Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

Internal Bleeding Abdomen


Pembimbing :
dr. Moh. Akram, Sp.B
Oleh :
Intan Permata Balqis (201820401011158)

SMF ILMU BEDAH


RSUD H. SLAMET MARTODIRDJO PAMEKASAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Tinjauan Kasus
Identitas pasien

 Nama : Tn. S
 Umur : 21 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Desa Klampar, Kec. Proppo, Kab. Pamekasan
 Pekerjaan : Swasta
 Agama : Islam
 Tanggal MRS : 26 September 2019, pukul 21.30 WIB
Anamnesis
 Keluhan Utama : Nyeri perut
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Dr. H. Slamet
Martodirdjo pada hari Kamis, September 2019 pukul 21.30 WIB. Pasien baru saja
mengalami kecelakaan tunggal di perbatasan pamekasan dengan sumenep sekitar
pukul 19.30, ban mobil yang ditumpangi pasien tiba-tiba pecah sehingga supir
membanting setir dan menabrak pohon, Pasien terdorong kedepan dan
menghantam dashboard, pasien seketika tidak sadarkan diri.
Di IGD, pasien perlahan mulai sadar dan merasakan sesak napas, nyeri pada
daerah perut di seluruh bagian, serta badan terasa lemas. Mual (-), muntah (-),
pusing (-)
------
Beberapa hari setelah dirawat pasien merasa kan perutnya masih nyeri, agak
membengkak, dan ketika batuk dari dahaknya keluar darah sedikit
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
 Alergi makanan dan obat (-)

 Riwayat penyakit keluarga


-
 Riwayat Sosial:
 Pasien sering berkendara keluar kota karena pekerjaannya
 Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda Vital (26 september 2019)

Keadaan Umum : lemah


Kesadaran : Compos mentis
GCS : 456
Tekanan darah : 85/53 mmHg
Nadi : 93 x/ menit
Frekuensi nafas : 30 x / menit
Temperatur : 36,8ºC
SpO2 : 98%
 Status Generalis
 Kepala/Leher
 Bentuk : Normochepali a+/i-/c-/d-
 Leher: JVP (-), pembesaran KGB (-)
 Thorax
 Pulmo : Pergerakan dinding dada simetris, ves +/+ penurunan, rh -/- wh -/-
 Cor : batas jantung dalam batas normal, S1 S2 tunggal, murmur(-) gallop(-)
 Abd : kesan distensi, BU(+), redup,nyeri tekan seluruh regio
 Extremitas : Akral hangat , CRT < 2 detik, edema -/-
Pemeriksaan penunjang
26 September 2019 Hasil Nilai normal Satuan

Darah lengkap

Hb 12.7 P 11.0-14,7 L 13.0-16.6 g/dL

Hct 37.2 L 41,3-52,1 P 35,2-46,7 %

MCV 81,8 87.00-102,3 Fl

MCH 27,9 27.1-32.4 Pg

MCHC 34,1 29.7-33.1 g/dL

Darah Lengkap Trombosit 262.000 150.000-450.000 uL

Lekosit 27,11 3.37-8,38 10^3/uL

Neutofil 87,2 39.8-70.5 %

Limfosit 5,3 23.1-49.9 %

Monosit 7,5 4,3-10.0 %

Eosinophil 7,5 0,6-5,4 %

Basofil 0.0 0.3-1.4 %

Eritrosit 4,55 3.69-5,46 10^6/uL

GDA : 183 mg/dL


Pemeriksaan penunjang
27 September 2019 Hasil Nilai normal Satuan

Darah lengkap

Hb 9,8 P 11.0-14,7 L 13.0-16.6 g/dL

Hct 28,3 L 41,3-52,1 P 35,2-46,7 %

MCV 79,3 87.00-102,3 Fl

MCH 27,5 27.1-32.4 Pg

MCHC 34,6 29.7-33.1 g/dL

Darah Lengkap Trombosit 161.000 150.000-450.000 uL

Lekosit 12.70 3.37-8,38 10^3/uL

Neutofil 88,2 39.8-70.5 %

Limfosit 6,2 23.1-49.9 %

Monosit 5,5 4,3-10.0 %

Eosinophil 0.0 0,6-5,4 %

Basofil 0.0 0.3-1.4 %

Eritrosit 3,57 3.69-5,46 10^6/uL

GDA : 103 mg/dL


USG
(30 September 2019)

Kesimpulan:
Gambaran laserasi lobus kanan hepar dengan cairan bebas di kavum
abdomen Morischon pouch, paracolica, peripelvic
CT scan (30
September 2019)
Clue and cue
- MOI  perut terbentur dashboard
- Conjunctiva anemis(+) -USG
- Lemas Gambaran laserasi lobus kanan hepar
- Sesak napas dengan cairan bebas di kavum
- Hipotensi abdomen Morischon pouch,
- takipneu paracolica, peripelvic
- Nyeri perut seluruh bagian
-DL serial : -CT scan
Hb
Kesan Rupture liver segmen V,VI, VII
MCV
dengan cairan bebas di cavum
MCH
abdomen dengan kedalaman 10,4
Eritrosit
cm dari capsul hepar
Leukosit
Assesment

Internal bleeding e.c ruptur hepar


Planning
 Diagnosis
USG abdomen CITO
 Terapi
 MRS
 Pasang kateter
 Inf double line
I = NS 2 Fls(grojok)
II = HES 1 Fls (grojok)
 Inj. Ceftriaxone 1 gr
 Inj. Metamizole Na 1gr
 Rujuk dr. Sp.B
Tinjauan Pustaka
Definisi

Internal Bleeding
Keadaan darurat medis yang terjadi ketika terdapat kerusakan
pada arteri atau vena yang menyebabkan darah terlepas dari
sistem sirkulasi dan terkumpul didalam tubuh. Hal ini berpotensi
menyebabkan kematian jika penanganan medis yang tepat
tidak diterima dengan cepat (Huizen,2017)
Epidemiologi

Trauma abdomen = Laki-laki > Perempuan = 4,4 :1

Laki-Laki 20 – 30 tahun >>> = 69.4% kasus trauma tumpul pada abdomen

Trauma benda tumpul tidak mempunya demografik yang spesifik

Trauma benda tumpul = Kecelakaan lalu lintas >>> = 62,8%.

Penyebab paling sering dari trauma tajam pada abdomen adalah luka tusuk
(57,4%) .
Anatomi Abdomen
Faktor resiko (Trauma Tumpul)

 Tabrakan kendaraan berkecepatan tinggi


 Pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan
 Fall from greater than standing height
 Jatuh dari ketinggian
 Adanya cedera yang jelas pada dada atau panggul
 Cedera yang signifikan pada bagian yang berlawanan dari
abdomen
Tipe Trauma

BLUNT (Tumpul)

PENETRATING (Tajam)

BLAST (Ledakan)
Mechanism of Injury
 Trauma tumpul
Pukulan langsung (ex. Bagian bawah kemudi, setir motor)  cedera kompresi dan tekanan 
abdominopelvic viscera + tulang pelvis  ruptur organ  perdarahan sekunder + kontaminasi
 peritonitis

• Trauma tajam
Luka tusuk/ luka tembak low-enegy  laserasi  kerusakan jaringan
Luka tembak High-energy  >>> energi kinetik  >>> kerusakan jaringan

Luka tembak dipengaruhi jenis senjata, tipe amunisi, dan jarak menembak

 Trauma ledakan
Ledakan  kombinasi trauma tajam dan tumpul  trauma tajam = fragmen ledakan, trauma
tumpul = tubuh terlempar akibat energi dari ledakan
Diagnosis
 Anamnesis

• Keluhan • Keluhan
• MOI  Lokasi dan tingkat nyeri
 Kecelakaan lalu lintas • MOI
 Kecepatan kendaraan  Waktu cedera terjadi
 Tipe tabrakan (dari depan,  Jenis senjata yang mengenai
samping, belakang, dll)  Jarak dari pelaku
 Gangguan pada kursi penumpang  Jumlah luka
 Posisi dari pasien  Perdarahan di TKP
 Jatuh dari ketinggian
 Ketinggian jatuh (penting = potensi
cedera deselerasi)
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Auskultasi

Perkusi

Palpasi
Pemeriksaan Penunjang

DPL FAST

CT
SCAN
CT SCAN
DPL

FAST
Tatalaksana
Primary survey
 Airway : melakukan asesmen pada jalan napas pasien.
Pasien dapat berbicara atau bernapas dengan bebas? Adakah
suara tambahan ketika pasien bernapas (mengorok, gurgling,
stridor)?
Obstruksi 
1. Chin lift/Jaw Thrust
2. Suction
3. Guedel/ nasopharyngeal airway
4. Intubasi
Leher di immobilisasi pada posisi netral.
 Breathing : melakukan asesmen pada
kemampuan ventilasi adekuat pasien
Dada tidak simetris  patah tulang rusuk,
pneumothorax, flail chest/.
Suara napas berkurang / absen  ada
trauma pada thorax.
peningkatan pada respiratory rate 
tanda distres respirasi
Periksa saturasi oksigen  low 
hipoperfusi/ shock
Jika inadekuat dapat dipertimbangkan :
1. Pemberian Oksigen
2. Dekompresi dan drainase jika terjadi
tension pneumothorax/haemothorax
3. Ventilasi buatan
 Circulation : melakukan asesmen pada adekuatnya sirkulasi tubuh
Sirkulasi yang tidak adekuat  shock  hipotensi, takikardi, hipotensi, takipneu,
hipotermi, akral dingin, memanjangnya CRT, dan penurunan produksi urin
Lakukan
1. Hentikan perdarahan eksternal
2. Resusitasi cairan
 Disability : asesmen neurologis secara cepat
Menggunakan AVPU
awake  A
verbal response  V
painful response  P
unresponsive  U
 Pemasangan Naso Gastric Tube 

• dekompresi lambung terutama sebelum DPL

• mengeluarkan isi lambung  menurunkan resiko aspirasi..

 Pemasangan kateter urin.

 Laparotomi
Indikasi Laparatomi
Terapi observative
internal bleeding  syok hipovolemik karena defisit cairan.  2 liter larutan
kristaloid isotonik yang diinfuskan dengan cepat . Apabila perdarahan yang terjadi
lebih buruk, penggunaan produk darah transfuse lebih dini dari resusitasi kristaloid
menghasilkan hasil yang lebih baik. Transfusi menggunakan plasma darah,
trombosit dan sel darah merah dengan perbandingan 1: 1: 1 atau 1: 1: 2
menghasilkan hemostasis yang lebih baik.(Aghavi, 2019).
PROGNOSA

Prognosa perdarahan intra abdominal sangat tergantung pada waktu


kejadian sampai didapatkannya penanganan. Karena perdarahan memiliki sifat
progresif, jadi semakin cepat di berikan pertolongan makan prognosa akan
semakin baik, dan sebaliknya jika semakin lama diberikan pertolongan atau
resusitasi maka hanya akan memperburuk prognosa perdarahan intra abdominal.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai