Anda di halaman 1dari 19

Ilmu kedokteran forensik dan medikolegal

(dr. Okta Adinanto)

A. FORENSIK
1. Visum et repertum
- Definisi

Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik yang
berwenang, mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia berdasarkan keilmuannya dan dibawah
sumpah, untuk kepentingan peradilan.

- Landasan hukum

• Staatsblad (Lembaran Negara) No 350 Tahun 1937 pasal 1 dan 2 yang menyatakan
VeR adalah “Suatu Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji
tentang apa yang dilihat pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam
perkara pidana”.

• Pasal 133 KUHAP: “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”.

• PP No 27 tahun 1983: “Penyidik polri berpangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan


Dua, kepangkatan penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya adalah Sersan
Dua.”

- Macam dan klasifikasi


o VeR Hidup

Dari segi waktu:


 Definitif: Dibuat seketika, dimana korban tidak memerlukan perawatan
dan pemeriksaan lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban
(dapat dibuat kesimpulan). Kualifikasi luka ditulis derajat I.
 Sementara: dibuat sementara waktu karena korban memerlukan
perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi pekerjaan
korban (tidak ditulis kesimpulan tapi hanya keterangan saat VeR dibuat,
korban masih dalam perawatan). Kualifikasi luka tidak ditulis.
 Lanjutan: yaitu VeR yang dibuat saat luka korban telah sembuh atau
pindah rumah sakit atau pindah dokter atau pulang paksa (dapat dibuat
kesimpulan). Kualifikasi luka ditulis.

Dari segi jenis Visum:


 VeR Perlukaan (termasuk keracunan): menentukan deskripsi luka,
penyebab luka, maupun derajat luka.
 VeR Kejahatan Susila: Mencari Bukti persetubuhan, bukti kekerasan,
perkiraan umur, pantas tidaknya korban untuk dikawin.
 VeR Psikiatrik: menentukan penyakit jiwa, kejahatan sebagai produk dari
penyakit jiwa, psikodinamik kejahatan.
o VeR Jenazah
 Terhadap korban yang sudah meninggal. Menentukan sebab kematian,
mekanisme, cara kematian dan waktu perkiraan kematian.

2. Tanatologi

- Definisi

Bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan
yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut dan
dipergunakan untuk kepentingan medikolegal.

- Tanda kematian

Tanda Kematian Tidak Pasti Tanda Kematian Pasti

 Pernafasan berhenti, dinilai selama 10


 Lebam mayat (livor mortis)
menit
 Terhentinya sirkulasi, dinilai slama 15
 Penurusan suhu tubuh (algor mortis)
menit

 Kulit pucat  Kaku mayat (rigor mortis)

 Tonus otot menghilang dan terjadi  Pembusukan (decomposition,


relaksasi primer putrefaction)

 Pembuluh darah retina mengalami


 Adiposera
segmentasi ke arah tepi retina
 Pengeringan kornea menimbulkan
 Mummifikasi
kekeruhan
- Tanda kematian tidak pasti
1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.
2. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak
teraba.
3. Kulit pucat.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah
kematian.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit
yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata

- Tanda kematian pasti


o Lebam jenazah (livor mortis)
 Adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu
(livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit
atau stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya
gravitasi bumi.
 Mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin
lama bercak makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam
pasca kematian klinis. Lebam mayat masih dapat hilang dengan
penekanan kurang lebih 6-10 jam pasca kematian.
 Warna Khusus:
o Cherry pink keracunan Carbon Monoxide (CO)
o Pink disekitar sendi besar  Hypothermia
o Bright red  keracunan Cyanide (sianida)
o Reddish  Burn and coal
o Dark bluish violet  Asphyxia
o Dark Brown  Phosphorous, chlorate, nitrite, aniline poisoning
o Blackish  Opium

o Penurunan suhu (algor mortis)


 Penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan
pengeluaran panas secara terus menerus melalui cara konduksi,
konveksi, evaporasi dan radiasi.
 Hubungan penurunan suhu dengan lama kematian:
 Dua jam pertama  suhu turun setengah dari perbedaan antara
suhu tubuh dan suhu sekitarnya.
 Dua jam berikutnya  suhu tubuh turun setengah dari nilai
pertama
 Dua jam selanjutnya  suhu tubuh turun setengah dari nilai
kedua.
 Dua jam selanjutnya  suhu tubuh turun setengah dari nilai
terakhir atau 1/8 dari nilai awal

o Kaku jenazah
 Kekakuan yang terjadi pada otot yang terjadi setelah periode
pelemasan/relaksasi primer (relaksasi primer berlangsung selama 2-3
jam). Mulai tampak setelah 2 jam, dari luar ke tengah, lengkap setelah
12 jam, dipertahankan 12 jam, kemudian menghilang dalam urutan
yang sama (terjadi relaksasi sekunder)

 Diagnosis Banding Kaku Mayat:


o Pembusukan
 Proses degradasi jaringan terutama Protein akibat autolisis dan kerja
bakteri pembusuk terutama Klostridium Welchii.
 Autolisis  pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi
dalam keadaan steril oleh kerja enzim digestif yang
dilepaskan sel pasca mati.
 Putrefaksi  Clostridium welchii melakukan proses pembusu
kan dengan darah
sebagai media pertumbuhan dan menghasilkan gas-
gas alkane, H2S, dan HCN, serta asam amino dan lemak
 Mulai tampak 24 jam setelah mati berupa warna hijau kekuningan
pada perut kanan bawah.
 Larva lalat muncul 36-48 jam setelah kematian  menetas 24 jam
kemudian  4-5 hari menjadi pupa  4-5 hari menjadi lalat dewasa.

o Adipocere
 Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak
berbau tengik akibat hidrolisis lemak yang terjadi di dalam jaringan
lunak tubuh pasca mati.
 Faktor-faktor mempermudah pembentukan: kelembaban tinggi, suhu
hangat, dan lemak tubuh yang cukup.
 Faktor-faktor menghambat pembentukan: kelembaban rendah, suhu
dingin, dan adanya air mengalir.
 Proses: early stages of formation (pale, greasy, unpleasant smell 
hydrolysis progress (more brittle and whiter)  fully formed
(grey, waxy compound that maintains the shape of the body.

o Mummifikasi
 Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan.
 Jaringan menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan
tidak membusuk.
 Terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik,
tubuh yang dehidrasi, dan waktu yang lama.

3. Asfiksia
- Definisi

Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara


pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan
peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea).

- Jenis asfiksia
o Strangulasi:

PENJERATAN
NO Dilihat dari PENCEKIKAN (Manual GANTUNG (Hanging)
Strangulation) (Strangulation)

1. Definisi Penekanan leher dan Peristiwa dimana seluruh Penekanan leher dengan
jalan napas dengan atau sebagian dari berat menggunakan
menggunakan tangan badan seseorang ditahan pita/tali/bahan sejenis
atau lengan bawah/ alat di bagian lehernya oleh yang dikencangkan secara
(tongkat atau bambu tali sehingga daerah itu paksa dengan kekuatan
pada kasus bansdola). tertekan jerat berasal dari tarikan
pada kedua ujungnya

2. Jenis kasus Hampir selalu kasus Sebagian besar bunuh Sebagian besar
pembunuhan diri pembunuhan

3. Jejas pada Melintang, berupa Oblik, tidak berupa Jejas horizontal di leher,
leher lingkaran utuh yang lingkaran utuh yang mirip dengan jejas akibat
melingkari seluruh bagian melingkari leher, letaknya gantung tetapi pada
leher, letaknya dibawah diatas kartilago tiroid penjeratan letaknya lebih
atau tepat pada kartilago rendah.
tiroid. Kuku-kuku jari yang
digunakan untuk
mencekik leher dapat
meninggalkan luka-luka
lecet berbentuk bulan
sabit kecil.
4. Otot leher Memar lebih banyak Memar lebih sedikit Memar lebih sedikit

5. Jaringan di Lunak dan kemerahan Putih, keras, dan berkilat Putih, keras
bawah jejas

6. Arteri Sering mengalami Bisa mengalami Lebih banyak vena yang


karotis kerusakan kerusakan pada terkena
penggantungan yang
dijatuhkan dari tempat
tinggi.

7. Patah os. Dapat dijumpai Sering dijumpai Jarang dijumpai


Hyoid

8. Leher Leher tidak berubah Tertarik dan menjadi lebih Tidak berubah
panjang

9. Tanda Lebih jelas Tidak begitu jelas Lebih jelas


asfiksia

o Pembekapan (Smothering)
 Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan u
dara ke paru-paru
 Bunuh diri (suicidal smothering)  misal pada penderita penyakit jiwa
menggunakan bantal untuk menutupi hidung dan mulut.
 Pembunuhan (homicidal smothering)  misal pada kasus
pembunuhan anak sendiri.
 Kecelakaan (accidental smothering)  misal pada bayi bulan-bulan
pertama kehidupannya.
 Pemeriksaan luar  luka lecet tekan atau geser pada hidung, bibir,
dagu, permukaan gusi dan gigi.
o Tenggelam (Drowning)

Air Tawar Air Asin


Konsentrasi elektrolit lebih rendah → Konsentrasi elektrolit lebih tinggi → air akan
Hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam
darah sekitar alveoli → Hemolisis → jaringan interstitial paru → oedem pulmonal
Pelepasan ion K⁺ → terjadi perubahan → hemokonsentrasi, hipovolemi → syok
keseimbangan ion K⁺ dan Ca⁺ ⁺ dalam hipovolemik dan henti jantung.
serabut otot jantung dan mendorong
terjadinya fibrilasi ventrikel.

 Wet drowning. Cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah korban


tenggelam (aspirasi cairan). Aspirasi 1-3 ml/kg BB air signifikan dengan
berkurangnya pertukaran udara. Aspirasi air sampai paru menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah paru. Air tawar bergerak dengan cepat ke membran
kapiler alveoli. Surfaktan menjadi rusak sehingga menyebabkan instabilitas alveoli,
atelektasis dan menurunnya kemampuan paru untuk mengembang. Jumlah air yang
dapat mematikan jika dihirup oleh paru-paru adalah 2 liter untuk orang dewasa dan
30 - 40 mililiter untuk bayi.

 Dry drowning. Cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan, akibat spasrne
taring. Paling banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa yang berada dibawah
pengaruh obat-obatan (hipnotik sedatif) atau alkohol, dimana mereka tidak
memperlihatkan kepanikan atau usaha penyelamatan diri saat tenggelam. Selain itu
air tidak teraspirasi masuk ke traktus respiratorius bawah atau lambung. Kematian
terjadi secara cepat akibat reflek vagal yang dapat mengakibatkan henti jantung,
dapat juga terjadi karena spasme laring akibat masuknya air secara tiba-tiba ke
dalam hidung dan saluran pernafasan bagian atas. Pada pemeriksaan post mortem
tidak ditemukan air ataupun benda-benda air di dalam paru-paru.

 Secondary drowning. Terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan
diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.

 Immersion syndrome. Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air


dingin akibat refleks vagal.
4. Traumatologi
- Kekerasan benda tumpul
o Vulnus excoriatum (luka lecet)

Lecet pada permukaan kulit, merupakan luka terbuka tetapi yang


terkena hanya daerah kulit superficial (epidermis).

 Luka lecet gores  benda runcing (misalnya kuku) mengeser lapisan


permukaan kulit (epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat
sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.

 Luka lecet serut  variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhann
ya dengan permukaan kulit yang lebih lebar.

 Luka lecet tekan  penjejakan benda tumpul pada kulit sehingga


ditemukan kulit yang kaku dan gelap pada area penekanan akibat
pemadatan jaringan yang tertekan.

