● Kriteria
5. KRITERIA DIAGNOSTIK KEMATIAN
1. Hilangnya semua respon terhadap sekitarnya (respon terhadap komando/perintah, taktil,
dan sebagainya).
2. Tidak ada gerakan otot serta postur, dengan catatan pasien tidak sedang berada
dibawah pengaruh obat-obatan curare.
3. Tidak ada reflex pupil
4. Tidak ada reflex kornea
5. Tidak ada respon motorik dari saraf cranial terhadap rangsangan.
6. Tidak ada reflex menelan atau batuk ketika tuba endotrakeal didorong kedalam.
7. Tidak ada reflex vestibulookularis terhadap rangsangan air es yang dimasukkan ke
dalam lubang telinga.
8. Tidak ada nafas spontan ketika respirator dilepas untuk waktu yang cukup lama
walaupun pCO2 sudah melampaui nilai ambang rangsangan nafas (50 torr). Idries AM.
Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997;
f.Pemeriksaan bedah jenazah oleh dokter membutuhkan waktu kurang lebih 1 – 3 jam
tergantung kesulitan kasusnya. Seorang dokter forensik akan melakukan pemeriksaan lebih
teliti dan relatif lebih cepat oleh karena lebih banyak memiliki pengalaman. Hasil dari
pemeriksaan dari seorang Dokter Forensik juga mempunyai nilai yang ”lebih” jika dibandingkan
dengan dokter lainnya, hal ini terkait dengan pendidikan, pengalaman dan kompetensinya.
Selama dalam pemeriksaan seorang dokter akan menemukan petunjuk-petunjuk berkaitan
dengan pemeriksaannya. Apabila perlu ia akan melakukan pemeriksaan penunjang dan atau
mengambil beberapa sampel dari mayat untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk itu kehadiran
dari penyidik memang diperlukan agar informasi terkini dapat diterima dan dapat segera
ditindaklanjuti.
Hasil Pemeriksaan Dokter
Hasil dari pemeriksaan dokter dapat seketika itu pula dikeluarkan setelah pemeriksaan selesai
dalam bentuk Visum et Repertum Sementara. Namun umum
Fungsi
Menurut H.M. Soedjatmiko, sebagai suatu keterangan tertulis yang berisi hasil pemeriksaan
seorang dokter ahli terhadap barang bukti yang ada dalam suatu perkara pidana, maka visum
et repertum mempunyai peran sebagai berikut:9
a. Sebagai alat bukti yang sah
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam KUHAP pasal 184 ayat (1) jo pasal 187 huruf c.
b. Bukti penahanan Tersangka
Didalam suatu perkara yang mengaharuskan penyidik melakukan penahanan tersangka pelaku
tindak pidana, maka penyidik harus mempunyai bukti- bukti yang cukup untuk melakukan
tindakan tersebut. Salah satu bukti adalah akibat tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka
terhadap korban. Visum Et Repertum yang dibuat oleh dokter dapat dipakai oleh penyidik
sebagai pengganti barang bukti untuk melengkapi surat perintah penahanan tersangka.
c. Sebagai bahan pertimbangan hakim
Meskipun bagian kesimpulan Visum Et Repertum tidak mengikat hakim, namun apa yang
diuraikan di dalam bagian pemberitaan sebuah Visum Et Repertum adalah merupakan bukti
materiil dari sebuah akibat tindak pidana, disamping itu bagian pemberitaan ini adalah dapat
dianggap sebagai pengganti barang bukti yang telah dilihat dan ditemukan oleh dokter