola Persepsi Kognitif
- Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
- Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
- Bagaimana hubungan dengan keluarga?
- Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Pola Reproduksi Seksualitas
- Adakah gangguan seksualitas?
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
- Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
k. Pola Sistem Kepercayaan

15
- Agama yang dianut?
- Adakah gangguan beribadah?
- Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

B. Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid


1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.

16
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Kaji keluhan nyeri, catat lokasi Membantu dalam menentukan
dengan agen tindakan keperawatan dan intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
pencedera, distensi selama 3x24 jam faktor-faktor yang mempercepat keefektifan program
jaringan oleh diharapkan tidak ada dan tanda-tanda rasa sakit non Matras yang lembut/ empuk, bantal
akumulasi cairan/ Keluhan nyeri, dengan verbal yang besar akan mencegah
proses inflamasi, kriteria : Berikan matras/ kasur keras, pemeliharaan kesejajaran tubuh yang
destruksi sendi. Menunjukkan nyeri bantal kecil,. Tinggikan linen tepat, menempatkan stress pada sendi
hilang/ terkontrol tempat tidur sesuai kebutuhan yang sakit. Peninggian linen tempat
Terlihat rileks, dapat Tempatkan/ pantau penggunaan tidur menurunkan tekanan pada sendi
tidur/beristirahat dan bantl, karung pasir, gulungan yang terinflamasi/nyeri
berpartisipasi dalam trokhanter, bebat, brace. Mengistirahatkan sendi-sendi yang
aktivitas sesuai Dorong untuk sering mengubah sakit dan mempertahankan posisi
kemampuan. posisi,. Bantu untuk bergerak di netral. Penggunaan brace dapat
Mengikuti program tempat tidur, sokong sendi yang menurunkan nyeri dan dapat
farmakologis yang sakit di atas dan bawah, hindari mengurangi kerusakan pada sendi
diresepkan gerakan yang menyentak. Mencegah terjadinya kelelahan
Menggabungkan Anjurkan pasien untuk mandi air umum dan kekakuan sendi.
keterampilan hangat atau mandi pancuran pada Menstabilkan sendi, mengurangi
relaksasi dan waktu bangun dan/atau pada waktu gerakan/ rasa sakit pada sendi
aktivitas hiburan ke tidur. Sediakan waslap hangat Panas meningkatkan relaksasi otot,
dalam program untuk mengompres sendi-sendi dan mobilitas, menurunkan rasa sakit
kontrol nyeri. yang sakit beberapa kali sehari. dan melepaskan kekakuan di pagi hari.
Pantau suhu air kompres, air mandi, Sensitivitas pada panas dapat
dan sebagainya. dihilangkan dan luka dermal dapat
Berikan masase yang lembut disembuhkan
Ajarkan teknik non farmakologi Meningkatkan relaksasi/ mengurangi

17
(relaksasi, distraksi, relaksasi nyeri
progresif) Meningkatkan realaksasi,
Beri obat sebelum aktivitas/ mengurangi tegangan otot/ spasme,
latihan yang direncanakan sesuai memudahkan untuk ikut serta dalam
petunjuk. terapi
Kolaborasi: Berikan obat-obatan Sebagai anti inflamasi dan efek
sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) analgesik ringan dalam mengurangi
Berikan kompres dingin jika kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
dibutuhkan Rasa dingin dapat menghilangkan
nyeri dan bengkak selama periode akut
C. Intervensi/Perencaaan Artritis Reumatoid

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Evaluasi/ lanjutkan pemantauan Tingkat aktivitas/ latihan tergantung
fisik berhubungan tindakan keperawatan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada dari perkembangan/ resolusi dari
dengan deformitas selama 3x24 jam sendi peoses inflamasi
skeletal, nyeri, diharapkan mobilitas Pertahankan istirahat tirah Istirahat sistemik dianjurkan selama
penurunan, kekuatan fisik baik dengan kriteria baring/ duduk jika diperlukan eksaserbasi akut dan seluruh fase
otot. : jadwal aktivitas untuk memberikan penyakit yang penting untuk mencegah
Mempertahankan periode istirahat yang terus kelelahan mempertahankan kekuatan
fungsi posisi dengan menerus dan tidur malam hari yang Mempertahankan/ meningkatkan
tidak hadirnya/ tidak terganmggu. fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
pembatasan Bantu dengan rentang gerak umum. Catatan : latihan tidak adekuat
kontraktur. aktif/pasif, demikiqan juga latihan menimbulkan kekakuan sendi,
Mempertahankan resistif dan isometris jika karenanya aktivitas yang berlebihan
ataupun memungkinkan dapat merusak sendi
meningkatkan Ubah posisi dengan sering Menghilangkan tekanan pada

18
kekuatan dan fungsi dengan jumlah personel cukup. jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
dari dan/ atau Demonstrasikan/ bantu tehnik Mempermudah perawatan diri dan
kompensasi bagian pemindahan dan penggunaan kemandirian pasien. Tehnik
tubuh bantuan mobilitas, mis, trapeze pemindahan yang tepat dapat
Mendemonstrasikan Posisikan dengan bantal, kantung mencegah robekan abrasi kulit
tehnik/ perilaku yang pasir, gulungan trokanter, bebat, Meningkatkan stabilitas (
memungkinkan brace mengurangi resiko cidera ) dan
melakukan aktivitas Gunakan bantal kecil/tipis di memerptahankan posisi sendi yang
bawah leher. diperlukan dan kesejajaran tubuh,
Dorong pasien mempertahankan mengurangi kontraktor
postur tegak dan duduk tinggi, Mencegah fleksi leher
berdiri, dan berjalan Memaksimalkan fungsi sendi dan
Berikan lingkungan yang aman, mempertahankan mobilitas
misalnya menaikkan kursi, Menghindari cidera akibat
menggunakan pegangan tangga kecelakaan/ jatuh
pada toilet, penggunaan kursi roda. Berguna dalam memformulasikan
Kolaborasi: konsul dengan program latihan/ aktivitas yang
fisoterapi. berdasarkan pada kebutuhan individual
Kolaborasi: Berikan matras busa/ dan dalam mengidentifikasikan alat
pengubah tekanan. Menurunkan tekanan pada jaringan
Kolaborasi: berikan obat-obatan yang mudah pecah untuk mengurangi
sesuai indikasi (steroid). risiko imobilitas
Mungkin dibutuhkan untuk menekan
sistem inflamasi akut

Gangguan Citra Setelah dilakukan Dorong pengungkapan mengenai Berikan kesempatan untuk
Tubuh / Perubahan tindakan keperawatan masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan

19
Penampilan Peran selama 3x24 jam harapan masa depan. konsep dan menghadapinya secara
berhubungan dengan diharapkan gangguan Diskusikan arti dari kehilangan/ langsung
perubahan citra tubuh berkurang perubahan pada pasien/orang Mengidentifikasi bagaimana
kemampuan untuk dengan criteria: terdekat. Memastikan bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri
melaksanakan tugas- Mengungkapkan pandangaqn pribadi pasien dalam dan interaksi dengan orang lain akan
tugas umum, peningkatan rasa memfungsikan gaya hidup sehari- menentukan kebutuhan terhadap
peningkatan percaya diri dalam hari, termasuk aspek-aspek seksual. intervensi/ konseling lebih lanjut
penggunaan energi, kemampuan untuk Diskusikan persepsi Isyarat verbal/non verbal orang
ketidakseimbangan menghadapi pasienmengenai bagaimana orang terdekat dapat mempunyai pengaruh
mobilitas. penyakit, perubahan terdekat menerima keterbatasan. mayor pada bagaimana pasien
pada gaya hidup, dan Akui dan terima perasaan memandang dirinya sendiri
kemungkinan berduka, bermusuhan, Nyeri konstan akan melelahkan, dan
keterbatasan ketergantungan. perasaan marah dan bermusuhan umum
Menyusun rencana Perhatikan perilaku menarik diri, terjadi
realistis untuk masa penggunaan menyangkal atau Dapat menunjukkan emosional
depan. terlalu memperhatikan perubahan ataupun metode koping maladaptive,
Susun batasan pada perilaku mal membutuhkan intervensi lebih lanjut
adaptif. Bantu pasien untuk Membantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif mempertahankan kontrol diri, yang
yang dapat membantu koping dapat meningkatkan perasaan harga
Ikut sertakan pasien dalam diri
merencanakan perawatan dan Meningkatkan perasaan harga diri,
membuat jadwal aktivitas mendorong kemandirian, dan
Bantu dalam kebutuhan mendorong berpartisipasi dalam terapi
perawatan yang diperlukan Mempertahankan penampilan yang
Berikan bantuan positif bila dapat meningkatkan citra diri
perlu. Memungkinkan pasien untuk merasa
Kolaborasi: Rujuk pada senang terhadap dirinya sendiri.

20
konseling psikiatri, mis: perawat Menguatkan perilaku positif.
spesialis psikiatri, psikolog. Meningkatkan rasa percaya diri
Kolaborasi: Berikan obat-obatan Pasien/orang terdekat mungkin
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas membutuhkan dukungan selama
dan obat-obatan peningkat alam berhadapan dengan proses jangka
perasaan. panjang/ ketidakmampuan
Mungkin dibutuhkan pada sat
munculnya depresi hebat sampai pasien
mengembangkan kemapuan koping
yang lebih efektif
Defisit perawatan Setelah dilakukan Diskusikan tingkat fungsi umum Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
diri berhubungan tindakan keperawatan (0-4) sebelum timbul awitan/ umum dengan melakukan adaptasi
dengan kerusakan selama 3x24 jam eksaserbasi penyakit dan potensial yang diperlukan pada keterbatasan saat
musculoskeletal, diharapkan klien dapat perubahan yang sekarang ini
penurunan kekuatan, mengatur kegiatan diantisipasi. Mendukung kemandirian
daya tahan, nyeri sehari-hari, dengan Pertahankan mobilitas, kontrol fisik/emosional
pada waktu bergerak, criteria hasil: terhadap nyeri dan program latihan. Menyiapkan untuk meningkatkan
depresi. Melaksanakan Kaji hambatan terhadap kemandirian, yang akan meningkatkan
aktivitas perawatan partisipasi dalam perawatan diri. harga diri
diri pada tingkat Identifikasi /rencana untuk Berguna untuk menentukan alat
yang konsisten modifikasi lingkungan bantu untuk memenuhi kebutuhan
dengan kemampuan Kolaborasi: Konsul dengan ahli individual. Mis; memasang kancing,
individual terapi okupasi. menggunakan alat bantu memakai
Mendemonstrasikan Kolaborasi: Atur evaluasi sepatu, menggantungkan pegangan
perubahan teknik/ kesehatan di rumah sebelum untuk mandi pancuran
gaya hidup untuk pemulangan dengan evaluasi Mengidentifikasi masalah-masalah
memenuhi kebutuhan setelahnya. yang mungkin dihadapi karena tingkat
perawatan diri. Kolaborasi : atur konsul dengan kemampuan actual

21
Mengidentifikasi lembaga lainnya, mis: pelayanan Mungkin membutuhkan berbagai
sumber-sumber perawatan rumah, ahli nutrisi. bantuan tambahan untuk persiapan
pribadi/ komunitas situasi di rumah
yang dapat
memenuhi kebutuhan
perawatan diri.

22
BAB II]I

LAPORAN KASUS

PENGKAJIAN LANJUT USIA

Tanggal masuk : 8 Mei 2016 Nama panti wredha : Teratai KM 5


1. IDENTITAS:
Nama : Tn. W
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Umur : 83 tahun
Alamat : Panti Tresna Werdha
Jenis kelamin : Laki-laki

2. RIWAYAT KESEHATAN
Dikirim dari : Keluarga / Keponakan.
Alasan dating kepanti werdha : karena tidak ada yang mengurus di rumah
Riwayat medik : pasien mengatakan tidak ada keluhan sakit sebelumnya, pasien
hanya menggunakan minyak kayu putih jika merasa nyeri
didaerah pinggang.

3. POLA PERSEPSI PEMILIHARAAN KESEHATAN.


Merokok : klien mengtakan tidak pernah merokok
Minuman keras : klien mengatakan tidak pernah menkonsumsi minuman
bealkohol
Obat obatan terlarang : klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat obatan
terlarang.
Alergi (obat, makanan, dll) : klien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.

21
4. POLA AKTIVITAS / LATIHAN.
AKTIVITAS KEMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS
Mandiri Bantuan Bantuan keterangan
minimal total
Makan √
minum
Mandi √
Berpakaian √
Ke wc √
Pindah √
tempat
Ambulasi

5. POLA NUTRISI
Diet : klien makan 3x1 sehari, tidak ada perubahan pada nafsu makan klien,
selama hidup di panti klien mengatakan tidak penurunan berat badan.
Gigi :gigi klien tidak utuh dikarnakan faktor usia.

6. POLA ELIMINASI :
- klien mengtakan kebiasaan BAB 1x1 sehari, sedangkan kebiasaan BAK klien
3 X 1 sehari.

7. POLA ISTIRAHAT / TIDUR.


- Malam : klien mengatakan tidur malam 8 Jam dari pukul 21.00 sampai 05.00
WIB
Siang : klien mengatakan jarang tidur pada siang hari.
Kebiasaan tidur : klien mengatakan sebelum tidur klien sering melakukan
zikir.

22
8. PENGKAJIAN FISIK.
- Data klinik :
Umur : 83 Tahun
Suhu : 36,5 oc
Nadi : 80 x/menit (teratur)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
RR : 20 x/m
Batuk : klien mengtakan tidak ada batuk.
- Metabolok/integument

Kulit :
Warna : Normal
Temperature : normal
Turgor : mengalami penurunan
Mulut :
gusi : normal
gigi : tidak utuh lagi
Neurosensory
Status mental : klien tampak sadar, tetapi pada saat ditanya sering lambat
mejawab pertanyaan.
Mata : normal
Muskulosketal
ROM : klien tidak dapat melakukan ROM dengan penuh, hanya bisa
dilakukan sebagian oleh klien, seperti mengangkat tangan,
menggerakan kepala, dan memutar pergelangan tangan.
Kesimbangan jalan : klien berjalan membungkukan badan karena faktor
umur, klien masih tampak kuat menggenggam, dan
kekuatan otot sudah lemah.

23
9. POLA PERSEPSI
Pendenganaran : pendengaran klien masih normal, penglihatan klien masih
tampak jelas.

10. POLA KONSEP DIRI.


- Apa pendapat anda tentang pindah tinggal ke panti tresna werdha?
Klien merasa senang tinggal di panti, karena klien merasa banyak teman.

11. POLA REPRODUKSI


- Apakah anda orang yang kasih sayang?
Klien tampak orang yang menyangi orang, terlihat klien banyak man di
panti.
- Apakah kulit ada masih sensitive terhadap rabaan?
Klien masih terasa saat di raba.

12. POLA KEPERCAYAAN


Agama : islam
Kegiatan rutin keagamaan : klien melakukan sholat lima waktu.

13. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN.


- Nyeri berhubunghan dengan proses inflamasi.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.

24
1. Analisa Data
No Data Diagnosa

1 Ds: os mengatakan nyeri daerah Nyeri berhubungan dengan


pinggul jika ingin duduk dan berdiri proses inflamasi
Do: os terlihat meringis pada saat ingin
berdiri

2 Ds: os mengatakan susah untuk Intoleransi aktivitas


bangun dari tempat duduk dan berhubungan dengan
mudah merasa lemah kelemahan otot
Do: nenek tidak kuat untuk berdiri
terlalu lama

25
2. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil RencanaTindakan


1 Nyeri Setelah dilakukan - Skala nyeri : 0 - Kaji ttv os
Berhubung keperawatan 1x 8 - Os tidak - Kaji skala nyeri
an dengan Jam diharapkan Meringis - Anjurkan
proses nyeri berkurang - Ttv dalam tehnik relaksasi
inflamasi atau hilang batas normal nafas dalam
- Berikan
lingkungan
yang nyaman
- Kalaborasi
dengan tim
medis lainnya
2 Intoleransi Setelah dilakukan - Aktivitas - Kaji TTV os
aktivitas Tindakan normal - Kaji aktivitas
berhubungan keperawatan 1x8 - TTV dalam klien
dengankele jam diharapkan batas normal - Anjurkan klien
mahan otot klien dapat untuk berlatih
beraktivitas dengan berjalan sedikit
normal demi sedikit
- Kalaborasi
dengan tim
medis lainnya

26
3. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Jam dan tgl Implementasi


1 Nyeri 10.00 - Mengkaji TTV os
berhubungan - Mengkaji skala nyeri
dengan proses - Mengajarkan tehnik relaksasi nafas
inflamasi dalam
- Memberikan lingkungan yang nyaman
- Berkalaborasi dengan tim medis
lainnya
2 Intoleransi 10.00 - Mengkaji TTV os
aktivitas - Mengkaji skala aktivitas klien
berhubungan - Menganjurkan klien untuk berlatih
dengan berjalan sedikit demi sedikit
kelemahan - Berkalaborasi dengan tim medis lainnya
otot

27
4. Evaluasi Keperawatan

No Jam dan tgl diagnosa Evaluasi


1 11.00 Nyeri nyeri berhubungan S : os mengatakan nyeri lututnya
dengan proses inflamasi berkurang
O : os tampak tenang
TD : 140/80mmHg
S : 36
RR : 18x/m
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 11.00 Intoleransi S : os mengatakan sudah bisa duduk
Aktivitas dan berdiri tanpan ada masalah
berhubungan O : ku : baik
dengan TD : 140/80
kelemahan otot HR : 90
RR : 18x/m
S : 36
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

28
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Atritis Reumatoid


1. Atritis Reumatoid/Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan,
pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan
jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).

2. Pengkajian
Pada Tn “W” didapatkan pemeriksaan umum: kesadaran
komposmetis, pasien mengatakan nyeri daerah pinggul jika ingin
duduk dan berdiridan terlihat meringis pada saat ingin berdiri. Pasien
juga mengatakan susah untuk bangun dari tempat duduk dan mudah
merasa lemah serta tampak nenek tidak kuat untuk berdiri terlalu lama
3. Diagnosa
Secara konsep terdapat 2 diagnosa yang timbul pada Tn ”W”
- Nyeri berhubunghan dengan proses inflamasi.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.

4. Implementasi keperawatan
Pada saat perencanaan dan tindakan keperawatan menurut diagnosa
keperawatan yang muncul pada Tn “W” disesuaikan dengan kondisi,
situasi, dan kemampuan pasien serta disesuaikan dengan sarana dan
prasarana yang tersedia di ruangan.
- Nyeri berhubunghan dengan proses inflamasi, Implementasi: pada
implementasinya semua intervensi dapat dilaksanankan dengan
baik sesuai dengan sarana, prasarana kebutuhan pasien.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
Implementasi: pada implementasinya semua intervensi dapat
dilaksanankan dengan baik sesuai dengan sarana, prasarana
kebutuhan pasien.

29
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn “W” di Panti Tresna
Werdah Teratai KM 5 Palembang. Dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, maka diambil kesimpulan dari tiap proses keperawatan yaitu:

1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data asuhan keperawatan


atritis reumatoidpada Tn “W” di Panti Tresna Werdah Teratai KM 5
Palembang

2. Dalam proses pengkajian diruang bedah oleh perawat dan mahasiswa


dapat menggali data subjektif maupun obyektif dengan menggunakan
prinsip pengkajian persistem yang dapat menunjang terhadap
permasalahan pasien sehingga tujuan perencanan dapat sesuai dengan
kebutuhan pasien

3. Rencana keperawatan yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan


kemampuan, kondisi dan sarana rumah sakit yang ada sesuai dengan
kebutuhan pasien serta melibatkan pasien dan keluarga untuk mengatasi
masalah yang aktual dan potensial, perencanaan ditujukan untuk mengatasi
nyeri dan intoleransi aktifitas.

4. Dalam proses pelaksanaan, tidak mengalami hambatan karena pelaksanaan


yang sudah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik dalam melakukan
asuhan keperawatanatritis reumatoid pada pasien Tn “W” kelompok
melibatkan teman- teman sehingga tahap ini bisa dilaksanakan dengan
baik.

30
5. Tahap evaluasi keperawatan berdasarkan diagnosa dari 2 diagnosa yang
yang dilakukan asuhan keperawatan semua dapat teratasi.

5.2 Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan, maka penyusun
memberikan saran atau menanggapi kesimpulan diatas, dimana masih ada
yang memerlukan perhatian dan penanganan untuk tercapai keadaan dan
kondisi yang memadai, maka kelompok mencoba mengungkapkan sarana
yang sekiranya dapat bermanfaat demi tercapai asuhan keperawatan
diantaranya:

1. Bagi pasien diharapkan dapat membuat keputusan yang tepat setelah


mendapat informasi atau mengetahuan mengenai atritis reumatoid

2. Dalam melaksanakan rencana keperawatan hendaknya mahasiswa


melibatkan petugas panti dalam menentukan rencana tindakan yang
diberikan dengan fasilitas yang ada sehingga asuhan keperawatan dapat
dilaksanakan secara komprehensif

3. Agar mendapatkan data yang valid dan aktual disarankan mahasiswa


dalam melaksanakan asuhan keperawatan hendaknya melakukan
pendokumentasian demi mengatasi masalah yang belum teratasi dan
merupakan informasi serta tanggung jawab terhadap pasien yang dirawat.

31
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI
KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam:


Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co

Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI.Jakarta : Bagian Patologi Anatomik


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders.In: Tierney LM, McPhee,


Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th
ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah.Jakarta : EGC. 2002.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007.BUKU AJAR PATOLOGI Edisi
7.Jakarta : EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000.KAPITA


SELEKTAKEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua.Jakarta : Media
Aesculapius

Nasution..1996. Aspek Genetik Penyakit Reumatikda(lam Noer S Editor) Buku


Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit bag 2. Jakarta: EGC

32

Anda mungkin juga menyukai