Anda di halaman 1dari 41

SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS RHEUMATOID

PADA TN. T DI RUANGAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


POSO

Disusun oleh kelompok I :


DESAK KOMPIANG NOVITA SARI
RAHMAD HIDAYAT USMAN
MUHAMAD FITRA LAPASA
NURHANUM LAMUNA
CASWATI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS RHEUMATOID PADA TN. T DI


RUANGAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POSO

Disusun oleh :
DESAK KOMPIANG NOVITA SARI
RAHMAD HIDAYAT USMAN
MUHAMAD FITRA LAPASA
NURHANUM LAMUNA
CASWATI

Telah disetuji untuk dipertahankan pada persentase seminar kasus oleh:

Preceptor Ruangan Preceptor


Institusi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan seminar kasus ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN ARTRITIS RHEUMATOID PADA TN. T DI RUANGAN
INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POSO”, yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat menyelesaikan tugas dari Keperawatan Medikal Bedah
pada program studi profesi ners POLTEKES KEMENKES PALU.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan seminar kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan berbagai kritik dan saran
yang bersifat membagun dari pembaca sebagai bahan masukan bagi penyusun.
Penyusun menyadari pula dalam penyusunan skripsi ini, penyusun banyak
mendapatkan masukan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan
penyusun untuk mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat kepada
preceptor klinik dan preceptor institusi.

Dengan segala kerendahan hati penysusn menyadari bahwa penyusun hanyalah

manuasia biasa yang tak luput dari alahdan khilaf dalam penelitian dan

penysusunan seminar kasus ini, karena sesungguhnya kebenarandan

kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa semata. Semoga seminar

kasus ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua, dan amal baik yng

diberikan oleh semua pihak semoga mendapat balasan terbaik dari Tuhan Yang

Maha Esa. Akhir kata Mohon Maaf atas segala kesalahan seta kekuranga dan

kehilafan.

Poso, 1 oktober 2023

Penyusun

Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal sering
dinamakan rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia. Namun pada
umumnya masyarakat belum mengerti tentang pengertian, tanda gejala, penyebab
serta penanganan rematik. Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada masyarakat.
Satuan acara pembelajaran ini disusun sebagai pedoman dalam memberikan
pendidikan kesehatan sehingga hasilnya ias seperti yang kita harapkan.
1.2. Tujuan
Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan diharapkan pasien dapat
mengenal dan mengetahui tentang rematik
BAB II
TINJAUAN PUSTA
A. PENGERTIAN
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik atau
penyakit autoimun dimana rheumatoid arthritis ini memiliki karakteristik
terjadinya kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Penyakit
ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung
difusi yang diperantarai oleh imunitas (Lukman & Nurna Ningsih, 2013).
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia,
2011).
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2012). Engram
(1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan
penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial.

B. PENYEBAB
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara
IGC dan faktor Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan
psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-
antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung
& Raenah, 2008).

Adapun faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya


artritis reumatoid adalah;

1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60
tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan
anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis
Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

C. MANEFESTASI KLINIK (TANDA DAN GEJALA)


Menurut (Aspiani, 2014) ada beberapa gejala klinis yang umum
ditemukan pada pasien rheumatoid arthritis. Gejala klinis ini tidak harus
timbul secara bersamaan. Oleh karenanya penyakit ini memiliki gejala
klinis yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat
badan menurun, dan demam. Terkadang dapat terjadi
kelelahan yang hebat.
b. Poliaritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk
sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi interfalang distal, hampir semua sendi diartrodial
dapat terangsang.
c. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan
perubahan mekanis dengan nyeri yang disebabkan inflamasi.
Nyeri yang timbul setelah aktivitas 11 dan hilang setelah
istirahat serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda
nyeri mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah
berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi
atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan berkurang setelah
melakukan aktivitas.
d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat
bersifat generalisata terutama menyerang sendi-sendi.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartratis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
e. Arthritis erosif, merupakan ciri khas rheumatoid arthritis
pada gambaran radiologic. Peradangan sendi yang kronik
mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada
radiogram.
f. Deformitas, kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi
jari, sublukasi sendi metakarpofalangeal, leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yang sering di jumpai pasien.
Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang
besar juga dapat terangsang dan akan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerakan ekstensi.
g. Nodula-nodula rheumatoid adalah massa subkutan yang
ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita
rheumatoid arthritis. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa elekranon (sendi siku), atau di
sepanjang permukaan ekstanor dari lengan, walaupun
demikian nodul-nodul ini dapat juga timbul pada tempat-
tempat lainnya. Nodul-nodul ini biasanya merupakan suatu
tanda penyakit yang aktif dan lebih berat. 12
h. Manifestasi ekstra articular, rheumatoid arthritis juga dapat
menyerang organorgan lain diluar sendi. Jantung
(pericarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan rusaknya
pembuluh darah.

D. PATOFISIOLOGI
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2012).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan
yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus
masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif
yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan
terjadi vaskulitis yang difus (Long, 2013).
E. PATHWAY
Patway Artritis Rheumatoid

Reaksi faktor R dengan


antibody, faktor metabolik, Reaksi peradangan Nyeri
infeksi dengan kecenderungan
virus.

Kekakuan Sendi Synovial menebal Kurangnya Informasi

Hambatan Mobilitas Fisik Panus


Defisiensi Pengetahuan
Ansietas

Nodul Infiltrasi dalam os.subcondria

Deformitas sendi Hambatan nutrisi pada


kartilago artikularis

F.
Gangguan Body Image

Kartilago Nekrosis Kerusakan kartilago dan


tulang

Adhesi pada permukaan sendi


Tendon dan ligament mele
mah

Hambatan mobilitas Ankilosis fibrosa


Fisik
Mudahluksasi dan Hilangnya Kekuatan
sublukasi

Resikocedera
Kekuatan Sendi Ankilosis tulang

Keterbatasan gerakan
sendi
Defisit perawatan
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. Mempertahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri) dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar
salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen: meningkatkan toleransi saluran
cerna terhadap terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600
mg/hari: mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing
sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi: diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki
fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya
kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan
pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran
pada persendian.

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan


penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik
antara pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang
merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat
memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu
yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis
terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat
ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien
perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar
kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga
keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang
optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid
arthritis menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium
penyakit yang lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan
perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun pertama
awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-
hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air
hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati,
kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan
olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga
asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama
banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi
pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat
zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi
anemia dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan
pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan synovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi
yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan
kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen.
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada
penegakan diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid,
inflamasi sendi yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan
peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan
komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan
antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif.
Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna
mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan
sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau
perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang
yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan
penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

I. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan


yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan
lingkungan. Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam
empat tahap kegiatan, yang meliputi: pengumpulan data, analisa data,
sistematika data, dan penentuan masalah.
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan
dua hal yaitu : status kesehatan pasien dan kekuatan masalah kesehatan
yang dialami oleh pasien. Tujuan pengumpulan data adalah pengumpulan
informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah-masalah, serta kebutuhankebutuhan keparawatan
dan kesehatan pasien. Tipe data ada dua yaitu Data subyektif adalah
deskrepsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya, Data objektif
adalah hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan pasien.
(Dermawan, 2018)
Pengkajian nyeri yang faktual dan tepat dibutuhkan untuk
menetapkan data dasar, menegakkan diagnosis keperawatan yang tepat,
menyeleksi terapi keperawatan yang cocok, dan mengevaluasi respon
pasien terhadap nyeri, untuk membantu pasien dalam mengutarakan
masalah/keluhannya secara lengkap, pengkajian yang bisa dilakukan oleh
perawat untuk mengkaji karakteristik nyeri bisa menggunakan
pendekatan analisis symptom (Andarmoyo, 2018).
Tabel 2.1 Pengkajian Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
P Provokatif atau paliatif Apakah yang menyebabkan gejala? Apa saja yang
dapat mengurangi dan memperberatnya?

Q Kualitas atau kuantitas Bagaimana gejala (nyeri) dirasakan, sejauh mana Anda
merasakannya sekarang?

R Regional/area Dimana gejala terasa? Apakah menyebar


terpapar/radiasi

S Skala keparahan Seberapa keparahan dirasakan (nyeri dengan skala


berapa)? (1-10)

T Timing atau waktu Kapan mulai timbul? Seberapa sering gejala terasa?
Apakah tiba-tiba atau bertahap?
Sumber: Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, (Andarmoyo, 2018)

a. Riwayat nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan pasien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri
dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan
membantu perawat memahami makna nyeri bagi pasien dan bagaimana
pasien berkoping terhadap nyeri.

b. Lokasi

Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan bantuan gambar tubuh. Pasien


biasanya menandai bagian tubuhnya yang mengalami nyeri.

c. Intensitas

Skala nyeri yang paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka
“0” menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan
nyeri “terhebat” yang dirasakan pasien.

Sumber: Pengkajian Kesehatan untuk Perawat (Niman, 2013)

Gambar 2.1 Skala Nyeri Numeris/Numeric Scale Rate (NRS)

d. Kualitas Nyeri

Nyeri terkadang bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-tusuk”.


Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan pasien untuk
menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat
berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan
tindakan yang diambil.
e. Pola Nyeri

Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan kekambuhan atau
interval nyeri. Oleh karena itu, perawat perlu mengkaji kapan nyeri
dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan
kapan nyeri terakhir kali muncul.
f. Tindakan untuk Menghilangkan Nyeri

Pengkajian faktor-faktor untuk menghilangkan nyeri juga harus mencakup


identifikasi para praktisi (misalnya: ahli penyakit dalam, ahli tulang, ahli
akupuntur) yang telah pasien gunakan pelayanannya.
g. Gejala Penyerta

Gejala penyerta adalah gejala yang sering kali menyertai nyeri (misalnya:
mual, nyeri kepala, pusing, konstipasi dan gelisah). Gejala penyerta
memerlukan prioritas penanganan yang sama penting dengan nyeri itu
sendiri.

h. Observasi respons perilaku dan fisiologis. Respon yang bisa dijadikan


indikator nyeri dibagi menjadi dua diantaranya:

1. Vokalisasi meliputi mengaduh, menangis, dan sesak nafas.


2. Ekspresi wajah meliputi meringis, menggeletukkan gigi, mengernyitkan
dahi, menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka mata atau
mulut dengan lebar, dan mengigit bibir.
3. Gerakan tubuh meliputi gelisah, imobilisasi, ketegangan otot,
peningkatan pergerakan jari dan tangan, aktivitas melangkah yang
tunggal berlari atau berjalan, gerakan ritmik atau gerakan menggosok,
dan gerakan melindungi tubuh.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sendi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

K. PERENCANAAN
Perencanaan keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016). Intervensi keperawatan memiliki tiga komponen yaitu label,
definisi dan tindakan. Label merupakan kata kunci untuk memperoleh
informasi mengenai intervensi keperawatan. Label terdiri atas satu atau
beberapa kata yang diawali dengan kata benda (nomina) yang berfungsi
sebagai deskriptor atau penjelas dari intervensi keperawatan. Terdapat 18
deskriptor pada label intervensi keperawatan yaitu 40 dukungan, edukasi,
kolaborasi, konseling, konsultasi, latihan, manajemen, pemantauan,
pemberian, pemeriksaan, pencegahan, pengontrolan, perawatan, promosi,
rujukan, resusitasi, skrining dan terapi. Definisi merupakan komponen
yang menjelaskan tentang makna dari tabel intervensi keperawatan.
Tindakan adalah rangkaian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas tindakan observasi,
tindakan terapeutik, tindakan edukasi dan tindakan kolaborasi (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Perawat sebelum menentukan intervensi
keperawatan, perawat terlebih dahulu menetapkan tujuan, dalam hal ini
tujuan yang diharapkan pada pasien dengan nyeri akut yaitu: tidak
mengeluh nyeri, tidak meringis, tidak bersikap protektif, tidak gelisah,
tidak mengalami kesulitan tidur, frekuensi nadi membaik, tekanan darah
membaik, melaporkan nyeri terkontrol, kemampuan mengenali onset nyeri
meningkat, kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat, dan
kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis. Setelah menetapkan
tujuan dilanjutkan dengan perencanaan keperawatan. Rencana
keperawatan pada pasien dengan nyeri akut antara lain: pemberian
analgesik dan manajemen nyeri.

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil SIKI
SLKI

Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:


berhubungan keperawatan selama 1x Dukungan Nyeri Akut:
dengan 24 jam maka diharapkan Pemberian analgesik
peradangan tingkat nyeri menurun Observasi
sendi dan kontrol nyeri 1. Identifikasi karakteristik
meningkat dengan nyeri (mis. pencetus,
kriteria hasil: 1. Tidak pereda, kualitas, lokasi,
mengeluh nyeri intensitas, frekuensi, durasi)
4. Tidak meringis 2. Identifikasi riwayat
3. Tidak bersikap alergi obat
protektif 3. Identifikasi kesesuaian

4. Tidak gelisah jenis analgesik (mis.


narkotika, nonnarkotika,
5. Tidak mengalami
atau NSAID) dengan
kesulitan tidur
tingkat keparahan nyeri
6. Frekuensi nadi 4. Monitor tanda-tanda
membaik vital sebelum dan sesudah
7. Tekanan darah pemberian analgesic
membaik 5. Monitor efektifitas

8. Melaporkan nyeri analgesik Terapeutik


terkontrol 9. 1. Diskusikan jenis

Kemampuan mengenali analgesik yang disukai


onset nyeri meningkat untuk mencapai analgesia
optimal
10. Kemampuan
2. Pertimbangkan
mengenali penyebab
pengguanaan infus kontinu,
nyeri meningkat
atau bolus oploid untuk
11. Kemampuan mempertahankan kadar
menggunakan teknik dalam serum 3. Tetapkan
nonfarmakologis target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien 4.
Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi
Dukungan Nyeri Akut:
Manajemen Nyeri
Observasi

1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respons nyeri


non verbal 4. Identifikasi
faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri 5.
Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri

6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri

7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup

8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan

9. Monitor efek samping


penggunaan analgetik

Terapeutik

1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(senam rematik)

2. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)

3. Fasilitasi istirahat dan


tidur

4. Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgetik
BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 25/10/2023
Jam masuk : 13.00
Ruang : Interna IIA/B4
No Register : 189159
Dx.medis : Artritis rheumatoid
Tanggal Pengkajian : 30/10/2023

1. IDENTITAS PASIEN
a. Identitas Klien : b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. T Nama : Ny. M
Umur : 63tahun Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : laki laki Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen Agama : Kristen
Suku : Pamona Suku : Pamona
Alamat : Desa Lengkeka Alamat : Desa Lengkeka
Hubungan dengan klien : Saudari
Perempuan

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama saat masuk RS : klien masuk RS dengan kesadaran
menurun kaki sebelah kiri susah digerakkan
b. Riwayat keluhan utama : klien mengatakan sebelum masuk RS terasa
nyeri pada kaki kiri, keluhan nyeri dirasakan semakin memberat
disertai mual dan muntah.
c. Keluhan utama saat pengkajian : klien mengeluh nyeri pada kedua
kakinya nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7 (berat),
nyeri memberat saat bergerak dan disentuh. Nyeri muncul 1-2 menit
dan hilang timbul
d. Keluhan lain yang menyertai : pasien berteriak ketika kakinya
dipegang
e. Riwayat kesehatan masa lalu : sebelumnya pasien pernah masuk RS
dengan keluhan stroke
f. Riwayat kesehatan keluarga : dalam keluarga tidak terdapat penyakit
yang sama sepertinya yang dialami pasien sekarang.
g. Riwayat alergi (obat dan makanan) : Tidak ada

h. GENOGRAM

x x
x x

x x x x x x x x x x x x x x x

Keterangan:

laki-laki
Perempuan
x
Meninggal
Pasien
3. Pengkajian pola fungsional kesehatan :

No Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Persepsi kesehatan Klien mengatakan selama ini tidak terlalu
memperhatikan kesehatannya.

2. Pola metabolik – nutrisi


frekuensi makan 3x1 3x1 melalui selang NGT
Porsi Makan Dihabiskan Dihabiskan
Pantangan Makan Tidak ada Tidak ada
Pola Minum Klien minum sebanyak Klien minum 3-4 gelas/hari
4-5 gelas setiap hari
Minum kopi 3
gelas/hari
Jumlah Cairan/hari I,5 liter ± 2000 cc/24 jam
3. Pola istirahat /tidur : Tidur siang biasanya Selama sakit tidur klien jd
Siang 1-3 jam dan malam tidak teratur, jika malam
hari 5 sampai 6 jam klien susah tidur akibat
Malam nyeri pada kaki kirinya
Gangguan tidur
4. Pola kebersihan diri :
Mandi Mandi 2 kali sehari, Selama dirawat belum
menyikat gigi 3 kali pernah mandi, klien hanya
Sikat gigi sehari, klien mencuci dilap oleh istrinya, menyikat
Cuci rambut rambut 1x setiap 2-3 gigi dan mengganti baju
Kebersihan kuku hari, klien putung sehari sekali
kuku seminggu sekali
5. Pola eliminasi :
BAB : BAB lancar, 1 kali/hari Klien belum BAB selama
Frekuensi Warna kuning dirawat
Warna kecoklatan, feces
Konsistensisi BAK : lembek
Frekuensi BAK klien di tempat tidur
Warna BAK lancar tidak ada Nampak terpasang keteter
Jumlah urine gangguan, BAK 4-6 warna urine kuning jernih,
kali/hari, Warna urine jumlah urine ± 1000-
kuning jernih 1300cc/hari
± 600-1000cc per hari
6. Pola aktivitas Klien merupakan Klien hanya terbaring
seorang kepala ditempat tidur, klien
keluarga yang bekerja mengatakan nyeri
dari pagi sampai bertambah jika bergerak
malam hari
7. Pola persepsi diri Klien mengatakan Reaksi saat interaksi dengan
(konsep diri) dirinya adalah kepala Klien melalui keluarganya
keluarga yang karena pasien tidak terlalu
menfakahi keluarganya lancer berbahasa Indonesia
sehingga klien harus
cepat sembuh
8. Pola hubungan peran Klien mengatakan Klien mengatakan interaksi
interaksi dengan orang dengan orang lain baik dan
lain baik dan tidak ada tidak ada masalah.
masalah
9. Pola koping-toleransi Klien mengatakan Klien khawatir dengan
stres selama ini paling penyakit yang dialaminya
sering mengalami
stress karena pekerjaan
dan masalah finansial
10. Pola nilai-kepercayaan Klien rajin kegereja selama sakit klien beribadah
spiritual pada hari minggu sambil berbaring
untuk beribadah

4. Pemeriksaan fisik
BB sebelum sakit : 85 Kg BB saat ini : 85 kg TB : 165 cm
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHG N : 98x/mnt RR : 22/mnt S
: 37°C
a. Kepala dan rambut :
- Inspeksi : rambut beruban persebaran merata
- Palpasi : tidak ada benjolan dikepala
b. Telinga :
- Inspeksi : telinga simetris
- Palpasi : telinga bersih tidak ada serumen
c. Mata :
- Inspeksi : mata simetris tidak ada kelainan
- Palpasi : konjungtiva anemis
d. Hidung :
- Inspeksi : hidung simetris tidak ada pernafasan cuping hidung
- Palpasi : terpasang selang NGT
e. Mulut :
- Inspeksi : mulut tidak ada kelinan bibir nampak pucat
f. Leher :
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Palpasi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
g. Dada (jantung dan paru-paru) :
Jantung Paru-paru
- Inspeksi : ictus cordis tidak Nampak - Inspeksi : simetris
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba - Palpasi : teraba
- Perkusi : suara pekak - Perkusi : suara sonor
- Auskultasi : terdengar suara regular Auskultasi : terdengar suara vesikular
h. Abdomen :
- Inspeksi : bentuk datar
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : suara timpani
- Auskultasi : terdengar bising usus
i. Genetalia : terpasang keteter
j. Ekstrimitas atas & bawah :
- Inspeksi : kedua tangan dapat digerakkan, kaki kiri tidak dapat
digerakkan
- Palpasi : nyeri pada kedua kaki Ketika di sentuh
k. Integumen : tampak bersih

5. Data penunjang
Tanggal : 25 Oktober 2023
a. Hasil laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal

Hemoglobin 14.7 g/dl 12-16


Trombosit 4,72 juta/ul 4.1-5.1
Leukosit 11.g ribu/ul 4.1-11.0
Glukosa darah 116 mg/dl 70-125

6. Penatalaksanaan terapi medis :


- IVFD RL 20tpm
- Ibuprofen
- Furosemide

7. Klasifikasi data
Data subjektif Data objektif
- pasien mengatakan nyeri pada - Klien tampak meringis dan
sendi lutut dan pergelangan menjerit Ketika kakinya
kaki muncul 1-2 menit dan disentuh
hilang timbul - Klien terbaring lemah, semua
- nyeri dirasakan seperti ditusuk- aktifitas dibantu keluarganya
tusuk - Klien Nampak cemas dan
- pasien mengatakan kaki dahinya mengkerut
kirinya tidak dapat digerakkan - Terpasang keteter urin
- pasien mengatakan takut - Skala nyeri 7
Ketika disuruh menggerakkan - Vital sign :
kakinya - TD;138/77 mmhg;
- N: 71 xi
- S:36◦ C
- P:22 xi
- Klien tidsk dspst bersktifitas
sendiri tanpa dibantu
keluarganya
ANALISA DATA

DATA PENYEBAB MASALAH


Ds: Agen cedera fisik Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada
sendi lutut dan pergelangan kaki
muncul 1-2 menit dan hilang
timbul
- Nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk
P: nyeri
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada saat digerakkan
(hilang timbul)
T: 1-2 menit
Do:
- S: Skala nyeri 7
- TTV:
- TD;138/77 mmhg;
- N: 71 xi
- S:36◦ C
- P:22 xi
- Ekspresi wajah meringis
menjerit kesakitan Ketika
disentuh
Ds: Kontraktur sendi Gangguan
- Pasien mengatakan kakinya mobilitas fisik
tidak dapat digerakkan
Do:
- Klien terbaring lemah
- Semua aktifitas klien dibantu
keluarganya
- Terpasang keteter urin
Ds: Kurang terpapar Ansietas
- Pasien mengatakan takut Ketika informasi
disuruh menggerakkan kakinya

Do:
- pasien Nampak cemas
- Kening pasien Nampak
mengkerut
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Nyeri akut ditandai dengan
Ds:
- Klien mengatakan nyeri pada sendi lutut dan pergelangan kaki muncul 1-2 menit dan hilang
timbul
- Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
P: nyeri
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada saat digerakkan (hilang timbul)
T: 1-2 menit
Do:
- S: Skala nyeri 7
- TTV:
- TD;138/77 mmhg;
- N: 71 xi
- S:36◦ C
- P:22 xi
Ekspresi wajah meringis menjerit kesakitan Ketika disentuh
2. Gangguan mobilitas fisik ditandai dengan
Ds:
- Pasien mengatakan kakinya tidak dapat digerakkan
Do:
- Klien terbaring lemah
- Semua aktifitas klien dibantu keluarganya
Terpasang keteter urin
3. Ansietas ditandai dengan
Ds:
- Pasien mengatakan takut Ketika disuruh menggerakkan kakinya

Do:
- pasien Nampak cemas
- Kening pasien Nampak mengkerut
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238).
keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi
diharapkan tingkat nyeri (L.08066)
dapat menurun dengan lokasi, karakteristik,durasi,

Kriteria Hasil : frekuensi, kulaitas nyeri, skala

1. Keluhan nyeri menurun. nyeri, intensitas nyeri


2. Meringis menurun 2. Identifikasi respon nyeri non
verbal.
3. Identifikasi factor
yang memperberat dan
memperingan
nyeri. Terapeutik
4. Berikan
teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
5. Fasilitasi istirahat dan tidur.
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
7. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
8. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
9. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan Tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri
mobilitas fisik keperawatan selama 1x24 jam atau keluhan fisik lainnya
maka tingkat mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik
meningkat dengan kriteria hasil : melakukan ambulasi
1. Pergerakan ektriminitas 3. Monitor keadaan umum
meningkat selama
2. Kekuatan otot meningkat melakukan ambulasi
3. Rentang gerak (ROM) 4. Fasilitasi
meningkat aktifitas ambulasi dengan
alat bantu jika perlu
5. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi saat tingkat
keperawatan selama 1x24 jam asietas berubah
diharapkan tingkat ansietas 2. Monitor tanda-tanda
menurun dengan kriteria hasil: asietas verbal non verbal
1. Verbaliasi khawatir menurun 3. Temani klien untuk
2. Prilaku gelisah menurun mengurangi kecemasan
3. Prilaku tegang menurun jika perlu
4. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
5. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama klien
6. Anjurkan pengungkapan
perasaan dan persepsi
7. Latih tehnik relaksasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi
Keperawatan Pelaksanaan
Nyeri Akut 30/10/2023 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:
10.30 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - P: Pasien mengatakan nyeri
Hasil : nyeri pada sendi lutut dan pergelangan - Q nyeri seperti di tusuk-tusuk
kaki sekali nyeri 7, seperti di tusuk-tusuk.
- R: Nyeri pada sendi lutut dan kaki
Nyeri memberat jika bergerak
- S : skala nyeri 7
- T : 1-2 menit
2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
Hasil : ekspresi wajah meringis
O : TTV : TD : mmHg
3. Mengidentifikasi factor yang memperberat N: 71 ci
dan memperingan nyeri.
Hasil : Nyeri memberat jika bergerak S : 36 derajat celcius
P : 22 xi
- Tidur menjadi tidak nyenyak
4. Memberikan teknik non farmakologis untuk
- Skalanya 7
mengurangi rasa nyeri yaitu kompres air
- Ekpresi wajah meringis
hangat
- Aktivitas terganggu (dibantu keluarga)
Hasil: Pasien menyatakan nyeri
A : Masalah nyeri kronis tidak teratasi

P : lanjutkan itervensi

1. Mengidentifikasi adanya Nyeri/keluhan fisik


Gangguan lainnya
Mobilitas Hasilnya: Klien mengatakan masih nyeri pada
Fisik sendi
2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi S:
3. Memonitor keadaan umum selama melakukan
11.00 ambulasi P : Klien mengatakan masih nyeri
Hasilnya: Klien belum bisa melakukan Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk
ambulasi akibat masih terbaring lemah
R: nyeri di lutut dan kaki
4. Memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu jika perlu T: Hilang timbul
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien
meningkatkan ambulasi
O: TTV : Td : 138/77 mmHg
Hasilnya: keluarga pasien akan membantu
meningkatkan ambulasi pasien N: 71 xi
S : 36 Derajat celcius
P: 22 xi
-KU compass mentis
-Klien tampak lemas
A : Maslah belum terastasi
P : Lanjutkan intervensi

Ansietas 11.50 1. Mengidenifikasi saat tingkat ansietas S;


berubah Hasil: pasien merasa cemas dan - klien mengatakan hawatir Ketika diarahkan untuk
bingung mengangkat kaki
2. Memonitor tanda-tanda ansietas - Klien mengatakan paham atas penjelasan
Hasil: pasien selalu bertanya-tanya
tentang penyakitnya mahasiswa
3. Menemani klien untuk mengurangi - Keluarga klien mengatakan akan selalu menjaga
kecemasan jika perlu klien setiap saat saat
Hasil : pasien Nampak gelisah O:
4. Menggunakan pendekatan yang tenang dan klien Nampak cemas, kening mengkerut
-
meyakinkan Klien Nampak mempraktekkan tehnik nafas
-
Hasil: pasien Nampak percaya dalam
5. Menganjurkan keluarga agar tetap Bersama
A: Masalah belum teratasi
klien
Hasil keluarga klien bersedia menemani klien P:
6. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan Lanjutkan intervensi
persepsi
Hasil : pasien Nampak tegang saat berbicara
7. Melatih tehnik relaksasi
8. Hasil : pasien melakukan tehnik nafas
dalam

EVALUASI
No Hari tanggal No Dx Evaluasi Ttd
1 31/10/2023 1. Nyeri akut S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
10: 30 O : Ttv
- Td: 150/77 mmhg
- N: 80xi
- S: 36◦c
- P: 20xi
- Skala nyeri 5
- Ku compass mentis
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 31/10/2023 2. Gangguan S : klien mengatakan masih nyeri pada kaki, nyeri sedikit berkurang
11.00 mobilitas fisik O : Ttv - Td: 150/77 mmhg
N: 80xi
S: 36◦c
P: 20xi
Tidak ada kecemasan saat mengangkat atau mengerakan kaki
KU compass mentis
A : maslah belum teratasi
P : melanjutkan intervensi

3 31/10/2023 3. Ansietas S : klien mengatakan keadaannya baik


11.50 Klien mengatakan khawtirnya berkurang
O : Klien Nampak tenang
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intevensi
EVALUASI
No Hari tanggal No Dx Evaluasi Ttd
1 01/11/2023 1. Nyeri akut S : klien mengatakan nyeri sudah berkurang
13: 00 O : Ttv
- Td: 150/82 mmhg
- N: 80xi
- S: 36◦c
- P: 20xi
- Skala nyeri 3
- Ku compass mentis
A : masalah Belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

2 01/11/2023 2. Gangguan mobilitas S : klien mengatakan nyeri berkurang


13: 30 fisik Klien mengatakan sudah bisa duduk dan mengerakan kakinya
O : Ttv
- Td: 150/82 mmhg
- N: 80xi
- S: 36◦c
- P: 20xi
A : masalah belum teratasi
P : melanjutkan intervensi
3 01/11/2023 3. Ansietas S : klien mengatakan keadaannya baik
13: 40 O : Klien Nampak tenang
A : Masalah teratasi
P : hentikan intevensi
BAB IV
PEMBAHASA KASUS
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Harris ED Jr. 1993. Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology. Philadhelpia: Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA
(Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International
Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution. 1996. Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2018, Standar diagnosis keperawatan (SDKI), edisi 1 jakarta,
persatuan perawat Indonesia
Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2018, Standar intervensi keperawatan (SIKI), edisi 1 jakarta,
persatuan perawat Indonesia
Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2018, Standar luaran keperawatan (SlKI), edisi 1 jakarta,
persatuan perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai