Anda di halaman 1dari 10

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO 2 BLOK 12
“INFANTICIDE”

DISUSUN OLEH:
NAMA : JUNITRIA EKA ESTER FORTUNA
STAMBUK : N10119035
KELOMPOK : 3 (TIGA)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
1. Perbedaan dan fungsi dibedakan dari kaku mayat dan kaku mayat palsu!
Jawab :
Fungsi dibedakannya kaku mayat dan kaku mayat palsu adalah pada kaku mayat biasa
untuk melihat waktu kematian, sedangkan pada kaku mayat palsu untuk menentukan
penyebab kematiannya
Perbedannya :

Sumber :

Parinduri, G, A. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Medan:


Umsu Press.

2. Perkiraan usia janin sesuai pusat penulangan!


Jawab :
Sumber :

Parinduri, G, A. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Medan:


Umsu Press.

3. Apa yang dimaksud mekanisme kematian dan sebab kematian beserta contohnya!
Jawab :
a. Mekanisme kematian
Suatu keadaan gangguan fisiologis dan biokimiawi yang disebabkan oleh sebab
kematian, sehingga menyebabkan kematian seseorang.
Contohnya : Perdarahan, Septikimia, Asfiksia, fibrilasi jantung, aritmia jantung,
dll
b. Sebab kematian
Setiap luka, cedera atau penyakit yang mengakibatkan rangkaian gangguan
fisiologis tubuh yang berakhir dengan kematian.
Contohnya : Luka tembak di kepala, Luka tusuk di dada, Intoksikasi sianida,
Tuberkulosis paru, dll

Sumber :

Parinduri, G, A. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Medan:


Umsu Press.

4. Apa saja jenis kaku mayat palsu!


Jawab :
a. Kekakuan karena panas (heat stiffening) : karena habis beraktivitas dan suhu
tinggi. Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar pada suhu yang lebih tinggi dari
750C, atau jika mayat terkena arus listrik tegangan tinggi. Kedua keadaan diatas
akan menyebabkan koagulasi protein otot sehingga otot menjadi kaku. Pada kasus
terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur tertentu yang disebut dengan sikap
pugilistik attitide, yaitu suatu posisi di mana semua sendi berada dalam keadaan
fleksi dan tangan terkepal. Sikap yang demikian disebut juga sikap defensive.
b. Kekakuan karena dingin : disebabkan karena suhu ruangan yang rendah. Jika
mayat terpapar suhu yang sangat dingin, maka akan terjadi pembekuan jaringan
lemak dan otot. Jika mayat di pindahkan ke tempat yang suhunya lebih tinggi
maka kekakuan tersebut akan hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi dan cepat
juga hilang.
c. Kadaverik spasme : karna capek atau stress beberapa saat sebelum mati. Otot yang
berkontraksi sewaktu masih hidup akan lebih cepat mengalami kekakuan setelah
meninggal. Pada kekakuan ini tidak ada tahap pertama yaitu tahapan relaksasi.
Keadaan ini biasanya terjadi jika sebelum meninggal korban melakukan aktivitas
berlebihan. Bentuk kekakuan akan menunjukkan saat terakhir kehidupan korban.

Sumber :

Parinduri, G, A. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Medan:


Umsu Press.

5. Bagaimana tanatologi kekakuan mayat dan lebam mayat!


Jawab :
a. Kaku mayat
Kaku mayat adalah : Suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami perubahan,
berupa kekakuan oleh karena proses biokimiawi. Kaku mayat dimulai sekitar 1-2
jam, setelah kematian (berhentinya 3 sistem dalam tubuh). Dan setelah 12 jam
kaku mayat menjadi lengkap diseluruh tubuh, dan pada 12 jam berikutnya akan
berangsur menghilang (setelah 24-36 jam). Proses kaku mayat dibagi dalam 3
tahap : (i) Periode relaksasi primer (flaksiditas primer) (ii) Kaku mayat (rigor
mortis) (iii) Periode relaksasi sekunder.
(i)Relaksasi primer Hal ini terjadi segera setelah kematian dan berlangsung selama
2-3 jam. Seluruh otot tubuh mengalami relaksasi, dan bisa digerakkan ke segala
arah. Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana
mayat letaknya berbaring rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan
turun dan lemas. (ii) Kaku mayat (rigor mortis) Kaku mayat akan terjadi setelah
sekitar 2-3 jam, setelah kematian atau setelah fase relaksasi primer. Keadaan ini
berlangsung setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot
tidak ada lagi. (iii) Periode relaksasi sekunder Otot menjadi relaks (lemas) dan
mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan protein, dan tidak mengalami
reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga mulai terjadi. Pada
beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit membedakan
antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.

Kaku mayat dipengaruhi oleh: 1. aktifitas fisik sebelum mati lebih cepat terjadi
jika aktifitas meningkat sebelum kematian. 2. suhu tubuh dan lingkungan jika
suhu tinggi, kaku mayat lebih cepat terjadi. 3. bentuk tubuh tubuh mayat kurus
lebih cepat mengalami kaku mayat dari pada tubuh gemuk, mayat anak-anak lebih
cepat dari dewasa. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot
mata, bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada,
abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai. Kaku mayat dapat
berlangsung lebih cepat yang disebabkan peningkatan kotraksi otot yang
abnormal, misalnya pada mayat yang tersengat listrik, keracunan striknin,
malnutrisi.

Mekanisme terjadinya kaku mayat, yaitu : Berkaitan dengan adanya filament /


serabut actin dan myosin yang mempunyai sifat menyimpan glikogen, untuk
menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP
(adenosinediphosphatase) menjadi ATP (adenosinetriphosphatase), selama masih
ada ATP serabut actin dan miosin tetap lentur dan masih dapat berkontraksi dan
relaksasi. Reaksi ini dapat terjadi bila, tubuh cukup oksigen. Bila cadangan
glikogen habis, maka energi tidak dapat terbentuk lagi, akan terjadi penimbunan
ADP (tidak dapat dirubah jadi ATP) dan penimbunan asam laktat, akibatnya actin
dan myosin menjadi masa seperti jelli yang kaku (stiffgel) dan akhirnya muncul
keadaan rigiditas. Reaksi biokimia terjadi serentak di seluruh otot tubuh, yang
mulai kaku otot kecil (mempunyai kandungan glikogen relatif sedikit). Akibat
kaku mayat ini seluruh tubuh menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada
mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung selama
24-48 jam pada musim dingin dan 18-36 jam pada musim panas. Disebabkan oleh
karena otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada
oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan
penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat: 1. Keadaan Lingkungan. Pada


keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan berlangsung
lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada kasus di
mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan
berlangsung lebih lama. 2. Usia. Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih
cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada
kaku mayat. Kaku mayat baru tampak pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia
(tidak prematur). 3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan
sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien
yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan berlangsung lebih lama. 4.
Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada
kasus di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika
sebelum meninggal keadaan otot sudah lemah.

b. Lebam mayat
Livor mortis, Post mortem lividity, Post mortem sugillation, Post mortem
hipostatis, Post mortem staining, Vibices.
Lebam mayat adalah : Suatu keadaan, dimana tubuh mayat mengalami
perubahan warna akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan
disertai, pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah oleh
karena gaya grafitasi bumi. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu
kemerahan (reddisk blue).
Setelah seseorang yang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati
sehingga darah akan berkumpul sesuai dengan (hukum gravitasi) di daerah yang
letaknya paling rendah dari tubuh. Aliran darah akan terus mengalir pada daerah
tersebut, sehingga pembuluh-pembuluh kapiler akan mengalami penekanan oleh
aliran darah tersebut, dan menyebabkan sel-sel darah ke luar dari kapiler menuju
selsel serta jaringan sekitar dan memberi kesan warna. Pada daerah lebam mayat
terkadang dijumpai bintik-bintik perdarahan (tardieu spots) akibat pecahnya
cabang-cabang kecil dari vena. Kemudian dalam waktu sekitar 6 jam, lebam
mayat ini semakin meluas dan menetap (setelah darah masuk ke jaringan), yang
pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap (livid).
Di India bagian utara, lebam mayat mulai tampak 30 menit sampai 1 jam
setelah kematian dan lebam jelas dan menetap antara waktu 8 sampai 12 jam.
Pengamatan ini tentunya bisa membantu untuk menentukan perkiraan saat
kematian. Oleh karena proses pembekuan darah, terjadi dalam waktu 6-10 jam
setelah kematian, selain itu juga oleh karena sel-sel darah merah telah terfiksasi
masuk ke dalam sel dan jaringan. Lebam mayat ini bisa berubah baik ukuran
maupun letaknya, hal ini tergantung pada perubahanperubahan posisi mayat
tersebut. Karena itu penting sekali untuk, memastikan apakah mayat belum
disentuh/ diubah posisinya oleh orang lain. Posisi mayat ini juga penting untuk
menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri.
Aspek medicolegal : 1. Merupakan tanda pasti dari kematian. 2. Dapat
memperkirakan lamanya kematian tersebut. Bila kematian di jumpai dengan
lebam mayat yang warnanya masih dapat menghilang karena penekanan, maka
kematian tersebut masih di bawah 6 jam. 3. Bisa membantu dalam menentukan
posisi dari mayat saat kematian. Jika mayat terletak pada posisi punggung
dibawah, maka lebam mayat pertama sekali terlihat pada bagian leher dan bahu,
baru kemudian menyebar ke punggung. Pada mayat dengan posisi tergantung,
lebam mayat tampak pada bagian tungkai dan lengan. 4. Dapat memperkirakan
penyebab kematian. Pada beberapa kasus, warna dari lebam mayat ini bisa lain
dari pada umumnya, misalnya : A. Kematian karena keracunan karbon
monoksida, lebam mayat berwarna merah cerah (bright red). B. Pada keracunan
asam hidrosianida, lebam mayat berwarna merah terang atau merah jambu (cherry
red). C. Pada keracunan Potasium klorat, lebam mayat berwarna coklat (light
brown). D. Pada keracunan fosfor, lebam mayat berwarna kebiruan lebih gelap.

Sumber :

Parinduri, G, A. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Medan:


Umsu Press.

6. Penyebab dan mekanisme adanya pelebaran pembuluh darah dan bercak pada mata!
Jawab :
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran
udara pemapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan
peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh
mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian.
Asfiksia adalah kumpulan dari pelbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam
pertukaran udara pemafasan yang normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan
karena adanya obstruksi pada saluran pemafasan, dan gangguan yang diakibatkan
karena terhentinya sirkulasi. Kedua gangguan tersebut akan menimbulkan suatu
keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan
karbon-dioksida.
Etiologi asfiksia : 1. Alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pemapasan
seperti laringitis difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis
paru. 2. Mekanik. Kejadian ini sering dijumpai pada keadaan hanging, drawing,
strangulation dan suffocation. Obstruksi mekanik pada saluran pemapasan oleh: a.
Tekanan dari luar tubuh misalnya pencekikan atau penjeratan. b. Benda asing c.
Tekanan dari bagian dalam tubuh pada saluran pemapasan, misalnya karena tumor
pam yang menekan saluran bronkus utama d. Edema pada glotis. Kerusakan akibat
asfiksia (asphyxia injuries) dapat disebabkan oleh kegagalan sel-sel imtuk menerima
atau menggunakan oksigen. Kehilangan oksigen dapat terjadi parsial (hipoksia) atau
total (anoksia). Asphyxia injuries dapat dibagi menjadi empat kategori umum.
A. Strangulation (pencekikan) Pencekikan menyebabkan penekanan dan penutupan
pembuluh darah dan jalan napas oleh karena tekanan ekstemal (luar) pada leher.
Hal ini menyebabkan hipoksia atau anoksia otak sekunder menyebabkan
pembahan atau terhentinya aiiran darah dari dan ke otak. Dengan hambatan
komplit pada arteri karotis, kehilangan kesadaran dapat terjadi dalam 10-15 detik.
B. Hanging (penggantungan) Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat tersumbatnya
saluran nafas, kongesti vena sampai menyebabkan perdarahan di otak, iskemik
serebral karena tekanan pada sinus karotis yang mengakibatkan j antung berhenti
berdenyut, dan fraktur atau dislokasi tulang vertebra servikalis 2 dan 3 yang
menekan medulla oblongata dan mengakibatkan terhentinya pemapasan.

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam
4 fase, yaitu: 1. Fase Dispnea Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan
penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pemapasan di medulla
oblongata, sehingga amplitude dan frekuensi pemapasan akan meningkat, nadi cepat,
tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka
dan tangan. 2. Fase Konvulsi Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul
rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang
mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya
timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun,
tekanan darah juga menurun. Efek ini berikatan dengan paralisis pusat yang lebih
tinggi dalam otak akibat kekurangan O2. 3. Fase Apnea Depresi pusat pemapasan
menjadi lebih hebat, pemapasan melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan
akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja. 4.
Fase Akhir Terjadi paralisis pusat pemapasan yang lengkap. Pemapasan berhenti
setelah kontraksi otomatis otot pemapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut
beberapa saat setelah pemapasan berhenti. Masa dari saat asfiksia timbul sampai
terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1
dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat penghalang
oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda
asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.

Sumber :
Wulan, R, D. 2015. Gantung Diri: Pola Luka Dan Livor Mortis. Ojs. Vol 4(16).
Viewed on 18 Mei 2022. From: www.google.schoolar.ac.id

7. Pemeriksaan forensic yang dilakukan pada ibu!


Jawab :
Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari bayi bersangkutan
bertujuan untuk menentukan apakah wanita tersebut baru melahirkan. Pada
pemeriksaan juga perlu dicatat keadaan jalan lahir untuk menjawab pertanyaan
“apakah mungkin wanita tersebut mengalami melahirkan dengan spontan”

a. Tanda telah melahirkan anak. Robekan baru pada alat kelamin. Osteum uteri dapat
dilewati ujung jari, Keluar darah dari Rahim, Ukuran Rahim; saat post partum
setinggi pusat, 6-7 hari post partum setinggi tulang kemaluan, Payudara
mengeluarkan air susu, Hiperpigmentasi aerola mamae, Striae gravidarum dari
warna merah menjadi putih.
b. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta pada darah yang berasal dari rahim.
Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang diperiksa
adalah suatu hal yang paling sukar. Beberapa cara yang paling sering digunakan
yaitu: Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak, Memeriksa
golongan darah ibu dan anak.
c. Pemeriksaan DNA. Cara ini merupakan cara yang meskipun canggih namun harus
diinterpretasikan dengan hati-hati. Hanya separuh DNA inti sel anak yang berasal
dari ibu, sedangkan yang lainnya berasal dari ayah, sehingga apabila identitas
ayah tak ditemukan makan interpretasi hasil menjadi sangat sulit. Penggunaan
DNA mitokondria yang memiliki cara yang persis sama antara ibu dan anak
juga kurang memiliki kemampuan determinasi.

Sumber :

Parinduri, G, A. 2020. Buku Ajar Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Medan:


Umsu Press.

8. Apa maksud adanya luka abdomen berbentuk garis?


Jawab :

Anda mungkin juga menyukai