PENDAHULUAN
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebut dapat timbul beberapa saat setelah seseorang benar telah meninggal.1
Perubahan yang terjadi yang diperiksa dan diperhatikan dalam menentukan
suatu kematian, dapat juga sekaligus membantu menentukan berapa lama telah mati,
posisi korban saat mati dan sering bisa menentukan cara dan penyebab kematian.1
Kematian manusia dapat dibedakan atas 2 bentuk yaitu kematian somatik dan
kematian seluler. Dalam peristiwa kematian somatik, akan lebih dahulu dialami,
daripada kematian seluler. Oleh karena saat kematian somatik terjadi, sesungguhnya
tubuh masih melakukan aktivitasnya secara molekuler, dengan persediaan oksigen yang
terbatas didalam setiap sel-sel maupun jaringan-jaringan tubuh. Dan bila oksigen
tersebut benar-benar habis, barulah metabolism sel akan berhenti secara bertahap.1,2
Segala hal yang berhubungan dan mempengaruhi proses kematian itu sendiri,
sangatlah penting untuk diketahui dan dimengerti. Yang kesemuanya itu dapat dipelajari
di dalam salah satu cabang ilmu pengetahuan kedokteran forensik yaitu Tanatologi.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebut dapat timbul beberapa saat setelah seseorang benar telah meninggal. Untuk
menentukan lamanya kematian seseorang dapat dikaji dari segi cabang ilmu forensik
yang berhubungan dengan tanatologi.1
Tanatologi berasal dari thanatology, thanatos berarti kematian dan logy, logos
berarti ilmu, jadi tanatologi adalah ilmu tentang kematian, ini meliputi pembahasan
mengenai pengertian mati, cara menetapkan telah terjadi kematian, dan perubahan post-
mortem.1
Untuk Tanatologi terdapat beberapa istilah tentang kematian yaitu : kematian
somatis (mati klinis) dan kematian seluler (mati molekuler)
1 Kematian somatis (mati klinis) :
Kematian yang terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga system penunjang
kehidupan, yaitu sistem sirkulasi, respirasi dan innervasi. Secara klinis tidak
ditemukan lagi refleks-refleks tubuh, nadi tidak teraba (palpasi), denyut jantung
tidak terdengar (auskultasi), tidak ada gerak pernapasan (inspeksi),dan suara
nafas tidak terdengar juga (auskultasi), sel-sel tubuh masih hidup, otot-otot
masih dapat dirangsang dan masih memberikan reaksi terhadap rangsangan
listrik, peristaltik usus kadang-kadang masih terdengar, dilatasi pupil masih
terjadi pada pemberian midriatikum seperti atropin dan miosis pupil pada
pemberian midriatikum seperti fisostigmin.1,2
Tanda-tanda kematian somatis :1
1. Berhenti sirkulasi
2
b. Test ujung jari, dengan menekan ujung kuku sehingga timbul warna
pucat dan akan kembali menjadi warna semula bila dilepas.
d. Bila dipotong arteri, maka darah masih memancar pada orang hidup,
sementara pada orang mati mengalir pasif.
2. Berhenti respirasi
3. Berhentinya inervasi
Fungsi motorik dan sensorik berhenti. Dapat dilihat dari hilangnya semua reflex,
tidak ada rasa sakit, tidak ada tonus otot dan tidak ada reflex cahaya pada pupil
mata dan pupil mata melebar, kecuali pada keracunan morfin menjadi sangat
kecil (pint point).
2 Kematian seluler (mati molekuler):
Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda
dalam merespon ketiadaan oksigen, sehingga terjadinya kematian seluler pada
tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Sel-sel otak paling cepat mati karena
kekurangan O2. Dalam waktu 4-5 menit jaringan otak tidak mendapat O 2 ia akan
mati dan tidak dapat diperbaiki lagi (irreversibe), otot masih dapat dirangsang
3
dengan listrik di bawah 3 jam, sementara kornea masih dapat ditransplantasikan
dibawah 6 jam kematian. Pengetahuan ini penting dalam transplantasiorgan.1,2,3
2 Mati serebral
Kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible, kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua system lainnya yaitu system pernapasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat. 1,2,3
Agar dapat menentukan dengan pasti bahwa korban telah mati, perlu diketahui
perihal tanda-tanda kehidupan dan tentunya perihal tanda-tanda kematian serta
perubahan lanjut yang terjadi pasca kematian.
Tanda-tanda kematian yang penting adalah :2,5
1 Kerja jantung dan peredaran darah berhenti
2 Pernapasan berhenti
3 Refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang
4 Kulit pucat
5 Relaksasi otot tubuh
6 Terhentinya aktifitas otak serta perubahan-perubahan yang timbul beberapa
waktu kemudian setelah mati (post mortem), yang dapat menjelaskan
kemungkinan diagnosis kematian dengan lebih pasti.
4
Dalam kepustakaan ilmu kedokteran forensik dikenal suatu metode untuk
menentukan suatu kematian saat kematian dalam kasus kejahatan yang disebut metode
tri klasik atau The Clasic Triad yang meliputi tiga metode sebagai berikut :2
1 Livor Mortis (Lebam Mayat)
2 Rigor Mortis (Kaku Mayat)
3
Algor Mortis (Suhu Mayat).
5
a. Bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami penurunan
temperatur 2,50F atau 1,50C (Modis teks book) setiap jam pada enam jam
pertama dan 1,6-20F atau 0,9-1,20C (Modis teks book) pada enam jam
berikutnya, sehingga dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu
sekitarnya. Sympson keith (Inggris).1,2,3
b. Jasing P Modi (India) menyatakan hubungan penurunan suhu tubuh dengan
lama kematian adalah sebagai berikut :
1. Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara suhu
tubuh dan suhu sekitarnya.
2. Dua jam berikutnya, penurunan suhu tubuh setengah dari nilai pertama
(dua jam pertama).
3. Dua jam selanjutnya, penurunan suhu tubuh setengah dari nilai terakhir
(dua jam ke dua), atau 1/8 dari perbedaan suhu initial tadi.1,2,3
c. Dengan membuat tabel nomogram Henssege, lamanya waktu kematian tubuh
mayat di lingkungan subtropis (< 230C) berbeda dengan di lingkungan tropis (>
230C). Henssege (1995).1
d. Penurunan suhu tubuh mayat dalam keadaan telanjang dengan suhu lingkungan
15,50C yaitu 0,550C tiap jam pada 3 jam pertama. Dan 1,10C pada 6 jam
berikutnya serta0,80C tiap jam periode selanjutnya.Marshall dan
Hoare(1962).2,3
Biasanya dalam 12 jam suhu tubuh mayat akan sama dengan suhu lingkungan.
Penentuan lama kematian dapat ditentukan melalui rumus :1,2
Lama kematian (jam) = suhu tubuh (370C) suhu rektal (saat diperiksa) + 3
6
Aspek medicolegalnya :2
1. Menetukan kematian yang pasti.
2. Memperkirakan lamanya kematian.
3. Memperkirakan keadaan lingkungan/lokasi korban saat kematian
4. Mengarahkan penyebab kematian.
2. Lebam mayat (Livor mortis, post mortem lividity, post mortem sugillation, post
mortem hypostasis, post mortem staining, vibices)
Lebam mayat adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami
perubahan warna akibat terkumpulnya darah dalam pembuluh-pembuluh darah
kecil kapiler dan venule pada jaringan kulit dan subkutan yang disebabkan
karena daya gravitasi yang tampak berupa bercak. Keadaan ini memberi
gambaran berupa warna ungu kemerahan (reddisk blue).2
7
semula, tetapi pada periode dimana zat warna darah telah masuk ke jaringanm,
maka pada penekanan tidak terjadi perubahan warna lagi atau lebam mayat telah
menetap. Kedua periode tersebut dipisahkan oleh waktu lebih kurang 6 jam.
Oleh karena itu, bila posisi mayat dirubah sebelum 6 jam, maka lebam mayat
akan didapati pada posisi baru.1
8
Gambar 2 : Kaku pada Mayat
9
penimbunan asam laktat, akibatnya actin dan myosin menjadi masa seperti jelli
yang kaku (stiffgel) dan akhirnya muncul keadaan rigiditas.1,2
Reaksi biokimia terjadi serentak di seluruh otot tubuh, yang mulai kaku
otot kecil (mempunyai kandungan glikogen relatif sedikit). Akibat kaku mayat
ini seluruh tubuh menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada mayat akan
terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung selama 24-48 jam
pada musim dingin dan 18-36 jam pada musim panas. Disebabkan oleh karena
otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada
oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan
penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).1,2
10
Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku
mayat lambat terjadi dan berlangsung lebih lama.
4 Kondisi otot.
Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus
di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika
sebelum meninggal keadaan otot sudah lemah.2
3 Periode relaksasi sekunder
Otot menjadi relaks (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena
pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia.
Proses pembusukan juga mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat
sangat cepat berlangsung sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer
dengan relaksasi sekunder.2
Aspek Mediko Legal :2
1 Membuktikan tanda kematian yang pasti
2 Menentukan lamanya waktu kematian
3 Memperkirakan cara/penyebab kematian
11
Pembusukan dimulai di usus, manifestasinya terlihat di perut kanan bawah
daerah caecum yang isinya lebih cair, penuh dengan bakteri, dan dekat dinding
perut. Terlihat bewarna kehijauan kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah dan penyebaran ke jaringan tetangga (continuitatum). Dalam 2 hari
akan terlihat tanda-tanda pembusukan berupa :
1. Garis-garis pembusukan di seluruh aliran darah.
2. Warna hitam kehijauan di sepanjang aliran darah disebabkan cairan dan butir
darah yang mengalami pembusukan.
3. Darah keluar dari pembuluh darah memasuki jaringan di sekitar pembuluh
darah.
4. Menghasilkan gas pembusukan, menyebabkan perut gembung, kantong pelir
gembung (membesar), prolaps uterus, prolaps anus dan akhirnya seluruh tubuh
gembung (kulit, otot, organ)
5 Kulit mudah terkelupas dan mudah dilepaskan dengan sedikit tekanan saja.
6 Mayat menjadi besar karena gas pembusukan memasuki jaringan, apalagi perut
yang banyak mengandung kuman pembusukan menjadi sangat besar, mulut
terbuka karena bibir atas dan bawah menjadi bengkak.
7 Gas pembusukan juga terjadi di dalam sendi-sendi sehingga jika tekanan cukup
tinggi dapat membuat persendian menjadi bengkok, sendi utama adalah lutut,
siku, dan pangkal paha sehingga terjadi posisi seperti petinju.1,2
12
Gambar 5 : Proses Pembusukan didalam Air
1. Adiposere
Adiposere adalah fenomena yang terjadi pada mayat yang tidak mengalami
proses pembusukan yang biasa. Melainkan mengalami pembentukan adiposere.
Adiposere merupakan subtansi yang mirip seperti lilin yang lunak, licin dan
warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua.2
13
Gambar 7 : Fenomena Adiposere pada Mayat
14
Gambar 8 : Mummifikasi Pada Mayat
2. Penulangan
Keadaan hancurnya jaringan mayat akibat pembusukan sehingga mayat
hanya tinggal tulang. Setelah proses pembusukan,mayat akan tinggal tulang dan
sisa-sisa ligamen yang terlekat padanya. Biasanya penulangan mulai terjadi
sekitar 4 minggu. Pada waktu ini, tulang masih menunjukkan sisa-sisa ligamen
yang terlekat padanya disamping bau tulang yang masih busuk. Setelah 3 bulan,
tulang kelihatan berwarna kuning. Setelah 6 bulan, tulang tidak lagi memberi
kesan ligamen dan berwarna kuning keputihan, serta tidak lagi mempunyai bau
busuk pada mayat.2
15
1Memperkirakan lamanya kematian
2Memastikan adanya kematian
3Mengarahkan penyebab kematian
4
Membantu dalam identifikasi bila telah terjadi proses pengawetan tubuh mayat
secara alami (adiposere dan mummifikasi)
16
tubuh terpapar dengan aktivitas serangga. Hal ini disebabkan karena pembusukan
akan menarik serangga untuk datang dan bertelur pada mayat.6,7,8,9
Serangga yang terdapat pada hewan atau manusia ialah keluarga lalat atau
diptera, khususnya lalat biru (calliphora erytrocephala), lalat hijau (lucilia caecar)
dan lalat rumah (musca domestica). Serangga yang hidup setelah lalat dari jenis
kumbang (coleoptera), selanjutnya serangga omnivorus seperti semut, penyengat
dan sebagainya. Serangga yang paling sering dijumpai pada mayat yang
membusuk adalah lalat, dalam bentuk telur, larva atau lalat dewasa. 1,2,3,4
1 Klasifikasi
Lalat termasuk kelas Insecta dan ordo Diptera. Ordo Diptera dibagi menjadi 3
serangga yang tersebar di seluruh dunia dan memiliki banyak peran dalam
ekologi, salah satunya dalam pembusukan bahan organik. Beberapa jenis larva
lalat yang ditemukan pada mayat sangat berguna untuk kepentingan forensik. Tiga
jenis lalat yang penting dalam pemeriksaan forensik yaitu blow flies famili
Calliphoridae, flesh flies famili Sarcophagidae dan muscid flies famili Muscidae.
Ketiganya merupakan famili dari subordo Cyclorrapha. Jenis lalat tersebut tertarik
pada mayat yang mulai membusuk dan menggunakannya sebagai media tempat
berkembang biak.7,8,9,10
a. Blow flies (famili Calliphoridae) merupakan lalat dengan ukuran sedang
yang tersebar di seluruh dunia. Lalat ini tertarik pada bangkai dan kotoran
hewan. Lalat dewasa dari famili ini rata-rata panjangnya 6-14 mm, dengan
mayoritas memiliki warna yang metalik mulai dari hijau, biru, perunggu atau
hitam. Larva matur blow flies memiliki panjang 8-23 mm, berwarna putih
atau coklat muda. Blow flies merupakan salah satu serangga yang pertama
kali menemukan dan membentuk koloni pada mayat. Beberapa menit setelah
pajanan, lalat ini akan datang pada mayat. Lalat betina akan bertelur dalam
17
jumlah banyak, biasanya pada hidung atau mulut, atau lubang-lubang pada
mayat, juga pada luka-luka terbuka. Oleh karena itu, kumpulan larva dapat
dunia, terutama di daerah tropis atau daerah dengan temperatur yang hangat.
Lalat ini tertarik pada mayat atau daging, juga menyebabkan miasis dan
mm, dengan warna belang abu-abu hitam pada thorax. Beberapa spesies
memiliki warna mata merah terang. Flesh flies tertarik pada mayat hampir di
ataupun kering, di dalam ataupun luar ruangan. Mereka muncul pada mayat
beberapa saat setelah blowflies muncul. Lalat betina tidak meletakkan telur,
(a) (b)
(c)
Gambar 11: (a) Lalat Sarcophaga bullata, (b) Larva matur S.bullata, (c)
Spirakel posterior Sarcohaga sp
18
c.
Muscid flies (Famili Muscidae) merupakan lalat yang tersebar di seluruh
rumah, lalat kandang, dan lalat tse-tse (penyebab sleeping sickness). Lalat
dewasa berukuran 3-10 mm dengan warna abu-abu tua. Larva yang matur
Permukaan larva biasanya halus (smooth maggot). Lalat ini datang pada
mayat setelah flesh flies dan blow flies. Lalat ini bertelur pada lubang-lubang
19
Dalam perkembangannya sebelum menjadi pupa. Larva dapat di identifikasi untuk
di ketahui nama spesiesnya, dan juga mengenai umur larva sesuai siklus hidup
lalat, yaitu perkembangan dari telur sampai menjadi dewasa.12
1. Telur
Telur lalat bervariasi bentuk dan ukurannya. Lalat biasanya meletakkan telurnya
secara berkelompok yang dapat mencapai 300 telur sekali bertelur. Telur lalat
2. Larva
Larva lalat tidak memiliki kaki (legless larva / apodous). Larva akan mengalami
menjadi pupa. Terdapat tiga perkembangan larva lalat yang dapat dibedakan
- 1st instar
Larva ini akan mendapat nutrisi dari eksudat pada mayat dan akan
- 2nd instar
20
Pada stadium ini, larva akan berkumpul yang disebut maggot mass. Dari
larva 1st instar menjadi 2nd instar membutuhkan waktu kira-kira 1 hari.
- 3 rd instar
Pertambahan ukuran pada larva stadium ini akan cepat sekali. Membutuhkan
3. Pupa
Sebelum menjadi pupa (stadium prepupa), larva akan bermigrasi menuju tempat
yang sesuai, biasanya di tanah dan mulai berubah menjadi pupa. Perubahan
Di dalam puparium, akan terjadi transformasi dari larva menjadi bentuk lalat
4. Dewasa
Larva yang sudah berubah menjadi bentuk lalat dewasa akan keluar dari pupa
21
Fase Waktu
Lalat bertelur pada mayat 18-36 jam setelah mati
Menetas menjadi larva 24 jam kemudian
Larva menjadi pupa (kepompong) 4-5 hari kemudian
Pupa menjadi lalat dewasa 4-5 hari kemudian
Jumlah waktu telur menjadi lalat 11 hari
dewasa
Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pasca mati, di alis mata,
sudut mata, lubang hidung dan diantara bibir. Dengan identifikasi spesies lalat dan
mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva tersebut, yang dapat
dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi bahwa lalat biasanya
secepatnya meletakkan telur setelah seorang meninggal (dan tidak lagi dapat mengusir
lalat yang hinggap).5
3
Peranan Entomologi Forensik
Ketertarikan insekta terhadap tubuh mayat dapat dimanfaatkan untuk :
Perkiraan waktu kematian tidak bisa dipisahkan dengan parameter fisik maupun
kematian sangat tergantung pada spesies insekta yang kita amati. Beberapa hal
a. Metode statistik
betina meletakkan telur pada sepotong daging sampai berubah menjadi larva
22
c. Mengukur panjang spesimen yang didapat, tergantung spesimen yang kita
dapatkan berada pada tahap mana dari siklus hidupnya. Tahapan siklus hidup
dalam darah, urin, lambung, rambut, kuku dan ternyata, pada belatung atau
kepompong insekta. Oleh karena itu apabila kita kesulitan mencari racun dalam
tubuh mayat, kita dapat mencarinya pada belatung atau kepompong. Bahan-bahan
berinfestasi pada wajah dan luka-luka terbuka, sangat jarang pada genito-anal,
23
calliphorid berinfestasi paada regio tersebut, ini dapat mengarahkan kita bahwa
menyukai tempat yang teduh sedangkan Lucillia illustris Meigen (Green Bottle
waktu kematian, tentunya pada spesies yang sama. Apabila terdapat perbedaan,
perlu dipikirkan bahwa tubuh mayat tidak berasal dari TKP, dengan kata lain,
telah dipindahkan.
4
Peran Lalat dalam Forensik Entomologi
Lalat merupakan serangga yang tersebar di seluruh dunia dan memiliki banyak
peran dalam ekologi, salah satunya dalam pembusukan bahan organik. Beberapa
jenis larva lalat yang ditemukan pada mayat sangat berguna untuk kepentingan
untuk memberikan indikasi waktu minimal kematian telah berlangsung. Selain itu
tersebut.
Jenis lalat yang banyak ditemukan pada mayat di musim panas yaitu famili dari
lalat tersebut penting dalam forensik entomologi. Umur larva lalat dapat
waktu yang diperlukan perubahan dari telur menjadi larva adalah sekitar kurang
dari 16 jam.
5
Cara menentukan saat kematian
24
Dalam upaya untuk membantu menentukan saat kematian secara entomologik
Cara pertama, adalah berdasarkan adanya fauna serangga yang ditemukan pada
Diptera :
Cynomia spp
3. Muscidae
Diptera:
3. Muscidae
1.Diptera: Sphaeroceridae
25
1. Diptera : Piophilidae, Drosophilidae, Sepsidae, Sphaeroceridae,
Syrphidae, Ephydridae
2. Acari (mites)
1. Coleoptera : Dermestidae
2. Lepidoptera : Tineidae
Selama musim dingin sangat sedikit serangga yang muncul tetapi beberapa
Serangga pertama yang muncul pada mayat di musim dingin adalah serangga
yang termasuk dalam Ordo Collembola. Serangga ini makan tanaman atau
hewan yang telah membusuk di tanah dan hanya keluar dari tanah bila
Cara kedua adalah cara yang telah dilakukan pada tahun-tahun terakhir yaitu
26
menggunakan mayat sebagai tempat berkembang biak dan faktor-faktor yang
sampai menjadi larva, sangat mungkin menentukan umur larva serangga yang
menginvestasi mayat.
d. Usus
Makanan yang sudah dicerna sampai di daerah ileo-caecal dalam waktu 6-8
jam, di kolon transversum dalam waktu 9-10 jam. Kolon pelvis 12-14 jam,
dikeluarkan dalam waktu 24-28 jam. Penentuan lama kematian dari isi
pencernaan ini dinilai dari suatu korban makan dan tidak ada hubungan langsung
dengan waktu pemeriksaan dilakukan. 1,2
e. Kandung kemih
Kandung kemih biasanya dikosongkan sebelum tidur, dan dalam waktu tidur
isi kandung kemih akan bertambah. Bila didapati mayat pada pagi hari dengan
27
kandung kemih kosong kemungkinan ia menunggal menjelang pagi haridan bila
masih penuh tentu meninggalnya lebih awal.
f. Pakaian
Pakaian dapat menentukan lama kematian karena orang yang mempunyai
kebiasaan menggunakan pakaian sesuai dengan waktu pakaian kantor, sekolah,
pakaian tidur, pakaian renang, olah raga dll, kadang- kadang dapat dipakai
sebagai petunjuk. Bila korban terbunuh sedang memakai pakaian tidur tentu
diperkirakan waktu kematian adalah malam atau sebelum bangun pagi.1,2
g. Jam tangan
Bila korban memakai jam tangan pada waktu mengalami cedera maka saat
kematian dapat ditunjukkan secara tepat dari jarum jam berhenti, misalnya:
dalam peristiwa kebakaran.1,2
28
7 40-48 jam, gelembung pembusukan di seluruh tubuh, skrotum bengkak, lidah
bengkak dan menonjol keluar. Sebagian gelembung pecah, kulit mudah
terkelupas.1,2,3
8 3 hari, pembusukan lanjut, uterus bisa prolaps. Demikian anus, mata menonjol
keluar, muka sangat bengkak kehitaman. Rambut dan kuku mudah dicabut.
9 4-5 hari, perut mengempes kembali karena gas keluar dari celah jaringan yang
rusak/hancur, sutura kepala merenggang, otak mengalami perlunakan menjadi
seperti bubur.1,2,3
10 6-10 hari,jaringan lunak tubuh melembek dan lama-lama menjadi hancur, rongga
dada dan perut bisa terlihat karena sebagian otot sudah hancur dan seterusnya
hingga akhirnya tinggal tulang belulang.1,2,3
Aplikasi penentuan saat kematian akan lebih bernilai bila dilakukan di Tempat
Pejadian Perkara (TKP). Penilaian saat kematian yang dilakukan dirumah sakit kurang
akurat karena faktor lingkugan yang sudah berbeda, perlakuan terhadap mayat dalam
perjalanan (ditutup dengan kain, dihembus angin, dalam kantong mayat, perubahan
posisi, kaku mayat mungkin telah diganggu ,dll) serta jauhnya korban dibawa dari TKP
ke Rumah Sakit.
BAB III
KESIMPULAN
Kematian hanya dapat dialami oleh organisme hidup. Secara medis, kematian
merupakan suatu proses dimana fungsi dan metaboliseme sel organ-organ internal tubuh
terhenti. Dikenal beberapa istilah kematian, yaitu: mati somatis, mati celluler, mati
cerebral, dan mati batang otak.
Bila seseorang meninggal dunia maka siklus oksigen akan terhenti, tubuh akan
mengalami berbagai perubahan jaringan yang disebut perubahan awal kematian atau
tanda kematian tidak pasti dimana susunan saraf pusat akan mengalami kemunduran
dengan cepat ini akan menyebabkan perubahan pada tubuh menjadi insensible, reflek
cahaya dan reflek kornea hilang, aliran darah, gerakan nafas berhenti, kulit pucat dan
otot mengalami relaksasi.
29
Setelah beberapa waktu akan timbul tanda-tanda berupa lebam mayat, kaku mayat,
penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposere, yang dapat membantu
dalam penentuan waktu kematian.
Selain itu,terdapat juga metode penentuan cara kematian terkini yaitu, berdasarkan
entomologi forensik,pengosongan isi lambung dan penelitian tulang. Namun, walaupun
dimanfaatkan semua sarana yang ada, penentuan saat kematian yang tepat adalah tidak
mungkin hanya untuk memperkirakan saat kematian yang mendekati ketepatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hal: 25-36
30