Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA GANGGUAN SISTEM

IMUNOLOGI YAITU REMATIK (RHEUMATOID ARTHRITIS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem


Endoktrin, Pencernaan, Perkemihan, dan Imunologi

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

Luvia Putri Salsabila (211211799)


Rebi Nur Haqqi (211211811)
Wulan Sani Efendi (211211826)

Kelas 2A

Dosen Pembimbing :
Ns. Lenni Sastra, S.Kep.,MS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana

atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya dan semoga sholawat beserta salam yang

senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan

para sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Dengan begitu penulis dapat menyusun laporan asuhan keperawatan yang berjudul

Asuhan Keperawatan Teoritis pada Gangguan Sistem Imunologi yaitu Rematik

(Rheumatoid Arthritis). Laporan asuhan keperawatan ini disusun untuk

menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Sistem

Endoktrin, Pencernaan, Perkemihan dan Imunologi.

Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini, tidaklah lepas dari

kendala dan hambatan yang penulis hadapi, namun penulis menyadari kelancaran

dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini tidak lain berkat dorongan,

bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala dan hambatan yang penulis

hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Lenni Sastra, S.Kep., MS selaku dosen mata kuliah Keperawatan

Dewasa Sistem Endoktrin, Pencernaan, Perkemihan dan Imunologi.

2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya laporan asuhan

keperawatan ini

3. Rekan-rekan seperjuangan dengan program studi S1 Keperawatan yang saling

mengingatkan dan memotivasi penulis dalam penyusunan laporan asuhan

keperawatan ini

i
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak

kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu

kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

Harapan dan tujuan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan dapat bermanfaat untuk semua pihak termasuk penulis, dan semoga apa yang

telah penulis pelajari diberkahi oleh Allah SWT, Aamiin allahhuma aamiin.

Padang, 18 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..iii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...iv

DAFTAR DIAGRAM……………………………………………………………….v

BAB I PENDAHULUAN..………………………………………………………......1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….1

B. Tujuan Penulisan....………………………………………………...................4

1. Tujuan Umum………………………………………………………...4

2. Tujuan Khusus …………………………………………………….....4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….....6

A. Konsep Penyakit ……………………………………………………………...6

1. Defenisi ………………………………………………………............6

2. Klasifikasi ……………………………………………......................14

3. Etiologi ……………………………………………………………...20

4. Manifestasi Klinis .………………………………………………….21

5. Patofisiologi ………………………………………………………...23

6. WOC………………………………………………………………...27

7. Penatalaksanaan…………………….………………………….........27

8. Pemeriksaan Penunjang …………………………………….............32

9. Komplikasi ………………………………………………….............34

iii
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS………………………………37

1. Pengkajian Keperawatan Teoritis………...……………………..…..37

2. Diagnosa Keperawatan Teoritis…………………………..…..……..46

3. Intervensi Keperawatan Teoritis………………………………….....47

4. Implementasi Keperawatan Teoritis………………………………...53

5. Evaluasi Keperawatan Teoritis……………………………………...53

BAB IV PENUTUP …………………………………………………….………….54

A. Kesimpulan………………………………………………………………..54

B. Saran……………………………………………………………………....55

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..…………..57

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Intervensi Keperawatan Teoritis Leukemia…………………

47

v
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Diagram Web Of Causation Leukemia…………………………

27

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit dengan nama arthritis reumatoid ini banyak diderita seiring

dengan bertambahnya usia yang disebabkan oleh adanya pengapuran sendi,

sehingga orang dengan jenis penyakit ini akan mengalami nyeri sendi dan

keterbatasan gerak (Meliny, 2018).

Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang disebabkan

karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan

sendi dan nyeri. Nyeri dapat muncul apabila adanya suatu rangsangan yang

mengenai reseptor nyeri. Penyebab terjadinya arthritis rheumatoid sendiri

belum diketahui secara pasti, tetapi biasanya hanya kombinasi dari genetik,

lingkungan, hormonal, dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus

terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus

(Nugraha, 2017).

World Health Organization (2016) menyatakan bahwa penderita

arthritis reumatoid diseluruh dunia sudah mencapai angka 335 juta, dan

diperkirakan jumlah penderita arthritis rheumatoid akan selalu mengalami

peningkatan (Almanca et al., 2015).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh Kemenkes RI (2013)

menunjukkan prevalensi penderita arthritis rheumatoid yang dikelompokkan

sesuai umur yaitu, 55-64 tahun (45% ), 65-74 tahun (51%) dan usia 75 tahun

keatas (54,8%) (Kholifah, 2016).

