Anda di halaman 1dari 45

TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN PART II

By: dr.Elvira Miranda


Penyakit Pada Hidung
A. Rhinitis alergi 4A

Definisi : inflamasi mukosa hidung yang diperantarai IgE dan histamin.


Etiologi : Alergen (bulu binatang, debu, udara dingin, serbuk sari…)
¥
Faktor resiko : Riwayat keluarga atopi
Temuan klinis :
- Hidung tersumbat, bersin-bersin, rinore (bening dan encer), hidung gatal jika “terpapar alergen”
- allergic sign
Allergic shinner = stasis vena bawah mata
Allergic crease = garis pada dorsum nasi
Allergic salute = gerakan menggosok-gosok hidung
Geographic tongue = lidah seperti peta
- Rhinoskopi anterior : concha edema, pucat/livide, sekret cair (+)
Pemeriksaan penunjang :
- Tes cukit kulit/skin prick test (+) I

- IgE spesifik
- Hitung eosinofil meningkat
Klasifikasi :
- Berdasarkan kekerapan =
* intermiten = <4 hari atau <4 minggu
* persisten = >4 hari atau >4 minggu
- Berdasarkan beratnya gejala =
* Ringan = tidak adanya gangguan aktivitas
* Sedang-berat = adanya gangguan aktivitas

1
Terapi :

* Antihistamin sistemik : cetrizine 1 x 10 mg,


loratadine 1 x 10 mg
* Antihistamin intranasal : azelastine hcl
0,1% 2 x 1-2 spray, oloptadine 0,6% 2 x 2
spray
* Dekongestan
* Steroid intranasal : fluticasone spray 1 x 2
spray, mometasone spray 1 x 2 spray,
budesonide 1 x 2 spray

Komplikasi :
Polip nasal
B. Rhinitis vasomotor. 4A

Definisi : salah satu bentuk rhinitis yang tidak diketahui penyebabnya


Faktor resiko : Asap rokok, udara dingin, bau menyengat
Temuan klinis :
- Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan sesuai dengan perubahan posisi
- Bersin, rinore
- Rhinoskopi anterior : concha edema, merah gelap/merah tua, sekret (+)
Tatalaksana :
- non farmakologi : hindari faktor pencetus
- medikamentosa : Dekongestan

C. Rhinitis Medikamentosa 3A
Definisi : rhinitis akibat obat-obat
Faktor resiko : dekongestan intranasal, kokain
Temuan klinis :
- Hidung tersumbat, sekret
- Pemeriksaan fisik = concha edema
Terapi :
Hentikan obat
Kortikosteroiod topikal
Kortikosteroid oral

D. Rhinitis Atrofi
Etiologi : klebsiella ozaena, bacillus foetidus
Temuan klinis :
- Hidung tersumbat
- anosmia
- sekret kental hijau dan berbau busuk
- Rhinoskopi anterior : concha atrofi, ditutupi krusta tebal
Tatalaksana :
- non farmakologi : cuci hidung dengan Nacl 0,9%
- medikamentosa : antibiotik
Vitamin A
Rhinitis
Rhinitis alergi Rhinitis medikamentosa Rhinitis atrofi Rhinitis vasomotor
Hidung tersumbat, rinore Hidung tersumbat, rinore serous/ Hidung buntu, sekret kuning Hidung tersumbat, rinore
encer bening, conca livid mukous, riwayat penggunaan kehijauan berbau, atrofi conca serous/ mukous, concha
Allergic sign obat hipertrofi dan hiperemis
E. Rhinosinusitis
Definisi : peradangan pada mukosa sinus paranasal dan mukosa nasal
Faktor resiko : kebiasaan merokok, polusi udara
Etiologi : virus, bakteri (streptococcus pneumonia, H. Influenza, M. Catarrhalis), jamur
Temuan klinis :
- Hidung tersumbat, sekret dan nyeri pada daerah sinus
- Rhinoskopi anterior : concha edema,sekret (+)
- Rhinoskopi posterior : post nasal drip
- Transiluminasi +
Pemeriksaan penunjang :
- Awal : xray sinus paranasal => waters, caldwel, schedel
Gold standart => Ct-scan
00
Bao Boy

0

Klasifikasi Rhinosinusitis

Berdasarkan waktu Berdasarkan letak anatomis

Akut Subakut Kronis


< 4 minggu 4 - 12 minggu > 12 minggu
Maksilaris e
Frontalis Ethmoidalis Sphlenoidalis
Terapi Rhinosinusitis
Viral Bakterial Jamur
Simptomatik Antijamur (amfoterisin B)

Akut Kronis
1. Amoksisilin 3 x 500 mg 7-14 hari Terapi akut lini II
2. Cephalosporin generasi II FESS
Ruptur Plexus kiesselbach
"
,ol09 "
"
"
"
"

posteriror, A. Ethmoidalis
Ej
"
"
"
'

anterior
'
'
'

.
.

Ruptur A. Ethmoidalis
.

.
.

.
.

posteriror, A. Sphenopalatina
.
.
.
.
-
-
"
" " "
"
" "

Epistaksis anterior
¥
.
.

:X
'

" .
' :
9g
Yog
" .
'
' '

i. :
.
"
i. % "
: :D
i.
" "

%
" "
"
" "
"
"

-1
99g,q
" "
' .
'
'
"
i :p
' '
.
. "
.
'

f)
'
"
.
' .
'

:-.

:&
.

: .

Perdarahan cavum nasi


. . .
. ..
.

:c
.

Epistaksis posterior
"
'

"
÷

go :S
.

" :

" :*
: 1. Tekan cuping hidung 10-15
am .
.
:S
'

i
_g
- .
F. Epistaksis menit
Tando
"
"
"
:
2. Tampon anterior 2 hari
"
'
- ,
-
-
.

Tampon bellocq
.
.
.

* Perdarahan pada 3. Kaustik AgNo3, elektrik


2-3 hari
cavum nasi
* Post nasal drip
G.Polip nasal 2.

Definisi : massa bertangkai pada hidung


Faktor resiko : rhinitis alergi
Klasifikasi :
- derajat 1 = polip dalam meatus media
- derajat 2 = polip keluar dari meatus media
- derajat 3 = polip memenuhi rongga hidung
Temuan klinis :
- Hidung tersumbat, rinore, hiposmia/anosmia
- Rhinoskopi anterior : massa bertangkai, putih keabuan, permukaan licin
Pemeriksaan penunjang : Nasoendoskopi
Terapi :
Medikamentosa : kortikosteroid intranasal atau
kortikosteroid oral

Operatif : polipektomi
H. Corpus alienum nasal
Definisi : masuknya benda asing ke ronga
hidung
Etiologi : benda hidup, benda mati
Faktor resiko : anak-anak Ekstraksi corpal
Temuan klinis :
- hidung tersumbat, hiposmia, rinore
(berbau busuk), nyeri, epistaksis Benda bisa dijepit Benda tidak bisa
- bersifat unilateral * Alligator forcep dijepit
- pemeriksan fisik : corpal (+) * pinset * hook/pengait/
Terapi : ekstraksi corpal kuret
Penyakit Pada Tenggorokan

A. Tonsilitis
Definisi : peradangan pada tonsila palatina
Etiologi : bakteri, virus, jamur
Klasifikasi : Akut, kronis
Temuan klinis :
- akut => nyeri tenggorokan, tonsil membesar, hiperemis, dan detritus
- kronis => rasa mengganjal pada tenggorokan, tonsil membesar, kripta melebar, detritus
Pemeriksaan penunjang : swab tonsil

0.Tidak ada tonsil Etf


1. Volume tonsil <25%
2. Volume tonsil 25-50%
3. Volume tonsil 50-75%
4. Volume tonsil >75%
Tonsilitis Akut Bakteri
1. Difteri
Etiologi : Corynebacterium diphteriae
Faktor resiko : Riwayat imunisasi jelek, riwayat kontak
Temuan klinis :
- Nyeri menelan
- demam
- nyeri kepala
- pemeriksaan fisik = bercak putih kotor yang melekat erat dengan dasar mudah berdarah/
pseudomembran mudah berdarah
Tatalaksana :
- ADS (anti difteri serum) = 20.000-100.000 Unit
- Antibiotik = penisilin prokain 25.000-50.000 u/kgbb/hari (IM) 14 hari
Eritromisin 40 mg/kgbb/hari dibagi dosis
- Kortikosteroid = prednison 2 mg/kgbb/ hari selama 2 minggu
2. SBHA
Etiologi : streptococcus beta hemoliticus grup A
Temuan klinis :
- Nyeri menelan
- demam
- tenggorokan kering
- pemeriksaan fisik : Tonsil membesar, hiperemis, detritus (+), strawberry tongue
Tatalaksana :
1st amoksisilin
Penicilin v
Benzatin penicilin G
2nd Cephalosporin
Makrolida
Tonsilitis Akut Viral

Etiologi : Epstein barr, coxschakie virus, influenza virus


Temuan klinis :
- common cold , nyeri tenggorokan
- pemeriksaan fisik : Tonsil membesar, hiperemis, biasanya tanpa eksudat
EBV => membran keabuan pada tonsil (+)
Coxsackie virus => luka luka kecil (+) sangat nyeri
Tatalaksana : Simptomatis
Tonsilitis Kronis

Definisi : infeksi tonsil persisten


Temuan klinis :
- Nyeri tenggorok persiten, rasa kering dan mengganjal ditenggorokan, halitosis
- pemeriksaan fisik : tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kripta melebar, detritus
B. Faringitis
Etiologi : virus, bakteri, jamur
Temuan klinis :
- Nyeri tenggorokan
- Demam, malaise
- Rasa mengganjal di tenggorokan
- pemeriksaan fisik : akut => faring hiperemis
Kronis => faring bergranul
Tatalaksana :
Viral => simptomatik
Bakteri (SBHA) => antibiotik golongan penicilin
Difteri => tatalaksana difteri
Candida => nystatin
C. Laringitis
Definisi : inflamasi mukosa laring
Klasifikasi : akut , kronis
Etiologi : infeksi (virus, bakteri…) non infeksi (asap rokok, Gerd, vocal overuse…)
Temuan klinis :
- Suara serak, batuk, demam
- Suara parau menetap, rasa mengganjal ditenggorokan
- pemeriksaan fisik : akut => laring hiperemis, edema
Kronis => mukosa laring menebal
Tatalaksana :
Tatalaksana simptomatik
- vocal rest
- treat underlying disease
D. Laringomalasia
Definisi : kelainan kongenital dimana kartilago epiglotis lemah
Temuan klinis :
- stridor terutama saat berbaring
- pemeriksaan fisik : laring berbentuk omega
Tatalaksana : rujuk

E. Karsinoma laring
Definisi : keganasan pada laring
Faktor resiko : usia tua, perokok, peminum alkohol, terpajan sinar radioaktif
Temuan klinis :
- suara serak + alarm symptom
- laringoskopi => masa rapuh dan mudah berdarah pada laring
Tatalaksana : rujuk
F. Vocal node
Definisi : masa jinak pada pita suara
Faktor resiko : vocal overuse (guru, penyanyi…)
Temuan klinis :
- Suara serak ~ menghilang
- laringoskopi : nodul sebesar kacang hijau berwarna keputihan, bilateral
Tatalaksana :
Istirahat bicara
Curiga keganasan => rujuk
G. Epiglotitis

Definisi : inflamasi pada epiglotis


Etiologi :haemophillus influenza tipe B
Temuan klinis :
- drooling, dysphagia, dysphonia, stridor
- laringoskopi : cherry like appearance
Pemeriksaan penunjang : xray cervical lateral (thumb print sign)
Tatalaksana :
* stabil => antibiotik
* tidak stabil => jaga patensi jalan napaa
H. Abses Leher Dalam
-
Defined : Abses Yang terbentuk di dalam racing potential Antara fasla

daIam.T-aktorResikoi1nf@ksiglgi.Rlwayattonsilitis.s
leher

Piercing lidah
-
Etiologi :
Streptococcus sp .
Staphylococcus Sp .


Klaslflkasl : •

Angina Ludwig

Abses submandibular
Abses
peritonsil


Abses Retrofaring
Abses
parafaring

A. ANGINA LUDWIG /Angina tudou.ci

.DE/--inisi:tnfeksiruangsu6mandibUlaberupaSelulitis

Baruah
i
faktor resiko :
tnfekslgigi molar premolar tlndik ltdah
, ,

Temuan Klinis Deman Nyeri tenggorokan drooling trismus


Udahterangkatpem6engKakanKerastera6a6ilat@ral.s
. :
.
. , ,

esatnapas

B. ABSES SUBMANDIBULA

-
Definisi : Abses gang terbentukdiruang Submandibular

-
faktor Resiko :
tnfelssl gigi .
tlndlk Adah

Temuan klinis Deman Nyeri Kher


pembengkakan dlbawah Mandibular /
- :
.
.

pembengkalcanekstraoral llmllmnya Unilateral ① Fluksi


C. ABSES PERITONSIL / QUINCY

Definisi :
Kump !uan pus dlbelakang tonsil a Palatina
. Temuan Kunis :
Nyeri menelan.demam , otalgia , hot potato voice trismus
,
7+0 Fluktuasi

hiperemis.DeviasiUUUlalTesisiS@hat.D
drooling pemerlksaanfisik
.
: Pallatum Molle edema .

.
ABSES RETRO FARING

Defined :
Kampalan pas di Kuang Retropharingeal

Temuan Kunis :
Nyeri Mandan ,
Deman , Kher Kaku

pemeriksaan FISH ④ Benjolan


padadlndingbelakang
:

faring
E. ABSES PARAFARING

:
Definisi Kampalan pas di Para pharyngeal

µµµ⑥⑥hµgg
ru
ang
:

Temuan Kunis Trismus Nyeri men elan demon ④ tndurasi dlsekitar


:
.
, ,

angulus Mandibular
Infeksi leher dalam

Angina ludwig Abses submandibula Abses peritonsil/quincy Abses retrofaring Abses parafaring
- pembengkakan Dibawah - pembengkakan dibawah - fluktuasi disekitar tonsil, - fluktuasi di belakang - fluktuasi/indurasi di
mandibula, bilateral, keras, mandibula, unilateral, unilateral, deviasi uvula faring angulus mandibula
mendorong lidah keatas fluktuasi + - dr!ling, hot potato voice - leher kaku - unilateral
Tumor nasofaring
_
Angiofibroma juvenile Karsinoma nasofaring
Faktor resiko : anak-anak Faktor resiko : usia tua, merokok, mengkonsumsi
Temuan klinis : hidung tersumbant, epistaksis zat karsinogenik
berulang Temuan klinis : gejala mata, hidung, pembesaran
Rhinoskopi posterior : masa keabuan atau merah kgb
gelap Rhinoskopi posterior : masa rapuh mudah
berdarah

Anda mungkin juga menyukai