 Luka lecet geser  tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser,
misalnya pada kasus gantung diri.

o Contusio (Luka Memar)

 Infiltration or extravasation of blood into the tissue due to rupture of


vessels by the application of blunt force.

 Terjadi pada subkutan tanpa diskontinuitas kulit.

 Contusio superfisial akan segera muncul dengan warna kemerahan,


contusio yang lebih dalam akan muncul beberapa saat kemudian.

o Vulnus Laceratum (Luka robek)

 Luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit


teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka
akan terjadi robekan pada kulit.

 Bentuk luka tidak beraturan, tepi tidak rata, tampak jembatan jaringan
antara kedua tepi luka, dan bentuk dasar luka tidak beraturan.
- Kekerasan benda tajam
Luka Tusuk (Stab Luka Iris (Vulnus Luka Bacok
Wound) Incisum)

Akibat kekerasan tajam Akibat kekerasan tajam


Akibat kekerasan tajam
yang mengenai kulit dengan bagian “mata”
yang bergerak k.l sejajar
dengan arah kekerasan senjata yang mengenai
dengan permukaan kulit.
tegak terhadap permukaan kulit dengan arah tegak.
kulit.
Tepi luka rata Tepi luka rata Tepi luka rata
Dalam luka melebihi Panjang luka jauh Panjang luka sama
panjang luka melebihi dalamnya luka dengan dalam luka
Contoh: Pisau Contoh: Pisau Contoh: Clurit
Kedua sudut luka lancip
Pada saat benda tajam mengenai kulit, akan terbantuk
dengan luka yang cukup
celah pada kulit yang merupakan sudut lancip
dalam.
Pisau bermata dua kedua sudut lancip
Pisau bermata satu
– bila arah tegak satu sudut lancip, satu tumpul
Bila arah miring bergerak ke arah mata pisau,
punggung pisau tidak berperan membentuk luka 
kedua sudut lancip

- Luka tembak
o Luka tembak tempel  terdapat jejas laras
o Luka tembak sangat dekat (maksimal 15 cm)  terbentuk akibat anak
peluru, mesiu, jelaga dan panas/api  kelim api.
o Luka tembak dekat  terbentuk akibat anak peluru dan mesiu  Kelim
jelaga (maksimal 30 cm) dan kelim tato (maksimal 60 cm).
o Luka tembak jauh (>60 cm)  terbentuk akibat komponen anak peluru 
kelim kesat dan kelim lecet.
o Penjelasan kelim:
 Kelim lecet: bagian yang kehilangan kulit ari yang mengelilingi lubang
akibat anak peluru yang menembus kulit.
 Kelim kesat: usapan zat yang melekat pada anak peluru (pelumas,
jelaga, dan elemen mesiu) pada tepi lubang.
 Kelim tato: butir-butir mesiu yang idak habis terbakar yang tertanam
pada kulit di sekitar kelim lecet.
 Kelim jelaga: penampilan jelaga/asap pada permukaan kulit di sekitar
lubang luka masuk.
 Kelim api: daerah hiperemi atau jaringan yang terbakar yang terletak
tepat di tepi lubang luka.

- Klasfikasi luka dan landasan hukum

Luka Ringan Luka Sedang Luka Berat


 Tidak menimbulkan  Di antara luka ringan dan  Jatuh sakit atau mendapat
penyakit atau halangan luka berat. luka yang tidak memberi
untuk menjalankan  Dapat merupakan hasil harapan akan sembuh
jabatan atau pekerjaan dari tindak penganiayaan sama sekali atau
(KUHP 352). (KUHP pasal 351 (1) menimbulkan bahaya maut
 Umumnya tanpa luka, atau 353 (3)) (KUHP 90).
atau dengan luka lecet  Tidak mampu terus
atau memar kecil di menerus untuk menjalankan
lokasi yang tidak tugas jabatan atau
berbahaya/tidak pekerjaan.
menurunkan fungsi alat  Kehilangan salah satu
tubuh. panca indra.
 Cacat berat
 Sakit lumpuh
 Terganggu daya pikir
selama empat minggu lebih.
 Gugur atau matinya
kandungan seorang
perempuan.
5. Infanticide
- Definisi
Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada saat dilahirkan atau
tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan
anak.

- Landasan hukum
o Pasal 341  Ibu dengan sengaja merampas nyawa anaknya karena takut
ketahuan diancam karena pembunuhan anak sendiri dengan pidana penjara
7 tahun.
o Pasal 342  Apabila didahului oleh niat atau rencana membunuh
sebelumnya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan
rencana dengan pidana penjara 9 tahun.

- Pemeriksaan

Lahir Mati Lahir Hidup

Tanda maserasi (aseptic decomposition)  Tanda maserasi (aseptic decomposition) 


berlangsung dari luar ke dalam. tidak ada

Dada belum mengembang  diafragma Dada sudah mengembang  diafragma


belum turun ke sela iga 4-5. turun ke sela iga 4-5.

Pemeriksaan makroskopik paru  paru Pemeriksaan makroskopik paru -- paru


belum mengisi rongga dada, tidak teraba sudah mengisi rongga dada, teraba derik
derik udara. udara, seperti spons.

Uji apung paru  hasil negatif (tenggelam) Uji apung paru  hasil positif (terapung)

Pemeriksaan mikroskopik paru  Adanya Pemeriksaan mikroskopik paru  tidak


tonjolan (projections) yang berbentuk seperti adanya tonjolan (projections) yang berbentuk
bantal. seperti bantal.
6. Aborsi
o Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu
kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya .
o Tidak dipersoalkan apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir
bayi hidup atau mati.
o Yang dianggap penting adalah kandungan masih hidup sewaktu
pengguguran dilakukan.
o Terdiri dari:
 Abortus Spontan
 Abortus Provokatus:
 Terapetikus
1. Indikasi Ibu
2. Indikasi Anak
 Kriminalis
o Pelaku abortus yang terkena pidana:
 Wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya atau menyuruh
orang lain melakukannya (KUHP pasal 346).
 Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita lain tanpa
(KUHP 347) atau dengan seizinnya (KUHP 348).
 Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas
(KUHP 349).
 Orang yang mempertunjukkan alat/cara mengugurkan kandungan pada
anak dibawah 17 tahun (KUHP 283).
 Barang siapa menganjurkan/merawat/memberi obat kepada seseorang
wanita dengan memberi harapan agar gugur kandungannya (KUHP 299).

B. MEDIKOLEGAL

Inform consent

- Definisi

Suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat


setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien serta segala resiko.
- Landasan hukum
o Persetujuan tindakan Kedokteran telah diatur dalam Pasal 45 Undang –
undang no. 29 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran. Sebagaimana
dinyatakan setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
o Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/ 2008, Pasal 1, 2 dan 3, mengenai
persetujuan tindakan Kedokteran, termasuk mencakup pelanggaran dalam
hal ini dokter yang melakukan tindakan tanpa Informed Consent dapat
dikenakan sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan
pencabutan Surat Ijin Praktik.
o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan.
o Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI).
o Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medis.
o Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1419/Men.Kes/Per/X/2005 tentang
Penyelanggaraan Praktik Kedokteran.
o Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
o Surat Keputusan PB IDI No 319/PB/A4/88.

- Jenis-jenis inform consent


o Implied Consent (dianggap diberikan)
Umumnya implied consent diberikan dalam keadaan normal, artinya
dokter dapat menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat
yang diberikan/dilakukan pasien. Demikian pula pada kasus emergency
sedangkan dokter memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam
keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada
ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik terbaik menurut
dokter.
o Expressed Consent (dinyatakan)
Dapat dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dalam tindakan medis
yang bersifat invasive dan mengandung resiko, dokter sebaiknya
mendapatkan persetujuan secara tertulis, atau yang secara umum dikenal di
rumah sakit sebagai surat izin operasi.
o Informed Consent
Persetujuan yang diberikan setelah diberi penjelasan mengenai
tindakan, tujuan dan efek samping. Biasanya untuk tindakan medis tertentu
dan umumnya tertulis.
o Presumed Consent
Dokter menganggap pasien memberi persetujuan, meskipun pasien
tidak menunjukkan baik secara expressed atau implied (pasien tidak
menolak, jadi dianggap menerima).
o Mandatory Consent
Keadaan-keadaan yang mutlak dokter tidak boleh melakukan apa-apa
seblum ada persetujuan.

Bioetik

- Prinsip bioetik dan contoh kasus


a. Benificence
Adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindak untuk
kepentingan pasien:
 Menyempatkan edukasi untuk pasien
 Memberi obat generik
 Tidak melakukan polifarmasi
 Pemberian obat analgetik ke pasien terminal
 Menolong anak yang diduga korban kekerasan rumah tangga
 Membuat rujukan yang kurang tepat/kurang perlu
 Memutuskan serta memberi penjelasan kepada keluarga untuk melakukan
amputasi pada kondisi darurat (keuntungan >> kerugian)
b. Non maleficence
Prinsip dalam kegawatdaruratan, dokter tidak melakukan perbuatan atau tindakan
yang dapat memperburuk kondisi pasien (do no harm):
 Dokter melakukan kuret atas indikasi medis (misal: perdarahan)
 Dokter menolak aborsi tanpa indikasi medis (misal: hamil sebelum menikah)
 Dokter mengutamakan pasien gawat
 Tidak melakukan euthanasia
 Dokter tetap melakukan tindakan bius terlebih dahulu walaupun pasien tidak
sadar.
 Tidak melakukan rujukan atau pemeriksaan lab maupun memberi obat yang
tidak mutlak diperlukan, dengan tujuan mendapat komisi.
c. Autonomy
Seorang dokter wajib menghormati hak dan martabat seorang manusia, terutama
hak untuk menentukan nasib sendiri. Berhubungan dengan infomr consent, dimana
pasien diberikan hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sesuai
dengan keinginan sendiri:
 Melakukan inform consent
 Memberi hak kepada pasien untuk memutuskan sendiri (pada pasien dewasa
dan sehat mental), misal: keluarga tidak setuju dilakukan operasi atau
transfusi, maka dokter tidak memaksa.
 Dokter tidak berbohong walaupun dilakukan demi kebaikan pasien, misalnya
jujur mengatakan peluang untuk sembuh kecil.
 Menjaga rahasia pasien bila orang lain tidak ada hubungan, misalnya orang
tuan atau tetangga menanyakan penyakit pasien.
d. Justice
Tindakan yang memegan prinsip sama rata, tidak membedakan pasien atas dasar
SARA, status sosial ekonomi, dll. Termasuk juga melindungi kelompok yang rentan:
 Pemerintah menyebarkan tenaga kesehatan secara merata sampai daerah.
 Dokter tidak membeda-bedakan pelayanan walaupun beda suku/ras maupun
agama.
 Dokter boleh membongkar rahasia pasien dalam keadaan menyangkut orang
lain yang rentan, misalnya suami ISK (pihak rentan adalah istri), supir bus
epilepsi (pihak rentan adalah penumpang).

Rekam medis

- Definisi
o Berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada
sarana pelayanan kesehatan.
o Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan, tetapi isi rekam medis
merupakan milik pasien.
- Landasan hukum
Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008, termasuk didalamnya meliputi Jenis
dan Isi rekam medis, tata cara penyelenggaraan, penyimpanan, pemusnahan
maupun kerahasiaan, kepemilikan, pemanfaatan dan tanggung jawab,
pengorganisasian serta pembinaan dan pengawasan.
Adverse Event/Hasil Buruk/Kegagalan Medis

- Definisi
Kegagalan medis/hasil buruk yang disebabkan oleh 4 sebab, yaitu:
 Hasil dari suatu kelalaian medic (culpa).
 Hasil dari suatu kesengajaan (dolus).
 Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, tidak berhubungan
dengan tindakan medis yang dilakukan dokter.
 Hasil dari suatu risiko yang tak dapat dihindari, yaitu:
o Risiko yang tak dapat diketahui sebelumnya (unforeseeable); atau
o Risiko yang meskipun telah diketahui sebelumnya (foreseeable)
tetapi tidak dapat/tidak mungkin dihindari (unavoidable) atau
karena tindakan yang dilakukan adalah satu-satunya cara terapi.
Selayaknya risiko tersebut harus diinformasikan terlebih dahulu.
- Jenis
 Medical error
Suatu kekeliruan, peristiwa yang tidak dapat diduga atau tidak dikehendaki
dalam pemberian pelayanan medis yang dapat mengakibatkan kejadian yang
tidak diinginkan (adverse event) atau tidak sampai mengakibatkan luka (near
miss) pada pasien.
o Malfeasance  Tindakan yang melanggar hukum atau tidak
tepat/layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakan
medis tanda indikasi memadai.
o Misfeasance  melakukan tindakan medis yang teoat tetaoi
dilaksanakan dengan tidak tepat (improper), misalnya melakukan
tindakan medis dengan menyalahi standar operasional.
o Nonfeasance  tidak melakukan tindakan medis yang merupakan
kewajiban baginya.
 Latent Error
Kesalahan terjadi diluar kendali operator garis depan, seperti instalasi tidak
tepat, desain buruk, pemeliharaan kurang baik, kesalahan keputusan
manajemen, struktur organisasi yang buruk.
 Active Error
Kesalahan yang terjadi pada tingkat/lingkup operator garis depan.
Malpraktek

- Definisi
o Secara bahasa mal berarti buruk sehingga diartikan praktek yang buruk
(dibawah standar atau melebihi standar).
o Malpractice is professional misconduct on the part of a professional person,
such as a physician, dentist, veterinarian. Malpractice may be the result of
ignorance, neglect, or lack of skill or fidelity in the performance of professional
duties: intentional wrongdoing; or illegal or unethical practice.

- Jenis dan Landasan hukum


o Kesalahan dari suput pandang etika disebut: Ethical Malpractice.
o Kesalahan dari sudut pandang hukum disebut: Yuridical Malpractice.
o Tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice, tetapi
semua bentuk Yuridical malpractice merupakan ethical malpractice.

Yuridical Malpractice
o Criminal Malpractice (malpraktik Pidana)
 Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal
malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik
pidana yakni:
 Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act)
merupakan perbuatan tercela.
 Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang
berupa kesengajaan (intentional), kecerobohan (recklessness)
atau kealpaan (negligence).
 Kesengajaan / Intentional/ Dolus:
 Abortus Criminalis ( Pasal 338 KUHP, Pasal 344 KUHP, Pasal 346
KUHP, Pasal 347 KUHP, Pasal 348 KUHP , Pasal 349 KUHP).
 Euthanasia (Pasal 388 KUHP, Pasal 344 KUHP, Pasal 345
KUHP).
 Keterangan Palsu (267-268 KUHP).
 Kealpaan/kelalaian/Negligence/culpa:
 Kematian (pasal 359 KUHP).
 Luka Berat (pasal 360 KUHP, Pasal 90 KUHP).
o Civil Malpractice (malpraktik Perdata)
 Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice
apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan
prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
 Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice
antara lain:
 Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
tetapi terlambat melakukannya.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
tetapi tidak sempurna.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak
seharusnya dilakukan.
 Pengaduan perdata dapat diajukan pasien ke pengadilan berdasarkan
kerugian yang dialaminya dengan dasar waniprestasi (Pasal 1239 KUH
Perdata) atau perbuatan melawan hukum (pasal 1365, 1366 dan 1367
KUH Perdata).

o Administrative Malpractice
 Dokter dikatakan telah melakukan administrative malpractice
manakala tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum
administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan
di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga
perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin
Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan.
Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan
yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum
administrasi .

Anda mungkin juga menyukai