BONE TUMORS
Oleh:
HAFMI ERSYA SYAHTERA HAMDI
201920401011144
PEMBIMBING
dr. Dina H. Susanti, Sp.Rad
dr. Farid Wadjdi Hafidz, Sp.Rad
dr. Qonita, Sp.Rad
SMF RADIOLOGI
RSUD KABUPATEN JOMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
merupakan salah satu tanda dari inflamasi yang dapat bersifat jinak atau ganas.
Tumor tulang berkembang ketika sel dalam tulang membelah tak terkendali,
Tumor tulang primer dapat jinak atau ganas, tumor yang jinak lebih sering
terjadi, tetapi tumor yang ganas seringkali berakibat fatal. Tumor ganas
Tumor semacam ini paling sering terlihat pada remaja dan dewasa muda
(AAOS, 2015)
Insiden terjadinya dari seluruh tumor tulang primer : 65,8% bersifat jinak
dan 34,2% bersifat ganas, ini berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu
yang bersifat ganas. Tumor ganas tulang menempati urutan kesebelas dari
seluruh tumor ganas yang ada dan hanya 1,5% dari seluruh tumor ganas organ.
Perbandingan insiden tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama
(Soekanto, 2007).
tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas
(72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang
osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering dijumpai yakni 22% dari
seluruh jenis tumor tulang dan 31% dari seluruh tumor tulang ganas. Dari
jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
Meskipun relatif tidak umum, tumor tulang primer adalah masalah klinis
yang signifikan, dengan tingkat morbiditas pasien yang tinggi dan potensi
menentukan perjalanan akhir dan prognosis. Karena banyak tumor yang bersifat
asimptomatik hingga tampak memiliki gejala sisa yang serius (yaitu, fraktur
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang anatomi dan
2.1 Anatomi
Susunan tulang atau skelat (kerangka) merupakan salah satu unsur sistem
penegak dan penggerak. Tulang manusia dihubungkan dengan yang lain
melalui sambungan tulang atau persendian sehingga terbentuk kerangka yang
merupakan sistem lokomotif pasif, yang akan diatur oleh alat-alat lokomotif
aktif dari otot.
2.1.1 Klasifikasi Tulang
2.2 Definisi
Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-
selnya tidak pernah menjadi dewasa. Tumor tulang primer merupakan tumor
tulang dimana sel tumornya berasal dari unsur-unsur tulang sendiri, sedangkan
tumor tulang sekunder adalah tumor yang berasal dari metastasis (infiltrasi)
tumor-tumor ganas organ lain ke dalam tulang.
2.3 Epidemiologi
Dari seluruh tumor tulang primer 65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat
ganas. Ini berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu yang bersifat ganas.
Tumor ganas tulang menempati urutan ke-11 dari seluruh tumor ganas yang
ada. Perbandingan insidens tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama.
Insidens tumor tulang jinak dan ganas sangat erat hubungannya dengan usia
penderita (Rasjad, 2007).
Tumor jinak yang paling sering terjadi diantaranya adalah
Osteochondroma, Giant Cell Tumor, Osteoblastoma, dan Osteoid Osteoma
Tumor ganas yang paling umum terjadi adalah Multiple Myeloma,
Osteosarcoma, Ewing’s Sarcoma, dan Chondrosarcoma (AAOS, 2015).
2.4 Etiologi dan Faktor Resiko
Tumor tulang sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa
penyebabnya. Peneliti tengah meneliti beberapa faktor yang dapat
meningkatkan insidensi terjadinya tumor ini. Faktor-faktor yang dianggap
sebagai faktor resiko terjadinya kasus tumor tulang ini adalah sering terpapar
dengan terapi radiasi atau pengobatan anti kanker, karena faktor keturunan,
riwayat pemasangan besi pada tulang (National Cancer Institute, 2008). Tetapi
tidak semua faktor resiko yang di sebutkan meningkatkan angka resiko
terjadinya tumor tulang. Berikut beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor
resiko dari tumor tulang.
a. Usia
Pada kasus tumor tulang memang sedikit berbeda dengan kasus kanker pada
organ lainnya, insidensi tumor tulang lebih sering di jumpai pada remaja.
Seperti osteosarkoma yang secara umum dijumpai pada remaja dan dewasa
muda. Sangat jarang dijumpai pada saat sebelum usia remaja dan kelihatannya
berhubungan dengan pertumbuhan tulang pada saat remaja (Cancer Research
UK, 2014)
b. Riwayat kanker sebelumnya
Riwayat kanker sebelumnya dapat menjadi faktor resiko yang pasti terjadinya
kanker tulang karena dikhawatirkan sudah terjadi metastase ke tulang. Dan
apabila ini didapati tumor tulang dengan riwayat kanker maka disebut sebagai
tumor tulang yang sekunder (National Cancer Institute, 2008).
c. Riwayat pengobatan kanker
Terpapar radiasi dapat menyebabkan tumor pada tulang. Di sebutkan bahwa
apabila didapati riwayat radioterapi pada area tubuh yang terdapat tulang, maka
ini meningkatkan resiko untuk terjadinya osteosarcoma pada area tersebut.
Resiko ini kecil kemungkinan pada kebanyakan orang, tetapi beresiko tinggi
pada remaja yang terpapar radioterapi dengan dosis tinggi. Hanya 1 dari 100
orang yang diobati dengan radioterapi akan menjadi tumor tulang. (Cancer
Research UK, 2014).
d. Genetik
Sebuah sindrom yang disebut sebagai Li-Fraumeni syndrome yang mana
terjadi karena kesalahan gen yang turunkan dari orang tua, meningkatkan
resiko terjadinya beberapa kanker, termasuk kanker tulang (Cancer Research
UK, 2014).
2.5 Klasifikasi
Tumor tulang dapat dikelompokkan sebagai tumor tulang primer dan tumor
tulang sekunder. Tumor tulang primer ini lebih sering dijumpai daripada tumor
sekunder.
Tumor tulang primer dapat jinak atau ganas. Tumor tulang yang yang jinak
lebih sering terjadi daripada tumor primer yang ganas, dan tumor-tumor ganas
seringkali berakibat fatal. Tumor ganas cenderung tumbuh cepat, menyebar
dan menginvasi secara tidak beraturan. Tumor-tumor semacam ini paling
sering terlihat pada remaja dan dewasa muda.
Tumor tulang sekunder merupakan tumor pada tulang akibat dari metaplasia
yang beasal dari jaringan lain, dapat menyebar melalui aliran darah. Tumor
yang sering bermetaplasia ke tulang antara lain prostat, payudara, paru, tiroid,
ginjal, dan kandung kemih. Dan tulang yang paling sering adalah vertebrae,
femur proksimal, pelvis, sternum, humerus proksimal, dan iga. Sama halnya
dengan tumor lainnya, tumor tulang juga ada yang jinak dan ada yang ganas.
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan radiologis.
2.7 Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologik merupakan pemeriksaan yang penting dalam usaha
menegakkan diagnosis tumor tulang. Diagnosis pasti didasarkan pada hasil
pemeriksaan PA. Pada beberapa tumor, diagnosis pasti dapat juga ditegakkan
dengan pemeriksaan radiologik, misalnya osteokondroma.
Pada pemeriksaan tulang harus diperhatikan :
• Besar, bentuk, kontur, dan densitas tulang
• Korteks, utuh atau tidak utuh (menipis/destruksi)
• Spongiosa, adakah bayangan radiolusen
• Ada/tidaknya reaksi periosteal
• Jaringan lunak sekitar tulang apakah ada pembengkakan, pengapuran,
penulangan.
Dalam menilai tumor tulang perlu diperhatikan hal berikut :
• Umur penderita
• Apakah lesi soliter atau multipel
Kebanyakan tumor tulang primer soliter, bila multipel kemungkinan
metastasis.
• Bagian tulang mana yang terkena
Osteosarkoma biasanya di daerah metafisis, sarkoma Ewing kebanyakan
pada diafisis, dan sebagainya.
• Kelainan apa yang terlihat apakah berupa destruksi, reaksi periosteal,
pembentukan tulang baru, dan bagaimana jaringan lunak sekitarnya.
• Batas-batas lesi, umumnya tumor jinak berbatas tegas, korteks menipis, dan
tidak ada reaksi periosteal. Sedangkan tumor ganas batasnya tidak tegas,
korteks mengalami destruksi dan ada reaki periosteal.
Pemeriksaan radiologi pada tumor tulang selalu diawali dengan foto
konvensional yang sampai saat ini masih merupakan cara pemerikaan terbaik
untuk diagnostik tumor tulang. Untuk menentukan luasnya tumor atau
keterlibatan jaringan sekitar dapat dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI.
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip pengelolaan
1. Tumor jinak
- Tumor jinak berukuran kecil biasanya tidak diperlukan tindakan khusus
- Biopsi dilakukan bila jenis tumor diragukan
2. Curiga tumor ganas
- Melakukan pemeriksaan lengkap termasuk pemeriksaan darah, foto paru,
pemeriksaan radiologik terhadap tumor, dan biopsy.
2.9 Tumor Jinak Tulang
2.9.1 Osteochondroma
a. Definisi
sekitar lutut.
b. Insiden
jinak pada tulang dan 10-15% keseluruhan kasus tumor pada tulang.
c. Gambaran Klinis
disertai nyeri pada tulang yang terkena. Gejala yang lebih spesifik
d. Lokasi
f. Tatalaksana
keganasan.
g. Gambaran Radiologi
a. Definisi
b. Insidens
terutama pada umur 10 – 25 tahun. Tumor ini lebih sering pada laki
c. Gambaran
Gambar Klinisosteoid. Insiden usia yang paling sering ditemukan serta
2.10 Osteoma
osteo yang sering terkena ditunjukkan oleh panah hitam solid.
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal
Non-Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 158)
Nyeri bersifat menetap/ hilang timbul yang tidak hilang saat
istirahat
Nyeri biasanya di malam hari
Nyeri dapat bersifat ringan atau hebat
Nyeri dapat berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah
Terkadang otot disekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan
ini akan membaik setelah tumor diangkat
d. Lokasi
Lokasi osteoid osteoma pada femur (25%), tibia (25%), dan sisanya
Gambar 2.11 Lokasi tulang dan pola distribusi frekuensi usia osteoid osteoma.
A, distribusi tulang dari osteoid osteoma. B, Umur distribusi frekuensi osteoid
osteoma.
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal
Non-Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 158)
garis tulang ukuran lesi tidak lebih dari 1-2 cm. ditemukan adanya
menegakkan diagnosa.
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal Non-Traumatic
Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 162)
Gambar 2.18 Osteoid osteoma tulang tubular berubah sebagai osteomyelitis kronis. A,
radiografi dari nidus sklerotik di falang proksimal jari panjang (panah) dari seorang
wanita berusia 26 tahun yang merasa sakit dan bengkak selama 2 tahun sebelum
diagnosis didirikan. telah diikuti dan dirawat karena diduga osteomielitis selama periode
ini. B, foto Klinis kasus A menunjukkan edema jaringan lunak dan deformitas jari yang
panjang. C, radiografi menunjukkan nidus berkilau dengan sklerosis pada tulang yang
berdekatan di falang proksimal jari kelima. D, radiografi seorang pria 22 tahun dengan
nyeri, pembengkakan jaringan lunak, dan diperluas nidus radiolusen di falang proksimal
jari telunjuk (panah). Diagnosis osteomielitis kronis mengakibatkan pengobatan jangka
panjang dengan antibiotik.
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal Non-
Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 164)
Gambar 2.19 Juxtaarticular osteoid
osteoma dari sendi siku. A, radiografi dari
sendi siku dengan difus, buruk wilayah
batas-batasnya dari sclerosis dari proksimal
ulnar metafisis (panah). Tidak ada jaringan
nidus dapat diidentifikasi. Radiografi siku
menunjukkan tidak jelas sclerosis dan
reaksi periosteal menonjol yang melibatkan
ujung distal humerus.
f. Patologifisiologi
yang tinggi dan jaringan tulang yang belum matang serta jaringan
osteoid.
2.9.3 Osteoblastoma
a. Definisi
b. Insiden
Insidensinya lebih besar pada pria daripada wanita (2: 1). Dua
dekade pertama kehidupan menyumbang lebih dari 70% kasus
c. Gambaran Klinis
Nyeri adalah gejala yang paling sering muncul, dan diagnosis dapat
d. Lokasi
e. Patofisiologi
2015).
f. Gambaran radiologi
g. Tatalaksana
a. Definisi
Tumor giant cell (TGC) tulang merupakan sebuah lesi yang bersifat
jinak tetapi secara lokal dapat bersifat agresif dan destruktif yang
dan banyaknya sel datia yang tersebar serupa osteoklas (David &
Arifin, 2006).
b. Insiden
GCT mencakup 4-5% dari insidensi tumor tulang primer dan 18,2%
dari insidensi tumor tulang jinak (Putra, 2019). Tumor ini umumnya
c. Gambaran Klinis
d. Lokasi
Sekitar 60% GCT terjadi pada tulang panjang dan hampir semua
GCT (10- 15% kasus) setelah femur distal dan tibia proksimal
(Putra, 2019)
e. Patofisiologi
menjadi sel dengan inti nuclei yang banyak (>50 nuklei), dan
bersifat destruktif.
f. Gambaran radiologi
Giant cell tumor. Foto polos pasien wanita 19 tahun memperlihatkan lesi
geographic yang radiolusen dengan batas sklerotik (panah) pada metafise
dan epifise tibia proksimal (David&Arifin, 2006)
korteks tulang dan dapat disertai reaksi s klerotik di sekitar lesi; (ii)
g. Tatalaksana
2.9.3 Osteosarcoma
a. Definisi
b. Insiden
Tumor ini paling sering diderita oleh anak-anak usia dekade ke-2
kehidupan, lebih dari 60% pada pasien kurang dari 25 tahun. Insiden
c. Gambaran Klinis
Nyeri adalah gejala yang paling umum dari kanker tulang. Namun,
semua tulang.
e. Patofisiologi
khondroid).
lamellated-onion skin)
g. Tatalaksana
yang sama (bila hasil Huvos minimal 3); Bila hasil Huvos kurang
h. Prognosis
dimer (hiperkoagulasi)
a. Definisi
lunak.
b. Insiden
c. Gambaran Klinis
(Gozal&Djakaria, 2017).
d. Lokasi
e. Patofisiologi
f. Gambaran radiologi
appearanvce.
g. Tatalaksana
terapi lokal dan sistemik. Secara umum terapi yang diberikan untuk
(Gozal&Djakaria, 2017).
2.9.5 Chondrosarcoma
a. Definisi
kartilago.
b. Insiden
ganas pada tulang dan 3,5 % dari semua tumor primer pada tulang
c. Gambaran Klinis
tumpul dengan teraba adanya masa. Pada derajat yang tinggi tumor
d. Lokasi
tempat yang paling sering diikuti oleh tibia dan humerus. Tulang
dengan tempat yang paling sering adalah tulang inominata (os ilium,
f. Gambaran radiologi
temuan pada foto polos adanya lesi dengan tipikal matriks kondroit
reseksi bedah.
g. Tatalaksana
3.1 Kesimpulan
de Souza AMG, Bispo Júnior RZ. Osteocondroma: ignorar ou investigar?. Rev Bras
Ortop. 2014;49:555–564.
Gaillard, A.Prof Frank, et al. 2011. Parosteal Osteosarcoma. Accesed on January
25 2017 < https://radiopaedia.org/articles/parosteal-osteosarcoma-1>
Kemenkes. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Osteosarkoma.
Jakarta : Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
Kumar, Abbas AK. Robbins pathologic basic of disease. Elsevier Saunders:
Washington; 2005.
Lucas, DR, 2010, Osteoblastoma, Arch Pathol Lab Med, Vol 134, pp.1460-1466.
Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal Non-
Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier
Muir, M Jeffrey. 2001. Common Primary Tumors of Bone. The Canadian Journal
of Diagnosis. Pp 121-132.
Olvi L.G., Lembo G.M., Velan O., Santini-Araujo E. (2015) Osteoblastoma. In:
Santini-Araujo E., Kalil R., Bertoni F., Park YK. (eds) Tumors and Tumor-
Like Lesions of Bone. Springer, London
Putra, 2019, Penatalaksanaan Giant Cell Tumor pada Distal Radius. Jurnal Bedah
Nasional, Vol 3, pp.6-10.
Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system. 3rd ed.
Williams and Wilkins: USA; 2008.
Sisu AM, Stana LG, Patrescu CI. On the bones tumor. Intech: USA; 2012.
Sjamsuhidajat R, Jong W de. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3. EGC: Jakarta; 2005.