“RHEUMATOID ARTHRTITIS”
OLEH:
Yohana M.A.E RANBALAK (C1814201102)
Yunita F.K Kumayas (C1814101103)
Yosep Arsono (C1814201104)
Tingkat 2B
Dengan memanjatkan puji dan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa,
pembuatan makalah maupun askep ini telah kami selesaikan. Dengan judul materi
“RHEUMATOID ARTHRITIS” ini kami berharap agar dapat berguna bagi siapaun
yang membacanya.
Adapun dalam pembuatan makalah maupun asuhan keperawatan ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah dengan materi sistem imun. Kami menyadarinya
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran
masih sangan kami perlukan guna untuk memotivasi kami agar lebih baik
kedepannya.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 3 PENUTUP
BAB1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin
dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayan
kesehatan. Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat
sering diujikan. Biasanya terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa
penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan
masalah utama. Insiden puncak dari artritis reumatoid terjadi pada umur
dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering
dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan
pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen
yang tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin
juga terdapat predisposisi terhadap penyakit.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Rheumatoid Arthritis(RA)?
2. Apa penyebab dari RA?
3. Bagaimana jalannya terjadi penyakit RA?
4. Apa saja pengobatannya dan tindakan keperawatannya?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Rheumatoid Arthritis(RA)
2. Untuk mengetahui penyebab dari RA?
3. Untuk mengetahui bagaimana bisa terjadi penyakit RA
4. Untuk mengetahui pengobatan sekaligus tindakan keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536).
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 :
1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu
Bedah Orthopedi, hal.165)
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi
dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (
Diane C. Baughman. 2000 ).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang
menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi
secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke
struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi,
legamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah
putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan
jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan
penebalan membran pada sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan
nekrosis sel dan inflamasi berlanjut. Pembentukan panus terjadi oleh
penebalan sinovium yang dilapisi
jaringan granular. Penyebaran panus ke sinovium menyebabkan
peradangan dan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan sendi dan
deformitas.
Biasanya jaringan ikat yang pertama kali mengalami kerusakan adalah
jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara
pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone &
Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II;
faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme
mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II
kolagen dari tulang rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin
adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau
mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal
terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG. Walaupun respon ini
berhasil mengancurkan mikro- organisme, namun individu yang mengidap
AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap
antibodi IgG semula. Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri
ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan
menimbulkan peradangan kronik dan destruksi
jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap
penyakit autoimun.
C. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal
(tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat
menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan
sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar
206 tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh.
Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian
tempat dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi
rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.
Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan
torso.
a. Kolumna vertebra
b. Tengkorak
Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih. Fungsi Sistem
Rangka:
a. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh,
tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan
organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
b. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka
saat bergerak, adanya persendian.
a. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam
tubuh.
b. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
c. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid
(yellow marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan
atas.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan
didalamnya terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari
tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang
terdiri dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang
padat disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur
(berdasarkan ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang
yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan
paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian (berdasarkan
jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)
Klasifikasi struktural persendian :
Persendian fibrosa
Persendian kartilago
Persendian sinovial.
Klasifikasi fungsional persendian :
Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan
ikat fibrosa atau kartilago.
Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi
dan kompresi .
Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi
sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan
sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua
tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi
kartilago artikular.
Klasifikasi persendian sinovial :
Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan
sendi bahu.
Produksi panas.
Ciri-ciri otot
Kontraktilitas
Eksitabilitas
Ekstensibilitas
Elastisitas
Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali
konstruksinya, volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan
juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan
di jantung.
Jenis-jenis Otot
Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti
pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius,
dan sistem sirkulasi darah.
D. KLASIFIKASI
Pada tipe ini terdapt 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung teru-menerus, paling sedikit dalam 6
minggu
Pada tipe ini terdapt 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung teru-menerus, paling sedikit dalam 6
Minggu
Pada tipe ini terdapt 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung teru-menerus, paling sedikit dalam
waktu 3 bulan
1. Stadium sinovitis
2. Stadium destruksi
3. Stadium deformitas
E. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria.
Pelepasan Faktor
Reumatoid (FR)
Respon IgG
awal
menghancurkan
FR menempati dikapsula sendi mikroorganisme
Pemecahan
Terbentuk n Kolagen Kekakuan sendi
odul- nodul
rematoid
Atrofi Otot
Deformitas Sendi Membrane
sinovium
menebal &
hipertropi
Ndx: Kerusakan
Mobilitas Fisik Panus
Ndx: Gangguan
Citra Tubuh
Kartilago Hambatan
dirusak Aliran Darah
Nekrosis Sel
Penurunan
elastisitas dan
kontraksi otot
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi
pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap.
Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada
pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis
tulang.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Faktor rematoid : positif pada 80%-95% kasus.
Fiksasi lateks: positif pada 75% dari kasus-kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi: Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus
khas.
LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
Protein C-reaktif : Positif selama masa eksaserbasi. SDP: Meningkat
pada waktu timbul proses inflamasi.
JDL: Umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses
autoimun sebagai penyebab AR.
Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.
Artroskopi langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan
iregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang
lebih
H. PENATALAKSANAAN
I. KOMPLIKASI
J. PROGNOSIS
K. PENCEGAHAN
L. DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik:
1. Lakukan inspeksi dan palpasi pada persendian di masing—masing sisi,
amatilah warna kulit, lembut tidaknya, pembengkakan dan ukuran kulit
2. Lakukan pengukuran gerak pasif pada persendian sinovial, catat bila
terjadi nyeri saat persendian digerakkan
3. Lakukan inspeksi dan palpasi pada otot skeletal seacar bilaterla, catat bila
ada atrofi, tanus yang mungkin berkurang, ukur seberapa besar kekuatan
otot
4. Dibagian wajah, periksa mata untuk sindroma siorgen, katarak anemia
dan tanda-tanda adanya hiperviskositas pada fundus, kelenjar parotis
membesar, mulut kering, suara sesak, sendi krepitus
5. Kaji tungkai bawah, pembengkakan pada betis dan tanda-tanda kompresi
medulla spinalis
6. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
7. Kaji aktivitas sehari-hari.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronis
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Gangguan citra tubuh
4. Defisit perawatan diri
5. Defisit pengetahuan
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri kronis berhubungan Comfort level Pain Management
dengan ketidakmampuan Pain control
a. Lakukan pengkajian nyeri
fisik-psikososial kronis Pain level
secara komprehensif termasuk
(metastase kanker, injuri Setelah dilakukan tindakan
lokasi, karakteristik, durasi,
neurologis, artritis) keperawatan selama …. nyeri kronis
frekuensi, kualitas dan faktor
Nyeri Akut berhubungan pasien berkurang dengan kriteria
presipitasi
dengan: hasil:
b. Observasi reaksi nonverbal
Agen injuri (biologi, kimia, Mampu mengontrol nyeri (tahu
dari ketidaknyamanan
fisik, psikologis), kerusakan penyebab nyeri, mampu
c. Bantu pasien dan keluarga
jaringan menggunakan tehnik
untuk mencari dan menemukan
nonfarmakologi untuk
dukungan
mengurangi nyeri, mencari
d. Kontrol lingkungan yang dapat
bantuan)
mempengaruhi nyeri seperti
Melaporkan bahwa nyeri
suhu ruangan, pencahayaan
berkurang dengan
dan kebisingan
menggunakan manajemen
e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri
f. Kaji tipe dan sumber nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,
untuk menentukan intervensi
intensitas, frekuensi dan tanda
g. Ajarkan tentang teknik non
nyeri)
farmakologi: napas dala,
Menyatakan rasa nyaman
relaksasi, distraksi, kompres
setelah nyeri berkurang
hangat/ dingin
Tanda vital dalam rentang
h. Berikan analgetik untuk
normal
mengurangi nyeri: ……...
Tidak mengalami gangguan
i. Tingkatkan istirahat
tidur
j. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
k. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
2. Gangguan mobilitas fisik Joint Movement : Active a. Exercise therapy : ambulation
berhubungan dengan Tidak Mobility Level
nyaman, nyeri , Self care : ADLs b. Monitoring vital sign
Kerusakan muskuloskeletal Transfer performance sebelm/sesudah latihan dan
dan neuromuskuler , Setelah dilakukan tindakan lihat respon pasien saat latihan
Penurunan kekuatan otot, keperawatan selama….hambatan c. Konsultasikan dengan terapi
kontrol dan atau masa mobilitas fisik teratasi dengan kriteria fisik tentang rencana ambulasi
hasil: sesuai dengan kebutuhan
Klien meningkat dalam d. Bantu klien untuk
aktivitas fisik menggunakan tongkat saat
Mengerti tujuan dari berjalan dan cegah terhadap
peningkatan mobilitas cedera
Memverbalisasikan perasaan e. Ajarkan pasien atau tenaga
dalam meningkatkan kekuatan kesehatan lain tentang teknik
dan kemampuan berpindah ambulasi
Memperagakan penggunaan f. Kaji kemampuan pasien dalam
alat Bantu untuk mobilisasi mobilisasi
(walker) g. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
h. Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
i. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
j. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3. Gangguan citra tubuh Body image Body image enhancement
berhubungan dengan: Self esteem - Kaji secara verbal dan nonverbal
Biofisika (penyakit kronis), Setelah dilakukan tindakan respon klien terhadap tubuhnya
kognitif/persepsi (nyeri keperawatan selama …. gangguan - Monitor frekuensi mengkritik
kronis), kultural/spiritual, body image dirinya
penyakit, krisis situasional, pasien teratasi dengan kriteria - Jelaskan tentang pengobatan,
trauma/injury, pengobatan hasil: perawatan, kemajuan dan
(pembedahan, kemoterapi, Body image positif prognosis penyakit
radiasi) Mampu mengidentifikasi - Dorong klien mengungkapkan
kekuatan personal perasaannya
Mendiskripsikan secara faktual - Identifikasi arti pengurangan
perubahan fungsi tubuh melalui pemakaian alat bantu
Mempertahankan interaksi - Fasilitasi kontak dengan individu
sosial lain dalam kelompok kecil
4. Defisit perawatan diri Self care : Activity of Daily Living Self Care assistane : ADLs
(ADLs) Monitor kemempuan klien untuk
Berhubungan dengan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan diri yang mandiri.
penurunan atau kurangnya keperawatan selama …. Defisit Monitor kebutuhan klien untuk
perawatan diri teratas dengan kriteria alat-alat bantu untuk kebersihan
motivasi, hambatan
hasil: diri, berpakaian, berhias, toileting
lingkungan, kerusakan Klien terbebas dari bau badan dan makan.
Menyatakan kenyamanan terhadap Sediakan bantuan sampai klien
muskuloskeletal,
kemampuan untuk melakukan mampu secara utuh untuk
kerusakan neuromuskular, ADLs melakukan self-care.
Dapat melakukan ADLS dengan Dorong klien untuk melakukan
nyeri, kerusakan persepsi/
bantuan aktivitas sehari-hari yang normal
kognitif, kecemasan, sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara
kelemahan dan kelelahan
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang
menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi)
terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan
menyebar ke struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan,
kapsul fibrosa sendi, legamen dan tendon. Inflamasi ditandai
dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen,
fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi
kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada
sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan
inflamasi berlanjut. Pembentukan panus terjadi oleh penebalan
sinovium yang dilapisi jaringan granular. Penyebaran panus ke
sinovium menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan
parut memacu kerusakan sendi dan deformitas.
B. Saran
Dalam pembuatan tulisan ini tentu saja masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Tetapi, lebih dari itu dalam
penyusunannya tetap diperhatikan dan semoga dapat berguna bagi
yang membaca