Disusun oleh :
DESAK KOMPIANG NOVITA SARI
RAHMAD HIDAYAT USMAN
MUHAMAD FITRA LAPASA
NURHANUM LAMUNA
CASWATI
Puji syukur atas berkat rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan seminar kasus ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN ARTRITIS RHEUMATOID PADA TN. T DI RUANGAN
INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POSO”, yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat menyelesaikan tugas dari Keperawatan Medikal Bedah
pada program studi profesi ners POLTEKES KEMENKES PALU.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan seminar kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan berbagai kritik dan saran
yang bersifat membagun dari pembaca sebagai bahan masukan bagi penyusun.
Penyusun menyadari pula dalam penyusunan skripsi ini, penyusun banyak
mendapatkan masukan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan
penyusun untuk mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat kepada
preceptor klinik dan preceptor institusi.
manuasia biasa yang tak luput dari alahdan khilaf dalam penelitian dan
kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa semata. Semoga seminar
kasus ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua, dan amal baik yng
diberikan oleh semua pihak semoga mendapat balasan terbaik dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhir kata Mohon Maaf atas segala kesalahan seta kekuranga dan
kehilafan.
Penyusun
Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada muskulosketal sering
dinamakan rematik. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia. Namun pada
umumnya masyarakat belum mengerti tentang pengertian, tanda gejala, penyebab
serta penanganan rematik. Maka sudah menjadi tugas kita untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada masyarakat.
Satuan acara pembelajaran ini disusun sebagai pedoman dalam memberikan
pendidikan kesehatan sehingga hasilnya ias seperti yang kita harapkan.
1.2. Tujuan
Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan diharapkan pasien dapat
mengenal dan mengetahui tentang rematik
BAB II
TINJAUAN PUSTA
A. PENGERTIAN
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik atau
penyakit autoimun dimana rheumatoid arthritis ini memiliki karakteristik
terjadinya kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Penyakit
ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung
difusi yang diperantarai oleh imunitas (Lukman & Nurna Ningsih, 2013).
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia,
2011).
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2012). Engram
(1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan
penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial.
B. PENYEBAB
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara
IGC dan faktor Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan
psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-
antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung
& Raenah, 2008).
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60
tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan
anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis
Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
D. PATOFISIOLOGI
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2012).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan
yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus
masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif
yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan
terjadi vaskulitis yang difus (Long, 2013).
E. PATHWAY
Patway Artritis Rheumatoid
F.
Gangguan Body Image
Resikocedera
Kekuatan Sendi Ankilosis tulang
Keterbatasan gerakan
sendi
Defisit perawatan
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. Mempertahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri) dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar
salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen: meningkatkan toleransi saluran
cerna terhadap terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600
mg/hari: mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing
sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi: diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki
fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya
kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan
pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran
pada persendian.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi
anemia dan leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan
pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan synovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi
yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan
kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen.
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada
penegakan diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid,
inflamasi sendi yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan
peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar
70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan
komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan
antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif.
Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna
mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi,
seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan
sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau
perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang
yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan
penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
I. PENGKAJIAN
Q Kualitas atau kuantitas Bagaimana gejala (nyeri) dirasakan, sejauh mana Anda
merasakannya sekarang?
T Timing atau waktu Kapan mulai timbul? Seberapa sering gejala terasa?
Apakah tiba-tiba atau bertahap?
Sumber: Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, (Andarmoyo, 2018)
a. Riwayat nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan pasien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri
dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan
membantu perawat memahami makna nyeri bagi pasien dan bagaimana
pasien berkoping terhadap nyeri.
b. Lokasi
c. Intensitas
Skala nyeri yang paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka
“0” menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan
nyeri “terhebat” yang dirasakan pasien.
d. Kualitas Nyeri
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan kekambuhan atau
interval nyeri. Oleh karena itu, perawat perlu mengkaji kapan nyeri
dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan
kapan nyeri terakhir kali muncul.
f. Tindakan untuk Menghilangkan Nyeri
Gejala penyerta adalah gejala yang sering kali menyertai nyeri (misalnya:
mual, nyeri kepala, pusing, konstipasi dan gelisah). Gejala penyerta
memerlukan prioritas penanganan yang sama penting dengan nyeri itu
sendiri.
K. PERENCANAAN
Perencanaan keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016). Intervensi keperawatan memiliki tiga komponen yaitu label,
definisi dan tindakan. Label merupakan kata kunci untuk memperoleh
informasi mengenai intervensi keperawatan. Label terdiri atas satu atau
beberapa kata yang diawali dengan kata benda (nomina) yang berfungsi
sebagai deskriptor atau penjelas dari intervensi keperawatan. Terdapat 18
deskriptor pada label intervensi keperawatan yaitu 40 dukungan, edukasi,
kolaborasi, konseling, konsultasi, latihan, manajemen, pemantauan,
pemberian, pemeriksaan, pencegahan, pengontrolan, perawatan, promosi,
rujukan, resusitasi, skrining dan terapi. Definisi merupakan komponen
yang menjelaskan tentang makna dari tabel intervensi keperawatan.
Tindakan adalah rangkaian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas tindakan observasi,
tindakan terapeutik, tindakan edukasi dan tindakan kolaborasi (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Perawat sebelum menentukan intervensi
keperawatan, perawat terlebih dahulu menetapkan tujuan, dalam hal ini
tujuan yang diharapkan pada pasien dengan nyeri akut yaitu: tidak
mengeluh nyeri, tidak meringis, tidak bersikap protektif, tidak gelisah,
tidak mengalami kesulitan tidur, frekuensi nadi membaik, tekanan darah
membaik, melaporkan nyeri terkontrol, kemampuan mengenali onset nyeri
meningkat, kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat, dan
kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis. Setelah menetapkan
tujuan dilanjutkan dengan perencanaan keperawatan. Rencana
keperawatan pada pasien dengan nyeri akut antara lain: pemberian
analgesik dan manajemen nyeri.
1. Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi
Dukungan Nyeri Akut:
Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(senam rematik)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 25/10/2023
Jam masuk : 13.00
Ruang : Interna IIA/B4
No Register : 189159
Dx.medis : Artritis rheumatoid
Tanggal Pengkajian : 30/10/2023
1. IDENTITAS PASIEN
a. Identitas Klien : b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. T Nama : Ny. M
Umur : 63tahun Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : laki laki Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen Agama : Kristen
Suku : Pamona Suku : Pamona
Alamat : Desa Lengkeka Alamat : Desa Lengkeka
Hubungan dengan klien : Saudari
Perempuan
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama saat masuk RS : klien masuk RS dengan kesadaran
menurun kaki sebelah kiri susah digerakkan
b. Riwayat keluhan utama : klien mengatakan sebelum masuk RS terasa
nyeri pada kaki kiri, keluhan nyeri dirasakan semakin memberat
disertai mual dan muntah.
c. Keluhan utama saat pengkajian : klien mengeluh nyeri pada kedua
kakinya nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7 (berat),
nyeri memberat saat bergerak dan disentuh. Nyeri muncul 1-2 menit
dan hilang timbul
d. Keluhan lain yang menyertai : pasien berteriak ketika kakinya
dipegang
e. Riwayat kesehatan masa lalu : sebelumnya pasien pernah masuk RS
dengan keluhan stroke
f. Riwayat kesehatan keluarga : dalam keluarga tidak terdapat penyakit
yang sama sepertinya yang dialami pasien sekarang.
g. Riwayat alergi (obat dan makanan) : Tidak ada
h. GENOGRAM
x x
x x
x x x x x x x x x x x x x x x
Keterangan:
laki-laki
Perempuan
x
Meninggal
Pasien
3. Pengkajian pola fungsional kesehatan :
4. Pemeriksaan fisik
BB sebelum sakit : 85 Kg BB saat ini : 85 kg TB : 165 cm
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHG N : 98x/mnt RR : 22/mnt S
: 37°C
a. Kepala dan rambut :
- Inspeksi : rambut beruban persebaran merata
- Palpasi : tidak ada benjolan dikepala
b. Telinga :
- Inspeksi : telinga simetris
- Palpasi : telinga bersih tidak ada serumen
c. Mata :
- Inspeksi : mata simetris tidak ada kelainan
- Palpasi : konjungtiva anemis
d. Hidung :
- Inspeksi : hidung simetris tidak ada pernafasan cuping hidung
- Palpasi : terpasang selang NGT
e. Mulut :
- Inspeksi : mulut tidak ada kelinan bibir nampak pucat
f. Leher :
- Inspeksi : Tidak ada kelainan
- Palpasi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
g. Dada (jantung dan paru-paru) :
Jantung Paru-paru
- Inspeksi : ictus cordis tidak Nampak - Inspeksi : simetris
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba - Palpasi : teraba
- Perkusi : suara pekak - Perkusi : suara sonor
- Auskultasi : terdengar suara regular Auskultasi : terdengar suara vesikular
h. Abdomen :
- Inspeksi : bentuk datar
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : suara timpani
- Auskultasi : terdengar bising usus
i. Genetalia : terpasang keteter
j. Ekstrimitas atas & bawah :
- Inspeksi : kedua tangan dapat digerakkan, kaki kiri tidak dapat
digerakkan
- Palpasi : nyeri pada kedua kaki Ketika di sentuh
k. Integumen : tampak bersih
5. Data penunjang
Tanggal : 25 Oktober 2023
a. Hasil laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal
7. Klasifikasi data
Data subjektif Data objektif
- pasien mengatakan nyeri pada - Klien tampak meringis dan
sendi lutut dan pergelangan menjerit Ketika kakinya
kaki muncul 1-2 menit dan disentuh
hilang timbul - Klien terbaring lemah, semua
- nyeri dirasakan seperti ditusuk- aktifitas dibantu keluarganya
tusuk - Klien Nampak cemas dan
- pasien mengatakan kaki dahinya mengkerut
kirinya tidak dapat digerakkan - Terpasang keteter urin
- pasien mengatakan takut - Skala nyeri 7
Ketika disuruh menggerakkan - Vital sign :
kakinya - TD;138/77 mmhg;
- N: 71 xi
- S:36◦ C
- P:22 xi
- Klien tidsk dspst bersktifitas
sendiri tanpa dibantu
keluarganya
ANALISA DATA
Do:
- pasien Nampak cemas
- Kening pasien Nampak
mengkerut
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Nyeri akut ditandai dengan
Ds:
- Klien mengatakan nyeri pada sendi lutut dan pergelangan kaki muncul 1-2 menit dan hilang
timbul
- Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
P: nyeri
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada saat digerakkan (hilang timbul)
T: 1-2 menit
Do:
- S: Skala nyeri 7
- TTV:
- TD;138/77 mmhg;
- N: 71 xi
- S:36◦ C
- P:22 xi
Ekspresi wajah meringis menjerit kesakitan Ketika disentuh
2. Gangguan mobilitas fisik ditandai dengan
Ds:
- Pasien mengatakan kakinya tidak dapat digerakkan
Do:
- Klien terbaring lemah
- Semua aktifitas klien dibantu keluarganya
Terpasang keteter urin
3. Ansietas ditandai dengan
Ds:
- Pasien mengatakan takut Ketika disuruh menggerakkan kakinya
Do:
- pasien Nampak cemas
- Kening pasien Nampak mengkerut
RENCANA KEPERAWATAN
P : lanjutkan itervensi
EVALUASI
No Hari tanggal No Dx Evaluasi Ttd
1 31/10/2023 1. Nyeri akut S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
10: 30 O : Ttv
- Td: 150/77 mmhg
- N: 80xi
- S: 36◦c
- P: 20xi
- Skala nyeri 5
- Ku compass mentis
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 31/10/2023 2. Gangguan S : klien mengatakan masih nyeri pada kaki, nyeri sedikit berkurang
11.00 mobilitas fisik O : Ttv - Td: 150/77 mmhg
N: 80xi
S: 36◦c
P: 20xi
Tidak ada kecemasan saat mengangkat atau mengerakan kaki
KU compass mentis
A : maslah belum teratasi
P : melanjutkan intervensi