Tatalaksana Pioderma
Fadhillah Ainurrohmah H.
201910401011099
Pembimbing:
dr. Ratna Ika Susanti, Sp.KK
01 02 03
Budiani, Laksmi Dewi dan Made Swastika Adiguna.2014. Penatalaksanaan Pioderma Terkini. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Udayana,Bali.
Djuanda A. 2010.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.hal 57-62.Vol 6. Jakarta.
2.2 Epidemiologi
Indonesia
• Data dari 8 rumah sakit di 6 kota besar di
Indonesia tahun 2001 1237 (13,86%)
pasien pioderma dari 8919 kunjungan baru pasien
kulit
• Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok usia
1-4 tahun.
Dunia
Banyak dijumpai
khususnya di
negara
berkembang
Budiani, Laksmi Dewi dan Made Swastika Adiguna.2014. Penatalaksanaan Pioderma Terkini. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Udayana,Bali
2.3 Etiologi
Pioderma disebabkan oleh Staphylococcus aureus
dan Streptococcus B hemolyticus
Pembeda Staphylococcus aureus dengan spesies
lain adalah sifatnya yang bersifat koagulase positif.
Pada kasus pioderma Staphylococcus aureus
adalah etiologi paling sering
Budiani, Laksmi Dewi dan Made Swastika Adiguna.2014. Penatalaksanaan Pioderma Terkini. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Udayana,Bali.
Djuanda A. 2010.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.hal 57-62.Vol 6. Jakarta.
2.4 Patogenesis
Faktor risiko (gigitan serangga, trauma lokal, kelainan kulit
(dermatitis atopik), higiene buruk, usia, pemukiman padat)
berperan dalam kerusakan stratum korneum kulit
Budiani, Laksmi Dewi dan Made Swastika Adiguna.2014. Penatalaksanaan Pioderma Terkini. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Udayana,Bali.
Djuanda A. 2010.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.hal 57-62.Vol 6. Jakarta.
2.5 Manifestasi Klinis
01 02
Infeksi pada PIODERMA
Infeksi jaringan
kulit lunak
Impetigo bulosa dan Selulitis
non-bulosa
03
Infeksi folikel
rambut
Folikulitis, furunkel dan
karbunkel
Budiani, Laksmi Dewi dan Made Swastika Adiguna.2014. Penatalaksanaan Pioderma Terkini. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Udayana,Bali.
Djuanda A. 2010.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.hal 57-62.Vol 6. Jakarta.
2.5 Manifestasi Klinis
01 02
Pioderma Pioderma
PIODERMA profunda
superfisialis
gejala konstitusi (-) gejala konstitusi (+)
Habif, P. Thomas.2016.Clinical Dermatology A Color Guide to Diagnosis and Therapy Sixth Edition.Elsevier.hal 289-300. Geisel School of Medicine at Dartmouth Hanover, NH, USA.
2.6 Diagnosis
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan DL, Kultur swab
luka, PCR
fisik
Anamnesis Gambaran
Faktor risiko, gejala
sistemik/konstitusi, riwayat
klinis
munculnya, perubahan dan
penyebaran lesi., RPD, RPK
dan RSos
2.6 Diagnosis
Pioderma Superfisialis Efloresensi Gambaran klinis
Non-medikamentosa
• Higiene (mandi 2x/hari)
• Mengatasi dan identifikasi faktor predisposisi
dan komorbid
Medikamentosa
• Prinsip pasien berobat jalan kecuali pada
erisipelas, selulitis dan flegmon derajat berat
dianjurkan MRS (perdoski)
2.7 Tatalaksana
Insisi
Antibiotik
drainage
Insisi drainage
Jika ada abses
Antibiotik
Topikal dan sistemik
2.7 Tatalaksana
Pemiliha
n
antibiotik
Infeksi Infeksi
MSSA MRSA
2.7 Tatalaksana
● ● Sistemik
Topikal
Bila banyak pus atau krusta: kompres Lini pertama.
terbuka dengan pemasangan kalikus - Kloksasiklin/diklolsasiklin: dewasa 4x250-500
1/5000, asam salisilat 0,1%, rivanol 1%, mg/hari per oral; anak-anak 25-50 mg/kgBB/hari
larutan povidon iodine 1%; dilakukan 3 terbagi dalam 4 dosis.
kali sehari masing-masing ½ - 1 jam - Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-
selama keadaan akut. 500 mg/hari; anak-anak 25 mg/kgBB/hari terbagi
Bila tidak tertutup pus atau krusta; dalam 3 dosis.
salep/krim asam fusidat 2%, mupirosin - Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4
2%. Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 dosis.
hari. Lini kedua.
- Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1) dilanjutkan
1x250 mg (hari 2-5).
- Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
- Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari; anak-
anak 20-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis.
2.7 Tatalaksana
Infeksi MRSA
Trimethoprim-sulfametoksazol 160/800
mg, 2 kali sehari.
Doksisiklin, minosiklin 2x100 mg, tidak
direkomendasikan untuk anak, usia 8
tahun.
Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3
dosis.
2.7 Tatalaksana
Kasus yang berat infeksi sistemik atau infeksi di daerah berbahaya (misalnya maksila)
antibiotik parenteral.
● Nafcillin 1-2 mg IV tiap 4 jam, anak 100-150 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
● Penisilin G 2-4 juta unit IV tiap 4-6 jam. Anak: 60-100.000 Unit/kgBB tiap 6 jam.
● Ceftriaxone IV 1-2 gram, 1 kali/hari.
Apabila terdapat/dicurigai ada MRSA pada infeksi berat: vankomisin 1-2 gram/hari dalam
dosis terbagi atau 15-20 mg/kgBB tiap 8-12 jam IV, selama 7-14 hari. Anak: vankomisin 15
mg/kgBB IV tiap 6 jam.
● Linezoid 600 mg IV atau oral 2 kali sehari selama 7-14 hari, anak: 10 mg/kgBB oral atau
IV tiap 8 jam.
● Klindamisin IV 600 mg tiap 8 jam atau 10-13 mg/kgBB tiap 6-8 jam.
● Kasus rekuren, diberikan antibiotik berdasarkan kultur dan resistensi.
2.7 Tatalaksana
Pemberian antibiotik bisa secara topikal atau sistemik tergantung pada luas lesi dan
gejala konstitusi. Pemilihan antibiotik berdasarkan infeksi MSSA / MRSA
Tindakan insisi dan drainage dilakukan pada abses dan pemberian antibiotik
dipertimbangkan pada abses dengan kondisi tertentu.
References
● Budiani, Laksmi Dewi dan Made Swastika Adiguna.2014. Penatalaksanaan Pioderma Terkini.
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Udayana,Bali.
● Setyowati AD.2011.Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya 100% terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dari Pioderma. Universitas Diponegoro.
● Ma XX, Ito T, Kondo Y, Cho M, Yoshizawa Y, Kaneko J, dkk. 2008. Two different panton-
valentine leukosidin phage lineage predominate in Japan. J Clin Microbiol; 46: 3246-58
● Djuanda A. 2010.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.hal 57-62.Vol 6. Jakarta.
● Dewantoro, Zaki, Y.L Aryoko Widodo, V.Rizke Ciptaningtyas.2017.Pengaruh Pemberian
Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L. terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus secara In Vitro.Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Vol. 6 No. 2.Semarang: Universitas Diponegoro
● Habif, P. Thomas.2016.Clinical Dermatology A Color Guide to Diagnosis and Therapy Sixth
Edition.Elsevier.hal 289-300. Geisel School of Medicine at Dartmouth Hanover, NH, USA.
● Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).2017.Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.PP PERDOSKI Jakarta Barat
● Hammond SP, Baden LR. 2011.Management of skin and soft-tissueinfection: polling result.
NEJM.hal 105: 20-2