1
B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan asuhan keperawatan ini adalah

memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan secara teoritis

pada gangguan sistem imunologi yaitu rematik.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menidentifikasi konsep penyakit gangguan sistem imunologi

yaitu rematik.

b. Untuk mengidentifikasi pengkajian keperawatan teoritis pada

gangguan sistem imunologi yaitu rematik.

c. Untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan teoritis pada

gangguan sistem imunologi yaitu rematik.

d. Untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan teoritis pada

gangguan sistem imunologi yaitu rematik.

e. Untuk mengidentifikasi implementasi keperawatan teoritis pada

gangguan sistem imunologi yaitu rematik.

f. Untuk mengidentifikasi evaluasi keperawatan teoritis gangguan

sistem sistem imunologi yaitu rematik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Defenisi Rematik

Reumatoid Artritis (RA) adalah gangguan inflamasi kronis yang dapat

mempengaruhi lebih dari sekedar persendian. Pada beberapa orang,

kondisinya juga bisa merusak berbagai macam sistem tubuh, termasuk kulit,

mata, paru-paru, jantung dan pembuluh darah. Gangguan autoimun, reumatoid

artritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan

tubuh sendiri. Tidak seperti kerusakan osteoarthritis, reumatoid artritis

mempengaruhi lapisan sendi, menyebabkan pembengkakan yang menyakitkan

yang pada akhirnya dapat menyebabkan erosi tulang dan deformitas sendi.

(Sumber: buku yang sama Rebi)

2. Klasifikasi

a. Panyakit jaringan ikat yang difus

 Artritis reumatoid

 Artritis juvenilis

 Lupus eritematosus (‘diskoid, sistemik, drug-related)

 Skleroderma (lokalisata, skierosis sistemik)

 Polimiositis (dermatomiositis)

 Sindrom Sjögren

3
 Sindrom overlap (penyakit jaringan ikat campuran)

 Lain-lain (polimialgia rematika, eritema nodosum)

b. Artritis yang disertai spondilitis (Spondiloartropati)

 Ankilosing spondilitis

 Sindrom Reiter

 Artritis psoriatik

 Artritis yang disertai penyakit usus infiamatori

c. Osteoartritis (yaitu, osteoartrosis, penyakit sendi degeneratif)

 Primer

 Sekunder

d. Sindrom rematik yang berkaitan dengan unsur infeksius

 Langsung/direk (bakterial, viral, fungal, parasitik)

 Reaktit (bakterial, viral, pasca imunisasi)

e. Kelainan metabolik dan endokrin yang disertai keadaan reumatik

 Keadaan yang berkaitan dengan pembentukan kristal (gout,

pseudogout)

 Abnormalitas biokimia (amiloidosis, hemofilia)

 Penyakit endokrin (diabetes melitus, akromegali)

 Penyakit imunodefisiensi

 Kelainan herediter (sindrom hipermobilitas

f. Neoplasma

 Primer

4
 Sekunder (metastatik, multipel myeloma, leukemia

g. Kelainan neurovaskuler

 Sendi charcot

 Sindrom kompresi (carpal tunnel syndrome, radikulopati, stenosis

spinalis)

 Distrofi refleks simpatetik

 Penyakit atau fenomena Raynaud

h. Kelainan tulang, periosteum dan kartilago

 Osteoporosis

 Osteomalasia

 Osteoartropati hipertrofik

 Hiperostosis skeletal idiopatik difusa

 Penyakit paget pada tulang

i. Kelainan ekstra-artikuler

 Lesi jukstaartikularis (bursitis, lesi tendon de Quervain, epikondilitis,

kista poplitea (Baker)

 Nyeri punggung bawah

 Kelainan diskus intervertebralis

 Sindrom nyeri regional (metatarsalgia, nyeri servikal)

j. Kelainan lainnya yang disertal manifestasi artikuler

 Reumatisme polindromik

 Hidrartrosis intermiten

5
 Sarkoidosis

 Hepatitis aktif kronik

(Sumber: Buku KMB Brunner & Suddarth Edisi 8)

3. Etiologi

Secara etiologi, reumatik disebabkan karena beberapa faktor.

Meskipun faktor pencetus reumatik sudah ditemukan, namun secara pasti

belum ditemukan penyebab utamannya. Menurut Iwan (2013) dalam

makalahnya yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Rematoid

Artritis membagi ke tiga bagian. Ketiga bagian tersebut meliputi mekanisme

imunitas yang terkait dengan IgG dari imunolglobulin dan rheumatoid faktor.

Adapun kedua bagian lain seperti faktor metabolik dan terjadinya infeksi

akibat virus. Ada beberapa faktor dalam fisik seseorang, yang meliputi usia,

jenis kelamin, genetik, suku dan berat badan antara lain:

a. Usia

Sebagian besar reumatik menyerang pada orang lanjut usia. Meskipun

ada sebagian kasus tertentu reumatik bisa saja terjadi pada anak muda usia 15

tahun dan 20 tahun ke atas. Jika dilihat dari prevalensinya, reumatik

menyerang pada orangtua yang sudah berusia lanjut, di usia lebih dari 60

tahun.

b. Jenis Kelamin

6
Jenis kelamin menjadi faktor penentu serangan reumtik. Khusus

osteoarthritis lutut dan persendian sebagian besar menyerang kaum hawa.

Sementara itu, laki-laki menderita osteoarthritis dibagian paha, leher dan

pergelangan tangan. Jenis kelamin sebagai faktor tertentu terkait dengan

faktor hormonal pada pathogenesis osteoarthritis.

c. Genetik

Faktor genetik menjadi faktor herediter. Klien yang memiliki faktor

keturunan lebih berisiko akan mengalaminya juga. Jadi, ada kecenderungan

tiga kali lebih sering daripada pada Klien yang tidak memiliki keturunan.

d. Suku

Suku menjadi faktor risiko. Tidak banyak orang tahu bahwa suku

menjadi prevalensi dan pola terkenanya osteoarthritis. Orang kulit hitam

misalnya, lebih jarang terkena osteoarthritis paha. Sedangkan di Amerika asli

lebih sering didapati Klien yang mengalami osteoarthritis lebih banyak.

Terkait hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup dan perbedaan frekuensi

kelainan kogenital dan pertumbuhan.

e. Berat

Klien reumatik yang memiliki berat badan memiliki pe- luang terkena

remumatik dibandignkan mereka yang memiliki berat badan proporsional.

Terutama Klien yang memiliki masalah obesitas meningkatkan risiko

timbulnya osteoarthritis. Hal ini terkait dengan kemampuan persen- dian

menanggun beban.

(Sumber: Buku yang sama Rebi)

7
4. Tanda Dan Gejala

Rhemautoid Arthritis dapat saja ringan dan kekambuhan melibatkan

beberapa sendi dalam periode yang singkat atau progresif dengan

perkembangan kecacatan dan penyakit sistemik parah. Secara keseluruhan

rhemautoid arthritis ditandai siklus penderitaan dan keringanan, durasi kondisi

psikologis yang dialami klien adalah perasaan ketidakberdayaan dan

ketidakpastian, sedikit sekali klien dengan sakit parah yang tidak berespons

terhadap pengobatan yang agresif.

Gambaran klinis rhemautoid arthritis bervariasi bukan hanya per klien,

namun dalam satu individu tersebut selama perjalanan penyakit tersebut.

Ledakan akut poliartikuler selama beberapa hari dapat saja muncul.

Rhemautoid arthritis akan muncul bertahap selama beberapa minggu hingga

bulan dan diikuti dengan gejala sistemik, seperti anoreksia, penurunan berat

badan, kelelahan, nyeri otot dan kaku. Nyeri sendi dan pembengkakan

berhubungan dengan kaku-kaku di pagi hari selama beberapa jam.

Keterlibatan sendi biasanya simetris dan poliartikuler, paling sering terjadi

pada jari, tangan, pergelangan tangan, lutut dan kaki.

Keterlibatan simetris bilateral tangan (pergelangan tangan, sendi MCP,

dan sendi PIP merupakan ciri rhemautoid arthritis. Pembengkakan pada sendi

PIP berkontribusi pada jari berbentuk seperti gelondong. Tenosynovitis

tendon fleksor jari biasa terjadi bersamaan dengan pembengkakan dan

8
pelunakan ulnar stiloid. Penurunan dorsifleksi pergelangan tangan terjadi pada

awal perkembangan penyakit dan dapat sangat menyakitkan dibandingkan

perubahan bentuk sendi jari. Seiring pertambahan waktu, perusakan synovial

mengakibatkan perubahan bentuk tangan ; deviasi ulnar sendi MCP jari dan

deviasi medial pergelangan tangan.

Pada ekstremitas bawah, rhemautoid arthritis mempengaruhi hamper

seluruh sistem tubuh. Tiga dari gejala ini merupakan yang paling sering

Nampak. Gejala ini antara lain nodulus reumatoid,syndrome sjorgen, dan

sindrom felty. Nodulus reumatoid, yaitu tipe granuloma yang muncul

disekitar pembuluh darah kecil dapat muncul pada 50% klien rhemautoid

arthritis. Biasanya yang memiliki kadar RF tinggi, biasanya akan muncul

benjolan padat, dapat digerakan dan tidak terasa sakit, nodulus muncul pada

permukaan sendi ekstensor, seperti siku dan jari, serta pada bagian tubuh yang

lain seperti paru. Nodulus ini mudah pecah/ruptur dan terinfeksi.

Sindrom sjorgen sekunder, keratokonjungtivis sikka, terjadi pada 10-

15% klien. Dapat terjadi sendiri atau bersamaan dengan penyakit lain,

misalnya LES atau polimiositis. Klien dengan sindrom sjorgen kehilangan

sekresi kelenjer saliva dan lakrimalis. Klien menderita keluhan mata kering,

terbakar, atau sensasi pasir pada mata dengan penurunan fotosentivitas,

kerjenihan dan gatal.

Sindrom felty digambarkan sebagai gabungan rhemautoid arthritis,

splenomegaly, leukopenia dan ulkus tungkai. Beberapa penelitian

menunjukkan adanya hubungan dengan limfoadenopati, trombositopenia, dan

9
halotipe HLA-DR4. Sindorm felty terjadi pada klien dengan rhemautoid

arthritis pembentuk nodul berat. Masalah rhemautoid arthritis ekstraartikuler

lainnya antara lain masalah inflamasi mata, infeksi, penyakit paru, vasculitis,

dan kelainan jantung. (Black dan Jane, 2014).

Menurut Umi Istianah (2017) gejala klinis rhemautoid arthritis

diantaranya yaitu :

1) Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari.

Kekakuan berlangsung sekitar 30 menit dan dapat berlanjut

ssampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda

dengan kekakuan pada osteoarthritis yang biasanya tidak

berlangsung lama.

2) Muncul pembengkakan, warna kemerahan dan rasa panas

secara berangsur-angsur.

3) Pada peradangan sendi kronik dapat muncul erosi pada pinggir

tulang. Kondisi ini hanya dapat dilihat melalui penyinaran X-

ray.

4) Deformitas, pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi

metakarpofalangea, deformitas boutonniere, dan leher angsa.

5) Jika sendi besar terkena, gejala penurunan kemampuan fleksi

atau ekstensi akan muncul. Sendi mungkin mengalami

ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak secara total.

10
5. Patofisiologi

Perubahan histologi Rhemautoid Arthritis (RA) bukan khusus pada

penyakit, namun bergantung pada organ yang terlibat. Lesi sendi melibatkan

sinovium. Antibodi RF muncul melawan IgG. Ironisnya, IgG merupakan

antibodi alamiah manusia. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana tubuh

memproduksi antibodi (RF) terhadap IgG dan mengakibatkan IgG menjadi

antigen atau protein asing yang harus dihancurkan. Produk makrofag dan

limfosit diduga berperan dalam pathogenesis Rhemautoid Arthritis sebagai

bagian sistem komplemen dan melepaskan inflamasi. Penelitian awal

menunjukkan interleukin 8, yang dikenal sebagai neutrofil activating peptide

1 (NAP-1) memiliki peran penting dalam proses inflamasi Rhemautoid

Arthritis dan autoantibodi dalam sirkulasi dapat digunakan sebagai penanda

yang berguna untuk deteksi tingkat keparahan Rhemautoid Arthritis. Dengan

pembentukan kompleks imun, sinovitis muncul seiring dengan membrane

synovial menjadi bengkak, iritasi dan inflamasi.

Seiring penumpukan kompleks imun pada membran sinoval, atau

permukaan kartilago artikuler, kompleks imun tersebut difagositosit oleh

leukosit polimorfonuklear (PMN), monosit, dan limfosit. Sayangnya,

fagositosis menghentikan kompleks imun dan melepasakan enzim (radikal

oksigen, asam arakidonat) yang menyebabkan hipersemia, edema, bengkak,

dan penebalan pelapis synovial. Hipertrofi synovial secara harfiah menyebar

ke jaringan di sekitarnya termasuk kartilago artikuler, mengakibatkan

pembentukan pannus, yang merupakan jaringan parut dengan banyak

11
pembuluh darah yang disusun oleh limfosit, makrofag, histiosit, fibroblast,

dan sel mast. Tidak diragukan lagi, bahwa elemen paling merusak pada

Rhemautoid Arthritis adalah pannus. Pannus dapat mengikis dan merusak

kartilago artikuler, akhirnya menghasilkan erosi tulang tulang subkondral,

kista tulang, fisura dan pertumbuhan tulang taju, dan osteofit. Penelitian

termasuk tumor nekrosis faktor (TNF) dapat menyebabkan kerusakan

kartilago. Pannus juga melukai dan memperpendek tendon dan ligamen,

menyebabkan kelemahan ligamentum, sublukasi, dan kontraktur. (Black dan

Jane, 2014)

6. WOC

Diagram 2.1

Diagram Web Of Causation Rhemautoid Arthritis

Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh


infeksi, endokrin, autoimun, metabolic, dan
faktor genetic, serta faktor lingkungan

Rheumautoid Arthritis

Sinovitis Tenosinovilis Kelainan pada tulang Kelainan pada jaringan Gambaran khas
ekstra-artikular nodul subcutan

Hiperemia dan Invasi kolagen Erosi tulang & kerusakan Defisit


Kelemahan
pembengkakan z pada tulang rawan Miopati Atrofi otot
fisik
perawatan
diri

Ruptur tendon secara


Nekrosis dan parsial atau total Instabilitas dan deformitas Anemia Resiko
kerusakan dalam Sistemik Osteoporosis
sendi generalisata trauma
ruang sendi

Hambatan Kelenjar
Gangguan mekanis dan splenomegali
mobilitas fisik fungsional pada sendi limfe
Nyeri

12
Perubahan bentuk tubuh pada
Saraf Neuropati perifer
Gambaran khas
tulang dan sendi
nodul subkutan
Inflamasi keluar Perikarditis, miokarditis,
ekstra artikular dan radang katup jantung
Ansietas Gangguan konsep diri,
citra diri
Kegagalan fungsi jantung

Kebutuhan
informasi

Sumber:

7. Penatalaksanaan

Terapi untuk leukemia akut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

8. Pemeriksaan Penunjang

1) Darah tepi

9. Komplikasi

Menurut Zelly, 2012 komplikasi leukemia yaitu:

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian Keperawatan Teoritis

Pengkajian Keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan

merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan sistematis

sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting

untuk merumuskan suatu diagnose keperawatan dan dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu ( Olfah & Ghofur,

2016 ).

14
a. Data Biografi Pasien

Wanita punya peluang yang lebih besar mengalami berbagai

jenis rematik, seperti rheumatoid arthritis, skleroderma, fibromyalgia,

dan lupus. Untuk pria yang mengidap asam urat juga lebih rentan

mengalami rematik. Sedangkan bagi penderita obesitas dan perokok

dapat meningkatkan risiko sejumlah penyakit rematik. Umumnya

rematik biasanya terjadi di usia paruh baya, tetapi anak muda juga bisa

terkena penyakit ini (Verury, 2020).

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit rematik klien

biasanya 

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada riwayat kesehatan dahulu pada  klien dengan rematik,

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang

mengalami 

c. Pemerikasaan Fisik

1. Keadaan Umum

Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah,

kesadaran bersifat composmentis selama belum terjadi komplikasi.

2. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)

15
Nadi :

Suhu :

RR :

3. Pemeriksaan fisik head to toe

Kulit (lakukan inspeksi dan tanyakan)

a) Ruam/lesi

b) Peningkatan memar

c) Eritoma (kemerahan, rubor)

d) Penipisan

e) Panas/hangat (kafor)

f) Fotosensitivitas

b. Rambut (lakukan inspeksi dan tanyakan)

a) Alopesia/penipisan

c. Mata (lakukan inspeksi dan tanyakan)

a) Kering/kasar

b) Penurunan ketajaman penglihatan atau kebutaan

c) Katarak

d) Penurunan daya penglihatan perifer

e) Konjungtivitis/uveitis

d. Telinga (tanyakan)

a) Tinnitus

b) Penurunan ketajaman pendengaran

e. Mulut (lakukan Inspeksi dan tanyakan)

16
a) Lesi pada pip//sublingual

b) Perubahan daya pengecap

c) Kering

. d) Disfagia

e) Kesulitan mengunyah

f. Dada (lakukan inspeksi dan tanyakan)

a) Nyeri pleuritik

b) Penurunan ekspansi dada

c) Intoleransi terhadap aktivitas (dispnea)

g. Sistem Kardiovaskuler (lakukan Inspeksi, palpasi dan tanyakan)

a) Jari tangan yang pucat ketika terkena hawa dingin

b) Pulsus perifer

h. Abdomen (lakukan inspeksi dan palpasi)

a) Perubahan kebiasaan defekasi

b) Mual/vomitus/meteorismus/nyeri

c) Perubahan berat badan

i. Genitalia (lakukan inspeksi dan tanyakan)

a) Kering/gatal-gatal

b) Haid yang abnormal

c) Perubahan pada kinerja seksual

d) Higiene

e) Uretritis, disuria

f) Lesi

17
j. Neurologik (lakukan inspeksi dan tanyakan)

a) Parestesia ekstremitas

b) Corak refleks yang abnormal

c) Sakit kepala

k. Muskuloskeletal (lakukan inspeksi dan palpasi)

a) Sendi yang merah/hangat/bengkak/nyeri tekan/deformitas lokasi

sendi pertama yang terkena, pola perjalanan penyakitnya,

kesetangkupan, sifat akut vs kronik

b) Rentang gerak sendi

c) Gambaran pada jaringan di sekitarnya atrofi otot, nodul

subkutan, kista poplitea

d) Kekuatan otot (kekuatan genggaman)

l. Pemeriksaan Penunjang

Nilai Laboratorium:

a) Laju endap darah [LED atau ESR (rythrocyte sedimentation

rate)

b) Hitung darah lengkap

c) Hitung trombosit

d) Kadar salisilat

(Sumber: Buku KMB Brunner & Suddarth Edisi 8)

m. Pengkajian 11 Fungsional Gordon

1. Aktivitas / Istirahat

18
Gejala: nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,

memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari,

biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang

berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,

keletihan.

Tanda: malaise (Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,

kontraktor/kelaianan pada sendi).

2. Kardiovaskuler

Gejala: fenomena Raynaud jari tangan/kaki (misalnya pucat

intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum

warna kembali normal).

3. Integritas ego

Gejala: faktor-faktor stres akut/kronis: mis; finansial,

pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan antara

lain:

1) Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi

ketidakmampuan).

2) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi

(misalnya ketergantungan pada orang lain).

4. Makanan/cairan

Gejala: ketidakmampuan untuk menghasilkan/me-

ngonsumsi makanan atau cairan adekuat; mual; ano- reksia;

kesulitan untuk mengunyah.

19
Tanda: penurunan berat badan; kekeringan pada membran

mukosa.

5. Hygiene

Gejala: berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas

perawatan pribadi (ketergantungan terhadap oranglain).

6. Neurosensori

Gejala: kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya

sensasi pada jari tangan.

Tanda: pembengkakan sendi simetris.

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala: fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh

pembengkakan jaringan lunak pada sendi).

8. Keamanan

Gejala: kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, lesi kulit,

ulkus kaki; kesulitan dalam ringan dalam menangani

tugas/pemeliharaan rumah tangga; demam ringan menetap;

kekeringan pada mata dan membran mukosa.

9. Interaksi sosial

Gejala: kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang

lain; perubahan peran; isolasi.

(Sumber: Buku yang sama Rebi)      

B. Diagnosa Keperawatan Teoritis

20
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

kesehatan. ( SDKI, 2016 )

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus Rhemautoid

Arthritis menurut Umi Istianah (2017) adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan jaringan oleh akumulasi

cairan, proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,

nyeri atau rasa tidak nyaman, intoleransi terhadap aktivitas atau

penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan citra tubuh atau perubahan penampilan peran berhubungan

dengan perubahan kemampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari,

peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan

muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak

atau depresi.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus Rhemautoid

Arthritis menurut Black dan Jane (2014) adalah sebagai berikut :

1. Nyeri kronis berhubungan dengan inflamasi dan bengkak dari

tekanan jaringan sekitar, perubahan sendi dan kerusakan sendi.

21
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kaku, dan

perubahan sendi.

3. Kesiapan untuk meningkatkan perawatan diri berhubungan dengan

jadwal pengobatan kompleks, risiko tinggi efek samping, perawatan

kesehatan dan perawatan mandiri.

C. Intervensi Keperawatan Teoritis

Intervensi keperawatan adalah segala bentuk terapi yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan peniliaan klinis untuk

mencapai, peningkatkan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien

individu, keluarga dan komunitas. ( SIKI DAN SLKI, 2018)

Tabel 3.1

Tabel Intervensi Keperawatan Teoritis Leukemia

DIAGNOSIS
N KEPERAWATA
SLKI SIKI
O N
(SDKI)
1. Risiko Infeksi Setelah Manajemen imunisasi/vaksinasi
berhubungan dilakukan Observasi :
dengan leukopenia. intervensi - Identifikasi riwayat kesehatan dan
keperawatan riwayat alergi
selama 1x24 jam - Identifikasi kontraindikasi pemberian
diharapkan imunisasi(mis, reaksi anafilakssis
tingkat infeksi terhadaap vakssin sebelumnya dan

22
membaik dengan atau sakit parah dengan ataupun
kriteria hasil: tanpaa demam)
- Kebersihan - Identifikasi status imunisasi setiap
tangan kunjungan ke pelayanan kesehatan.
meningkat Teraupeutik :
- Demam - Berikan suntikan pada bayi di bagian
menurun paha anterolateral.
- Kemerahan - Dokumentasi informasi
menurun vaksinasi(mis,namaprodusen,tanggaa
- Nyeri l kadaluawarsa).
menurun - Jadwalkan imunisasi pada interval
- Periode waktu yang tepat.
menggigil Edukasi :
menurun - Jelaskan tujuan,manfaaat ,reaksi
- Kadar sel yang terjadi,jadwal,dan efek
darah putih samping.
membaik - Informasikan imunisasi yang
- Kultur darah diwajibkan pemerintah ( mis,
membaik hepatitis B,BCG,
- Kultur area difteri,tetanus,pertutuis ,H.influenza ,
luka palio,campak ,measles, rubelaa)
membaik - Informasikan imunisasi yang
melindungi terhadaap penyakit
namun saat ini tidak di wajibkan
pemerintah
(mis,influenza,pneumokokus)
- Informasikan vakssinasi untuk
kejadian khusus (mis, rabies,tetanus).
- Informasikan penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti mengulang

23
jadwal imunisasi Kembali
- Informasikan penyediaan layanan
pecan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis.

2. Penurunan curah Setelah Perawatan jantunyg


jantung dilakukan Observasi :
berhubungan intervensi - Identifikasi tanda atau gejala primer
dengan keperawatan penurunan curah jantung ( meliputi
trombositopenia selama 1x24 jam dispnea, kelelahan, edema, ortopnea,
sekunder. diharapkan curah paroxysmal nocturnal dyspnea,
jantung peningkatan CPT)
meningkat - Identifikasi tanda dan gejala sekunder
dengan kriteria penurunan curah jantung (meliputi
hasil : peningkatan berat badan,
- Kekuatan hepatomegali, distensi vena jugularis,
nadi perifer palpitasi, ronkhi basah, oliguria,
meningkat batuk, kulit pucat)
- Ejaction - Monitor tekanan darah.
Fraction - Monitor intake dan output cairan.
(EF) - Monitor berat badan setia hari pada
meningkat waktu yang sama.
- Bradikardi - Monitor saturasi oksigen
menurun - Monitor keluhan nyeri dada ( mis.
- Trakikardi Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
menurun presivatasi yang mengurangi nyeri
- Tekanan Terapeutik :
darah - Posisikan pasien semi-Fowler atau
membaik Fowler dengan kaki kebawah atau
- Capillary

24
Refill Time posisi nyaman
(CPT) - Berikan diet jantung yang sesuai (mis.
membaik Batasi asupan kafein, natrium,
- Pulmonary kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
artry wedge - Gunakan stocking elastis atau
pressure pneumatic intermiten, sesuai indikasi
(PAWP) - Berikan terpai relaksasi untuk
membaik mengurangi stress, jika perlu
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%

Edukasi :
- Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi
- Anjurkan beraktifitas fisik secara
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
- Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
hairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung

25
3. Keletihan Setelah Edukasi Aktivitas/Istirahat
berhubungan dilakukan Observasi :
dengan efek intervensi - Identifikasi kesiapan dan
samping keperawatan kemampuan menerima informasi
pengobatan, kadar selama 1x24 jam Terapeutik :
Hb rendah, nyeri, diharapkan - Sediakan materi dan media
kurang tidur, atau tingkat keletihan pengaturan aktivitas dan istirahat
penyebab lainnya. membaik dengan - Jadwalkan pemberian pendidikan
kriteria hasil : kesehatan sesuai kesepakatan
- Verbalisasi - Berikan kesempatan kepada pasien
kepulihan dan keluarga untuk bertanya
energi Edukasi :
meningkat - Jelaskan pentingnya melakukakan
- Tenaga aktivitas fisik/ olahraga secara rutin
meningkat - Anjurkan terlibat dalam aktivitas
- Kemampua kelompok, aktivitas bermain atau
n aktivitas lainnya
melakukan - Anjurkan Menyusun jadwal aktivitas
aktivitas dan istirahat
rutin - Snjurkan mengidentifikasi kebutuhan
meningkat istirahat (mis. Kelelahan, sesak nafas
- Verbilisasi saat aktivitas)
menurun - Ajarkan cara mengidentifikasi target
- Lesu dan jenis aktivitas sesuai
menurun kemampuan.
- Pola
istirahat
membaik
4. Risiko disfungsi Setelah Edukasi Seksualitas

