Anda di halaman 1dari 9

4.

Penentuan Waktu Kematian

Sampai sekarang belum ada cara yang dapat dipakai untuk menentukan dengan tepat saat
kematian seseorang, jadi selalu masih ada ‘range’ hanya saja makin sempit ‘range´ ini makin
baik. Perlu diingat bahwa saat kematian seorang korban terletak diantara saat korban terakhir
dilihat dalam keadaan masih hidup dan saat korban ditemukan keadaan mati. Oleh karena
sulitnya untuk menentukan waktu kematian dengan pasti, maka yang dapat dilakukan adalah
memperkirakan interval waktu kematian. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk
memperkirakan interval waktu kematian dimana semuanya berdasarkan atas penilaian secara
terhadap perubahan pada tubuh jenazah dari waktu ke waktu. Beberapa perubahan dalam tubuh
jenazah yang sering dikombinasikan untuk memperkirakan interval waktu kematian adalah livor
mortis, rigor mortis, algor mortis, dekomposisi dan berbagai perubahan lainnya. Namun, metode
ini cenderung bersifat subjektif karena berdasarkan penilaian pemeriksa, sehingga bisa timbul
perbedaan hasil pemeriksaan antar pemeriksa yang berbeda.1

Penurunan suhu (algor mortis)

Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari badan ke benda-
benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.2

 Formula untuk suhu dalam o c :

PMI : 37oc – RT o c + 3

• Formula untuk suhu dalam o F :

PMI : 98,6oF-RToF/1,5

Table 1. Hubungan suhu tubuh dengan kaku mayat.2


Lebam mayat ( livor mortis )

Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai
pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang
tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan. Setelah seseorang
meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan terkumpul sesuai dengan
hukum gravitasi.1

Perkiraan waktu lebam mayat:1

20-30 menit PM : Mulai tampak

½- (8-12) jam PM : Hilang pada penekanan

> (8-12) jam PM : Menetap

Kaku mayat ( rigor mortis )

Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah
terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi kaku.
Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot – otot mata, bagian belakang leher,
dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai. Akibat kaku mayat ini seluruh mayat
menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit
fleksi. 3

Perkiraan waktu kaku mayat:3

2 jam PM : Mulai dapat ditemukan

2- (8-12) jam PM : Mudah dilawan

(8-12) - 24 jam PM : Lengkap sukar dilawan

> 24 jam PM : Mulai menghilang (Relaksasi sekunder)

Pembusukan

Pembusukan adalah suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh mengalami dekomposisi
baik yang disebabkan oleh karena adanya aktivitas bakteri maupun karena autolisis. Proses
pembusukan pada jenazah disebabkan oleh pengaruh enzim proteolitik dan mikroorganisme.
Pada umumnya proses pembusukan dimulai 18 sampai 24 jam setelah seseorang meninggal.4

Perkiraan waktu pembusukan :4

24 jam PM : Mulai tampak warna kehijauan di daerah caecum

36-48 jam PM : Gelembung pada kulit berbau busuk

Yang dapat ditemukan pada waktu otopsi :

Table 2. Tahap kehidupan lalat pada pembusukan. 2


Gambar 1. Hubungan suhu tubuh, lebam mayat, kaku mayat dan pembusukan. 2

Gambar 2. Perkiraan waktu kematian. 1


Perkiraan waktu kematian selain perubahan pada mayat seperti yang dijelaskan tersebut
diatas, beberapa perubahan lain dapat digunakan untuk perkiraan saat kematian:

1. Perubahan pada mata


Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sclera di kiri dan kanan kornea akan
berwarna kecoklatan dalam beberapa jam terbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea
(taches noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang
terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air tetapi kekeruhan yang
telah mencapai dasar lapisan lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetsan air.
Kekeruhan menetap terjadi kira-kira 6 jam pasca mati. 5
2. Perubahan isi saluran pencernaan
Makanan masuk ke dalam saluran pencernaan akan mengalami proses pencernaan hingga
akhirmya akan dikeluarkan dari tubuh. Proses yang mempunyai pola dan waktu yang
tetap ini dapat pula dipakai sebagai petunjuk. Penelitian dari Spitz dan Fisher
menyatakan bahwa makan makanan kecil (sandwiich) di cerna dalam 1 jam dan makan
besar membutuhkan waktu 3-5 jam.6 Adelson mengatakan pengosongan lambung
tergantung pada ukuran dan isi dari makanan, makanan ringan di cerna ½ - 2 jam, makan
sedang di cerna 3-4 jam dan makanan berat dicerna 4-6 jam. 7
- Isi lambung
Dalam 1 jam pertama separuh dari makanan yang masuk ke lambung sudah
dicernakam dan masuk ke pilorus. Setengahmya dari sis aini akan masuk ke pilorus
pada jam ke-2. Sisa setengahnya lagi akan selesai dicerna dan keluar dari lambung
pada jam ke-3, dan selesai seluruhnya kira-kira 4 jam. Makanan yang mengandung
banyak karbohidrat akan lebih cepat di cerna (cepat keluar dari lambung); yang
mengandung protein lebih lama dan yang paling lama yang mengandung lemak.
Tetapi perlu di perhitungkan tonus dan keaadaan lambung, seperti gangguan fungsi
pilorus dan keaadaan fisik korban sebelum mati. Syok, koma, geger otak, depresi
mental menghambat gerakan pencernaan.2
- Usus
Makanan yang sudah dicerna sampai di daerah ileo-caecal dalam waktu 6-8 jam, di
colon transversum dalam waktu 9-10 jam, colon-pelvis 12-14 jam, dikeluarkan
dalam waktu 24-48 jam. Penentuan lama kematian dari isi pencernaan ini dinilai dari
saat korban makan dan tidak ada hubungan langsung dengan waktu pemeriksaan
dilakukan.
Kapan korban makan terakhir biasanya diketahui oleh orang terdekat atau
disesuaikan dengan jam makan seseorang artinya penilaian akan berguna bila
diketahui kapan terakhir korban makan sebelum sebelum didapati mati.2
3. Kandung kemih
Kandung kemih biasanya dikosongkan sebelum tidur, dan dalam waktu tidur isi kandung
kemih akan bertambah. Bila didapati mayat pada pagi hari dengan kandung kemih
kosong, kemungkinan ia meninggal menjelang pagi hari. Dan bila masi penuh tentu
meninggalnya lebih awal. Penentuan lama kematian dari isi kandung kemig tidak sebaik
dari isi pencernaan, sebab ada penyakit dan kebiasaan yang mempengarui. Lagi pula
kapan seseorang buang air kecil umumnya jarang diketahui orang lain. Produksi urine
tidak sama pada setiap orang, tergantung dari cuaca dan banyaknya cairan masuk,
penyakit korban dan lain-lain. Oleh karena itu penilaian berdasarkan isi kandung kemih
jarang dipakai.2
4. Pakaian
Pakaian dapat menuntukan lama kematian karena orang mempunyai kebiasaan
menggunakan pakaian sesuai dengan waktu. Pakaian kantor/sekolah, pakaian tidur,
pakaian renang, olahraga dan lain-lain, kadang-kadang dapat dipakai sebagai petunjuk.
Bila korban terbunuh sedang memakai pakaian tidur tentu perkiraan waktu kematian
adalah malam atau sebelum bangun pagi, demikian juga isi kantong, misalnya karcis
parkir, karcis pertunjukan, tanda bukti pembayaran melalui kasir dan lain-lain.2
5. Jam tangan
Bila korban memakai jam tangan pada waktu megalami cedera maka saat kematian dapat
di tunjukkan secara tepat dari jarum jam berhenti. Begitu juga dengan peristiwa
kebakaran.2
6. Pertumbuhan rambut
Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari, panjang
rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian. 1
7. Pertumbuhan kuku
Sejalan dengan halnya rambut tersebut diatas, pertumbuhan kuku diperkirakan sekiar 0,1
mm per hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kemtian bila dapat diketahui saat
terakhir yang bersangkutan memotong kuku.1
8. Perubahan dalam cairan cerebrospinal
Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat 10
jam, kadar nitrogen non protein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24
jam, kadar kreatinin kurang dari 5 mg% dan 10 mg% masing-masing menunjukkan
kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.1
9. Cairan vitreus
Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk
memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca mati.1
10. Kadar komponen darah
Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah pasca
mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya.hingga
saat ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang dapat digunakan untuk
memperkirakan saat mati yang lebih tepat.1
11. Reaksi supravital
Yaitu rekasi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti rekasi
jaringan tubuh pada seseorang yang hidup.1

Aplikasi penentuan lama kematian


Dari semula sudah dikemukakan bahwa tujuan pengetahuan tenatologi adalah untuk
kepentingan medicolegal terutama berkaitan dengan post-mortem interval. Pengetahuan
ini harus selalu diterapkan dalam pemeriksaan mayat.2
Perkiraan waktu penentuan lama kematian :2
Jam pertama kematian: Tubuh masih hangat (dengan thermometer Panjang didapati
suhu 37 derajat Celsius), otot-otot masih lemas seluruhnya (periode relaksasi primer),
kornea mata bening, belum tampak atau belum jelas adanya lebam mayat.

4-6 jam: telah mulai dingin (suhu rektal 34-35 derajat Celsius), kaku mayat di rahang
telah ada, begitu juga di beberapa persendian, lebam mayat masih hilang pada penekanan.
10-12 jam: mayat mulai dingin (suhu sekitar 29-30 derajat Celsius), kaku mayat lengkap
di seuruh tubuh seperti papan, bila diangkat kaki, panggul dan punggu juga terangkat,
lebam mayat sangat jelas dan tidak hilang pada penekanan.

16-18 jam: mayat dingin sama dengan suhu ruangan (28-29 derajat Celsius). Kaku mayat
di beberapa persendian telah hilang, mulai tampak tanda-tanda oembusukan terutama di
perut bagian kanan bawah tampak biru kehijauan, lebam mayat luas di bagian terendah
dari tubuh.

20-24 jam: dingin,kaku mayat sudah menghilang, (relaksasi sekunder). Tanda


pembusukan makin jelas, perut mulai tegang, bau pembusukan, darah pembusukan keluar
dari hidung dan mulut.

30-36 jam: mayat menggembung, muka bengkak, mata tertutup, bibir menebal, keluar
gas dan air pembusukan keluar dari hidung dan mulut, tampak garis pembuluh darahn di
permukaan tubuh (marble appearance).

40-48 jam: gelembung pembusukan diseluruh tubuh, skrotum bengkak, lidah bengkak
dan menonjol keluar, Sebagian gelembung pecah, kulit mudah terkelupas.

3 hari: pembusukan lanjut, uterus bisa prolaps. Demikian juga anus, mata menonjol
keluar, muka sangat bengkak kehitaman, rambut dan kuku mudah dicabut

4-5 hari: perut mengempes Kembali karena gas keluar dari celah jaringan yang rusak
garis miring hancur, sutura kepala merenggang, otak mengalami perlunakan menjadi
seperti bubur.

6-10 hari: jaringan lunak tubuh melembek dan lama-lama menjadi hancur, rongga dada
dan perut bisa terlihat karena sebahagian otot sudah hancur dan seterusnya hingga tulang
belulang.
REFERENSI
1. Budianto a dkk. Ilmu kedokteran forensic. Bagian kedokteran forensik fakultas
kedokteran Indonesia
2. Amir A., Ilmu Kedokteran Forensik, edisi kedua., bagian ilmu kedokteran forensic
dan medicolegal fakultas kedokteran usu medan., 2019, p:45-71
3. Kori. S., Time since Death from Rigor Mortis: Forensic Prospectiv., journal of
forensic science abd criminal investigation, ISSN: 2476-1311., 2018
4. Ritongga Mistar: Penentuan Lama kematian Dilihat Dari Keadaan Tulang; USU
Digital Library, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004.
5. Utami. P..A.D.P.,L., Memperkirakan Interval Waktu Kematian Dengan Analisis
Kekeruhan Kornea Berdasarkan Model Warna Rgb Pada Jenazah Di Rsup Sanglah
Jurnal Medika Udayana, VOL. 9 NO.12., ISSN: 2597-8012.,2020
6. Spitz. W. Medicolegal Investigation of Death. Charles C. Thomas. Publisher
Springfield. Illionis, USA. 1973
7. Camps. F. E. Recent advances in Forensic Pathology. J&A. Churchill LTD. 104
Gloucester Place. London. 1969

Anda mungkin juga menyukai