Anda di halaman 1dari 21

BABI

PENDAHULUAN

Menetapkan waktu kematian atau jarak antara waktu kematian dan ketika
tubuh di temukan (postmortem interval) biasanya tidak dapat ditentukan
dengan pasti. Kecuali kematian disaksikan, waktu pasti kematian tidak dapat
ditentukan; Namun, informasi yang memadai sering tersedia untuk dapat
menerka perkiraan rentang waktu yang meliputi saat kematian sebenarnya.
Pada umumnya, postmortem interval lebih pendek, perkirakan rentang
waktu lebih sempit. Sebaliknya, postmortem interval yang lebih panjang
memerlukan berbagai perkiraan yang lebih luas dan sering kali ada peluang
yang sangat besar untuk terjadi kesalahan. Tidak adanya pengamatan
tunggal mengenai mayat merupakan indikator yang tepat atau akurat pada
postmortem interval. Perkiraan yang paling dapat diandalkan didasarkan
pada kombinasi berbagai pengamatan yang dilakukan dari tubuh dan tempat
kejadian kematian. Kondisi yang diamati melibatkan tubuh termasuk rigor
mortis, livor mortis, algor mortis dan dekomposisi. Isi lambung juga dapat
membantu dalam menentukan waktu kematian.1
Selain memeriksa tubuh, juga penting untuk menyelidiki tempat kejadian
kematian, selama waktu yang ditentukan kondisi lingkungan harus di
dokumentasi. Kondisi lingkungan, terutama suhu, banyak faktor-faktor
penting yang mempengaruhi perubahan tubuh yang dialami setelah
kematian. Penentuan interval postmortem tergantung pada beberapa faktor
yang berhubungan namun tidak terbatas pada, aktivitas antemortem, Livor
mortis, rigor mortis, Algor mortis, suhu tubuh pada saat kematian, habitus
tubuh, dan kondisi lingkungan seperti pakaian, suhu lingkungan, media
lingkungan (misalnya, udara, air, tanah), dan, tentu saja, riwayat, peristiwa
terminal, dan tempat kejadian yang ditemukan. Sebagai akibat dari beberapa
faktor yang kompleks, melibatkan pengaruh dari perubahan postmortem,
patologi forensik menyediakan berbagai waktu untuk memperkiraan Interval
postmortem, sebagai perbandingan tunggal atau kepastian waktu kematian.
Pengamatan yang dilakukan selama penyelidikan tempat kejadian dapat
membantu menilai perubahan tubuh dan juga dapat memberikan informasi
tambahan yang berguna dalam memperkirakan saat kematian terjadi.
Kombinasi dari pemeriksaan tempat kejadian dan pemeriksaan tubuh akan
memberikan infornasi terbaik untuk penyidik dalam memperkirakan waktu
kematian terjadi. 1, 2
Pengamatan tubuh seharusnya dilakukan oleh seseorang dengan pelatihan
dan pengalaman yang cukup dalam penyelidikan kematian sesegera
mungkin setelah tubuh ditemukan. Tubuh tidak harus perlu dimanipulasi
sebelum melakukan pengamatan ini. Perubahan lingkungan, seperti
membuka pintu dan jendela atau menyalakan AC, juga harus di minimalisir
sampai pengamatan dilakukan. Berbagai kondisi di berbagai belahan negara
(dan dunia) akan mempengaruhi perubahan laju postmortem. Satu harus
berhati-hati terhadap para ahli yang menyediakan waktu tepatnya kematian
tanpa menguatkan laporan saksi atau bukti fisik. meskipun beberapa ahli
telah menyarankan untuk menggunakan stimulasi myoelectrical,
pengosongan lambung, suhu tubuh, kalium vitreous, derajat, dan metode
lain untuk menentukan postmortem interval ilmiah "akurasi," metode ini
tidak terlalu dapat dipercaya. Kadar kalium vitreous mungkin berbeda
secara luas antara kedua mata pada tubuh yang sama. 1, 2
Estimasi waktu setelah kematian yang paling mendekati adalah melalui
pertimbangan semua data investigasi, termasuk pemeriksaan tubuh di
tempat kematian. Awal timbulnya Livor mortis, rigor mortis, dan
postmortem lainnya. Perubahan dapat dievaluasi, estimasi dari interval
postmortem semakin akurat. Dokumentasi dan studi Algor, livor, dan rigor
mortis di pendingin kamar mayat semalam atau setelah beberapa jam atau
hari itu bermakna.2
BAB I
PEMBAHASAN

Tanatologi merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan


dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada
tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut, seperti:
1. Menentukan apakah seseorang benar-benar telah meninggal atau belum.
2. Menentukan berapa lama seseorang telah meninggal.
3. Membedakan perubahan-perubahan post mortal dengan kelainan-
kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup.3

A.JenisKematian
Agar suatu kehidupan seseorang dapat berlangsung, terdapat tiga sistem yang
mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem persarafan,
sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat
mempengaruhi satu sama lainnya, ketika terjadi gangguan pada satu sistem, maka
sistem-sistem yang lainnya juga akan ikut berpengaruh.4
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu:
• Mati somatis (mati klinis)
Ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu Sebab terjadi gangguan
pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap. Pada kejadian mati
somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks, elektro ensefalografi
(EEG) mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada
gerak pernapasan dan suara napas tidak terdengar saat auskultasi4,5
• Mati suri (apparent death)
Ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis, akan tetapi
gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti ini
sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam4,5
• Mati seluler (mati molekuler)
Ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan
berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak
bersamaan 4,5

• Mati serebral
Ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya
yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat4,5
• Mati otak (mati batang otak)
Ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal
intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat
dihentikan.4,5
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada
seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat.
Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit
kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernapasan
berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi
otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas, yang
memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal
sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostatis atau lividitas pasca
mati), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi,
dan adiposera.4
B. Cara Mendeteksi Kematian
Melalui fungsi sistem saraf, kardiovaskuler, dan pernapasan, kita bisa
mendeteksi hidup matinya seseorang. Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem
saraf, ada lima hal yang harus kita perhatikan yaitu tanda areflex, relaksasi, tidak ada
pegerakan, tidak ada tonus, dan elektroensefalografi (EEG) mendatar/ flat. Untuk
mendeteksi tidak berfungsinya sistem kardiovaskuler ada enam hal yang harus kita
perhatikan yaitu denyut nadi berhenti pada palpasi, denyut jantung berhenti selama 5-
10 menit pada auskultasi, elektrokardiografi (EKG) mendatar/ flat, tidak ada tanda
sianotik pada ujung jari tangan setelah jari tangan korban kita ikat (tes magnus),
daerah sekitar tempat penyuntikan icard subkutan tidak berwarna kuning kehijauan
(tes icard), dan tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis.1
Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem pernapasan juga ada beberapa
hal yang harus kita perhatikan, antara lain tidak ada gerak napas pada inspeksi dan
palpasi, tidak ada bising napas pada auskultasi, tidak ada gerakan permukaan air
dalam gelas yang kita taruh diatas perut korban pada tes, tidak ada uap air pada
cermin yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban, serta tidak ada
gerakan bulu ayam yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban.1

C. Tanda Kematian
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat meninggal
atau beberapa menit kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai tanda kematian
yang nantinya akan dibagi lagi menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian
tidak pasti.4

1. Tanda Kematian Tidak pasti


a. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.
b. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
c. Kulit pucat.
d. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
e. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
f. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih
dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata.

1. Tanda Kematian Pasti

A) Livor Mortis
Livor Mortis (Postmortem Lividity, Postmortem Stains, Postmortem
Hypostatis, Postmortem Suggillation, Postmortem Vibices, lebam mayat) yaitu warna
ungu kemerahan (livide) atau merah kebiruan pada bagian tubuh akibat akumulasi
darah yang menetap di pembuluh darah kecil di bagian tubuh paling rendah akibat
gaya gravitasi kecuali pada bagian yang tertekan alas keras. Livor Mortis dapat
berwarna ungu kebiruan ataupun merah kebiruan.5,6,7

Livor Mortis terbentuk pada daerah tubuh yang menyokong berat badan tubuh
seperti bahu, punggung, bokong, betis pada saat terbaring diatas permukaan yang
keras akan tampak pucat yang terlihat kontras dengan warna livor mortis disekitarnya
akibat dari kompresi pembuluh darah didaerah ini yang mencegah akumulasi darah.6

Gambar 2.1 Lebam pada mayat7

Patomekanisme Livor Mortis


Livor Mortis terbentuk saat terjadi kegagalan sirkulasi darah, pada saat arteri
rusak dan aliran balik vena gagal mempertahankan tekanan hidrostatik yang
menggerakan darah mencapai capillary bed yaitu tempat pembuluh-pembuluh darah
kecil afferen dan efferen saling berhubungan. Darah dan sel-sel darah terakumulasi
memenuhi saluran tersebut dan sukar dialirkan ke daerah tubuh lainnya. 6 Sel darah
merah (eritrosit) akan bersedimentasi melalui jaringan longgar, tetapi plasma akan
berpindah ke jaringan longgar yang menyebabkan terbentuknya edema
setempat,menimbulkan blister pada kulit. Dari luar akan terlihat bintik-bintik
berwarna merah kebiruan atau adanya eritrosit pada daerah terendah terlihat dengan
timbulnya perubahan warna kemerahan pada kulit yang disebut livor mortis.6

Pada tahap awal pembentukannya, livor mortis memiliki warna kemerahan


yang dihasilkan dari jumlah eritrosit yang membawa hemoglobin yang teroksidasi.
Meningkatnya interval waktu post mortem, akan mengakibatkan perubahan warna
menjadi lebih gelap. Warna normal livor mortis ialah merah keunguan. Warna merah
keunguan ini akan berubah menjadi warna ungu akibat hasil pemisahan oksigen dari
hemoglobin eritrosit post mortem dan konsumsi oksigen terus-menerus oleh selsel
yang awalnya mempertahankan fungsi sistem kardiovaskuler (misalnya sel-sel hati
yang mempertahankan fungsi kardiovaskuler selama kira-kira 40 menit dan selotot
rangka antara 2 sampai 8 jam).

Deoxyhemoglobin yang dihasilkan akan mengubah warna biru keunguan


menjadi warna ungu.6 Livor mortis mulai tampak 20-30 menit paska kematian,
semakin lama intensitasnya bertambah kemudian menetap setelah 8-12 jam.
Menetapnya livor mortis disebabkan oleh karena terjadinya perembesan darah ke
dalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel-sel
darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel sel darah dan kekakuan
otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah
terbentuknya livor mortis yang dilakukan setelah 8-12 jam tidak akan menghilang.
Hilangnya livor mortis pada penekanan dengan ibu jari memberi indikasi bahwa livor
mortis belum terfiksasi secara sempurna. Lebam mayat dikatakan sempurna ketika
area lebam tidak menghilang jika ditekan (misalnya dengan ibu jari) selama 30 detik.
Akan tetapi, lebam baru masih dapat terbentuk setelah 24 jam jika dilakukan
perubahan posisi.5,6
Mekanisme Onset Mulai muncul Maksimum Pengendapan Segera setelah
Kematian 2 – 4 jam 8 – 12 jam Lebam postmortem dan memar pada
antemortem dapat dibedakan dari penyebab, situasi yang mendasari, apakah terdeapat
bengkak, dan jika dilakukan sayatan dan disiram air, lebam mayat akan pudar/hilang,
tetapi pada kasus resapan darah (ekstravasasi akibat trauma) bercak tidak hilang.5,7

Lebam mayat Kongesti/ memar intravital


Penyebab Akumulasi menetapnya darah pada pembuluh darah Statisnya
sistem pembuluh darah yang disebabkan oleh keadaan patologi Lokasi Bagian tubuh
terendah Sebagian atau seluruh bagian organ yang mungkin mengalami kelainan
patologi Edema Tidak ada Mungkin ada Kejadian Postmortem Antemortem Sayatan
pada permukaan lebam mayat akan pudar/ hilang Terbentuk eksudasi cairan
bercampur dengan darah

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Livor Mortis


Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya lebam mayat antara lain7:
a. Posisi – posisi yang menetap dalam jangka waktu tertentu dapat
menyebabkanerbentuknya lebam mayat. Demikian jika tubuh sering dibolak
balikkan maka biasanya lebam tidak terbentuk.
b. Perdarahan – jika terjadi kehilangan darah yang banyak atau terjadi syok hemoragik,
lebam mayat mungkin sulit dinilai.
c. Anemia – jika pada menderita anemia maka akan sulit menilai adanya lebam pada
mayat.
d. Warna kulit – lebam mayat lebih mudah dinilai pada orang dengan warna kulit
terang dibandingkan orang dengan warna kulit gelap.
e. Suhu dingin – jika mayat disimpan dalam pendingin, maka lebam mayat mungkin
lebih lama terbentuk dan dalam beebrapa keadaan, hal ini bukanlah oarameter yang
baik untuk menentukan estimasi waktu kematian.

Distribusi Livor Mortis


Lebam mayat menetap pada bagian terendah tubuh disebabkan karena
adanya gaya gravitasi. Selain itu alasan yang pertama, setelah terbentuknya lebam mayat,
darah tidak mudah melewati pembuluh darah. Kedua, selang beberapa jam lebam mayat
menjadi lengkap, rigor mortis juga akan terjadi pada otot. Saat terjadinya kaku mayat,
pembuluh darah yang berjalan diantara otot tertekan sehingga darah sulit untuk mengalir.
Dan ketiga, saat rigor mortis lengkap terjadi, pembuluh darah berikutnya juga tertekan
sehingga tidak dapat berdilatasi untuk mengalirkan darah pada area berikutnya.7 Jika posisi
korban terlentang, maka lebam muncul pada daerah terendah tubuh, yaitu pada daerah
belakang tubuh seperti punggung, paha, betis. Jika korban dalam posisi tengkurap, maka
lebam mayat muncul di daerah terendah tubuh, yaitu bagian depan tubuh yaitu dada, perut,
paha bagian depan, tangan. Saat posisi korban miring ke samping, maka lebam muncul di sisi
terendah tubuh.7

Gambar 2.2 Pembentukan lebam mayat pada bagian tubuh terendah berdasarkan posisi7

Warna Livor Mortis


Warna lebam dapat menentukan penyebab kematian, misalnya merah terang pada
keracunan karbonmonoksida (CO) atau sianida (CN). Serta kecokelatan pada keracunan
aniline, nitrit, atau sulfonal.5

2) Algor mortis
Algor mortis dapat juga disebut penurunan suhu tubuh. (algor =dingin, mortis =
setelah kematian) Temperatur oral normal pada individu yang hidup adalah 37° C (98,7°F)
pada rectal suhu lebih tinggi sekitar 0,5°C dibanding temperatur oral. Setelah meninggal suhu
tubuh akan menurun secara signifikan hingga mencapai suhu yang sesuai dengan lingkungan
sekitar.
Penurunan suhu tubuh setelah meninggal dipengaruhi oleh 2 hal:7
1. Setelah meninggal tidak lagi diproduksi panas baik secara fisik, kimia dan aktivitas
metabolik.
2. Terjadi penurunan suhu tubuh yang terjadi secara konstan hingga suhu tubuh sama
dengan suhu lingkunga, hal ini diakibatkan oleh pusat yang mengatur regulasi panas
menjadi tidak aktif .

Ada 3 mekanisme kehilangan panas tubuh melalui permukaan tubuh:7


1. Konduksi, perpindahan panas yang terjadi melalui kontak langsung dengan objek
Organ dalam mengalami penurunan suhu dengan cara konduksi.
2. Konveksi, perpindahan panas yang terjadi melalui kontak dengan udara yang
kontak dengan tubuh.
3. Radiasi, perpindahan panas yang terjadi melalui sinar inframerah. Hukum Newton
Cooling menyatakan bahwa untuk terjadinya pendinginan tubuh dengan proses konversi yaitu
kehilangan suhu sebanding dengan perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungan sekitarnya.
Hukum ini bagaimanapun hanya berlaku pada bahan inorganik yang regular. Meskipun
banyak penelitian dilakukan, hukum ini gagal untuk menghitung penyimpangan dari bentuk
tubuh, efek pakaian, ventilasi ataupun posisi fisik mayat. Bahkan selama penelitian Davey di
British menyatakan suhu lingkungan yang sering mengakibatkan suhu awal mayat meningkat
selama durasi postmortem awal.9
Pengukuran suhu pada cadaver bedasarkan letaknya. Menggunakan thermometer
kimia, ukuran 25 cm dengan rentang suhu 0°C - 50°C
1. Rectum, 4 inchi di atas anus
2. Daerah sub-hepatic
Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk
sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa metabolism
dalamt tubuh mayat dan perbedaan koefisie hantar sehingga butuh waktu mencapai
tangga suhu.10,11

faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan suhu tubuh mayat, yaitu:
a. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.
b. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan suhu
tubuhnya.
c. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
d. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
e. Konstitusi tubuh pada anakdan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat.
f. Aktivitas sebelum meninggal.
g. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.
h. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
i. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar. Penilaian algor
mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain:
b. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
c. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
d. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
e. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem.
f. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran, dan
keadaan lairnya.

Apabila korban meninggal di dalam air, maka penurunan suhu jenazah


tergantung pada:
a. Suhu air
b. Aliran air
c. Keadaan air

3) Rigor Mortis
Rigor mortis adalah perubahan fisikokimia bergantung suhu yang terjadi di dalam sel-
sel otot sebagai akibat dari kekurangan oksigen. Kurangnya oksigen berarti bahwa energi
tidak dapat diperoleh dari glikogen melalui glukosa menggunakan fosforilasi oksidatif
sehingga produksi adenosin trifosfat (ATP) dari proses ini berhenti dan proses anoksik
sekunder mengambil alih untuk waktu yang singkat tapi, karena asam laktat yang merupakan
produk sampingan respirasi anoksik, sitoplasma sel menjadi semakin asam. Dalam
menghadapi jumlah ATP rendah dan keasaman tinggi, aktin dan miosin berikatan bersama
dan membentuk gel. Hasil dari perubahan metabolik selular kompleks ini adalah otot-otot
yang menjadi kaku. Namun, mereka tidak memendek kecuali mereka berada di bawah
ketegangan.9

Jika tingkat glikogen otot rendah, atau jika sel-sel otot menjadi bersifat asam pada
saat kematian sebagai akibat dari latihan, proses rigor akan berkembang lebih cepat. Listrik
juga berhubungan dengan rigor yang semakin cepat dan ini mungkin disebabkan oleh
rangsangan berulang dari otot-otot. Sebaliknya, pada orang muda, tua atau kurus, kekakuan
mungkin sangat sulit untuk dideteksi karena otot yang kecil. 9 Rigor berkembang merata di
seluruh tubuh tetapi umumnya pertama didapatkan pada kelompok otot yang lebih kecil
seperti otot di sekitar mata dan mulut, rahang dan jari-jari. Kekakuan berjalan dari kepala ke
kaki karena kelompok otot yang lebih besar dan lebih besar menjadi kaku. Kekakuan
biasanya terlihat pertama di rahang, maka siku dan akhirnya lutut. Tubuh dikatakan dalam
kekakuan lengkap atau penuh ketika rahang, siku dan lutut sendi yang tidak bergerak.
Kemampuan untuk pasif memindahkan sendi tergantung pada jumlah otot mengendalikan
sendi. Kekakuan melibatkan bersama dengan sejumlah kecil otot seperti jari mudah diatasi,
sementara itu mungkin sulit untuk bergerak bersama seperti siku, yang terhubung ke otot-otot
yang relatif besar. kekakuan mungkin buruk dibentuk atau tidak jelas pada individu dengan
massa otot kecil, seperti bayi atau orang dewasa kurus. 9,10 Dalam kondisi beriklim sedang
rigor umumnya dapat terdeteksi di wajah antara sekitar 1 jam dan 4 jam dan pada tungkai
antara sekitar 3 jam dan 6 jam setelah kematian, dengan kekuatan rigor meningkat menjadi
maksimal sekitar 18 jam setelah kematian. Rigor lengkap membutuhkan
waktu sekitar 10-12 jam untuk sepenuhnya mengembangkan dalam ukuran dewasa rata-rata
ketika suhu lingkungan adalah 70-75 ° F. Tubuh akan tetap kaku untuk 24-36 jam pada suhu
yang sama ini sebelum dekomposisi menyebabkan otot-otot untuk mulai lumayan
melonggarkan, tampaknya dalam urutan yang sama mereka menegang. Setelah terjadi, rigor
akan menetap sampai sekitar 50 jam setelah kematian sampai autolisis dan dekomposisi sel-
sel otot mengintervensi dan otot menjadi flaksid lagi. Waktu ini hanya pedoman dan tidak
pernah bisa mutlak.9
Mekanisme Onset Mulai Maksimal Menghilang
Perubahan fisik Segera 1-6 jam 6-24 jam 12-36 jam Rigor mortis dipengaruhi oleh
suhu lingkungan. suhu yang tinggi akan mempercepat penampilan dan hilangnya kekakuan.
Kekakuan yang melibatkan tubuh tergeletak di lapangan akan datang dan berlalu lebih cepat
pada hari musim panas daripada di musim dingin satu. Laju perkembangan dan hilangnya
kekakuan akan terpengaruh oleh perubahan suhu yang dialami oleh tubuh, seperti terjadi
selama panas hari dan kesejukan malam.10
Rigor mortis juga dipengaruhi oleh suhu tubuh internal yg meninggal dan aktivitas
sebelum kematian. suhu tubuh yang lebih tinggi pada saat kematian dan kondisi yang
menyebabkan lebih laktat produksi asam menyebabkan kekakuan untuk mengembangkan
lebih cepat. Misalnya, seseorang yang meninggal memiliki demam dari infeksi seperti
pneumonia dapat mengembangkan kekakuan lebih cepat dari seseorang dengan suhu tubuh
normal. Dipercepat kekakuan juga dapat dilihat pada orang sekarat dengan hipertermia
meskipun suhu lingkungan mungkin normal, seperti dapat terjadi pada kematian yang
berhubungan dengan kokain, PCP atau metamfetamin. 10

Timbulnya kekakuan juga dapat terjadi lebih cepat jika aktivitas fisik yang berat
terjadi segera sebelum kematian. Misalnya, seseorang yang melarikan diri dari peny erang
sebelum ditembak atau ditikam dapat mengalami rigor mortis lebih cepat daripada jika tidak
ada aktivitas fisik yang intens. Rigor mortis yang sangat cepat dapat terjadi karena kombinasi
dari suhu tubuh meningkat dan peningkatan produksi asam laktat. 10 Pada sedikit kasus, rigor
mortis dapat muncul dalam beberapa menit setelah kematian. Hal ini disebut "cadaveric
spasm" dan biasanya dikaitkan dengan aktivitas fisik yang ekstrim sesaat sebelum kematian.
Hal ini juga dikaitkan dengan beberapa kondisi lain seperti luka listrik. 10
Berbeda dengan suhu lingkungan yang tinggi, kondisi dingin dapat memperlambat
atau mencegah rigor mortis. Proses ini akan dimulai atau bertambah cepat ketika tubuh berada
di lingkungan yang hangat. Jika tubuh tidak dalam kekakuan lengkap dan ditempatkan dalam
pendingin proses akan melambat dan mungkin berhenti. Rigor dapat berlanjut sampai selesai
ketika tubuh hangat. Kekakuan pada rigor harus dibedakan dari pengerasan otot atau beku
karena cuaca sangat dingin. Dalam kondisi lingkungan seperti itu, kekakuan mungkin sulit
untuk dievaluasi. 10 Rigor mortis juga akan membantu penyidik dalam menentukan apakah
tubuh telah dipindahkan. Jika penyidik tiba di tempat kejadian dan menemukan sebuah lengan
yang tidak disangga atau kaki mengarah ke udara, penyidik tahu bahwa orang yang
meninggal telah dipindahkan setelah rigor terjadi. Seseorang mungkin mati dengan lengan
atau kaki di udara, tapi gravitasi akan mencegah ekstremitas yang tidak disangga tetap dalam
posisi tersebut setelah kematian. 10

Gambar 2.3 cadaver spaasm


4) Dekomposisi
Dekomposisi merupakan suatu hal yang wajar pada tubuh yang sakit. Bagaimanapun,
dibawah kondisi lingkungan spesifik tertentu, modifikasi dekomposisi tubuh yag mati terjadi
dan kasus tersebut tidak mudah dan total penghacuran tubuh mati, adalah dibutuhkan waktu
yang cukup.

Modifikasi dekomposisi tersebut dapat terjadi jika pembentukan


mumifikasi dan adipocere.7
Kategori dan tahap dari dekomposisi
1. Early dekomposisi
2. Advanced dekomposisi
3. Partial skeletonization
4. Skeletonization

Mekanisme Dekomposisi7
Dekomposisi mengikuti perkembangan proses biokimia, mempertahankan
dan menjaga integritas elemen seluler. Selama dekompposisi, komponen jaringan bocor dan
hancur melepaskan enzim hidrolitik. Jaringan tubuh organic kompleks terurai menjadi
komponen sederhana. Bakteri dan mikroorganisme lain berkembang pada komponen organic
tidak terlindung dari tubuh.
1. Autolisis. Penghancuran pada jaringan tubuh oleh pelepasan enzim dari penghancuran sel.
2. Pembusukan. Ini adalah perubahan yang dihasilkan oleh aksi bakteri dan mikroorganisme
lain berkembang pada tubuh
3. Jenis postmortem yang ketiga penghancuran bisa diidentifikasi pada beberapa tubuh yang
tidak dibuang. Seperti keancuran postmortem tersebut dibawa keluar karena serangan
berbagai jenis hewan seperti serangga, tikus, rubah, srigala, burung pemakan bangkai, ikan,
dan lain-lain.

Perubahan autolisis
Autolisis adalah sebuah proses penghancuran diri pada jaringan tubuh oleh
enzim. Proses ini juga bisa terjadi pada orang yang hidup ditandai dengan cedera fokal
jaringan dan nekrosis yang dikelilingi oleh reaksi inflamasi. Mekanisme yang sama terjadi
setelah kematian,di tubuh yang mati, proses yang terjadi pada skala besar dan tanpa reaksi
inflamasi autolisis diduga dirangsang oleh penurunan ph intraseluler diikuti akibat penurunan
oksigen setelah kematian. Proses ini terjadi awal dan cepat di beberapa jaringan kaya enzim
hidrolitik seperti pancreas dan mukosa gaster; jaringan menengah seperti jantung, hati dan
ginjal dan terlambat jaringan fibrosa seperti uterus dan otot rangka.

Proses autolisis adalah tergantung suhu. Pendinginan pada tubuh akan


terjadi setelah kematian akan menghambat pencernaan enzim diri sel sedangkan semakim
tenaga meningkat suhu mendukung degradasi seperti yang terlihat dalam proses kematian
oleh panas, atau kematian pada suhu lingkungan yang tinggi.
- Gastromalacia adalah pecahnya postmortem dinding lambung karena proses autolisis. Ini
biasanya terjadi di fundus daerah dan tanpa ada reaksi penting. Demikian pula
oesophagomalacia adalah pecahnya postmortem dari ujung bawah kerongkongan karena
autolisis dan tidak memiliki reaksi penting.

Gambar 2.4 Kulit terkupas7


Pembusukan 7

Perubahan pembusukan tergantung pada berbagai faktor seperti dijelaskan dibawah.


Mikroorganisme yang bertanggung jawab adalah Clostridium welchi, B.coli,
Staphylococci,non-hemolitik,Streptococcus, Proteus, dan lain-lain.
Perubahan fisik terdiri dari kembung dengan distensi abdomen oleh distendi gas Hal
ini menyebabkan obliterasi identitas almarhum. Pada laki-laki, gas dipaksa dari peritoneum
yang rongga bawah kanalis inguinalis ke dalam skrotum menyebabkan pembengkakan
skrotum.
Gas yang berbeda dari dekomposisi menginduksi perubahan kimia. Misalnya
hidrogen Sulfida mudah berdifusi melalui jaringan. Bereaksi dengan hemoglobin membentuk
sulfhemoglobin. Pigmen ini awalnya menguraikan resmi superfisial pembuluh darah dan
sebagai dekomposisi berlangsung, sebuah generalisasi warna hijau dapat disampaikan ke
tubuh.
pembusukan terjadi pada tingkat yang berbeda di berbagai jaringan tubuh dan
tergantung pada kadar air mereka.

Tiga Perubahan utama perhatikan selama pembusukan sebagai:


1. Perubahan warna
Perubahan warna adalah karena hemolisis sel darah merah. Hemoglobin
dibebaskan diubah ke sulpmethemoglobin oleh gas hidrogen Sulfida dan
menanamkan perubahan warna kehijauan.
2. Pembebasan gas
Selama proses dekomposisi, protein dan karbohidrat dibagi menjadi senyawa
sederhana. Akibatnya, jumlah gas yang dibebaskan (Vide supra). Serangan bau
memancar dari kematian tubuh karena pembentukan gas hidrogen Sulfida. Gas-gas
dikumpulkan dalam usus dalam 12 sampai 18 jam di musim panas dan 18 sampai jam
di musim dingin.

Gambar 2.4 Gambaran kembung pada dekomposisi

Perubahan Dekomposisi
1. Tanda eksternal
Pembusukan adalah tanda yang paling mutlak pada kematian.Tanda eksternal pertama
dari pembusukan (dekomposisi) adalah perubahan sebuah warna kehijauan dari sisi kanan
perut atas wilayah caecum tepat. Secara bertahap warna menyebar ke seluruh perut, dan di
dada dan saat ini bau busuk menjadi semu. Isi cairan caecum dan penuh bakteri karena
pembusukan berkembang sebelumnya. Sejak scaecum adalah dekat dengan dinding perut,
kanan bawah perut noda pertama. Demikian pula, permukaan hati dengan usus buntu juga
menunjukkan perubahan warna kehijauan. Perubahan warna kehijauan karena pembentukan
sulphmethemoglobin. Di musim panas, warna biasanya berkembang sekitar 12 sampai 18 jam
dan di musim dingin dibutuhkan sekitar 18-24 jam. Ada pembentukan beberapa kulit menjadi
lepuh mengandung udara dengan kulit lepas pada tempat. Seluruh tubuh menjadi bengkak
dengan cairan dan akhirnya mencairkan dan megalami disintegrasi. Marbling pada kulit
menjadi menonjol oleh 24 jam di musim panas sedangkan sekitar 36 sampai 48 jam di musim
dingin. Pembuluh darah itu diserang oleh mikroorganisme. Formasi dari sulphmethemoglobin
menyebabkan pewarnaan kehijauan-coklat dari dinding bagiadalam pembuluh darah.
Fenomena ini memberikan naik ke penampilan marmer pada kulit. Warna merah postmortem
gigi (pink gigi) - warna merah adalah karena hemolisis setelah eksudasi derivatif hemoglobin
melalui tubules gigi.7 Berbagai produk yang terbentuk selama proses dekomposisi dan
disebutkan dalam
bau aneh yang dipancarkan oleh tubuh menarik serangga. Setelah invasi tubuh oleh
lalat, mereka bertelur di 18 sampai 36 jam tergantung pada kondisi lingkungan. Mereka
biasanya bertelur di dekat lubang. Telur menetas dalam waktu 12-24 jam untuk larva. Larva
juga disebut sebagai belatung. Belatung pemakan rakus. Selain itu, belatung mempunyai
enzim proteolitik yang menyebabkan kerusakan lebih dan dapat menyebabkan sulit dalam
menafsirkan cedera permukaan.7 Serangga dan hewan lainnya akan memakan tubuh setelah
kematian.
Hal ini biasa terjadi baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Kecoak dan semut dapat menyebabkan kuning / erosi coklat dari kulit yang bisa menyerupai
lecet dan membingungkan penguji. Gigitan semut dan kecoak pada kulit anak yang
meninggal karena memiliki SIDS telah disalahartikan sebagai bukti pelecehan. Serangga dan
larva mereka memainkan utama peran dalam pembersihan tubuh selama dekomposisi. Hewan
yang lebih besar, termasuk hewan peliharaan rumah tangga, juga akan memakan mayat.
Kucing dan anjing akan mengunyah pemilik mati mereka jika dibiarkan saja dan lapar.
Tikus, musang, possum dan hewan liar lainnya juga dapat menyebabkan cukup kerusakan
tubuh. Sebagian besar cedera postmortem adalah mudah diakui baik oleh ahli patologi atau
antropolog konsultasi. Jarang tidak hewan mengkonsumsi seluruh tubuh. Namun, hewan
dapat menyebar bagiandari sisa-sisa di wilayah yang luas.12

Gambar 2.5 Pembentukkan beberapa kulit melepuh

Faktor Ekternal
1. Suhu antara 21 ° C sampai 43 ° C adalah menguntungkan untuk penguraian.
Dekomposisi ditangkap di bawah 0 ° C dan di atas 50 ° C. Paparan sehingga suhu
tinggi dan rendah kelembaban mempercepat dekomposition.
2. Kelembaban sangat penting untuk proses dekomposisi karena mikroorganisme
penyebab pembusukan membutuhkan kelembaban dan suhu optimum untuk
pertumbuhan mereka. Oleh karena itu organ yang mengandung lebih banyak air
terurai lebih awal dari yang kering.
3. Air, adanya udara mempromosikan dekomposisi oleh berkurangnyapenguapan.
4. Cara penguburan, dekomposisi dimulai awal dalam tubuh dimakamkan di kuburan
dangkal. Diktum Casper adalah berguna untuk penilaian kasar dari tingkat
dekomposisi. Ini delapan kali lebih lambat di bawah tanah dan dua kali lebih lambat
di bawah air dibandingkan dengan udara

Faktor internal7
1. Usia - mayat anak-anak terurai cepat dari pada orang dewasa. Mayat orang tua tidak terurai
dengan cepat, mungkin karena lebih sedikit lembab.
2. Seks - jenis kelamin tersebut tidak memiliki pengaruh pada dekomposisi Namun,
perempuan dalam periode postpartum awal mungkin terurai dengan cepat jika kematian
tersebut terkait dengan keracunan darah.
3. Kondisi tubuh – gemuk terurai lebih awal dari yang tipis dan kurus.
4. Penyebab kematian
5. Scars - laju dekomposisi terhambat di bekas luka daerah (di bekas luka) sebagai daerah ini
tanpa pembuluh darah.
Kondisi mempercepat dekomposisi
- Sepsis
- Rhabdomyolysis
- Overdosis Kokain
- Daerah edema
Kondisi menghambat dekomposisi
- Dehidrasi
- Perdarahan masif
- Lingkungan Dingin
-Emblasing
a. Skeletonikasi
Skeletonikasi akan tergantung pada banyak faktor, termasuk iklim dan lingkungan
mikro seluruh tubuh. Ini akan terjadi lebih cepat dalam tubuh pada permukaan tanah dari di
salah satu yang dimakamkan. Secara umum, dalam tubuh yang terkubur, jaringan lunak akan
hilang 2 Tahun. Tendon, ligamen, rambut dan kuku akan diidentifikasi untuk beberapa waktu
setelah itu. Pada sekitar 5 tahun, tulang akan telanjang dan disarticusi, meskipun fragmen
tulang rawan artikular dapat diidentifikasi selama bertahun-tahun dan selama beberapa tahun
tulang akan merasa sedikit berminyak dan jika mereka dipotong dengan gergaji, gumpalan
asap dan bau bahan organik mungkin terbakar. Pemeriksaan ruang sumsum tulang dapat
mengungkapkan sisa bahan organik kadang-kadang dapat cocok untuk analisis DNA.

Pemeriksaan permukaan potongan tulang panjang di bawah sinar UV dapat membantu,


karena ada perubahan dalam pola fluoresensi dari waktu ke waktu. Jika ragu, ahli patologi
forensik harus meminta bantuan dari seorang antropolog forensik atau arkeolog yang
memiliki ketrampilan khusus dan teknik untuk mengelola jenis bahan.1
1. Komplit - semua jaringan lunak dihapus
2. Partial - di sini hanya bagian dari tulang yang terkena kulit, otot,
jaringan lunak dan organ mungkin kehilangan sebelum kerangka menjadi terpisah. Menurut
Rodriguez & Bass (1985), pisahan itu biasanya berlangsung dari kepala ke bawah (untuk
memisahkan misalnya mandibula dari tengkorak, tengkorak memisahkan dari tulang
belakang leher). Demikian juga pisahan dari pusat ke perifer arah (untuk misalnya pertama
akan ada pemisahan tulang maka anggota badan).
Tulang-tulang mungkin diubah menjadi fosil. Kehadiran asam tanah atau air mempercepat
yang proses untuk pemeriksaan tulang individual.7

b. Adipocere
Adipocere adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti
"lemak" (adipo) "Lilin" (cera). Hal ini mengacu pada zat lilin abu-abu putih keras yang
terbentuk selama penguraian. Ini adalah perubahan jarang terjadi, terutama terkubur selama
waktu dingin, lingkungan yang lembab dan paling sering terlihat setelah mayat telah
terendam air selama musim dingin. Tidak semua badan memiliki adipocere ditemukan dalam
air. Misalnya, mayat yang ditemukan dalam kantong plastik yang menyediakan lingkungan
yang lembab juga dapat mengalami perubahan ini. Pembentukan zat ini membutuhkan lemak.
Jaringan lemak di bawah kulit mulai berubah menjadi sabun. Umumnya, wanita dan anak-
anak membentuk adipocere lebih mudah karena mereka memiliki kandungan lemak yang
lebih tinggi.
Pengerasan biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk sepenuhnya
berkembang tapi jarang dapat sepenuhnya berkembang
dalam waktu 4 minggu.9 Eksterior tubuh tetap putih dan lapisan terluar dari kulit lolos.
Berbeda dengan proses dekomposisi biasa, mungkin tidak ada perubahan signifikan warna
hijau atau kembung sejak suhu dingin menghambat bakteri yang biasanya berkembang biak
dan membentuk gas. Adipocere awalnya terbentuk pada bagian tergantung dari tubuh. bagi
tubuh benar-benar tenggelam dalam air, adipocere biasanya akan didistribusikan cukup
merata seluruh permukaan tubuh. Kadang-kadang, mungkin ada perbedaan pembentukan
antara bagian-bagian tubuh yang berpakaian dan bagian-bagian telanjang. Pembentukan
berbeda juga dapat terjadi di daerah yang cedera.9
• adipocere, ketika segar, ini aneh, keras, lembab, keputihan dan tembus. Hal ini mudah
terbakar dan luka bakar dengan kuning samar.
• adipocere mengapung dalam air dan larut dalam alkohol dan eter.
• adipocere memiliki bau tengik. Beberapa pihak berwenang menggambarkan bau dan
ammonical.
• adipocere, sekali terbentuk, tampaknya stabil untuk beberpa periode.
• bakteri Gram positif mampu menurunkan adipocere.
• setelah beberapa tahun, adipocere menjadi rapuh, retak dan pucat.
• adipocere biasanya pertama-tama dilihat pada lemak subkutan pipi, payudara, perut dan
kemudian lain organ dan jaringan. Biasanya diperlukan waktu sekitar tiga minggu untuk
adipocere untuk berkembang sepenuhnya. Namun, di India, Dr Coull Mackenzie menemukan
itu terjadi dalam 3 sampai 15 hari dalam tubuh
terendam sungai Hooghly atau dikubur di tanah basah dari Bengal rendah. Dr Modi juga telah
mengamati pembentukan adipocere di 7- 35 hari. 30
• adipocere mempertahankan ciri karena identitas almarhum dapat
dibuat. Demikian itu mempertahankan luka, jika ada lebih dari tubuh sehingga membantu
dalam menjelaskan penyebab kematian. Menurut Evans (1962) beberapa penyakit bisa diakui
pada pemeriksaan mikroskopis adipocere jaringan dalam beberapa instances. Mekanisme7
• asam lemak tak jenuh dari tubuh diubah menjadi jenuh asam lemak dengan proses hidrolisis
dan hidrogenasi.
• dalam adipocere, ada hidrogenasi lemak tubuh tak jenuh menjadi aneh, keras, berwarna
putih kekuningan, lilin lemak asam jenuh. Proses pembentukan adipocere dimulai lemak
netral (misalnya adiposa) dan diprakarsai oleh lipase intrinsik, yang menurunkan trigliserida
menjadi asam lemak. Asam lemak yang dihidrolisis dan terhidrogenasi menjadi hidroksi-
asam lemak. Jadi adipocere terutama terdiri dari asam lemak jenuh. Proses ini difasilitasi oleh
bakteri anaerob seperti Clostridium welchii. Clostridium welchii yang mengandung toksin
rahasia lecithinase, protease dan phospholipases. Aksi bakteri menciptakan limbah yang kaya
amonia yang memberikan kontribusi untuk membentuk lingkungan basa.

• Pada saat kematian, tubuh mengandung sekitar setengah persen asam


lemak tetapi sebagai pembentukan adipocere dimulai mawar lemak
tubuh 20% dalam waktu satu bulan dan lebih dari 70% dalam tiga
bulan.
• Awalnya air yang diperlukan untuk proses ini diperoleh dari jaringan
tubuh (air intrinsik).
Persyaratan7
Berikut ini adalah persyaratan untuk pembentukan adipocere :
• Hujan atau lingkungan air
• Suhu Hangat
• Rindakan enzimatik bakteri intrinsik
• Jaringan adiposa

Faktor pembentukan adipocere tergantung pada beberapa faktor seperti7:


1. Kondisi Atmosfer - Dikatakan bahwa untuk pembentukan adipocere, kondisi
ambient menengah (tepat kondisi atau fenomena Goldilocks) yang diperlukan. Dengan kata
lain, jaringan akan mengering (mummifikasi) jika kondisi terlalu kering sedangkan jika
kondisi terlalu basah, tubuh mungkin lebih basah atau mungkin cair.
2. uhu - ketika suhu lingkungan terlalu rendah atau terlalu tinggi, tidak ada formasi
adipocere terjadi, karena bakteri diperlukan untuk mempercepat proses tersebut tidak akan
berproliferasi pada suhu tersebut. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa pertumbuhan optimum
adipocere terjadi pada suhu ambient.
3. Kelembaban atau air yang diperlukan untuk proses pembentukan adipocere.
Awalnya cairan tubuh digunakan untuk memulai proses tapi untuk penyelesaian adipocere
itu, kehadiran kelembaban atau air yang diperlukan dalam lingkungan.
4. Gerakan Air - memperlambat proses karena gerakan udara tubuh menguap dan mengurangi
suhu tubuh sehingga memperlambat proses kimia.
5. Tempat dan media pembuangan - lebih sering terjadi pada tubuh terendam air atau
dimakamkan di tempat yang lembab. Jika terkubur, pemakaman yang mendalam
menunjukkan pembentukan adipocere ditandai dari kuburan dangkal.
6. Iklim lembab bagus utnuk pembentukan adipocere.
7. Tanah - dalam lingkungan pemakaman, pH tanah, suhu, kelembaban dan kandungan
oksigen dalam kubur mempengaruhi pembentukkan adipocere.
8. Pakaian - Kehadiran pakaian atas tubuh muncul untuk mempercepat pembentukan
adipocere karena mempertahankan air.
9. Peti - jika tubuh dimakamkan dalam peti, peti akan menghambat laju pembentukan
adipocere.
10. Air - bentuk adipocere baik dalam air hangat daripada dingin air.

Gambar 2.6 Pembentukan adipocere

Gambar 2.7 pembentukkan adipocere


Gambar 2.8 adipocere tangan diawetkan

C. Mummifikasi

Mumifikasi terjadi di lingkungan kering panas di mana tubuh mampu dehidrasi dan
proliferasi bakteri minimal. Kulit menjadi gelap, kering dan kasar. Organ internal mengering
dan menyusut. Kebanyakan mumifikasi terjadi pada bulan-bulan musim panas, tetapi juga
dapat terjadi selama musim dingin jika suhu cukup hangat. Seluruh tubuh dapat terjadi
mumifikasi dalam beberapa hari sampai minggu. Sebagai kulit mengering dan mengeras,
jaringan lunak membusuk. Setelah beberapa minggu, seluruh tubuh mungkin muncul
diawetkan dengan beberapa penyusutan karena dehidrasi. Namun, jika sebuah insisi dibuat
melalui kulit, jaringan lunak, lemak dan organ internal mungkin hampir tidak ada. Setelah
tubuh dalam keadaan ini, mungkin tetap dipertahankan untuk waktu beberapa tahun kecuali
kulit robek atau rusak. Mumi diterjemahkan ke bagian tubuh tertentu relatif umum.
Mumifikasi dari jari tangan dan kaki mudah terjadi dalam lingkungan yang relatif kering
terlepas dari suhu.9
• Kulit menjadi kering karena dehidrasi sel dan menampilkan perubahan warna hitam
kecoklatan dan perkamen. Mummifikasi menjadikan jari-jari dan jari-jari kaki dalam keadaan
kering, keras dan layu.7
• Pengeringan dari bagian-bagian tertentu dari tubuh dapat menyebabkan penyusutan kulit
dan karena menyusut dan meregangan, menyebabkan perpecahan
besar terutama perpecahan ini umum dipangkal paha, leher dan ketiak. Perpecahan tersebut
dapat menyerupai cedera.7
• Lemak subkutan mejadi cair selama mummifikasi.7
• Organ internal berkurang dalam ukuran karena kehilangan konten air dan mungkin tidak
mudah diindentifikasi.7
• Penghancuran tubuh mumifikasi terjadi akhir. Jaringan diubah menjadi debu.
• Waktu yang dibutuhkan untuk mummifikasi lengkap tubuh tidak dapat dinyatakan
bervariasi dan tergantung pada beberapa faktor seperti dibahas di bawah. Peripheral
mummifikasi adalah fenomena yang cukup umum dengan ekstremitas distal, terutama jari-
jari dan jari-jari kaki dalam waktu.2 sampai 3 hari. Dalam kondisi lingkungan, perubahan
dapat terjadi antara kira-kira 3 minggu sampai 3 bulan.7

Mekanisme
• Mummifikasi berlangsung di mana tubuh kehilangan cairan ke lingkungan melalui
penguapan.
• Karena tidak adanya kelembaban dan suhu panas, yg menyebabkan perbusukan bakteri
tidak dapat berkembang biak di lingkungan yang tidak bersahabat seperti itu
Faktor Pembentukan mummifikasi tergantung pada beberapa faktor seperti: 7
1. Ukuran tubuh
2. Kondisi Atmosfer - suhu panas bagus untuk pembentukan mummifikasi. Demikian pula
membutuhkan lingkungan kering yaitu itu tidak dapat terjadi dalam kondisi lembab tinggi.
3. Gerakan Air - gerakan udara bebas mempromosikan pembentukan mummifikasi.
4. Tempat pembuangan – mummifikasi terjadi secara alami ketika udara dan / atau tanah
yang sangat kering.

Gambar 2.9 Gambar mumifikasi

Gambar 3.0 Mumifikasi pada tangan

Gambar 3.1 Mumifikasi pada kaki


BAB II
KESIMPULAN

Menetapkan waktu kematian atau jarak antara waktu kematian dan ketika tubuh di
temukan (postmortem interval) biasanya tidak dapat ditentukan dengan pasti. Kecuali
kematian disaksikan, waktu pasti kematian tidak dapat ditentukan. Estimasi waktu setelah
kematian yang paling mendekati adalah melalui pertimbangan semua data investigasi,
termasuk pemeriksaan tubuh di tempat kematian. Awal timbulnya Livor mortis, rigor mortis,
dan postmortem lainnya. Tanda kematian ada yang tidak pasti seperti pernafasan berhenti
berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit, terhentinya sirkulasi dinilai dalam 15 menit
dengan nadi karotis tidak teraba, kulit pucat, tonus otot menghilang dan relaksasi, pembuluh
darah retina mengalami segmentasi, dan terjadi pengeringan kornea. Tanda kematian pasti
yang terdiri dari livor mortis yang dapat ditemukan pada bagian terendah tubuh dipengaruji
oleh gaya gravitasi yang mulai muncul 2-4 jam setelah kematian dan tidak menghilang
dengan penekanan setelah 8-12 jam setelah kematian. Algor mortis dapat disebut penurunan
suhu tubuh dimana Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan
bentuk sigmoid kemudian setelah itu suhu tubuh akan menurun secara signifikan hingga
mencapai suhu yang sesuai dengan lingkungan sekitar. Rigor mortis atau kaku mayat mulai
terjadi 1-6 jam setelah kematian dan lengkap pada 10-12 jam, dan menghilang 12-36 jam.
Dekomposisi atau pembusukan sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dapat muncul setelah 24
jam kematian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dix J, Graham M, Time of Death.,Decomposition., and Identification An Atlas. CRC Press


LLC. 2000

2. Dolinak D, Matshes E W, Lew E O. Forensic Pathology Principles and Practice. Elsevier


Inc. USA. 2005. p. 528-553

3. Henβge C, Madea B. Estimation of the Time Since Death in the Early Post- Mortem
Period. Forensic Science International. 2004; 144; 167–75.

4. Sampurna, Budi, et al. 2003. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Universitas Indonesia.

5. Eng, V dan Oktavinda S. 2014. Tanatologi dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi .
Jakarta: Media Aesculapius.
6. Thanos C.A, Djemi T, dan Nola T.S.M. 2016. Livor mortis pada Keracunan
insektisida golongan organofosfat di kelinci. Jurnal e-Clinic (eCI), Volume 4, Nomor 1,
Januari-Juni 2016

7. Bardale, R. 2011. Principle of Forensic Medicine and Toxicology. New Delhi: Jaypee
Brother Medical Publisher

8. Tsokos M, eds. Postmortem Changes and Artifacts Occurring During the Early
Postmortem Interval. In: Forensic Pathology Reviews Vol 3. Germany : Humana Press;2005.
p: 189-235.

9. Payne, J. Simpson’s Forensic medicine 13th edition. London : Hodder Arnold An Hachette
UK Company; 2011. P 46

10. Dix J, Graham M. Time of Death (Postmortem Interval) and Decomposition


dalam Time of death, decomposition and identification: an atlas. 2000. Florida: CRC Press
LLC

11. Catts EP. Problems in Estimating the Postmortem Interval in Death Investigations. J.
Agric. Entomol. October 1992; 9(4); 245-55.

12. Death : Meaning, Manner, Mechanism, Cause and Time. Chapter 11.

13. Kercheval J. 1997. Standards Employed to Determine Time of Death.


Disajikan dalam AAFS New York Meeting, New York, NY, 17 – 22 Februari.

Anda mungkin juga menyukai