26
seksual yang dilakukan Observasi :
berhubungan intervensi - Identifikasi kesiapan dan
dengan pengaruh keperawatan kemampuan menerima informasi
kemoterapi atau selama 1x24 jam Terapeutik :
terapi radiasi pada diharapkan - Sediakan materi dan media
organ reproduksi. fungsi seksual Pendidikan kesehatan
membaik dengan - Jadwalkan pendidikan kesehatan
kriteria hasil : sesuai kesepakatan
- Kepuasan - Berikan kesempatan untuk bertanya
hubungan - Fasilitasi kesadaran keluarga
seksual terhadap anak dan remaja serta
meningkat pengaruh media
- Verbalisasi Edukasi :
aktivitas - Jelaskan anatomi fisiologi sistem
seksual reproduksi laki-laki dan perempuan
berubah - Jelaskan perkembangan seksualitas
menurun sepanjang siklus hkeidupan
- Verbalisasi - Jelaskan perkembangan emosi masa
eksitasi anak dan remaja
seksual - Jelaskan resiko trtular penyakit
berubah menular seksual dan AIDS akibat
menurun seks bebas
- Verbalisasi - Anjurkan orang tua menjadi educator
peran seksualitas bagi anak-anak
seksual - Ajarkan keterampilan komunikasi
berubah asertif untuk menolak tekanan teman
menurun sebaya dan social dalam aktivitas
- Hasrat seksual
seksual

27
membaik
- Orientasi
seksual
membaik

D. Implementasi Keperawatan Teoritis

Implementasi atau tindakan keperawatan adalah perilaku atau

aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk meng-

implementasikan intervensi keperawatan. Intervensi unggulan yang akan

dilakukan adalah mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko

tinggi yaitu dengan cara menjaga kebersihan tubuh pasien untuk

mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang bisa

mengakibatkan infeksi.

E. Evaluasi Keperawatan Teoritis

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses

keperawatan. Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan

empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni S (subjective)

merupakan data informasi berupa ungkapan keluhan dari pasien. O

(objective) merupakan data berupa hasil pengamatan, penilaian, dan

pemeriksaan. A (Analisis/assesment) merupakan interpretasi makna data

28
subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah

ditetapkan P (planning) merupakan rencana keperawatan lanjutan yang

akan dilakukan berdasarkan hasil analisa data.

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa

proliferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya

kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan

disertai infiltrasi ke organ-organ lain.

Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa factor predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya : sel

darah putih yang kemungkinan berproliferasi secara tidak terkendali

sebagai penyebab tersering, kemudian karena radiasi, zat kimia, gangguan

imunologik, virus dan factor genetik.

Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan

angka kematian yang tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke

CNS merupakan faktor yang memperburuk perjalanan penyakit ini.

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus leukemia

sebagai berikut :

30
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan leukopenia.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan

trombositopenia sekunder.

3. Keletihan yang berhubungan dengan efek samping

pengobatan, kadar Hb rendah, nyeri, kurang tidur, atau

penyebab lainnya.

4. Risiko disfungsi seksual yang berhubungan dengan

pengaruh kemoterapi atau terapi radiasi pada organ

reproduksi.

B. Saran

Asuhan keperawatan teoritis ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan, keterampilan dan wawasan penulis sendiri dalam pemberian

asuhan keperawatan pada klien dengan leukemia. Diharapkan penulis

dapat melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan secara

teoritis agar asuhan keperawatan dapat tercapai tepat sesuai dengan

masalah kesehatan yang dialami klien.

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan bahwa:

1. Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik

pada klien yang sakit maupun sehat. Respons-respons tersebut

merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan proses

kehidupan yang dialami klien terhadap kondisi sehat-sakit,

sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respon klien terhadap

kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya di mulai dari fase

31
pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal yang

membutuhka diagnosa keperawatan dan dapat diatas atau diubah

dengan intervensi keperawatan (Christensen & Kenney, 2009;

McFarland & McFarlane, 1997; Seaback, 2006).

2. Dalam menetapkan diagnose keperawatan diharapkan perawat agar

memperhatikan respon klien yang berbeda-beda terhadap masalah

kesehatan melalui pengkajian biopsikososial spiritual dan cultural

yang komprehensif.

3. Diharapkan kepada perawat dalam mengumpulkan data agar

menggunakan berbagai sumber informasi dengan menggunakan

teknik-teknik wawancara, observasi, pengkajian fisik dan

dokumentasi agar data yang terkumpul akurat dan komprehensif.

4. Untuk meningkatkan mutu keperawatan maka diperlukan

pendokumentasian proses keperawatan sebagai salah satu bukti

pertanggung jawaban terhadap usaha yang telah diberikan maka

sebaiknya rumah sakit menyiapkan format untuk pendokumentasian

32
DAFTAR PUSTAKA

Istianah, Umi. 2017. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
Jane & Joyce. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Buku 3 ed. 8. Singapura: Elsevier
Tim POKJA SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Cetakan III, ed.1. Jakarta: DPP PPNI
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia II, ed.
1. Jakarta : DPP PPNI
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia II,
ed , 1. Jakarta : DPP PPNI

33
34

Anda mungkin juga menyukai