THANATOLOGY
Disusun oleh :
Asviaditha Oktory
1102018185
Pembimbing :
dr. Suryo Wijoyo Sp. KF., M.H.Kes.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Thanatologi berasal dari dua buah kata, yaitu “thanatos” yang berarti mati dan
“logos” yang berarti ilmu. Maka arti sesungguhnya dari thanatologi adalah ilmu yang
mempelajari segala macam aspek yang berkaitan dengan mati.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Thanatology
Thanatologi berasal dari kata Thanatos dan Logos, artinya adalah bagian dari ilmu
kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah
kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Kematian adalah berhentinya ketiga sistem yaitu kardiovaskular, respirasi, dan
sistem saraf pusat, yang merupakan satu unit kesatuan dan tidak terkonsumsinya
oksigen.
Meliputi definisi, cara melakukan diagnosis, perubahan yang terjadi sesudah mati serta
kegunaanya.
2. Manfaat Thanatology
− Menentukan kematian
Penentuan kematian dapat dilakukan dengan memeriksa ada tidaknya
tanda-tanda pasti kematian, antara lain :
● Lebam mayat.
● Kaku mayat.
● Pembusukan.
Jika tanda-tanda pasti kematian tidak ditemukan, maka korban harus
dianggap masih dalam keadaan hidup sehingga perlu diberikan pertolongan
(misalnya dengan melakukan pernafasan buatan) sampai menunjukkan tanda-
tanda kehidupan atau sampai munculnya tanda pasti kematian yang terjadinya
paling awal, yaitu lebam mayat.
− Menentukan saat kematian
Sehubungan dengan alibi seseorang, pemeriksaan forensik untuk
menentukan saat kematian korban menjadi sangat penting sebab dapat tidaknya
seseorang diperhitungkan sebagai pelaku pembunuhan tergantung dari
keberadaannya ketika tindak pidana itu terjadi.
1
Perubahan eksternal maupun internal yang terjadi pada tubuh seseorang yang sudah
meninggal dunia dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk memperkirakan saat
terjadinya kematian meski sebetulnya range dari variasi terjadinya perubahan-
perubahan itu sangat luas. Perubahan-perubahan yang dapat dijadikan bahan kajian
untuk menentukan saat kematian antara lain :
a. Perubahan eksternal, yaitu :
● Penurunan suhu.
● Lebam mayat.
● Kaku mayat.
● Pembusukan.
● Munculnya larva.
b. Perubahan internal, yaitu :
● Kenaikan kadar Potasium dalam cairan bola mata.
● Kenaikan non protein nitrogen dalam darah.
● Kenaikan ureum darah.
● Penurunan kadar gula darah.
● Kenaikan kadar dekstrosa pada vena cava inferior.
− Memperkirakan penyebab kematian (cause of death)
Perubahan tidak lazim yang ditemukan pada tubuh mayat sering dapat
memberi petunjuk tentang sebab kematiannya.
a. Perubahan warna lebam mayat menjadi :
− Merah cerah (cherry-red) memberi petunjuk keracunan karbon monoksida
(CO).
− Coklat memberi petunjuk keracunan Potassium Chlorate.
− Lebih gelap, memberi petunjuk kekurangan oksigen.
b. Keluarnya urin, feses atau vomitus memberi petunjuk adanya relaksasi sfingter
akibat kerusakan otak, anoksia, atau kejang-kejang.
− Memperkirakan cara kematian (manner of death)
Perubahan yang terjadi pada tubuh mayat juga dapat memberikan petunjuk
tentang cara kematiannya. Distribusi lebam mayat misalnya, dapat memberi
petunjuk apakah yang bersangkutan mati karena bunuh diri atau pembunuhan.
2
Pada mayat dari orang yang meninggal dunia akibat gantung diri (bunuh diri
dengan cara menggantung) biasanya didapati lebam mayat pada ujung kaki, ujung
tangan atau alat kelamin laki-laki. Jika disamping itu juga ditemukan lebam mayat
di tempat lain (misalnya pada punggung) maka hal itu dapat dipakai sebagai
petunjuk cara kematiannya, yaitu dibunuh lebih dahulu dan kemudian digantung.
3. Jenis Kematian
a. Mati klinis/ somatis
Kematian yang terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang
kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan,
yang menetap (irreversible). Secara klinis tidak ditemukan lagi refleks-refleks
tubuh, nadi tidak teraba (palpasi), denyut jantung tidak terdengar (auskultasi), tidak
ada gerak pernapasan (inspeksi), dan suara nafas tidak terdengar juga (auskultasi).
b. Mati seluler/molekuler
Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda dalam
merespon ketiadaan oksigen, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ
atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati
seluler dalam waktu 4 menit, otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-kira
2 jam pasca mati, dan mengalami mati seluler setelah 4 jam, dilatasi pupil masih
terjadi pada pemberian adrenalin 0,1% atau penyuntikan sulfas atropin 1% dan
fisostigmin 0.5% akan mengakibatkan miosis hingga 2 jam pasca mati. Kulit masih
dapat berkeringat, sampai lebih dari 8 jam pasca mati dengan cara menyuntikkan
subkutan pilokarpin 2% atau asetilkolin 20%, spermatozoa masih bertahan hidup
beberapa hari dalam epididimis, kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah
masih dapat dipakai untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati.
c. Mati suri (suspended animation apparent death)
Terhentinya ketiga sistem kehidupan di atas, yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Tetapi dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi pada batas basal
3
metabolik. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat
aliran listrik dan tenggelam.
d. Mati otak/batang otak
Bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible,
termasuk batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem
pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.
e. Mati serebral
Kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible, kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan
kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.
4
Pakaian yang dikenakan
Jenis medium
Lokasi mayat
Saat mati, setelah waktu yang tidak lama, tubuh mulai kehilangan panasnya. Temperatur
lazim pada tubuh dewasa sehat adalah antara 98,4 derajat Fahrenheit, atau saat dipastikan
melalui mulut adalah sekitar 99 derajat Fahrenheit, dan pada axilla sekitar 97 derajat
fahrenheit. Temperatur juga dapat menunjukkan variasi waktu yang berbeda selama tiap
harinya. Temperatur akan lebih rendah pada pagi hari dan akan lebih tinggi pada sore hari.
Latihan akan meningkatkan temperatur tubuh namun ini akan menurun menjadi normal
dalam setengah jam kemudian. Penentuan waktu kematian berdasarkan suhu tubuh
biasanya melibatkan penggunaan rumus.
o Lebam mayat (Livor mortis)
Faktor perubahan pada kulit
Lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit karena adanya gaya gravitasi sesuai
dengan tubuh, berwarna biru ungu tetapi masih dalam pembuluh darah. Lebam mayat
akan timbul 20-30 menit dan setelah 6-8 jam lebam mayat masih bisa ditekan dan masih
bisa berpindah tempat.
Warna lebam mayat:
Warna merah bata atau cherry red, disebabkan oleh intoksikasi karbon monooksida
(CO) dan keracunan HCN.
Warna kebiruan, menunjukkan mekanisme kematian asfiksia.
Warna merah terang, akibat keracunan sianida karena akibat kadar oksi- hemoglobin
(HbO2) dalam darah tetap tinggi.
Pada kasus tenggelam atau pada kasus dimana tubuh korban berada pada suhu
lingkungan yang rendah, maka lebam mayat khususnya yang dekat letaknya dengan
tempat yang bersuhu rendah, akan berwarna merah terang, ini disebabkan karena suhu
yang rendah akan mempengaruhi kurva dissosiasi dan oksi-hemoglobin.
Warna chocolate brown, disebabkan oleh keracunan Nitro Benzena atau Potassium
Chlorat.
Warna merah terang atau pink, biasanya pada jenazah yang disimpan di kamar
5
pendingin
6
Perbedaan Lebam mayat Memar
Letak Epidermal, karena pelebaran Subepidermal, karena ruptur
pembuluh darah yang tampak sampai pembuluh darah yang letaknya bisa
ke permukaan kulit superfisial atau lebih dalam
(kuli air)
Gambaran Tidak ada elevasi dari kulit Bengkak karena resapan darah
Pada pemotongan Darah tampak dalam pembuluh, dan Resapan darah ke jaringan sekitar, susah
mudah mudah dibersihkan. Jaringan dibersihkan dengan air mengalir.
tampak pucat Jaringan subkutan berwarna merah
kehitaman
Dampak setelah Akan hilang walaupun hanya Warnanya berubah sedikit saja jika
diberikan penekanan yang ringan diberikan penekanan
Warna merah Tidak beraturan dan terdapat pada Sama merahnya diseluruh organ tubuh
7 rendah
bagian tubuh yang letaknya
o Kaku mayat (Rigor mortis)
Mekanisme kaku mayat (rigor mortis)
Berhentinya sistem respirasi dan vaskuler menyebabkan jaringan dalam tidak
mendapatkan oksigen atau anoksi sehingga semua fungsi organ yang bergantung
dengan oksigen pada jaringan berhenti, sehingga terjadi kematian. Beberapa saat
setelah kematian, serabut otot berkontraksi dan mempertahankan posisi tersebut
sebelum terjadi relaksasi pasif.1
Kaku mayat (rigor mortis) terjadi akibat proses biokimiawi, berupa pemecahan ATP
menjadi ADP, selama masih ada phospocreatinin (hasil dari pemecahan glikogen),
ADP dapat diubah kembali menjadi ATP (resintese ATP). Jika glikogen otot habis
maka tidak dapat dilakukan resintese ATP, sehingga terjadi penumpukan ADP yang
dapat menyebabkan otot kaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat
1. Keadaan Lingkungan
Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan
berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada
kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi
dan berlangsung lebih lama.
2. Usia
Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak
lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampak
pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur).
1. Cara kematian
Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi dan
berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi
dan berlangsung lebih lama.
2. Kondisi otot
Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di mana
otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum
meninggal keadaan otot sudah lemah.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
8
o Faktor eksternal
- Suhu udara di sekitar
- Aktivitas otot sebelum mati
- Umur
o Faktor internal
- Kemampuan otot mempertahankan tingkat yang adekuat dari ATP
- Persendian glikogen
9
Rigor Mortis Cadaveric Spasm
ketegangan, dll
Pola terjadinya kaku Sentripetal, dari otot-otot Kaku otot pada satu kelompok
otot
kecil kemudian otot besar otot tertentu
atau pembunuhan
o Pembusukan
Pembusukan keadaan dimana bahan-bahan organik terutama protein mengalami
dekomposisi baik yang melalui auatolisis ataupun kerja bakteri pembusuk.
Pembusukan baru tampat kira-kira 24 jam pasca mati dengan tanda berupa warna
kehijauan pada perut dikarenakan sulfmethemoglobin. Secara bertahap warna
kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut hingga dada, dan mulai tercium bau
busuk. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak melebar dan berwarna hijau
kehitaman (marbling). Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk
gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk.
Terdapat beberapa tanda pembusukan yaitu:
Wajah membengkak
Bibir membengkak
Mata menonjol
Lidah terjulur
Lubang hidung keluar darah
Lubang mulut keluar darah
Lubang lainnya keluar isinya seperti isinya
Badan gembung
Bulla atau kulit ari terkelupas
Aborscent pattern/morbling, yaitu vena superfisialis berwarna kehijauan
Pembuluh darah bawah kulit melebar
Dinding perut pecah
Skrotum atau vulva membengkak
Kuku terlepas
Rambut terlepas
11
Organ dalam membusuk
Larva lalat
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan mayat terbagi menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal terdiri atas:
Umur, mempengaruhi otolisis sel dan invasi bakteri usus
Konstitusi tubuh, kondisi tubuh mayat apakah gendut atau kurus
Keadaan saat mati, udem, infeksi dan sepsis mempercepat pembusukan sedangkan
dehidrasi memperlambat pembusukan
Jenis kelamin
Faktor eksternal
Keberadaan serangga dan hewan pemakan bangkai
Mikroorganisme/sterilitas, semakin banyak bakteri semakin mempercepat membusuk.
Suhu optimal, 21-30oC (70-100oF) dapat mempercepat pembusukan. Berhenti pada suhu
100oC (212oF), terutama pada suhu kelilin goptimal yaitu 26,5oC hingga sekira suhu
normal tubuh
Sifat medium, mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibangingkan
dengan yang terdapat didalam air atau didalam tanah.
Golongan alat tubuh berdasarkan kecepatan terjadi pembusukan
Cepat: otak, lambung, usus, uterus hamil/post partum
Lambat: jantung, paru, ginjal, dafragma
Paling lambat: prostat, uterus yang tidak hamil
13
DAFTAR PUSTAKA
5. Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH. Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal. 1st ed.
Rajawali Pers; 2020.
6. S A, S AR, PN B, et al. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. 1st ed. Badan
Penerbit Universitas Diponogoro; 2010.
7. Ninla Elmawati Falabiba. Modul Forensik Tanatologi. Modul. 2019;(perubahan pada
mayat paska mati):1-12.
8. Asmadi, E. (2021). [Editor Buku Ajar] Kedokteran Forensik & Medikolegal.
9. Abdul Mun’im Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama.
Binarupa Aksara. Hal. 53-83
10. Atmadja DS. Thanatologi. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
1997; p.25-36.
11. Dahlan S, Trisnadi S. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum Cetakan IV. Penerbit : Fakultas Kedokteran Unissula. 2005.
14
15