Anda di halaman 1dari 41

ANALISA FORENSIK

Kelompok 3 Kelompok 3
1. Prima
1. Atika Atika Prima Hardani
Hardani 1611011032
( 1611011032)
2. Fuji Araswati
2. Fuji Araswati 1611011034
(1611011034)
3. Rahmatun
3. Fitra Fitra Rahmatun
Nisa’Nisa’ 1611011048
(1611011048)
4. Anggun 4. Anggun Pradita 1611011051
Pradita (1611011051)
Definisi
• Tanatologi berasal dari kata thanatos ( yang berhubungan
dengan kematian) dan logos (ilmu).

• Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang


mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu
definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh
setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut
Manfaat

Ada tiga manfaat tanatologi ini, antara lain


1. untuk dapat menetapkan hidup atau matinya korban,
2. memperkirakan lama kematian korban, dan
3. menentukan wajar atau tidak wajarnya kematian
korban.
Jenis Kematian

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu


1. mati somatis (mati klinis),
2. mati suri, mati seluler,
3. mati serebral dan
4. mati otak (mati batang otak).
Mati Suri
• Mati suri (suspended animation .apparent
death) adalah terhentinya ketiga sistim
kehidupan di atas yang ditentukan dengan
alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan
kedokteran canggih masih dapat dibuktikan
bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.
• Mati suri sering ditemukan pada kasus
keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik
dan tenggelam.
Mati Seluler
• Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh
yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup
masing-masing organ atau jaringan berbedabeda, sehingga terjadinya
kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.
• Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.
• Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat
mengalami mati seluler dalam waktu 4 menit; otot masih dapat
dirangsang (listrik) sampai kira-kira 2 jam pasca mati, dan mengalami mati
seluler setelah 4 jam; dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian
adrenalin 0,1% atau penyuntikan sulfas atropin 1% ke dalam kamera okuli
anterior, pemberian pilokarpin 1% atau fisostig-min 0.5 % akan
mengakibatkan miosis hingga 20 jam pascamati.
• Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam pasca mati dengan
cara menyuntikkan subkutan pilokarpin 2% atau asetilkolin 20%;
spermatozoa masih bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis;
kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai
untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati.
Mati serebral
• Mati serebral adalah kerusakan kedua
hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang
otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem
lainnya yaitu sistem pernapasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan
bantuan alat.
Mati otak
• Mati otak (mati batang otak) adalah bila
telah terjadi kerusakan seluruh isi neronai
intrakranial yang ireversibel, termasuk batang
otak dan serebelum. Dengan diketahuinya
mati otak (mati batang otak) maka dapat
dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak
dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat
bantu dapat dihentikan .
• Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara
klinis pada seseorang berupa tanda kematian, yaitu
perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau
beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan
peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks
cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan
relaksasi otot.
• Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang
jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti
kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas
pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu
tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera.
A. Tanda kematian tidak pasti
• 1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit
(inspeksi, palpasi, auskultasi).
• 2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis
tidak teraba.
• 3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat
dipercaya, karena mungkin terjadi
• spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
A. Tanda kematian tidak pasti

• 4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otot-otot wajah


menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang
menjadi tampak lebih muda. Kelemasan otot sesaat setelah kematian
disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerahdaerah
yang tertekan, misalnya daerah belikat dan bokong pada mayat yang
terlentang.
• 5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah
kematian. Segmensegmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan
kemudian menetap.
• 6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit
yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air.
B. Tanda pasti kematian
a. Lebam mayat
• Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit
akan menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi
(gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna
merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada
bagian tubuh yang tertekan alas keras.
• Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal
dari endotel pembuluh darah.
• Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati,
makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan
menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih
hilang (memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi
mayat diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan lebih
sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut
dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis.
• Tetapi, walaupun setelah 24 jam, darah masih
tetap cukup cair sehingga sejumlah darah masih
dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di
tempat terendah yang baru. Kadang-kadang
dijumpai bercak perdarahan berwarna biru
kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah.
Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh
bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup
banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu
kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut.
Umumnya lebam mayatberwarna merah
ungu tapi pada: :
• asfiksia (tenggelam), merah cerah
• Keracunan gas CO, merah bata / cherry
red dari Karboksi-Hb (COHb)
• Keracunan asam hidrosianida warna
merah terang karena kadar Oksi-Hb
(HbO2) dalam vena tetap tinggi
• coklat kebiruan karena
Methemoglobinemia akibat adanya
methemoglobin (Met Hb)
• Keracunan Fosfor, warna biru gelap
• kebiruan pada keracunan :
• – Keracunan Kalium khlorat, Kinine,
Nitrobensen, Asetanilid, Anilin,
• Apabila pada mayat terlentang yang telah
timbul lebam mayat belum menetap dilakukan
perubahan posisi menjadi telungkup, maka
setelah beberapa saat akan terbentuk lebam
mayat baru di daerah dada dan perut. Lebam
mayat yang belum menetap atau masih hilang
pada penekanan menunjukkan saat kematian
kurang dari 8-12 jam sebelum saat
pemeriksaan.
LEBAM VS MEMAR

Sifat Lebam Memar


Tidak
Warna Merah teratur Sama Merah seluruh
Tubuh organ
bagian
terendah

Selaput Mukosa Pucat Normal


Eksudat
Peradangan Tidak ada ada

Lambung dan usus


Organ dalam diregang tampak Warna sama
warna tidak sama
LEBAM MEMAR
b. Kaku mayat {rigor mortis).
• Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan
karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa
pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP.
Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin
tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka
energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan
otot menjadi kaku.
b. Kaku mayat {rigor mortis).
• Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku
mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai
dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam
(sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini
menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian
menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat umumnya
tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum
terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka
saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.
• Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas
fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan
otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat dapat
dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan
memperkirakan saat kematian.
• Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat;
• 1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot
yang terjadi pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasm
sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas
sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah
akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada
saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum
meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi sering terjadi
dalam masa perang. Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan
sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat
benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam
senjata pada kasus bunuh diri.
• 2. Heaf stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot
oleh panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tetapi rapuh
(mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati
terbakar. Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek
sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan lutut,
membentuk sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini
tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup,
intravitalitas, penyebab atau cara kematian.
• 3. Co/d stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin,
sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi,
pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi
ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi.
• Penurunan suhu tubuh {algor mortis). Penurunan suhu tubuh terjadi
karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang
lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
C. Penurunan suhu tubuh {algor
mortis)
• Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan
panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui
cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
• Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurva
sigmoid atau seperti huruf S
• Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling,
aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh,
pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu diketahui untuk
perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan suhu
tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah,
lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh
yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau
berpakaian tipis, dan pada umumnya orang tua serta anak
kecil.
C. Penurunan suhu tubuh {algor
mortis)
* Penurunan suhu rata-rata 0,9 – 1 C setiap jam.
* Pengukuran suhu per rektal

Rumus menentukan saat kematian berdasarkan


suhu tubuh mayat

98.6 0 F – suhu rectal

1.5
d. Pembusukan (decomposition,
putrefaction).
• Pembusukan adalah proses degradasi jaringanyang
terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis
adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi
dalam keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja
digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan
hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.
Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal
hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan.
• Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut
untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari
usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii.
Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana,
H2S dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.
• Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca
mati berupa warna kehijauan pada perut kanan
bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair
dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat
dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan
oleh terbentuknya sulf-met-hemo-globin. Secara
bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke
seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai
tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan
tampak seperti melebar dan berwarna hijau
kehitaman.
• Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk
gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk.
Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam
lambung dan usus, akan mengakibatkan tegangnya perut
dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan hidung.
Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan
mengakibatkan terabanya derik (krepitasi). Gas ini
menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh,
tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan
jaringan longgar, seperti skrotum dan payudara. Tubuh
berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic attitude),
yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi
akibat terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga
sendi.
• Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut
dan kuku mudah terlepas, wajah
menggembung dan berwarna ungu kehijauan,
kelopak mata membengkak, pipi tembem,
bibir tebal, lidah membengkak dan sering
terjulur diantara gigi. Keadaan seperti ini
sangat berbeda dengan wajah asli korban,
sehingga tidak dapat lagi dikenali oleh
keluarga.
• Jaringan cepat membusuk :
• Laring,Trakea,Otak (terutama anak),
Lambung,Usus halus, Hati,Limpa

• Jaringan lambat membusuk :


• Jantung,Paru-paru,Ginjal,Prostat,Uterus
non gravid
• PEMBUSUKAN DALAM AIR
• lebih lambat dibanding udara terbuka tetapi
setelah mayat dikeluarkan dari dalam air
pembusukan berlangsung cepat

• Kecepatan pembusukan tergantung jenis air :


• Kejernihan air, air kotor lebih cepat membusuk
• Mengalir atau tidak, air tidak menggalir
lebih cepat membusuk
• Kedalaman, air dalam lebih cepat membususk
e. Adiposera atau lilin mayat.
Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna
keputihan, lunak atau berminyak, berbau tengik yang
terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Dulu
disebut sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera
lebih disukai karena menunjukkan sifat-sifat diantara
lemak dan lilin. Adiposera terutama terdiri dari asam-
asam lemak tak jenuh yang terbentuk oleh hidrolisis
lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga
terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang
tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan
saraf yang termumifikasi (Mant dan Furbank, 1957) dan
kristal-kristal sferis dengan gambaran radial (Evans,
1962).
• Adiposera terapung di air, bila dipanaskan mencair dan
terbakar dengan nyala kuning, larut di dalam alkohol panas
dan eter.
• Adiposera dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh,
bahkan di dalam hati, tetapi lemak superfisial yang pertama
kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat
terlihat di pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau
ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi
adiposera.
• Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh
dapat bertahan hingga bertahuntahun, sehingga identifikasi
mayat dan perkiraan sebab kematian masih dimungkinkan.
• Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah
kelembaban dan lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang
menghambat adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit.
Udara yang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu
yang hangat akan mempercepat. Invasi bakteri endogen ke dalam
jaringan pasca mati juga akan mempercepat pembentukannya.
• Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat
keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah. Lemak segar hanya
mengandung kira-kira 0.5% asam lemak bebas, tetapi dalam waktu
4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20% dan setelah 12
minggu menjadi 70% atau lebih. Pada saat ini adiposera menjadi
jelas secara makroskopik sebagai bahan berwarna putih kelabu yang
menggantikan atau menginfiltrasi bagian-bagian lunak tubuh. Pada
stadium awal pembentukannya sebelum makroskopik jelas,
adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat.
f. Mummifikasi.
• Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau
dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan.
• Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna
gelap, berkeriput dan tidak membusuk karena kuman
tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.
Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban
rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi
dan waktu yang lama (12-14 minggu). Mumifikasi
jarang dijumpai pada cuaca yang normal.
Perkiraan saat kematian
• Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan
lain dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati.
• 1. Perubahan pada mata
Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri-kanan
kornea akan berwarna kecolkatan dalam beberapa jam berbentuk
segitiga dengan dasar di tepi kornea {taches noires sclerotiques).
Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi
pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air, tetapi
kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat
dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi
sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik dalam keadaan mata tertutup
maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca
mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas.
Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan
distorsi pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan
antara diameter pupil dengan lamanya mati.
• 2. Perubahan dalam lambung.
• Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak
dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara
makan terakhir dan saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya
mungkin membantu dalam membuat keputusan.
• Ditemukannya makanan tertentu (pisang, kulit tomat, biji-bijian)
dalam isi lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa
korban sebelum meninggal telah makan makanan tersebut.
• 3. Perubahan rambut
• Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0.4
mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan
untuk memperkirakan saat kematian. Cara ini hanya dapat
digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis
atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.
• 4. Pertumbuhan kuku
• Sejalan dengan hal rambut tersebut di atas, pertumbuhan kuku
yang diperkirakan sekitar 0,1 mm per hari dapat digunakan untuk
memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat terakhir
yang bersangkutan memotong kuku.
• 5. Perubahan dalam cairan serebrospinal
• Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan ke-
matian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari
80mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang
dari 5 mg% dan 10 mg% masingmasing menunjukkan kematian
belum mencapai 10 jam dan 30 jam.
• 6. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar Kalium yang
cukup akurat untuk memperkirakan saat kematian antara 24
hingga 100 jam pasca mati.
• 7. Kadar semua komponen darah berubah setelah
kematian, sehingga analisis darah pasca mati tidak
memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa
hidupnya. Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas
enzim dan bakteri, serta gangguan permeabilitas dari sel
yang telah mati.
• Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses ke-matian
dapat menimbulkan perubahan dalam darah bahkan
sebelum kematian itu terjadi. Hingga saat ini belum
ditemukan perubahan dalam darah yang dapat digunakan
untuk memperkirakan saat mati dengan lebih tepat.
• 8. Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat
pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi jaringan
tubuh pada seseorang yang hidup.
Daftar Pustaka
• Budiyanto, A, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran
Forensik, Edisi pertama, Cetakan Kedua.
Bagian Ilmu kedokteran Forensik FK UI, Jakarta
• Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran
Forensik, Edisi Pertama. Binarupa Aksara,
Jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai