Anda di halaman 1dari 10

IV.

PERUBAHAN PASCA KEMATIAN


Perubahan-perubahan tubuh yang terjadi setelah mati (post mortem), dapat dibagi
menjadi perubahan dini/segera dan perubahan lanjut. Dalam perubahan dini, dapat
diklasifikasikan atas :
A. Perubahan Segera Pasca Kematian
1. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis).
Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu
benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan
konveksi.
Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau seperti
huruf S. Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah,
lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi
terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan pada umumnya orang tua
serta anak kecil.3,4

Ada beberapa teori dalam menentukan lamanya kematian berdasarkan


penurunan temperatur tubuh mayat, yaitu :

Bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami penurunan
temperatur 2,50F atau 1,50C (Modis teks book) setiap jam, pada enam jam

pertama dan 1,6-20F atau 0,9-1,20C (Modis teks book) pada enam jam
berikutnya, sehingga dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu

sekitarnya. Sympson keith (Inggris).1,2


Jasing P Modi (India) menyatakan hubungan penurunan suhu tubuh dengan
lama kematian adalah sebagai berikut :
Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara suhu
tubuh dan suhu sekitarnya.
Dua jam berikutnya, penurunan suhu tubuh setengah dari nilai pertama (dua
jam pertama).
Dua jam selanjutnya, penurunan suhu tubuh setengah dari nilai terakhir (dua

jam ke dua), atau 1/8 dari perbedaan suhu initial tadi.1,2


Dengan membuat tabel nomogram Henssege, lamanya waktu kematian tubuh
mayat di lingkungan subtropis (< 230C) berbeda dengan di lingkungan tropis (>

230C). Henssege (1995).1


Penurunan suhu tubuh mayat dalam keadaan telanjang dengan suhu lingkungan
15,50C yaitu 0,550C tiap jam pada 3 jam pertama. Dan 1,1 0C pada 6 jam
berikutnya serta 0,80C tiap jam periode selanjutnya. Marshall dan Hoare
(1962).2,3

Biasanya dalam 12 jam suhu tubuh mayat akan sama dengan suhu lingkungan.1,2
Penentuan lama kematian dapat ditentukan melalui rumus :1,2
Lama kematian (jam) = suhu tubuh (370C) suhu rektal (saat diperiksa) + 3
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lama kematian,
antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Suhu sekitar
Umur
Jenis kelamin
Gizi
Penutup tubuh
Ruangan
Penyakit 2

Aspek medicolegalnya :
1.
2.
3.
4.

Menetukan kematian yang pasti.


Memperkirakan lamanya kematian.
Memperkirakan keadaan lingkungan/lokasi korban saat kematian
Mengarahkan penyebab kematian.2

2. Lebam mayat (Livor mortis, post mortem lividity, post mortem sugillation, post
mortem hypostasis, post mortem staining, vibices)
Lebam mayat adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami
perubahan warna akibat terkumpulnya darah dalam pembuluh-pembuluh darah kecil
kapiler dan venule pada jaringan kulit dan subkutan yang disebabkan karena daya
gravitasi yang tampak berupa bercak. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna
ungu kemerahan (reddisk blue).2

Setelah seseorang yang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati


sehingga darah akan berkumpul sesuai dengan (hukum gravitasi) di daerah yang
letaknya paling rendah dari tubuh. Aliran darah akan terus mengalir pada daerah
tersebut, sehingga pembuluh-pembuluh kapiler akan mengalami penekanan oleh
aliran darah tersebut, dan menyebabkan sel-sel darah ke luar dari kapiler menuju
sel-sel serta jaringan sekitar dan memberi kesan warna ungu kemerahan. Kemudian
dalam waktu sekitar 6 jam, lebam mayat ini semakin meluas dan menetap (setelah

darah masuk ke jaringan), yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi
gelap (livid).2
Kadang-kadang cabang dari pembuluh darah kecil, arterio, dan venule pecah
sehingga terlihat bintik-bintik perdarahan yang disebut tardieu spots.2,5
Perbedaan lebam mayat dengan kongesti2
Sifat

Lebam Mayat

Warna merah

Kongesti

Tidak beraturan dan terdapat Sama

merahnya

di

pada bagian tubuh yang letaknya seluruh organ tubuh


Membran mukosa

rendah
Pucat

Eksudat

Tidak

Organ dalam

peradangan
Lambung dan usus halus jika Warnanya sama

Normal
terdapat

eksudat Bisa tampak eksudat

diregang, akan tampak daerah


Sifatnya

yang berwarna tidak sama


Normal

Patologis

Perbedaan antara lebam mayat dengan memar2


Sifat
Letak

Lebam mayat
Memar
Epidermal, karena pelebaran Subepidermal, karena ruptur
pembuluh darah yang tampak pembuluh darah yang letaknya

Kultikula
(Kulit ari)
Lokasi

sampai ke permukaan kulit

bisa

superfisial

Kulit ari tidak rusak

dalam
Kulit ari rusak

atau

lebih

Terdapat pada daerah yang luas, Bisa tampak di mana saja dari
terutama

luka

pada

bagian bagian tubuh dan tidak meluas

Gambaran

tubuh yang letaknya rendah.


Pada lebam mayat tidak ada Biasanya membengkak, karena

Pinggiran

evalasi terangkat dari kulit


Jelas

resapan darah dan edema.


Tidak jelas

Warna

Warnanya sama

Warnanya bervariasi. Memar


yang baru berwarna lebih tegas
dari pada warna lebam mayat

Pada
pemotongan

Pada

pemotongan,

disekitarnya.
darah Menunjukkan resapan darah ke

tampak di dalam pembuluh jaringan

sekitar,

darah, dan mudah dibersihkan. dibersihkan

jaringan

Jaringan subkutan tampak pucat

susah
sekitar,

jika hanya dengan air mengalir.


Jaringan

subkutan

berwarna

Dampak

merah kehitaman
Akan hilang walaupun hanya Warnanya berubah sedikit saja

setelah

diberi penekanan yang ringan

jika diberi penekanan

penekanan
Aspek mediko-legal :
1 Merupakan tanda pasti dari kematian.
2 Dapat memperkirakan lamanya kematian tersebut. Bila kematian di jumpai
dengan lebam mayat yang warnanya masih dapat menghilang karena penekanan,
maka kematian tersebut masih di bawah 6 jam.
3 Bisa membantu dalam menentukan posisi dari mayat saat kematian. Jika mayat
terletak pada posisi punggung di bawah, maka lebam mayat pertama sekali
terlihat pada bagian leher dan bahu, baru kemudian menyebar ke punggung.
Pada mayat dengan posisi tergantung, lebam mayat tampak pada bagian tungkai
4

dan lengan.
Dapat memperkirakan penyebab kematian. Pada beberapa kasus, warna dari
lebam mayat ini bisa lain dari pada umumnya, misalnya :
a

Kematian karena keracunan karbon monoksida, lebam mayat berwarna


merah cerah (bright red).

Pada keracunan asam hidrosianida, lebam mayat berwarna merah terang atau

merah jambu (cherry red).


Pada keracunan potasium klorat, lebam mayat berwarna coklat (light

brown).
Pada keracunan fosfor, lebam mayat berwarna kebiruan lebih gelap.2

3. Kaku mayat (Rigor mortis, post mortem rigidity)


Kaku mayat adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami perubahan,
berupa kekakuan oleh karena proses biokimiawi. 5 Kaku mayat dimulai sekitar 1-2
jam, setelah kematian (berhentinya 3 sistem dalam tubuh). Dan setelah 12 jam kaku
mayat menjadi lengkap di seluruh tubuh, dan pada 12 jam berikutnya akan
berangsur menghilang (setelah 24-36 jam).2

Proses kaku mayat dibagi dalam 3 tahap :


i
Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
ii
Kaku mayat (rigor mortis)
iii
Periode relaksasi sekunder2
1. Relaksasi primer (flaksiditas primer)
Hal ini terjadi segera setelah kematian dan berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh
otot tubuh mengalami relaksasi, dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas
otot masih ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya
berbaring rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan
lemas.2
2. Kaku mayat (rigor mortis)

Kaku mayat akan terjadi setelah sekitar 2-3 jam, setelah kematian atau setelah
fase relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah terjadinya kematian
tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi.2
Mekanisme terjadinya kaku mayat :
Berkaitan dengan adanya filament / serabut actin dan myosin yang
mempunyai sifat menyimpan glikogen, untuk menghasilkan energi.
digunakan

untuk

mengubah ADP (adenosinediphosphatase)

Energi ini

menjadi ATP

(adenosinetriphosphatase), selama masih ada ATP serabut actin dan miosin tetap
lentur dan masih dapat berkontraksi dan relaksasi. Reaksi ini dapat terjadi bila,
tubuh cukup oksigen. Bila cadangan glikogen habis, maka energi tidak dapat
terbentuk lagi, akan terjadi penimbunan ADP (tidak dapat dirubah jadi ATP) dan
penimbunan asam laktat, akibatnya actin dan myosin menjadi masa seperti jelli
yang kaku (stiffgel) dan akhirnya muncul keadaan rigiditas. Reaksi biokimia terjadi
serentak di seluruh otot tubuh, yang mulai kaku otot kecil (mempunyai kandungan
glikogen relatif sedikit). Akibat kaku mayat ini seluruh tubuh menjadi kaku, otot
memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.
Keadaan ini berlangsung selama 24-48 jam pada musim dingin dan 18-36 jam pada
musim panas. Disebabkan oleh karena otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena
adanya ATP. Jika tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis,
sehingga menyebabkan penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin
(protein otot).1,2
Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat :
1 Keadaan Lingkungan.
Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan
berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab.
Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan
2

cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.


Usia.

Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat
3

baru tampak pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur).
Cara kematian.
Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi
dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat

lambat terjadi dan berlangsung lebih lama.


4 Kondisi otot.
Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di mana
otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum
meninggal keadaan otot sudah lemah.2
Diagnosis banding kaku mayat :
a) Kekakuan karena panas (heat stiffening).
Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar pada suhu yang lebih tinggi dari 75 0C,
atau jika mayat terkena arus listrik tegangan tinggi. Kedua keadaan di atas akan
menyebabkan koagulasi protein otot sehingga otot menjadi kaku, keras, memendek,
dan warna merah muda. Pada kasus terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur
tertentu yang disebut dengan sikap pugelistic attitude, yaitu suatu posisi di mana
semua

sendi

berada

dalam

keadaan

fleksi

dan

tangan

sedikit

menggenggam/terkepal. Sikap yang demikian disebut juga sikap defensif. Heat


stiffening berlangsung tetap sampai pembusukan1,2
Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas :
a

Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku

karena panas.
Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika

dipaksa diregangkan.
Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut terus sampai
terjadinya pembusukan.2

b) Kekakuan karena dingin (cold stiffening)

Jika mayat terpapar suhu yang sangat dingin, maka akan terjadi pembekuan
jaringan lemak dan otot. Jika mayat di pindahkan ke tempat yang suhunya lebih
tinggi maka kekakuan tersebut akan hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi dan
cepat juga hilang.2
c)

Spasme kadaver (Cadaveric spasm)/instantaneous rigor


Otot yang berkontraksi sewaktu masih hidup akan lebih cepat mengalami
kekakuan setelah meninggal. Pada kekakuan ini tidak ada tahap pertama yaitu
tahapan relaksasi. Keadaan ini biasanya terjadi jika sebelum meninggal korban
melakukan aktivitas berlebihan. Bentuk kekakuan akan menunjukkan saat terakhir
kehidupan korban.3 Misalnya pada kasus tenggelam di mana tangan korban tampak
menggenggam erat sebatang dahan atau pada kasus bunuh diri di mana pada tangan
korban masih tergenggam dengan eratnya pisau yang dipakai untuk bunuh diri.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kedua korban tersebut masih hidup sewaktu
ia masuk ke dalam air atau sewaktu ia menggorok lehernya.6
Penentuan lama kematian secara kasar dengan menggunakan perubahan
temperatur dan kaku mayat dapat dipedomani tabel berikut.2
Temperatur Tubuh
Hangat
Hangat
Dingin
Dingin

Kaku Mayat
Tidak kaku
Kaku
Kaku
Tidak Kaku

Lama Kematian
Di bawah 3 jam
3-8 jam
8-24 jam
Lebih 24 jam

Perbedaan antara kaku mayat dengan spasme cadaveric2


Penilaian
1. Mulai timbul
2. Faktor
predisposisi

Kaku mayat
1-2

jam

meninggal
Tidak ada

Spasme cadaveric

setelah Segera setelah meninggal


Kematian mendadak, aktivitas
berlebih,

ketakutan,

terlalu

lelah, perasaan tegang, dll.

3. Otot yang
terkena
4. Kaku otot

Semua

otot,

termasuk Biasanya terbatas pada satu

otot

volunter

involunter
Tidak
jelas,

dan kelompok otot volunter


dapat Sangat jelas, perlu tenaga yang

dilawan dengan sedikit kuat untuk kekakuannya


5. Kepentingan
dari segi
medikolegal
6. Suhu mayat
7. Kematian sel
8. Rangsangan
listrik

tenaga
Untuk

perkiraan

saat Menunjukkan cara kematian

kematian

yaitu bunuh diri, pembunuhan

Dingin
Ada
Tidak ada respon otot

atau kecelakaan
Hangat
Tidak ada
Ada respon otot

Periode relaksasi sekunder


Otot menjadi relaks (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena
pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia.
Proses pembusukan juga mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat
cepat berlangsung sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer dengan
relaksasi sekunder.2
Aspek Mediko Legal :
1
2
3

Membuktikan tanda kematian yang pasti


Menentukan lamanya waktu kematian
Memperkirakan cara/penyebab kematian2

Anda mungkin juga menyukai