LEBAM MAYAT
Oleh:
Pembimbing
ii
BAB I
PENDAHULUAN
sirkulasi dan respirasi secara lengkap dan permanen. Kematian dapat dibagi
menjadi dua fase, yaitu: somatic death (kematian somatik) dan biological death
(kematian biologik). Mati somatik (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi
kardiovaskuler dan sistem pernapasan yang menetap yang secara klinis tidak
tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan, dan suara pernapasan tidak terdengar
pada auskultasi. Mati seluler (mati molekuler) merupakan kematian organ atau
diangkat dalam peraturan pemerintah yaitu pada PP no. 18 Tahun 1981 tentang
Bedah Mayat Klinik dan Bedah Mayat Anatomis serta transplantasi alat dan/atau
jaringan tubuh manusia. Pada Bab 1 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum Ayat g,
dijelaskan bahwa “Meninggal dunia adalah insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan dan atau denyut
3
4
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada
seseorang berupa tanda kematian. Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan
mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor
tubuh. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa
saat setelah meninggal atau beberapa menit kemudian. Setelah beberapa waktu
timbul perubahan pasca mati yang jelas dan dapat digunakan untuk mendiagnosis
Tanda kematian dibagi menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian
tidak pasti. Tanda kematian yang pasti berada pada stadium cellular death yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Tanda pasti kematian yaitu livor
mortis (lebam mayat), rigor mortis (kaku mayat), algor mortis (penurunan suhu
tubuh), perubahan pada kulit, perubahan pada mata, dan dekomposisi. 4,5
Penentuan waktu kematian, atau interval antara saat kematian dan ketika
tubuh ditemukan (interval post mortem), biasanya tidak dapat ditentukan dengan
pasti. Semakin lama waktu terjadinya kematian, semakin besar peluang terjadinya
seseorang yang meninggal dunia (jenazah), dan juga faktor-faktor yang turut
tubuh dan tempat kejadian kematian. Kondisi yang diamati melibatkan tubuh
Livor mortis atau lebam mayat adalah perubahan warna kulit berupa warna
penghentian sirkulasi.1,2
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanatologi
dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensikyang
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan
mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatik
(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral, dan mati otak (mati batang otak).
1,4
• Mati somatik (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem
terdengar, tidak ada gerak pernapasan, dan suara nafas tidak terdengar pada
auskultasi. 2
sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus
• Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatik. Daya tahan hidup masing-
seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini
• Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem
• Mati otak (mati batang otak) adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal
diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang
secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga aalat bantu
dapat dihentikan. 2
waktu terjadinya kematian (interval post mortem). Penentuan waktu kematian, atau
interval antara saat kematian dan ketika tubuh ditemukan( interval post mortem),
hanya dapat ditentukan dengan pasti apabila terdapat saksi mata yang menyaksikan
peluang terjadinya kesalahan dalam menentukan interval post mortem. Ada banyak
faktor yang digunakan dalam menentukan kematian, antara lain livor mortis (lebam
mayat), rigor mortis (kaku mayat), algor mortis (penurunan suhu tubuh), dan
hasil penemuan fisik dari tubuh mayat disesuaikan dengan informasi dari saksi mata
8
Tidak ada pemeriksaan tunggal pada mayat yang dapat menjadi indikator
akurat untuk menentukan waktu terjadinya kematian atau interval post mortem.
Perkiraan yang paling diandalkan adalah didasarkan pada kombinasi dari berbagai
pemeriksaan fisik, lingkungan, dan informasi dari saksi mata jika ada.3
warna ungu kemerahan (livide) atau merah kebiruan pada bagian tubuh akibat
akumulasi darah yang menetap di pembuluh darah kecil di bagian tubuh paling
rendah akibat gaya gravitasi kecuali pada bagian yang tertekan alas keras. Livor
Livor mortis terbentuk pada daerah tubuh yang menyokong berat badan
tubuh seperti bahu, punggung, bokong, dan betis pada saat terbaring di atas
permukaan yang keras akan tampak pucat yang terlihat kontras dengan warna livor
mortis disekitarnya akibat dari kompresi pembuluh darah di daerah ini yang
Livor mortis terbentuk saat terjadi kegagalan sirkulasi darah, pada saat arteri
rusak dan aliran balik vena gagal mempertahankan tekanan hidrostatik yang
darah kecil afferen dan efferen saling berhubungan. Darah dan sel-sel darah
lainnya.7 Maka secara bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam pembuluh
gravitasi lebih banyak mempengaruhi sel darah merah tetapi plasma akhirnya juga
edema setempat, menimbulkan blister pada kulit. Dari luar akan terlihat bintik-
bintik berwarna merah kebiruan atau adanya eritrosit pada daerah terendah terlihat
dengan timbulnya perubahan warna kemerahan pada kulit yang disebut livor
mortis.7
11
yang dihasilkan dari jumlah eritrosit yang membawa hemoglobin yang teroksidasi.9
Setelah perkembangan pertama livor mortis tidak merata (dalam 30 menit sampai
3 jam setelah kematian), livor menjadi menyatu. Di bawah kondisi iklim sedang
hingga dingin, livor biasanya berkembang penuh dalam 4-8 jam postmortem,
menjadi lebih gelap. Warna normal livor mortis ialah merah keunguan. Warna
merah keunguan ini akan berubah menjadi warna ungu akibat hasil pemisahan
12
oksigen dari hemoglobin eritrosit post mortem dan konsumsi oksigen terus-menerus
dan sel otot rangka antara 2 sampai 8 jam). Produk deoxyhemoglobin yang
Adanya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat di kulit sebagai
perubahan warna biru kemerahan. Oleh karena pengumpulan darah terjadi secara
pasif maka tempat – tempat di mana mendapat tekanan lokal akan menyebabkan
lebam mayat yang mengakibatkan kulit di daerah tersebut berwarna lebih pucat.9
Pada interval awal postmortem, kira-kira sampai 12-18 jam setelah kematian,
livor mortis belum menetap. Nonfiksasi livor mortis berarti dapat memucat ketika
benda tumpul seperti jari, tangan, atau instrumen ditekan ke kulit. Tekanan lokal ini
memaksa darah dari kapiler yang membesar, menghasilkan pucat hingga putih
pucat, yang dengan cepat terisi kembali. Fenomena serupa terjadi jika tubuh
dipindahkan ke posisi baru. Livor mortis kemudian akan bergeser ke bagian tubuh
yang bergantung sebagai akibat dari gerakan tubuh. Kemampuan livor untuk
pada eritrosit yang utuh di dalam sistem vaskular: tekanan fokal menggerakkan sel-
tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel
13
sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian
penekanan pada daerah terbentuknya livor mortis yang dilakukan setelah 8-12 jam
tidak akan menghilang. Hilangnya livor mortis pada penekanan dengan ibu jari
memberi indikasi bahwa livor mortis belum terfiksasi secara sempurna. Lebam
mayat dikatakan sempurna ketika area lebam tidak menghilang jika ditekan
Setelah 18-24 jam, livor mortis menjadi menetap, yaitu tidak dapat
dipucatkan oleh tekanan pada permukaan tubuh atau digerakkan oleh efek gravitasi.
Waktu permulaan fiksasi livor umumnya tergantung pada suhu lingkungan di mana
tubuh telah terpapar; suhu lingkungan yang tinggi berkorelasi positif dengan onset
awal fiksasi. Jadi, ketika livor mortis telah tetap, perubahan posisi tubuh tidak akan
berpengaruh pada pola aslinya. Fiksasi dianggap sebagai hasil dari hemolisis darah,
Pada umumnya lebam mayat sudah timbul dalam waktu 15 sampai 20 menit
setelah orang meninggal. Lebam mayat ini mirip dengan luka memar, oleh karena
penyebab, situasi yang mendasari, apakah terdapat bengkak, dan jika dilakukan
sayatan dan disiram air, lebam mayat akan pudar/hilang, tetapi pada kasus resapan
14
a. Posisi – posisi yang menetap dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan
terbentuknya lebam mayat. Demikian jika tubuh sering dibolak balikkan maka
b. Perdarahan – jika terjadi kehilangan darah yang banyak atau terjadi syok
c. Anemia – jika pada menderita anemia maka akan sulit menilai adanya lebam
pada mayat.
d. Warna kulit – lebam mayat lebih mudah dinilai pada orang dengan warna kulit
e. Suhu dingin – jika mayat disimpan dalam pendingin, maka lebam mayat
mungkin lebih lama terbentuk dan dalam beebrapa keadaan, hal ini bukanlah
Lebam mayat menetap pada bagian terendah tubuh disebabkan karena adanya
gaya gravitasi. Selain itu alasan yang pertama, setelah terbentuknya lebam mayat,
darah tidak mudah melewati pembuluh darah. Kedua, selang beberapa jam lebam
mayat menjadi lengkap, rigor mortis juga akan terjadi pada otot. Saat terjadinya
16
kaku mayat, pembuluh darah yang berjalan diantara otot tertekan sehingga darah
sulit untuk mengalir. Dan ketiga, saat rigor mortis lengkap terjadi, pembuluh darah
berikutnya juga tertekan sehingga tidak dapat berdilatasi untuk mengalirkan darah
Lokalisasi lebam mayat pada bagian tubuh yang rendah, kecuali pada bagian
tubuh yang tertekan dasar atau tertekan pakaian.4 Jika posisi korban terlentang,
maka lebam muncul pada daerah terendah tubuh, yaitu pada daerah belakang tubuh
seperti punggung, paha, betis. Di samping itu kadang-kadang ditemukan juga lebam
mayat pada bagian depan samping leher, hal ini disebabkan pengosongan yang
Jika korban dalam posisi tengkurap, maka lebam mayat muncul di daerah
terendah tubuh, yaitu bagian depan tubuh yaitu dahi, pipi, dagu, dada, perut, paha
bagian depan, dan tangan.8,4 Saat posisi korban miring ke samping, maka lebam
sehingga pembuluh darah dalam rongga hidung pecah, dan keluarlah darah dari
hidung. Pada korban yang menggantung, lebam mayat terdapat pada ujung
Gambar 2.4 Lokalisasi Lebam Mayat pada Bagian Tubuh yang Rendah10
18
Gambar 2.5 Lokalisasi Lebam Mayat pada Bagian Tubuh yang Tertekan Dasar
atau Tertekan Pakaian10,11
Empat jam setelah orang meninggal akan terjadi hemolisa, sehingga pigmen
darah keluar dan masuk ke dalam jaringan di sekitarnya. Akibatnya lebam mayat
tidak akan hilang bila posisi jenazah diubah.4 Di samping ditemukan pada kulit,
lebam mayat juga dapat ditemukan pada alat tubuh, seperti bagian belakang otak,
bagian belakang paru, dan bagian belakang hati, serta bagian belakang lambung.
Keadaan ini perlu dibedakan dengan keadaan patologis seperti pneumonia atau
Secara tipikal lebam mayat mempunyai warna ungu atau ungu kemerahan.
Lebam mayat yang terjadi pada tubuh yang terekspos dengan udara dapat berwarna
pink pada sisi-sisinya, pada bagian belakang atau tempat-tempat yang berdekatan
dengan tanah akan tetapi hal ini tidak dapat dijadikan patokan.10
Pada fase awal pembentukan, livor memiliki warna merah, karena banyaknya
interval post mortem maka livor menjadi lebih gelap dan ketika sepenuhnya
terbentuk warna normal livor mortis berwarna kebiruan-ungu hingga ungu. Ini
adalah hasil disosiasi oksigen dari hemoglobin eritrosit post mortem dan konsumsi
oksigen terus menerus dari sel-sel yang awalnya bertahan dari penghentian fungsi
deoxyhemoglobin.10
pada keracunan karbonmonoksida (CO) atau sianida (CN). Serta kecokelatan pada
Livor merah muda atau merah muda sering terlihat pada karbon keracunan
monoksida, hipotermia fatal, keracunan sianida, atau pada tubuh yang terpapar
suhu lingkungan yang dingin pada postmortem. Pada kematian yang disebabkan
Gambar 2.7 Warna Pink (Cherry-Red) dari Livor pada Keracunan Karbon
Monoksida10
Livor merah muda atau merah muda juga sering terlihat pada kasus
hipotermia yang fatal karena suhu lingkungan yang dingin menghambat disosiasi
adalah penjelasan untuk warna merah muda pada livor yang terlihat pada tubuh
muda atau merah muda. Pada kasus-kasus dimana methaemoglobin dibentuk dalam
darah sewaktu masih hidup seperti potassium chlorate, nitrate, dan keracunan
Gambar 2.9 Warna Coklat pada Livor Mortis pada Keracunan Nitrat11
22
livor dapat ditemukan di bagian organ dalam yang tergantung pada posisi tubuh.
Pada mayat yang terlentang, akan terlihat jelas di bagian posterior lobus serebri,
paru, hati, ginjal, limpa, laring, lambung dan usus.15 Di paru-paru, darah dan
menyerupai edema atau pneumonia. Livor internal di jantung ditunjukkan oleh zona
merah perubahan warna di miokardium, dapat menyerupai infark baru. Lokasi pasti
dari bagian yang bergantung pada lilitan usus mungkin menyerupai strangulasi
iritan seperti perubahan.15 Kesulitan yang timbul dari adanya livor mortis di organ
Livor mungkin jarang atau bahkan tidak ada pada kematian dimana telah
terjadi kehilangan darah yang cukup banyak sebelum kematian, baik dari sumber
eksternal (misalnya, luka tusuk dan amputasi traumatis anggota badan). Dalam
24
banyak kasus, pemeriksaan luar akan menjelaskan tidak adanya livor dengan
atau melena, atau cedera eksternal). Tidak adanya livor sama sekali memerlukan
kehilangan darah setidaknya 65% dari volume darah yang bersirkulasi pada remaja
dan 45% pada bayi. Pada kasus dengan anemia ante mortem (misalnya, anemia
malnutrisi, atau infeksi), livor mortis akan sangat berkurang atau tidak ada,
individu yang kecokelatan atau berkulit gelap, jaundice, atau oleh beberapa kondisi
Gambar 2.11 Sparse Postmortem Lividity karena Kehilangan Darah Anal yang
atal dari Karsinoma rektum10
tubuh berada di bawah air, livor mungkin tidak berkembang karena pembuluh
dermal akan tertekan oleh tekanan air hidrostatik. Jika tubuh diambil dari air dalam
waktu kira-kira 24 jam, livor dapat berkembang di bagian tubuh yang bergantung,
25
tetapi ini akan tergantung pada suhu air. Dalam tubuh yang pulih dari air dingin,
fenomena ini dapat diamati bahkan setelah interval postmortem 48-72 jam.10
berpengalaman, meskipun hal ini jarang terjadi, karena dalam 24 jam pertama
setelah kematian, bukti kontak pucat yang disebabkan oleh tekanan lokal yang
Aplikasi kompresi permukaan ke area memar tidak akan menyebabkan pucat. Pada
interval post mortem selanjutnya, insisi pada area yang meragukan akan membuat
perbedaan yang jelas, karena tidak ada perdarahan yang terlihat pada jaringan lunak
di bawah livor.10
tubuh yang menonjol seperti bahu, lutut, atau sendi siku, kadang-kadang
ditemukan pada bagian tubuh yang tidak bergantung dan sering tidak menunjukkan
kepentingan medikolegal :8
c. Distribusi terbentuknya lebam mayat, dapat membantu posisi tubuh mayat saat
kematian
27
e. Lebam mayat mungkin dapat ditemukan di jaringan bawah kuku jika memang
berada dalam posisi yang lebih rendah dan menetap. Hal ini penting jika sulit
mayat akan terlihat merah terang atau merah muda karena re-saturasi
i. Terbentuknya lebam mayat pada daerah usus, kadang sulit dibedakan dengan
PENUTUP
Lebam mayat adalah warna ungu kemerahan (livide) atau merah kebiruan
pada bagian tubuh akibat akumulasi darah yang menetap di pembuluh darah kecil
di bagian tubuh paling rendah akibat gaya gravitasi kecuali pada bagian yang
tertekan alas keras. Livor mortis terbentuk pada daerah tubuh yang menyokong
berat badan tubuh seperti bahu, punggung, bokong, dan betis pada saat terbaring di
atas permukaan yang keras akan tampak pucat yang terlihat kontras dengan warna
livor mortis disekitarnya akibat dari kompresi pembuluh darah yang mencegah
akumulasi darah. Lebam mayat sudah timbul dalam waktu 15 sampai 20 menit
setelah orang meninggal dan akan menetap tidak bisa hilang dengan penekanan
setelah 18-24 jam. Pada fase awal pembentukannya livor memiliki warna merah,
dengan bertambahnya panjang interval post mortem maka livor menjadi lebih gelap
dan ketika sepenuhnya terbentuk warna normal livor mortis berwarna kebiruan-
ungu hingga ungu. Warna lebam dapat menentukan penyebab kematian, misalnya
merah terang pada keracunan karbonmonoksida (CO) atau sianida (CN). Serta
28
DAFTAR PUSTAKA
3. Senduk EA, Mallo JF, Tomuka DC. Tinjauan Medikolegal Perkiraan Saat
4. Hariadil AM. Tanatologi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan
7. Thanos C.A, Djemi T, dan Nola T.S.M. 2016. Livor mortis pada Keracunan
9. Cox, WA. Early Postmortem Changes and Time of Death. In: Forensic
Pathologist/Neuropathologist. 2009.
forensicspostmortem.html
12. Bright F, Winskog C, Tsokos M, Walker M, Byard RW. 2014. Issues in the
13. Prahlow J, Byard RW. An Atlas of Forensic Pathology. 2012. New York,
Forensic Medicine 13th edition Irish Version. 2014. UK: Taylor & Francis
Group.
15. Rao NG. Textbook of Forensic Medicine & Toxicology. 2nd edition. 2010.