Anda di halaman 1dari 44

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID

DISUSUN OLEH :

M. RIFARDI : 616080718013

MELINI BASRIDAYANTI : 616080718014

MISDA SHINTA : 616080718018

MULIYA USMI : 616080716029

NUR HUMAIRA : 616080718023

SARTIKA APRIANI : 616080718030

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Asuhan Keperawatan pada Artritis
Reumatoid” Tepat pada waktunya. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran. Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena
pengetahuan yang saya miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, saya berharap kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini, atas
kerjasamanya penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, karena telah melancarkan penulis dalam penyusunan makalah ini.

2. Orang tua, yang selalu membantu,mendukung dan memberikan semangat

3. Bapak Dr.H. Mawardi Badar, MM, selaku Ketua STIKES MITRA BUNDA PERSADA
BATAM

4. Ibu Ns. Savitri Gemini, M.Kep, selaku Dosen Keperawatan Medikal Bedah

5. Seluruh teman-teman STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM yang ikut serta
memberikan saran inspirasi, dan motivasi dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan sistematis agar dapat mempermudah pembaca dalam penggunaan
makalah ini. Harapan dengan adanya makalah ini akan membantu para pembaca dalam
memahami materi yang berikan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi keberhasilan makalahini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin dibutuhkan
mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayan kesehatan. Artritis reumatoid
merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya terdapat banyak tanda-
tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan
masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat,
dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat
insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui.
Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi terhadap
penyakit.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis (mahasiswa) mencoba untuk
mengangkat kasus dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Artritis Reumatoid (Asam
Urat).
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien dengan gangguan
sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid secara langsung dan cepat.
b. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
1) Mengkaji klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal: artritis reumatoid.
3) Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
4) Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk pelaksanaan
tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal:
artritis reumatoid.
5) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal: artritis reumatoid.
6) Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan kasus dalam
bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang telah ditetapkan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Kapita Selekta
Kedokteran, 2001 : hal 536).Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun
kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 :
1248).Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi sertajaringan ikat sendi secara simetris.
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal.165)
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin
Tucker.1998).Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C. Baughman. 2000 ).Artritis
Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi
jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara terus-menerus terutama pada organ
sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul
fibrosa sendi, legamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih,
pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular.
Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada sinovium, terjadi
hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut. Pembentukan panus
terjadi oleh penebalan sinovium yang dilapisijaringan granular. Penyebaran panus ke
sinovium menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan
sendi dan deformitas. Biasanya jaringan ikat yang pertama kali mengalami kerusakan
adalahjaringan ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium.
2.2 Etiologi
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem
reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,
mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus. 2. Endokrin
3. Autoimun 4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh
karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen
tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu
bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara
antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG.
Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro- organisme, namun individu yang
mengidap AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi
IgG semula. Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor
rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan
destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit
autoimun.

2.3 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang). Rangka
(skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan
(kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang
(sekitar 206 tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun
rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan
kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.
a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.
1. Kolumna vertebra
2. Tengkorak
Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ- organ panca indera.
Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.
Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang pectoral serta
tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih. Fungsi Sistem Rangka :
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya
ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak, adanya
persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow
marrow). Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang
karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang karang
di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
Gambar tulang tubuh pada manusia
1. Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang, tulang
berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang
berkembang didalam tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang
memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh secara
longitudinal, bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan dengan metaphysic yang
berbentuk silinder.Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan
total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang
membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke
bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow, dan
sistem harvest.Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi
tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf efferent
menstramisikan rangsangan nyeri.
2. Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang
Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan maksimal. Tulang
merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian pertumbuhan yang seimbang
pembentukan dan penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun –
tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami
penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan dan metabolisme
tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut :
Kalsium dan Fosfor . Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor. Konsentrasi
ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar
fosfor akan berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah, calsitonin dan PTH
bekerja untuk memelihara keseimbangan.
Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalammenurunkan
kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal. Menghambat reabsorbsi
tulang dan meningkatkan sekresi fosfor oleh ginjal bila diperlukan.
Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah
untukmeningkatkanreabsorbsikalsiumdanfosfordariusushalus, juga memberi
kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas kalsium dari tulang.
3. Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar ultraviolet
matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasidenagan kalsium dan
fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan tulang.Vitamin D sebenarnya
merupakan kumpulan vitamin-
vitamin,termasukvitaminD2danD3.Substansiyangterjadisecaraalamiahialah D3
(kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit ketika
dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanandiwake (liver
bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai
transcalsiferin,sebagaiansubstansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk
transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho
lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh
hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic
dari fosfor penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat
dalam PTH ataupengurangan kadar fosfat dalam
cairandarah.Kalsitrioldibutuhkanuntukpenyerapankalsiumolehusussecara
optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu
pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan
vitaminDdihasilkankarenapenguranganpenyerapankalsiumdariusus, dimana
pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan pengurangan,
baikitukadarfosfatmaupunkalsiumdalamdarah.
Hormon parathyroid . Saat kadar kalsium dalam serum
menurunsekresihormoneparathyroidakanmeningkataktifasiosteoclctdalam
menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone
inimenurunkanhasilekskresikalsiummelaluiginjaldanmemfasilitasi
absorbsikalsiumdariususkecildansebaliknya.
Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjangtulang dan
penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelumpubertas.
Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini
dapat meningkat atau menurunkan katabolisme atau meningkatkan matriks
organic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor
dari ususkecil.
Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat
hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen
menurunsepertipadamasamenopause,wanitasangatrentanterjadinyamassa
tulang(osteoporosis).
4. Persendian
Persendiandapatdiklasifikasikanmenurutstruktur(berdasarkan
adatidaknyaronggapersendiandiantaratulang-tulangyangberatikulasi
danjenisjaringanikatyangberhubungandenganpaersendiantersebut) dan menurut
fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan
padapersendian).

Klasifikasi struktural persendian:


Persendianfibrosa
Persendiankartilago
Persendiansinovial.
Klasifikasi fungsional persendian:
Sendi Sinartrosis atau SendiMati
Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau
kartilago.
Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinyasedikitgerakansebagairesponterhadaptorsidan kompresi.
Diartrosis
Sendiini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi ini
memiliki rongga sendi yang berisi cairan
sinovial,suatukapsulsendiyangmenyambungkeduatulang, dan ujung tilang
pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.
Klasifikasipersendiansinovial:
Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang
lebihbesar,menujuketigaarah.Contoh:sendipangguldansendi bahu.
Sendiengsel:memungkinkangerakankesatuarahsaja.
Contoh : persendian pada lutut dan siku.
Sendikisar:memungkinkanterjadinyarotasidisekitaraksis sentral.
Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang radius danulna.
Persendiankondiloid:memungkinkangerakankeduaarah di sudut kanan setiap
tulang. Contoh : sendi antara tulangradius dan tulangkarpal.
Sendipelana:Contoh:ibujari.
Sendipeluru:memungkinkangerakanmeluncurantarasatu tulangdengan
tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra
2. Anatomi FisiologiOtot.
Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi
kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadapperubahan
lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50%
berattubuh,padaumumnyatersusundarisel-selkontraktilyangserabut otot.
Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan
melakukanpekerjaan.

Gambar otot tubuh manusia

Fungsi sistemMuskular
Pergerakan
Penopang tubuh dan mempertahankanpostur
Produksipanas.
Ciri-ciriotot
Kontraktilitas
Eksitabilitas
Ekstensibilitas
Elastisitas
Klasifikasi JaringanOtot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi
silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya,
volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan
lokasi,seperti otot jantung, yang hanyaditemukan di jantung.
Jenis-jenisOtot
Ototrangkaadalahototlurik,volunter,danmelekatpadarangka.
Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini
dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti
kandungkemihdanuterus,sertapadadindingtuba,sepertipada sistem
respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dansistem
sirkulasidarah.
Ototjantungadalahototlurik,involunter,danhanyaditemukan
padajantung.
2.4 PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikularkartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus,
atau penutup yang menutupi kartilago.Panus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.Tingkat erosi dari kartilago
menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.Bila kerusakan kartilago sangat
luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu
(ankilosis).Kerusakankartilagodantulangmenyebabkantendondanligamenjadile
mah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi
dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.Lamanya
artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.Yang lain terutama yang
mempunyai faktor rheumatoid gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.PadaArtritisreumatoid,reaksiautoimunterutamaterjadipadajaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan meghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkanpermukaan sendi yang akan mengalami perubahan generative
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksiotot.
2.5 Pathway
Faktor Pencetus: Bakteri, mikroplasma, virus, Gender, Usia, Gaya hidup

Autoimun

antibodi salah mendeteksi benda asing (sel, jaringan, organ)

antibodi berubah sifat menjadi antigen

menyerang sendi

Inflamasi membran synovial

Terbentuknya pannus Akumulasi cairan yang


banyak mengandung sel
desstruksi sendi makrofag limfosit T

Merusak tulang dan


Gangguan gerak sendi
mendesak cairan sinovial

otot kehilangan elastisitas dan kontraksi


MK : Nyeri

Deformitas skeletal

MK : Gangguan Mobilitas Fisik Pembatasan aktivitas fisik

Kondisi dan prognosis penyakit MK : Defisit perawatan diri

MK :Kurang pengetahuan MK : Gangguan Citra Tubuh


2.6 ManifestasiKlinik
1. Tanda dan gejalasetempat
Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih
dari30menitdandapatberlanjutsampaiberjam-jamdalamsehari.
Kekakuaniniberbedadengankekakuanosteoartritisyangbiasanya tidak
berlangsunglama.
Lambatlaunmembengkak,panasmerah,lemah.
Poli artritis simetris sendi perifer → Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering
mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi
yang lebih besar seringkali terkenajuga.
Artritis erosif → sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang
kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada
penyinaran sinarX.
Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea,deformitasboutonnieredanleherangsa.Sendi yang
lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin
mengalamiankilosisdisertaikehilangankemampuanbergerakyangtotal.
Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3
pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku(bursa
olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,
bentuknyaovalataubulatdanpadat.
Kronik → Ciri khas rematoidartritis.
2. Tanda dan gejalasistemik
Lemah,demam,takhikardi,beratbadanturun,anemia,anoreksia.
Biladitinjaudaristadium,makapadaRAterdapattigastadiumyaitu:
a. Stadiumsinovitis
Padastadiuminiterjadiperubahandinipadajaringansinovialyang ditandai
adanya hipertemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahatmaupunsaatbergerak,bengkak,dankekakuan.
b. Stadiumdestruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovialterjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksitendon.Selaintandadangejalatersebutdiatasterjadipula
perubahanbentukpadatanganyaitubentukjariswan-neck.
c. Stadiumdeformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali,deformitasdanganggguanfungsisecaramenetap.Perubahan pada sendi
diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan
pannus,ankilosisfibrosa,danterakhirankilosistulang.

2.7 PemeriksaanDiagnostik
Faktor rematoid : positif pada 80%-95% kasus.
Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasuskhas.
Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
LED:Umumnyameningkatpesat(80-100mm/h).Mungkinkembalinormal
sewaktu gejala-gejalameningkat.
Protein C-reaktif : Positif selama masa eksaserbasi.
SDP:Meningkatpadawaktutimbulprosesinflamasi.
JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan
lunak,erosisendi,danosteoporosisdaritulangyangberdekatan(perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dansubluksasio.Perubahanosteoartristikyangterjadisecarabersamaan.
Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.
Artroskopilangsung: Visualisasi dari area
yangmenunjukkaniregularitas/degenerasi tulang
padasendi.
Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebihbesar
darinormal;buram,berkabut,munculnyawarnakuning(responinflamasi,perdarah
an, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan leukosit,
penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
Biopsi membran sinovial: Menunjukkan perubahan inflamasidan
perkembanganpanas.

2.8 PENATALAKSANAAN MEDIK DANTERAPI


Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan:meliputitentangpengertian,patofisiologi,penyebab,dan
prognosis penyakitini.
b) Istirahat:karenapadaRAinidisertairasalelahyanghebat
c) Latihan:padasaatpasientidakmerasalelahatauinflamasiberkurang,
inibertujuanuntukmempertahankanfungsisendipasien
d) Termoterapi
e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yangtepat
f) Pemberian Obat-obatan:
AntiInflamasinonsteroid(NSAID)contoh:aspirinyangdiberikan pada
dosis yang telahditentukan.
Obat-obat untuk Reumatoid Artitis:
Acetylsalicylicacid,Cholynsalicylate(Analgetik,Antipyretik,
AntyInflamatory)
Indomethacin/Indocin(Analgetik, AntiInflamatori)
Ibufropen/motrin (Analgetik, AntiInflamatori)
Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik AntiInflamatori)
Naproxsen/naprosin (Analgetik, AntiInflamatori)
Sulindac/Clinoril (Analgetik, AntiInflamatori)
Piroxicam/Feldene (Analgetik, AntiInflamatori)
2.9 Komplikasi
a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti
adanya prosesgranulasidibawahkulityangdisebutsubcutannodule.
b) Padaototdapatterjadimyosis,yaituprosesgranulasijaringanotot.
c) Pada pembuluh darah terjaditromboemboli.
d) Terjadisplenomegaly

2.10 Prognosis
Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi,
bergantungpada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu
lama. Sekitar 50%pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis
yang lebih buruk. Golongan ini umumya meninggi 10 – 15 tahun lebih
cepat dari pada orang tanpa artritis reumatoid. Penyebab kematiannya
adalah infeksi, penyakit jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal,
danpenyakit saluran cerna.
Umumnyamerekamemilikikeadaanumumyangburuk,lebihdari30buah
sendiyangmengalamiperadangan,denganmanifestasiekstraartikuler,dan
tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara
agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2
tahunpertama.

2.11 Pencegahan
Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi
nyeri jugabisadilakukantanpaobat,misalnyadenganmenggunakankompre
ses.
Kompresesbiasmenurunkanambangnyeridanmenggurangifungsienzim.
Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita
rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat
mengurangigejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan
nyeri rematik, misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau
minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak padasendi.Menjaga
berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat membebani
sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh berlebih dapat
memperbesar resiko terkena penyakit rematik.
Olahragaringansepertijalankakibermanfaatbagipenderitarematik.Inikaren
aJalan kakidapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun
tulang yangkuattanpamenggangupersendianyangsakit.Selama periode
bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu melindungi terhadap
serangan penyakit rematik masadepan:
a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas(sekitar
2 sampai 4 liter) air setiaphari.
b. Batasi atau menghindarialcohol
c. Makandietseimbang.Makanansehari-hariAndaharusmenekankan buah-
buahan,sayuran,biji-bijian,danbebasataurendahlemaksusu produk-lemak.
d. Dapatkanproteindarilemaksusuproduk-rendah.
e. Batasi konsumsi daging, ikandan unggas.
f. Menjagaberatbadanyangdiinginkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Data Dasar Pengkajian


Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organlainnya,
(mis.,mata,jantung,paru-paru,ginjal),tahapan(mis.,eksaserbasiakutatau
remisi)dankeberadaanbersamabentuk-bentukarthritislainnya.
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala:Nyerisendikarenagerakan,nyeritekan,memburukdenganstress pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secarabilateral dansimetris.
Limitasifungsionalyangberpengaruhterhadapgayahidup,waktu
senggang,pekerjaan.
b. Keletihan.
Tanda : Malaise.
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit; kontraktur/kelainan pada sendi
dan otot.
c. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jaritangan/kaki (mis., pucat intermiten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembalinormal).
d. IntegritasEgo
Gejala: Faktor-faktor stress akut/kronis; mis:
finansial,pekerjaan,ketidakmampuan, faktor-faktorhubungan.
Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman
pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi, (mis., ketergantungan pada
diri orang lain).
e. Makanan/Cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk
menghasilkan/mengkonsumsimakananadekuat; mual.
g. Anoreksia.
Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ).
Tanda : Penurunan berat badan.
Kekeringan pada membran mukosa.
h. Higiene
Gejala : Berbagaikesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan pada diri orang lain.
i. Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki., hilangnya sensasi
padajaringan.Pembengkakan sendi simetris.
j. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Faseakut dari nyeri mungkin/mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi.
Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
k. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang; nodul subkutaneus.Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitandalammenanganitugas/pemeliharaanrumahtangga, Demam
ringanmenetap.Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
l. Interaksi Sosial
Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain; perubahan peran,
isolasi.
m. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja).
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “penyembuhan” arthritistanpa
pengujian.Riwayatperikarditis,lesikatup;fibrosispulmonal,pleuritis.
DRGmenunjukanrata-ratalamadirawat:4,8hari.
Pertimbangan RencanaPemulangan:
Mungkin membutuhkan pada transportasi, aktivitas perawatan diri
dantugas/pemeliharaan rumah tangga.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan akumulasi cairan yang banyak
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skletal
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kondisi dan prognosis penyakit
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pembatasan aktivitas fisik
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kondisi dan prognosis penyakit

3.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri Kronis  Pain level Pain management
Definisi  Pain control 1. Lakukan pengkajian
Pengalaman sensorik dari  Comfort level nyeri secara
emosional tidak Kriteria Hasil : komprehensif
menyenangkan dengan 1. Mampu mengontrol termasuk lokasi,
kerusakan jaringan actual nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi,
atau potensial, atau nyeri, mampu frekuensi, kualitas
digambarkan sebgai suatu menggunakan teknik non dan faktor presipitasi
kerusakan yang tiba-tiba farmokologi untuk 2. Observasi reaksi on
atau lambat dengan mengurangi nyeri, verbal dari
intensitas ringan dan berat, mencari bantuan) ketidaknyamanan
terjadi konstan atau 2 Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan teknik
berulang yang berakhirnya berkurang dengan komunikasi terapeutik
tidak dapat diantisipasi atau menggunakan untuk mengetahui
diprediksi, dan berlangsung managemen nyeri pengalaman nyeri
lebih dari 3 bulan 3 Mampu mengenali nyeri klien
Batasan Karakteristik (skala, intensitas, 4. Kurangi faktor
- Perubahan pola tidur frekuensi dan tanda presipitasi nyeri
- Anoreksia nyeri) Analgesic
- Ekspresi wajah nyeri 4 Menyatakan rasa Administration
- Laporan tentang perilaku nyaman setelah nyeri 1. Tentukan lokasi,
nyeri / perubahan berkurang karateristik, kualitas,
aktivitas dan derajat nyeri
- Focus pada diri sendiri sebelum pemberian
- Keluhan tentang obat
intensitas skala nyeri 2. Cek intruksi dokter
Faktor yang berhubungan tentang jenis obat,
- Perubahan pola tidur dosis, dan frekuensi
- Distress emosi 3. Cek riwayat alergi
- Keletihan 4. Tentukan pilihan
- Peningkatan indeks analgesic tergantung
massa tubuh tipe dan beratnya
- Agens pencedera nyeri
- Malnutrisi 5. Pilih rute pemberian
- Kerusakan system saraf secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur

2 Hambatan mobilitas fisik  Joint movement : active Exercise Therapy


Definisi  Mobility level :ambulation
keterbatasan dalam gerakan  Self care : ADLs 1. Monitoring vital sign
fisik atau satu atau lebih  Transfer perfomance sebelum/sesudah
ekstremitas secara mandiri Kriteria Hasil : latihan dan lihat respon
dan terarah 1. Klien meningkat dalam pasien saat latihan
Batasan karakteristik aktivitas fisik 2. Konsultasikan dengan
- Gangguan sikap berjalan 2. Mengerti tujuan dari terapi fisik tentang
- Penurunan keterampilan peningkatan mobilitas rencana ambulasi
motoric halus 3. Memverbalisasikan sesuai dengan
- Penurunan keterampilan perasaan dalam kebutuhan
motoric kasar meningkatkan kekuatan 3. Ajarkan pasien atau
- Penurunan rentang gerak dan kemampuan tenaga kesehatan
- Wakru reaksi berpindah tentang teknik ambulasi
memanjang 4. Memperagagakn 4. Latih pasien dalam
- Kesulitan membolak - penggunaan alat bantu pemenuhan kebutuhan
balik posisi untuk mobilisasi ADLs secra mandiri
- Ketidaknyamanan (walker) sesuai kemampuan
- Dyspnea setelah 5. Dampingi dan bantu
beraktifitas pasien saat mobilisasi
Faktor yang berhubungan dan bantu penuhi
- Intoleransi aktivitas kebutuhan ADLs
- Ansietas pasien
- Penurunan kekuatan otot
- Penurunan kendali otot
- Penurunan massa otot
- Penurunan ketahanan
tubuh
- Depresi
- Kaku sendi
- Malnutrisi
3 Gangguan citra tubuh  Body image Body image enhancement
Definisi  Self esteem 1. Kaji secara verbal dan
Konfusi gambaran mental Kriteria Hasil : non verbal respon klien
tentang diri fisik individu 1. Body image positif terhadap tubuhnya
Batasan karakteristik 2. Mampu mengidentifikasi 2. Monitor frekuensi
- Tidak ada bagian tubuh kekuatan personal
- Perubahan fungsi tubuh 3. Mendeskripsikan secara mengkritik dirinya
- Perunahan struktur tubuh faktual perubahan fungsi 3. Jelaskan entang proses
- Perubahan pandangan tubuh pengobatan, perawatan,
tentang penampilan 4. Mempertahankan kemajuan dan
tubuh seseorang interaksi sosial prognosis penyakit
- Menghindari meihat 4. Dorong klien
tubuh orang lain mengungkapkan
- Perilaku mengenali perasaannya
tubuh seseorang 5. Identifikasi arti
- Perilaku gaya hidup pengulangan melalui
- Perubahan dalam pemakaian alat bantu
keterbatasan social 6. Fasilitasi kontak
- Memperluas batasan dengan individu lain
tubuh dalam kelompok kecil
- Takut reaksi orang lain
Faktor yang
berhubungan
- Perubahan persepsi diri
- Ketidaksesuaian
budaya
- Ketidak sesuaian
spiritual

4. Defisit perawatan diri NOC : NIC :


 Self care : Activity of Self Care assistane : ADLs
Daily Living (ADLs)
1. Monitor kemempuan klien
Kriteria Hasil: untuk perawatan diri yang
1. Klien terbebas dari bau mandiri.
badan 2. Monitor kebutuhan klien
2. Menyatakan kenyamanan untuk alat-alat bantu untuk
terhadap kemampuan kebersihan diri, berpakaian,
untuk melakukan ADLs berhias, toileting dan
3. Dapat melakukan ADLS makan.
dengan bantuan 3. Sediakan bantuan sampai
klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care.
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
5. Defisiensi Pengetahuan NOC : NIC :
 Knowledge : deases Teaching : disease Process
processs 1. Berikan penilaian tentang
 Knowledge : Health tingkat pengetahuan pasien
behavior tentang proses penyakit
Kriteria hasil yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari
1. pasien dan keluarga penyakit dan bagaimana hal
menyatakan pemahaman ini berhubungan dengan
tentang penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi,
prognosis dan program dengan cara yang tepat.
pengobatan 3. Gambarkan tanda dan
2. pasien dan keluarga gejala yang biasa muncul
mampu melaksanakan pada penyakit, dengan cara
prosedur yang dijelaskan yang tepat.
secara benar 4. Gambarkan proses
3. pasien dan keluarga penyakit, dengan cara yang
mampu menjelaskan tepat
kembali apa yang 5. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan perawat / tim penyebab, dengna cara yang
kesehatan lainnya. tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

I. PENGKAJIAN DATADASAR
I. Identitas DiriKlien
Nama pasien : Ny.JW
Tanggal masukRS : 04 April2011
Tempat/Tgl.Lahir : Manado, 20 Juni1959
SumberInformasi :Keluarga
Umur : 55 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat :Kec.Tuminting
Pendidikan :SMA
Pekerjaan : IRT

Identitas Penanggungjawab :

Nama penanggungjawab :Tn. HS


Hubungan : Suami
StatusPerkawinan :Kawin
A g ama : Kristen
S uku :Sanger
Pekerjaan :Tukang
Pendidikan :SMA
Alamat : Kec.Tuminting

II. Status Kesehatan Saatini


1. AlasanKunjungan/KeluhanUtama:
Nyeridankakudibagiansendijari-jaritangandanpergelanggantangan rasa
seperti di tusuk-tusuk, sulit digerakan, kurang nafsu makan dan mual.
2. Faktor Pencetus:Aktivitas dan pola makan pasien yang tidak teratur.
3. Lamanya Keluhan : 4hari
4. TimbulnyaKeluhan: ( ) bertahap
() mendadak
5. Faktor yang memperberat : Pasien tidak pernah melakukanpantangan
6. Upayayangdilakukanuntukmengatasinya: Menggunakan obat herbal.
7. Diagnosa Medik:ArtritisReumatoid
III. Riwayat Kesehatan yanglalu
1. Penyakit yang pernah dialami:
• Kanak – Kanak :Diare
• Kecelakaan :Tidak
• Pernah dirawat penyakitwaktu
• Operasi : tidak
2. Alergi: -
3. Kebiasaan :merokok / kopi/obat/alkohol/lain-lain
4. Obat – obatan : Tradisional(urut)
5. Pola Nurtisi:
Frekwensi makan:
BeratBadan : 59kg
Tinggi Badan: 160 cm
Jenismakanan : Daging, sayur,nasi
Makanan yang disukai : Pisang goreng dantinutuan
6. Pola Eliminasi:
1. Buang airbesar
Frekwensi :Tidakteratur
Penggunaan pencahar :tidak
W a ktu : pagi/siang/sore/malam
W a rna :kecoklatan
Konsistensi : padat
2. Buang airkecil
Frekwensi :normal
W a rna : kuningpekat
Ba u :berbau
7. Pola tidur danistirahat
Waktutidur(jam) : 10malam
Lamatidur/hari : 6 jam /
hari Kebiasaanpengantartidur :
menonton
Kesulitan dalamhaltidur :() menjelangtidur
() sering/mudahterbangun
( ) merasa tidak puas setelahbangun tidur
8. Pola Aktifitas danLatihan
1. Kegiatan dalam pekerjaan : Bersih-bersihrumah,dll
2.OlahRaga:
-Jenis :Tidak
-Frekwensi :Tidak
3. Kegiatan diwaktuluang : santai dengankeluarga
4. Kesulitan/keluhan dalam hal : ( ) pergerakantubuh( ) mandi
( ) mengenakan pakaian ( ) bersolek ( )berhajat( ) sesak
napas setelahmengadakan aktifitas( )mudah merasa
kelelahan
IV. RiwayatKeluarga
Genogram

Pasien Atritis
reumatoid
V. RiwayatLingkungan
Kebersihan : lingkungan temapat tinggal di daerah
kumuh yang sistem sanitasinya tidakbaik
Bahaya : rentan terhadap penyakit kulit dandiare
Polusi : terhadapair
VI. AspekPsikososial
1. Pola pikir &persepsi
a. Alatbantuyangdigunakan: ( ) Kacamata( ) alat bantu
pendengaran
b. Kesulitan yang dialami :
( )sering pusing
( ) menurunnya sensitifitas terhadap sakit
( ) menurunnya sensitiftas terhadap
panas/dingin ( )membaca/menulis
2. PersepsiDiri
Hal yang amat dipikirkan saat ini :pasien berharap segera
sembuh agar dapat kembali beraktivitas secara normal
Harapan setelah menjalani perawatan:lebih memperhatikan
kebersihanlingkungan
Perubahan yang dirasa setelah sakit :badan terasa lemah,
nyeri saat tangan digerakan dan merasa tidak nyaman.
3. Suasana Hati :gelisah
Rentang perhatian : Suami, anak dan cucu menjadi lebih
perhatian
4. Hubungan/komunikasi
2. Bicara BahasaUtama: BahasaIndonesia( ) jelas(
)relevan
3. Bahasa Daerah: dialekManado
4. Tempat Tinggal ()sendiri( ) bersama orang lain, yaitu
Suami
VII. PengkajianFisik
Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit
- Suhutubuh : 370C
- DenyutNadi : 60 kali/menit
- Pernafasan : 18 kali/menit
- TekananDarah : 90/70mmHg

a. Kepala : bentuk : simetris danoval


Keluhan yang berhubungan : tidakada
Pusing/sakit kepala : tidak
b. M ata : Ukuran pupil5mm Isokor:baik
Reaksi terhadap cahaya : pupilmengecil Akomodasi :baik
Bentuk : simetris Konjunctiva:merahpucat Fungsi
penglihatan :baik
- Baik/kabur/tidak jelas : baik
- Dua bentuk: tidak
- Rasa sakit : tidak
Tanda-tanda radang : tidak ada
Pemeriksaan mata terakhir : setahun yang lalu
Operasi : tidak
Kaca mata : Menggunakan kaca mata plusLensa
Kontak pasien tidak menggunakan lensa
kontak
c. Hidung : Reaksi Alergi : bersin bilaberdebu
Cara mengatasinya :dibiarkan saja
Pernah mengalami flu : Pasien pernah
mengalamiinfluensa
Bagaimana frekwensinya dalam setahun : sering
Sinus: normal
Perdarahan :tidakada
d. Mulut&Tenggorokan : Gigi geligi Kerusakan gigi pada
molar 3 dan 2 superiordekstra
Kesulitan/gangguan berbicara : tidak
Kesulitan menelan : tidak
Pemeriksaan gigi terakhir : tidak pernah
e. Pernafasan: Suara paru
: Bronkhial
Pola Nafas : Vesikuler Batuk: kadang-
kadang
Sputum: tidak ada Nyeri: tidak ada
f. Sirkulasi : Nadi Perifer: 70kali/detik
CapilaryRefilling : 3 detik Distensi
Vena Jugularis : Tampak
Suara Jantung : tunggal
Suara Jantung tambahan : Tidak ada
Irama jantung (monitor) : Tidak dilakukan
Nyeri: padabagiansendijari
Edema :ada
Palpitasi: Tidakada
Baal:tidak
g. Nutrisi :
Jenis Diet : MB
Nafsu makan :berkurang
Rasa mual: sering
Muntah :Kadang
Intake Cairan : 6-7 gelas/hari
h. Eliminasi :Polarutin : Normal
(b.a.b) Penggunaan Laxan : Tidak
diterapkan Colostomy : Tidak diterapkan
Ileostomy : Tidak diterapkan
Konstibasi : tidak diterapkan
Diare : Kadang-kadang
(b.a.k) Inkontinensia
Infeksi : Tidak ada
Hematuria : -
Catheter : Tidak diterapkan
Urine Output : > 2000 ml
i.Neurologis : Tingkat kesadaran : sadar
Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu
Koordinasi: pasiendapatberkoordinasidengananggotagerak tubuh
Pola tingkah laku : normal
Riwayat epilepsi/kejang/parkinson : tidak ada
Refleks : tidak ada
Kekuatan menggenggam : pasien sulit menggenggam karna pengaruh
penyakit
Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas atas ( digiti manus)pasien terasa
kaku
Muskuloskeletal : Nyeri pada bagian digiti manus dan pergelanggan
tangan
j. Kulit :
Warna : kemerahan pada sendi digitimanusia
Integritas : kering
Turgor : jelek
VIII. Data Laboratorium
Laboratorium :
Tes serologi (diagnostikimunologis):
ESR : meningkat
FR : >1:80 Positif (80%) JDL : Anemia sedang LED: 85 mm/h
Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain
Sinar x dari sendi yang sakit: Pembengkakan, erosi sendi, dan subluksasio.
II. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM


DS : Faktor pencetus Nyeri
 Pasien mengatakan
nyeri dan kaku pada
Autoimun
sendi-sendi jari-jari
tangan rasanya
Antibodi salah mendeteksi benda asing (sel,
seperti di tusuk- jaringan,organ)
tusuk
 Pasien Antibodi berubah jadi antigen
mengatakan
sering terbangun Menyerang sendi
di malam hari
 Pasien merasa Inflamasi membran sinovial
tidak nyaman
karena efek nyeri Akumulasi cairan yang banyak mengandung
yang dialaminya sel makrofag limfosit T

DO :
- P: Faktor penyakit Merusak tulang dan mendesak cairan
atritis reumathoid sinovial
- Q: seperti ditusuk-
tusuk
- R: Di daerah sendi
jari-jari tangan Nyeri
- S:skala 7
- T: 5 menit kadang
jika cuaca dingin
nyerinya akan
kambuh

DS : Faktor pencetus Gangguan


- Pasien mengatan mobilitas fisik
Autoimun
aktivitas pasien
di bantu keluarga
Antibodi salah mendeteksi benda asing (sel,
- Pasien mengatakan
jaringan,organ)
tangan nya sulit
digerakkan dan kaku
Antibodi berubah jadi antigen
- Pasien
mengatakan
Menyerang sendi
karena nyeri jadi
susah
Inflamasi membran sinovial
beraktivitas
DO : Terbentuknya panus
- Aktifitas klien tampak
dibantu oleh keluarga Gangguan gerak sendi
- Pasien tampak Otot kehilangan elastisitas dan kontraksi
membatasi aktivitas
geraknya
Deformitas skletal

Gangguan mobilitas fisik


DS: Faktor pencetus Gangguan citra
- Pasien mengungkapkan tubuh
perasaan negatif Autoimun
terhadap perubahan
tubuh yang dialaminya
- Pasien merasa khawatir Antibodi salah mendeteksi benda asing (sel,
jaringan,organ)
terhadap reaksi orang
lain terhadap dirinya
- Pasien mengatakan tidak Antibodi berubah jadi antigen
percaya diri
DO:
- Fokus berlebihan pada Menyerang sendi
penampilan
- Hubungan sosial
berubah Inflamasi membran sinovial
- Respon nonverbal pada
perubahan Terbentuknya panus

Gangguan gerak sendi

Otot kehilangan elastisitas dan kontraksi

Deformitas skletal

Gangguan mobilitas fisik

Kondisi dan prognosis penyakit

Gangguan citra tubuh


DS: Faktor pencetus Defisit
- Klien mengatakan pengetahuan
mengapa kakinya sakit Autoimun
ketika merasakan dingin
- Klien mengatakan tidak
tahu harus berbuat apa Antibodi salah mendeteksi benda asing (sel,
ketika nyeri timbul jaringan,organ)
DO:
- Klien memiliki masalah
pada memori tidak Antibodi berubah jadi antigen
mampu mengingat
dengan baik
- Status mental gerontik Menyerang sendi
kerusakan intelektual
sedang
Inflamasi membran sinovial

Terbentuknya panus

Gangguan gerak sendi

Otot kehilangan elastisitas dan kontraksi

Deformitas skletal

Gangguan mobilitas fisik

Kondisi dan prognosis penyakit

Defisit pengetahuan
DS: Faktor pencetus Defisit perawatan
- pasien mengatakan diri
tangan nya sulit di Autoimun
gerakkan dan sulit untuk
merawat dirinya
- Klien mengatakan tidak Antibodi salah mendeteksi benda asing (sel,
jaringan,organ)
mampu untk mengganti
pakaian nya sendri
DO:
Antibodi berubah jadi antigen
- klien tampak di bantu
berpakaian oleh kluarga
nya. Tampak di bantu Menyerang sendi
untuk ke kamar mandi
oleh keluarga.
- Inflamasi membran sinovial

Terbentuknya panus

Gangguan gerak sendi


Otot kehilangan elastisitas dan kontraksi

Deformitas skletal

Gangguan mobilitas fisik

Pembatasan aktifitas fisik

Defisit perawatan diri

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri berhubungan dengan akumulasi cairan yang banyak
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skletal
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kondisi dan prognosis penyakit
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pembatasan aktivitas fisik
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kondisi dan prognosis penyakit

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1 Setelah dilakukan tindakan Mandiri
Nyeri berhubungan - Lakukan pengkajian
diharapkan dalam waktu kurang
dengan akumulasi nyeri secara
dari seminggu rasa nyeri pasien
cairan yang banyak komperehensif
dapat terkontrol atau teratasi dan
menunjukan nyeri hilang dan - Gunakan teknik
dapat berpartisipasi dalam komunikasi
beraktivitas teraupeutiik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
- Anjurkan klien
dengan posisi yang
nyaman
- Berikan lingkungan
yang nyaman
- Sarankan untuk
meningkatkan
rileksasi
- Monitor tekanan
darah, nadi, dan
status pernafasan
dengan tepat.
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan tanda-
tanda vital.
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
tenaga medis
lainnya untuk
pemberian obat
analgesik sesuai
indikasi
2 Setelah dilakukan tindakan Mandiri
Hambatan mobilitas
keperawatan selama kurang dari - Evaluasi/lanjutkan
fisik berhubungan
seminggu pasien dapat beraktivitas pemantauan tingkat
dengan deformitas
dan tanpa gangguan inflamasi /rasa sakit
skletal
ketidaknyamanan. pada sendi.
Mempertahankan ataupun - Pertahankan
meningkatkan kekuatan fungsinya istirahat tirah
dan kompensasi bagian tubuh. baring/duduk jika
diperlukan . buat
jadwal aktifitas
sesuai dengan
toleransu untuk
memberikan
periode istirahat
yang terus menerus
dan tidur malam
hari yang tidak
terganggu.
- Bantu klien latihan
rentang gerak pasif
atau aktif.
- Ubah posisi klien
setiap dua jam
dengan bantuan
personel yang
cukup.
Demontrasikan atau
bantu teknik
pemindahan dan
penggunaan
bantuan mobilitas.
- Posisikan sendi
yang sakit dengan
bantal.
Kolaborasi
- Berikan obat-obatan
sesuai indikasi
- Berikan matras busa
- steroid
3 Meningkatkan kepercayaan diri Mandiri
Gangguan citra tubuh
dalam kemampuan untuk - Dorong klien
berhubungan dengan
menghadapi penyakit dan dapat mengungkapkan
kondisi dan prognosis
beraktivitas secara normal. perasaannya
penyakit
Mengungkapkan peningkatan rasa mengenai proses
dalam kemampuan keterbatasan penyakit dan
gaya hidup kemungkinan harapan masa
keterbatasan lainnya. depan.
- Diskusikan arti
perubahan pada
klien atau orang
terdekat. Pastikan
bagaimana
pandangan pribadi
klien dalam
berfungsi dalam
gaya hidup sehari-
hari, termasuk aspek
seksual.
- Diskusikan presepsi
klien mengenai
bagaimana orang
terdekat menerima
keterbatasan klien.
- Akui dan terima
perasaan berduka,
bermusuhan dan
serta ketergantungan
- Obersvasi
perilakuklien
terhadap
kemungkinan
menraik diri,
menyangkal atau
terlalu
memperhatikan
perubahan tubuh.
4 Setelah dilakukan perawatan Mandiri
Defisit perawatan diri
selama 3x24 jam diharapkan klien - Pertahankan
berhubungan dengan
dapat melakukan perawatan diri mobilitas, kontrol
pembatasan aktivitas
sesuai kemampuannya dengan terhadap nyeri dan
fisik
kriteria: program latihan.
Dapat melaksanakan perawatan - Kaji hambatan klien
diri pada tingkat yang konsisten dalam partisipasi
dengan kemampuan individual perawatan diri.
Identifikasi atau buat
rencana untuk
modifikasi
lingkungan.
Kolaborasi
- Konsultasi dengan
ahli terapi okupasi
- Mengatur evaluasi
kesehatan di rumah
sebelum dan setelah
pemulangan
5 Setelah dilakukan perawatan Mandiri
Defisiensi
diharapkan klien mampu - Tinjau proses
pengetahuan
memahami atau menjelaskan penyakit, prognosis
berhubungan dengan
mengenai penyakit , prognosis dan dan harapan masa
kondisi dan prognosis
perawatannya. depan.
penyakit
- Diskusikan
kebiasaan klien
dalam
penatalaksanaan
proses sakit melalui
diet, obat-obatan
serta program diet
seimbang, latihan
dan istirahat
- Bantu klien dalam
merencanakan
jadwal aktivitas yang
realistis, periode
istirahat, perawatan
diri, dan manajemen
stress
- Tekankan
pentingnya
melanjutkan
manajemen
farmakoterapeutik.
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO IMPLEMENTASI EVALUASI
DX.
1 - Melakukan pengkajian nyeri secara S :
komperehensif  Pasien mengatakan masih
- Menggunakan teknik komunikasi terasanyeri dan kaku
teraupeutiik untuk mengetahui  Pasien belum merasa nyaman
pengalaman nyeri pasien
- Menganjurkan klien dengan posisi O :
yang nyaman  KU lemah
- Memberikan lingkungan yang  TTV:
nyaman - Suhu tubuh: 370 C
- Menyarankan untuk meningkatkan - Nadi: 60 x /menit
rileksasi - Pernafasan: 18 x /menit
- Memonitor tekanan darah, nadi, dan - TD: 90/70mmHg
status pernafasan dengan tepat.  Edema pada sendi dan
- Mengidentifikasi kemungkinan pergelanggan tangan, nyeri dan
penyebab perubahan tanda-tanda kaku masih terasa,
vital.  Skala nyeri 7,
- Berkolaborasi dengan tenaga medis  Pasien anemia sedang
lainnya untuk pemberian obat A :
analgesik sesuai indikasi Masalah belum teratasi
P:
Intervensi lanjut
2 - Mengevaluasi/lanjutkan pemantauan S :
tingkat inflamasi /rasa sakit pada
 Pasien mengatakan sulit untuk
sendi.
- Mempertahankan istirahat tirah istirahat dan tidur.
baring/duduk jika diperlukan . buat
 Pasien belum merasa nyaman.
jadwal aktifitas sesuai dengan
toleransu untuk memberikan periode O :
istirahat yang terus menerus dan
 TTV:
tidur malam hari yang tidak
terganggu. - Suhu tubuh: 370 C
- Membantu klien latihan rentang
gerak pasif atau aktif. - Nadi: 60x /menit
- Mengubah posisi klien setiap dua - Pernafasan: 18 x /menit
jam dengan bantuan personel yang
cukup. Demontrasikan atau bantu - T D : 90/70mmHg
teknik pemindahan dan penggunaan  Pasien anemia sedang, rentang
bantuan mobilitas.
- Memposisikan sendi yang sakit gerak terbatas, tidak bisa tidur
dengan bantal. nyenyak, obat yang diberikan
- Memberikan obat-obatan sesuai
indikasi untuk mengatasi rematik dan
- Memberikan matras busa menekan inflamasi.
steroid
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi lanjut
3 - Mendorong klien mengungkapkan S:
perasaannya mengenai proses  Pasien mengatakan ingin segera
penyakit dan harapan masa depan. sembuh.
- Mendiskusikan arti perubahan pada  Pasien ingin dapat
klien atau orang terdekat. Pastikan beraktivitassecara mandiri.
bagaimana pandangan pribadi klien
dalam berfungsi dalam gaya hidup O:
sehari-hari, termasuk aspek seksual.  Aktivitas Pasien masih
- Mendiskusikan presepsi klien bergantung pada orang lain
mengenai bagaimana orang terdekat (Keluarga).
menerima keterbatasan klien.  Pasien membatasi rentang
- Mengakui dan menerima perasaan geraknya.
berduka, bermusuhan dan serta A:
ketergantungan Masalah belum teratasi
- Mengobersvasi perilakuklien P:
terhadap kemungkinan menraik diri, Intervensi lanjut
menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan tubuh.
4 - Mempertahankan mobilitas, kontrol S:
terhadap nyeri dan program latihan. Pasien mengatakan aktifitas dibantu
- Mengkaji hambatan klien dalam oleh keluarga
partisipasi perawatan diri. Identifikasi O:
atau buat rencana untuk modifikasi  Pasien masih bergantung pada
lingkungan. orang lain (Keluarga).
- Mengkonsultasi dengan ahli terapi  Pasien membatasi rentang
okupasi geraknya.
- Mengatur evaluasi kesehatan di A:
rumah sebelum dan setelah Masalah belum teratasi
pemulangan P:
Intervensi lanjut
5 - Meninjau proses penyakit, prognosis S:
dan harapan masa depan. Pasien mengatakan bahwa dirinya
- Mendiskusikan kebiasaan klien dalam sudah mengerti dengan penyakitnya
penatalaksanaan proses sakit melalui O:
diet, obat-obatan serta program diet Pasien terlihat sudah mengetahui
seimbang, latihan dan istirahat setelah di penkes oleh perawat tentang
- Membantu klien dalam merencanakan penyakitnya
jadwal aktivitas yang realistis, A:
periode istirahat, perawatan diri, dan Masalah teratasi
manajemen stress P:
- Menekankan pentingnya melanjutkan Intervensi lanjut
manajemen farmakoterapeutik.

5.1 Kesimpulan
B BV
A PENUTUP

Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan individualisasi perawatan


yang perawat berikan. Proses-proses keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya
peranan perawat dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang
diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnose keperawatan yang ada.
Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Artritis Reumatoid yang
telah dibuat menunjukan dan menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang
benar dalam bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien. Penanganan langsung
dan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan pasien itu sendiri dapat
mempermudah intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman yang benar tentang penyakit
ini dapat mempermudah dalam pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar
dalam pembuatan Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu
sendiri. Askep yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat
akreditasi asuhan keperawatan.

5.2 Saran
Pemakalah menyadari bahwa penjelasan di atas masih terdapat kekurangan, baik
dari segi isi maupun dari segi penulisan. maka dari itu, diharapkan kepada pembaca kritik
dan saran sebagai masukan yang membangun demi perbaikan makalah ini dan
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai