Anda di halaman 1dari 39

REFERAT KELOMPOK 3

“MENENTUKAN LAMANYA KEMATIAN”


Disusun oleh :
Amelia S. (20010036) UHKBPN
Asra Mufara (140611002) UNIMAL
Isna Zahara (140611055) UNIMAL

Pembimbing: dr. Surjit Sigh, Sp.F, DFM


PENDAHULUAN
Pendahuluan
• Semua makhluk hidup termasuk manusia mengalami
siklus kehidupan, yaitu berawal dari proses pembuahan,
kelahiran, kehidupan didunia, dan diakhiri dengan
kematian.
• Dalam memperkirakan waktu kematian perlu diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang
yang meninggal (jenazah), dan juga faktor faktor yang
berperan dalam terjadinya perubahan tersebut.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perubahan
Tanda-tanda
Kematian kematian, lama
kematian

Tanatologi
TINJAUAN PUSTAKA
Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatology, Thanatos yang berarti
kematian dan Logos yang berati ilmu. Tanatologi adalah ilmu
tentang kematian.
Tanatologi merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik
yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah
kematian serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.
Kematian adalah berhentinya fungsi biologis yang
mempertahankan kehidupan seseorang. Pada dasarnya
kematian disebabkan oleh gagalnya fungsi salah satu dari
tiga pilar kehidupan manusia yaitu gagalnya fungsi otak
(central nervous system), gagalnya fungsi jantung
(circulatory system), dan gagalnya fungsi paru-paru
(respiratory system).
Dalam Tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu :
1. Mati Somatis atau sistemik (mati klinis)
2. Mati Seluler (mati molekuler)
3. Mati Suri (suspended animation)
4. Mati Serebral
5. Mati Otak (mati batang otak)
Perubahan yang terjadi setelah kematian sangat membantu dalam
memperkirakan waktu kematian. Tanda-tanda kematian yaitu:
1. Tanda-tanda langsung
2. Tanda-tanda awal
3. Tanda terlambat
Kematian Somatik
• Kematian yang dinilai dari terhentinya sistem sirkulasi,
respirasi dan inervasi.
• Proses aerobik dalam sel-sel berhenti, sedangkan proses
anaerobik masih berlangsung.
• Otot masih bisa dirangsang dan dan masih bisa memberi
reaksi terhadap rangsangan listrik.
Kematian Seluler
• Terjadi sesudah kematian somatik.
• Timbul tanda-tanda kematian pasti, yaitu:
- Menurunnya suhu mayat (algor mortis),
- Lebam mayat (livor mortis),
- Kaku mayat (rigor mortis),
- Perubahan pada kulit dan mata,
- Proses pembusukan dan modifikasinya seperti
mummifikasi dan adiposera
1. Penurunan Suhu/Algor Mortis
• Segera setelah kematian, suhu tubuh mulai turun mengikuti
temperatur sekitarnya sesuai dengan hukum fisika.
• Dalam waktu 12 jam suhu mayat sama dengan suhu sekitar
• Faktor yang harus diperhitungkan dalam penentuan lama
kematian:
- Suhu sekitar
- Umur
- Kelamin
- Gizi
- Penutup tubuh
- Ruangan
2. LEBAM MAYAT
(Livor Mortis/ Hipostatis/ Post mortem staining/ Vibises Suggilation )

• Terjadinya karena adanya gaya gravitasi yang menyebabkan darah


mengumpul pada bagian-bagian tubuh terendah dan bebas dari
tekanan dimana sesuai posisi tubuh mayat . Awalnya darah
mengumpul pada vena-vena besar dan kemudian pada cabang-
cabangnya sehingga mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi
merah kebiruan.
• Timbulnya lebam mayat antara 1 sampai 2 jam setelah mati.
• Pada orang yang menderita anemia atau perdarahan timbulnya
lebam mayat menjadi lebih lama, sedangkan pada orang yang mati
akibat penyakit lama timbulnya lebam mayat lebih cepat .
• Lokalisasinya pada bagian terendah dari tubuh mayat, kecuali pada
bagian tubuh yang tertekan.
• Pada posisi terlentang lebam mayat dapat ditemukan pada
tengkuk atau leher bagian belakang, punggung, bokong dan
bagian fleksor dari anggota gerak bawah.
• Lebam mayat menetap setelah 8-12 jam pasca kematian.
• Lebam mayat ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya
• letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu
penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum
disentuh oleh orang lain.
• Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah kematian
disebabkan disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri.
Gambar Lebam mayat
KAKU MAYAT
(Rigor mortis)

• Terjadi akibat proses biokimiawi, yaitu pemecahan ATP


menjadi ADP. Selama masih ada P (phosphokreatinase)
berenergi tinggi dari pemecahan glikogen otot, maka ADP
masih dapat diresintesis menjadi ATP kembali. Jika persediaan
glikogen otot habis, maka resintesis tidak terjadi sehingga
terjadi penumpukan ADP yang akan mengakibatkan otot
menjadi kaku.
• Otot-otot tidak dapat berkontraksi meskipun dirangsang secara
mekanik maupun elektrik.
• Kaku mayat mulai timbul 2-3 jam setelah meninggal dan
menetap selama 24 jam setelah meninggal.
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian dibagi
dalam 3 tahap :
1. Periode Relaksasi Primer (Flaksiditas Primer)
2. Kaku Mayat (Rigor Mortis)
3. Periode Relaksasi Sekunder
1. Periode Relaksasi Primer (Flaksiditas Primer)
• Terjadi segera setelah kematian.
• Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot tubuh
mengalami relaksasi, dan bisa digerakkan ke segala arah.
• Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus otot menghilang.
• Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah akan
jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.

2. Kaku Mayat
• Terjadi setelah tahap relaksasi relaksasi primer.
• Berlangsung setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana
aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi menjadi kaku.
• Seluruh mayat menjadi menjadi kaku, otot memendek dan persendian
pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. ini berlangsung
Selama 24-48 jam pada musim dingin dan 18-36 jam pada musim
panas.
3. Periode Relaksasi Sekunder
• Otot menjadi relaks (lemas) dan mudah digerakkan.
• terjadi karena pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara
fisik maupun kimia.
• Proses pembusukan mulai terjadi. Pada beberapa beberapa kasus, kaku
mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit membedakan antara
relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat :


1. Keadaan Lingkungan
2. Usia
3. Cara kematian
4. Kondisi otot
Gambar Kaku Mayat
PEMBUSUKAN
• Terjadi disebabkan oleh proses autolisis dan aktivitas
mikroorganisme.
• Proses autolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang
dilepaskan oleh sel- sel yang sudah mati. Mula-mula yang
terkena ialah nucleoprotein yang terdapat pada kromatin dan
sesudah itu sitoplasma.
• Dinding sel akan mengalami kehancuran dan akibatnya jaringan
akan menjadi lunak. Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh
mikroorganisme dan oleh sebab itu pada mayat yang bebas hama,
misalnya mayat bayi dalam kandungan, proses autolisis tetap
berlangsung.
• Mikroorganisme penyebab pembusukan, yang paling utama
ialah Clostridium welchii yang umumnya terdapat pada
usus besar. Karena pada orang yang sudah mati semua
sistem pertahanan tubuh hilang maka kuman-kuman
pembusuk tersebut dapat leluasa memasuki pembuluh
darah dan menggunakan darah sebagai media untuk
berkembang biak.
• Proses pembusukan mulai tampak antara 24 – 48 jam
sesudah mati.
Modifikasi pembusukan:
Adiposera
• Adiposere terbentuk bila tubuh terdapat dalam keadaan lembab di air
ataupun di tanah yang basah. Perubahan ini terjadi disebabkan oleh
karena hydrogenasi dari lemak bebas seperti asam oleat yang dirubah
menjadi asam lemak jenuh.
• Jangka waktu pembentukan adiposere di daerah tropis dimulai 1-3
minggu. Untuk perubahan seluruhnya diperlukan 3-6 bulan bahkan
sampai 12 bulan
Mummifikasi
• Mayat bila diletakkan pada suhu panas dan udara kering atau terpapar
cahaya matahari dalam waktu lama akan mengalami pengeringan akibat
kehilangan cairan tubuh. Panas yang tinggi dan udara yang kering
menghalangi proses pembusukan oleh mikro-organisme sehingga
membuat mayat mengalami mummifikasi.
• Jangka waktu yang diperlukan sehigga terjadi mummifikasi biasanya
lama,bisa waktu 3 bulan atau lebih.
PENENTUAN WAKTU KEMATIAN
• Penentuan Waktu Kematian
Temperatur Kaku Mayat Lama Kematian
Tubuh
Hangat Tidak kaku Di bawah 3 jam
Hangat Kaku 3-8 jam
Dingin Kaku 8-24 jam
Dingin Tidak kaku Lebih 24 jam

Bila memakai suhu rektal :


 Ambil dua kali suhu mayat dengan jarak ½ atau 1 jam untuk melihat
penurunan rata-rata.
 Penurunan rata-rata 0,5℃ setiap jam.
 Lama kematian = 37- (suhu rektal) + 3
Grafik Proses Tanatologi
Entomologi Forensik
Perkiraan saat kematian dengan cara lain :

1) Isi saluran pencernaan


Proses yang mempunyai pola dan waktu yang tetap ini dapat dipakai sebagai
petunjuk.

2) Isi lambung
• 1 jam pertama: separuh dari makanan masuk ke dalam pylorus
• Jam ke 2: Semua makanan masuk ke pylorus
• Jam ke-3 : Separuh dari makanan yang selesai dicerna keluar dari lambung
• Jam ke-4 : seluruhnya selesai dicerna

3) Usus
• Makanan yang sudah dicerna sampai di daerah ileo-caecal dalam waktu 6-8 jam
• Di colon transversum dalam waktu 9-10 jam,
• Colon-pelvis 12-14 jam
• Dikeluarkan dalam waktu 24-48 jam
4) Kandung kemih
Bila didapati mayat pada pagi hari dengan kandung kemih kosong, kemungkinan
ia meninggal menjelang pagi hari dan bila masih penuh tertentu meninggalnya
lebih awal.

5) Pakaian
Pakaian dapat menentukan lama kematian karena orang mempunyai kebiasaan
menggunakan pakaian sesuai dengan waktu.

6) Jam Tangan
Bila korban memakai jam tangan pada waktu mengalami cedera maka saat
kematian dapat ditunjukkan secara tepat dari jarum jam berhenti. Seperti pada
peristiwa kebakaran.
APLIKASI PENENTUAN
LAMANYA KEMATIAN
Aplikasi penentuan lama kematian
No Kisaran lama kematian Petunjuk
1. Jam pertama kematian • Tubuh masih hangat (suhu rektal 37℃)
• Otot-otot masih lemas seluruhnya (periode relaksasi
primer)
• Kornea mata bening
• Belum tampak/ belum jelas adanya lebam mayat.
Aplikasi
2.
penentuan lama• kematian
4-6 jam Tubuh mulai dingin (suhu rektal 34-35 ℃)
• Kaku mayat di rahang dan beberapa persendian telah
ada
• Lebam mayat masih hilang pada penekanan.

3. 10-12 jam • Mayat mulai dingin (suhu rektal 29-30℃)


• Kaku mayat lengkap diseluruh tubuh seperti papan,
bila diangkat kaki,panggul dan punggung juga
terangkat
• Lebam mayat sangat jelas dan tidak hilang pada
penekanan
Aplikasi penentuan lama kematian
No Kisaran lama kematian Petunjuk
4. 16-18 jam • Mayat dingin (sama dengan suhu ruang 28-29℃)
• Kaku mayat di beberapa persendian telah hilang
• Mulai tampak tanda-tanda pembusukan terutama di
perut bagian kanan bawah tampak biru kehijauan
• lebam mayat luas di bagian terendah dari tubuh
Aplikasi
5. 20-24 penentuan
jam lama• kematian
Dingin, kaku mayat sudah menghilang (relaksasi
sekunder)
• Tanda pembusukan makin jelas, perut masih tegang,
bau pembusukan, darah pembusukan keluar dari
hidung dan mulut.
6. 30-36 jam • Mayat menggembung, muka bengkak, mata tertutup,
bibir menebal, keluar gas dan air pembusukan keluar
dari hidung dan mulut
• Tampak garis pembuluh darah di permukaan tubuh
(marble appearance).
Aplikasi penentuan lama kematian
No Kisaran lama kematian Petunjuk
7. 40-48 jam • Gelembung pembusukan di seluruh tubuh, skrotum
bengkak, lidah bengkak dan menonjol keluar.
• Sebagian gelembung pecah, kulit mudah terkelupas.
8. 3 hari • Pembusukan lanjut, uterus prolaps
Aplikasi penentuan lama• kematian
Anus, mata menonjol keluar, muka sangat bengkak,
kehitaman. Rambut dan kuku mudah dicabut.
9. 4-5 hari • Perut mengempes kembali karena gas keluar dari
celah jaringan yang rusak/hancur
• Sutura kepala merenggang,otak mengalami
perlunakan menjadi seperti bubur.
10. 6-10 hari • Jaringan lunak tubuh melembek dan lama-lama
menjadi hancur, rongga dada dan perut bisa terlihat
karena sebagian otot sudah hancur dan seterusnya
hingga akhirnya tinggal tulang belulang.
Kaku dan Lebam mayat

Pembusukan di bagian perut Vesikel dan bula (gelembung pembusukan)


marble appearance and bloating

Blood Purge Skin slippage and post mortem discoloration


KESIMPULAN
Kesimpulan
 Menentukan lamanya kematian dapat menggunakan ilmu Tanatologi yaitu
melalui:
• Penurunan suhu mayat (algor mortis)
• Lebam mayat (livor mortis)
• Kaku mayat (rigor mortis)
• Proses pembusukan
 Menggunakan Entomologi forensik : menentukan perkiraan waktu
kematian didasarkan pada siklus hidup serangga pada mayat.
 Perkiraan saat kematian dengan cara lain seperti melihat Isi saluran
pencernaan, kandung kemih, pakaian, dan jam tangan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai