Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Menetapkan waktu kematian atau jarak antara waktu kematian dan ketika tubuh di
temukan (postmortem interval) biasanya tidak dapat ditentukan dengan pasti. Kecuali
kematian disaksikan, waktu pasti kematian tidak dapat ditentukan; Namun, informasi yang
memadai sering tersedia untuk memungkinkan perkiraan rentang waktu yang meliputi saat
kematian sebenarnya. Pada umumnya, postmortem interval lebih pendek, perkirakan rentang
waktu lebih sempit. Sebaliknya, postmortem interval yang lebih panjang memerlukan
berbagai perkiraan yang lebih luas dan sering kali ada peluang yang sangat besar untuk
terjadi kesalahan. Tidak adanya pengamatan tunggal mengenai mayat merupakan indikator
yang tepat atau akurat pada postmortem interval. Perkiraan yang paling dapat diandalkan
didasarkan pada kombinasi berbagai pengamatan yang dilakukan dari tubuh dan tempat
kejadian kematian. Kondisi yang diamati melibatkan tubuh termasuk rigor mortis, livor
mortis, algor mortis dan dekomposisi. Isi lambung juga dapat membantu dalam menentukan
waktu kematian.1
Selain memeriksa tubuh, juga penting untuk menyelidiki tempat kejadian kematian,
selama waktu yang ditentukan kondisi lingkungan harus di dokumentasi. Kondisi lingkungan,
terutama suhu, banyak faktor-faktor penting yang mempengaruhi perubahan tubuh yang
dialami setelah kematian. Penentuan interval postmortem tergantung pada beberapa faktor
yang berhubungan, namun tidak terbatas pada, aktivitas antemortem, Livor mortis, rigor
mortis, Algor mortis, suhu tubuh pada saat kematian, habitus tubuh, dan kondisi lingkungan
seperti pakaian, suhu lingkungan, media lingkungan (misalnya, udara, air, tanah), dan, tentu
saja, riwayat, peristiwa terminal, dan tempat kejadian yang ditemukan. Sebagai akibat dari
beberapa faktor yang kompleks, melibatkan pengaruh dari perubahan postmortem, patologi
forensik menyediakan berbagai waktu untuk memperkiraan Interval postmortem, sebagai
perbandingan tunggal atau kepastian waktu kematian. Pengamatan yang dilakukan selama
penyelidikan tempat kejadian dapat membantu menilai perubahan tubuh dan juga dapat
memberikan informasi tambahan yang berguna dalam memperkirakan saat kematian terjadi.
Kombinasi dari pemeriksaan tempat kejadian dan pemeriksaan tubuh akan memberikan
peluang terbaik untuk penyidik dalam memperkirakan waktu kematian terjadi. 1, 2
Pengamatan tubuh seharusnya dilakukan oleh seseorang dengan pelatihan dan
pengalaman yang cukup dalam penyelidikan kematian sesegera mungkin setelah tubuh
ditemukan. Tubuh tidak harus perlu dimanipulasi sebelum melakukan pengamatan ini.
Perubahan lingkungan, seperti membuka pintu dan jendela atau menyalakan AC, juga harus
di minimalisir sampai pengamatan dilakukan. Berbagai kondisi di berbagai belahan negara
(dan dunia) akan mempengaruhi perubahan laju postmortem. Satu harus berhati-hati terhadap
para ahli yang menyediakan waktu tepatnya kematian tanpa menguatkan laporan saksi atau
bukti fisik. meskipun beberapa ahli telah menyarankan untuk menggunakan stimulasi
myoelectrical, pengosongan lambung, suhu tubuh, kalium vitreous, derajat, dan metode lain
untuk menentukan postmortem interval ilmiah "akurasi," metode ini dipenuhi dengan
kerancuan. Kadar kalium vitreous mungkin berbeda secara luas antara kedua mata pada tubuh
yang sama. 1, 2
Estimasi waktu setelah kematian yang paling mendekati adalah melalui pertimbangan
semua data investigasi, termasuk pemeriksaan tubuh di tempat kematian. Awal timbulnya
Livor mortis, rigor mortis, dan postmortem lainnya. Perubahan dapat dievaluasi, estimasi dari
interval postmortem semakin akurat. Dokumentasi dan studi Algor, livor, dan rigor mortis di
pendingin kamar mayat semalam atau setelah jam atau hari itu bermakna.2
BAB II
PEMBAHASAN

Tanatologi merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian
yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian
dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut, seperti:
1. Menentukan apakah seseorang benar-benar telah meninggal atau belum.
2. Menentukan berapa lama seseorang telah meninggal.
3. Membedakan perubahan-perubahan post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi
pada waktu korban masih hidup.3

A. Jenis Kematian
Agar suatu kehidupan seseorang dapat berlangsung, terdapat tiga sistem yang
mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem persarafan, sistem
kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat mempengaruhi satu sama
lainnya, ketika terjadi gangguan pada satu sistem, maka sistem-sistem yang lainnya juga akan
ikut berpengaruh.4
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu :
Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi
gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap. Pada kejadian mati
somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks, elektro ensefalografi (EEG)
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan
dan suara napas tidak terdengar saat auskultasi. 4
Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis,
akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti
ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam. 4
Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ
atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak
bersamaan. 4
Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu
sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat. 4
Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh
isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.4

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebu dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian,
misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks
cahaya dan refleks kornea mata hilangm kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah
beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas, yang memungkinkan
diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti
kematian berupa lebam mayat (hipostatis atau lividitas pasca mati), kaku mayat
(rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi, dan adiposera.4

B. Cara Mendeteksi Kematian


Melalui fungsi sistem saraf, kardiovaskuler, dan pernapasan, kita bisa
mendeteksi hidup matinya seseorang. Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem
saraf, ada lima hal yang harus kita perhatikan yaitu tanda areflex, relaksasi, tidak
ada pegerakan, tidak ada tonus, dan elektroensefalografi (EEG) mendatar/ flat.
Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem kardiovaskuler ada enam hal yang
harus kita perhatikan yaitu denyut nadi berhenti pada palpasi, denyut jantung
berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi, elektrokardiografi (EKG) mendatar/
flat, tidak ada tanda sianotik pada ujung jari tangan setelah jari tangan korban kita
ikat (tes magnus), daerah sekitar tempat penyuntikan icard subkutan tidak
berwarna kuning kehijauan (tes icard), dan tidak keluarnya darah dengan pulsasi
pada insisi arteri radialis.1
Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem pernapasan juga ada beberapa hal
yang harus kita perhatikan, antara lain tidak ada gerak napas pada inspeksi dan
palpasi, tidak ada bising napas pada auskultasi, tidak ada gerakan permukaan air
dalam gelas yang kita taruh diatas perut korban pada tes, tidak ada uap air pada
cermin yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban, serta tidak
ada gerakan bulu ayam yang kita letakkan didepan lubang hidung atau mulut
korban.1

C. Tanda Kematian
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat meninggal
atau beberapa menit kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai tanda kematian
yang nantinya akan dibagi lagi menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian
tidak pasti.
1. Tanda Kematian Tidak Pasti
a. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.
b. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
c. Kulit pucat.
d. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
e. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
f. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih
dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata.

2. Tanda Kematian Pasti


1) Livor Mortis
Definisi
Livor Mortis (Postmortem Lividity, Postmortem Stains, Postmortem Hypostatis,
Postmortem Suggillation, Postmortem Vibices, lebam mayat) yaitu warna ungu
kemerahan (livide) atau merah kebiruan pada bagian tubuh akibat akumulasi darah
yang menetap di pembuluh darah kecil di bagian tubuh paling rendah akibat gaya
gravitasi kecuali pada bagian yang tertekan alas keras. Livor Mortis dapat berwarna
ungu kebiruan ataupun merah kebiruan.5,6,7
Livor Mortis terbentuk pada daerah tubuh yang menyokong berat badan tubuh seperti
bahu, punggung, bokong, betis pada saat terbaring diatas permukaan yang keras akan
tampak pucat yang terlihat kontras dengan warna livor mortis disekitarnya akibat dari
kompresi pembuluh darah di daerah ini yang mencegah akumulasi darah.6
Gambar 1 Lebam pada mayat7

Patomekanisme Livor Mortis


Livor Mortis terbentuk saat terjadi kegagalan sirkulasi darah, pada saat arteri rusak
dan aliran balik vena gagal mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan
darah mencapai capillary bed yaitu tempat pembuluh-pembuluh darah kecil afferen
dan efferen saling berhubungan. Darah dan sel-sel darah terakumulasi memenuhi
saluran tersebut dan sukar dialirkan ke daerah tubuh lainnya.6
Sel darah merah (eritrosit) akan bersedimentasi melalui jaringan longgar, tetapi
plasma akan berpindah ke jaringan longgar yang menyebabkan terbentuknya edema
setempat,menimbulkan blister pada kulit. Dari luar akan terlihat bintik-bintik
berwarna merah kebiruan atau adanya eritrosit pada daerah terendah terlihat dengan
timbulnya perubahan warna kemerahan pada kulit yang disebut livor mortis.6
Gambar 2 bagan terjadinya lebam mayat7

Pada tahap awal pembentukannya, livor mortis memiliki warna kemerahan yang
dihasilkan dari jumlah eritrosit yang membawa hemoglobin yang teroksidasi.
Meningkatnya interval waktu post mortem, akan mengakibatkan perubahan warna
menjadi lebih gelap. Warna normal livor mortis ialah merah keunguan. Warna merah
keunguan ini akan berubah menjadi warna ungu akibat hasil pemisahan oksigen dari
hemoglobin eritrosit post mortem dan konsumsi oksigen terus-menerus oleh selsel
yang awalnya mempertahankan fungsi sistem kardiovaskuler (misalnya sel-sel hati
yang mempertahankan fungsi kardiovaskuler selama kira-kira 40 menit dan selotot
rangka antara 2 sampai 8 jam). Produk Deoxyhemoglobin yang dihasilkan akan
mengubah warna biru keunguan menjadi warna ungu.6
Livor mortis mulai tampak 20-30 menit paska kematian, semakin lama intensitasnya
bertambah kemudian menetap setelah 8-12 jam. Menetapnya livor mortis disebabkan
oleh karena terjadinya perembesan darah ke dalam jaringan sekitar akibat rusaknya
pembuluh darah akibat tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya
proses hemolisa sel sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah.
Dengan demikian penekanan pada daerah terbentuknya livor mortis yang dilakukan
setelah 8-12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya livor mortis pada penekanan
dengan ibu jari memberi indikasi bahwa livor mortis belum terfiksasi secara
sempurna. Lebam mayat dikatakan sempurna ketika area lebam tidak menghilang jika
ditekan (misalnya dengan ibu jari) selama 30 detik. Akan tetapi, lebam baru masih
dapat terbentuk setelah 24 jam jika dilakukan perubahan posisi.5,6

Mekanisme Onset Mulai muncul Maksimum


Pengendapan Segera setelah 2 4 jam 8 12 jam
kematian
Tabel 1 Mekanisme dan Estimasi waktu munculnya Livor mortis

Lebam postmortem dan memar pada antemortem dapat dibedakan dari penyebab,
situasi yang mendasari, apakah terdeapat bengkak, dan jika dilakukan sayatan dan
disiram air, lebam mayat akan pudar/hilang, tetapi pada kasus resapan darah
(ekstravasasi akibat trauma) bercak tidak hilang.5,7
Lebam mayat Kongest
Penyebab Akumulasi menetap darah pada Statisnya sistem pembuluh darah
pembuluh darah yang disebabkan oleh keadaan
patologi
Lokasi Bagian tubuh terendah Sebagian atau seluruh bagian
organ yang mungkin mengalami
kelainan patologi
Edema Tidak ada Mungkin ada
Kejadian Postmortem Antemortem
Sayatan pada Oozing of blood Terbentuk eksudasi cairan
permukaan bercampur dengan darah
Tabel 2 Perbedaan antara lebam mayat dengan memar7

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Livor Mortis


Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya lebam mayat antara lain7:
a. Posisi posisi yang menetap dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan
terbentuknya lebam mayat. Demikian jika tubuh sering dibolak balikkan maka
biasanya lebam tidak terbentuk.
b. Perdarahan jika terjadi kehilangan darah yang banyak atau terjadi syok
hemoragik, lebam mayat mungkin sulit dinilai.
c. Anemia jika pada menderita anemia maka akan sulit menilai adanya lebam pada
mayat.
d. Warna kulit lebam mayat lebih mudah dinilai pada orang dengan warna kulit
terang dibandingkan orang dengan warna kulit gelap.
e. Suhu dingin jika mayat disimpan dalam pendingin, maka lebam mayat mungkin
lebih lama terbentuk dan dalam beebrapa keadaan, hal ini bukanlah oarameter yang
baik untuk menentukan estimasi waktu kematian.

Distribusi Livor Mortis


Lebam mayat menetap pada bagian terendah tubuh disebabkan karena adanya gaya
gravitasi. Selain itu alasan yang pertama, setelah terbentuknya lebam mayat, darah
tidak mudah melewati pembuluh darah. Kedua, selang beberapa jam lebam mayat
menjadi lengkap, rigor mortis juga akan terjadi pada otot. Saat terjadinya kaku mayat,
pembuluh darah yang berjalan diantara otot tertekan sehingga darah sulit untuk
mengalir. Dan ketiga, saat rigor mortis lengkap terjadi, pembuluh darah berikutnya
juga tertekan sehingga tidak dapat berdilatasi untuk mengalirkan darah pada area
berikutnya.7
Jika posisi korban terlentang, maka lebam muncul pada daerah terendah tubuh, yaitu
pada daerah belakang tubuh seperti punggung, paha, betis. Jika korban dalam posisi
tengkurap, maka lebam mayat muncul di daerah terendah tubuh, yaitu bagian depan
tubuh yaitu dada, perut, paha bagian depan, tangan. Saat posisi korban miring ke
samping, maka lebam muncul di sisi terendah tubuh.7

Gambar 3 Pembentukan lebam mayat pada bagian tubuh terendah berdasarkan posisi7
Warna Livor Mortis
Warna lebam dapat menentukan penyebab kematian, misalnya merah terang pada
keracunan karbonmonoksida (CO) atau sianida (CN). Serta kecokelatan pada
keracunan aniline, nitrit, atau sulfonal.5
Penyebab Warna lebam yang terbentuk Mekanisme
Karbon monoksida Merah muda Karboxihemoglobin
Sianida Merah terang Excessive oxygenated blood
Fluoroasetat Merah muda/merah terang Excessive oxygenated blood
Di Lemari pendingin Kemerahan Hambatan oksigen in
cutaneous blood by cold
Hipotermi Kemerahan Hambatan oksigen in
cutaneous blood by cold
Sodium klorat Cokelat Methemoglobin
Hidrogen sulfida Hijau Sulfahemoglobin
Anilin Biru gelap Deoksigenasi darah
Karbon dioksida Kebirua-biruan Deoksigenasi
Tabel 3 Distribusi lebam mayat berdasarkan warna yang terbentuk7

Kepentingan Medikolegal
Beberapa hal berikut terbentuknya Livor mortis digunakan dalam kepentingan
medikolegal7:
1. Sebagai tanda pasti kematian
2. Estimasi waktu kematian dapat ditentukan
3. Distribusi terbentuknya lebam mayat, dapat membantu posisi tubuh mayat saat
kematian
4. Penyebab kematian diketahui dari warna lebam mayat yang terbentuk
5. Lebam mayat mungkin dapat ditemukan di jaringan bawah kuku jika memang
berada dalam posisi yang lebih rendah dan menetap. Hal ini penting jika sulit
membedakan dengan sianosis.
6. Lebam mayat mungkin sulit dibedakan dengan memar
7. Bintik perdarahan mungkin sulit dibedakan dengan lebam mayat
8. Keadaan dibawah suhu lingkungan, membuat warna keunguan pada lebam mayat
akan terlihat merah terang atau merah muda karena re-saturasi hemoglobin dengan
oksigen. Hal ini penting untuk membedakannya dengan keracunan karbon
monoksida
9. Terbentuknya lebam mayat pada daerah usus, kadang sulit dibedakan dengan
terjadinya infark atau strangulasi usus.
2) Algor mortis
Algor mortis dapat juga disebut penurunan suhu tubuh. (algor =dingin, mortis
= setelah kematian)
Temperatur oral normal pada individu yang hidup adalah 37 C (98,7F) pada rectal
suhu lebih tinggi sekitar 0,5C dibanding temperatur oral. Setelah meninggal suhu
tubuh akan menurun secara signifikan hingga mencapai suhu yang sesuai dengan
lingkungan sekitar. Penurunan suhu tubuh setelah meninggal dipengaruhi oleh 2 hal:7
1. Setelah meninggal tidak lagi diproduksi panas baik secara fisik, kimia dan
aktivitas metabolik.
2. Terjadi penurunan suhu tubuh yang terjadi secara konstan hingga suhu tubuh
sama dengan suhu lingkunga, hal ini diakibatkan oleh pusat yang mengatur
regulasi panas menjadi tidak aktif .
Ada 3 mekanisme kehilangan panas tubuh melalui permukaan tubuh:7
1. Konduksi, perpindahan panas yang terjadi melalui kontak langsung dengan
objek . Organ dalam mengalami penurunan suhu dengan cara konduksi.
2. Konveksi, perpindahan panas yang terjadi melalui kontak dengan udara yang
kontak dengan tubuh.
3. Radiasi, perpindahan panas yang terjadi melalui sinar inframerah.
Hukum Newton Cooling menyatakan bahwa untuk terjadinya pendinginan tubuh
dengan proses konversi yaitu kehilangan suhu sebanding dengan perbedaan suhu
antara tubuh dan lingkungan sekitarnya. Hukum ini bagaimanapun hanya berlaku
pada bahan inorganik yang regular. Meskipun banyak penelitian dilakukan, hukum ini
gagal untuk menghitung penyimpangan dari bentuk tubuh, efek pakaian, ventilasi
ataupun posisi fisik mayat. Bahkan selama penelitian Davey di British menyatakan
suhu lingkungan yang sering mengakibatkan suhu awal mayat meningkat selama
durasi postmortem awal.9
Pengukuran suhu pada cadaver bedasarkan letaknya. Menggunakan thermometer
kimia, ukuran 25 cm dengan rentang suhu 0C - 50C
1. Rectum, 4 inchi di atas anus
2. Daerah sub-hepatic
Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk
sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa metabolism
dalamt tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai
tangga suhu.10,11
Ada sembilanfaktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan suhu tubuh
mayat, yaitu:
a. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.
b. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan
suhut ubuhnya.
c. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
d. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
e. Konstitusi tubuh pada anakdan orang tua makin mempercepat penurunan suhu
tubuh mayat.
f. Aktivitas sebelum meninggal.
g. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh
tinggi.
h. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
i. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.

Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain:
a. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh
mayat.
b. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
c. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
d. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
e. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem.
f. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu,
aliran, dan keadaan lairnya.
g. Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak kematian antara lain: 10

Apabila korban meninggal di dalam air, maka penurunan suhu jenazah tergantung
pada:
a. Suhu air
b. Aliran air
c. Keadaan air

Gambar 4 Kurva perubahan suhu pada postmortem

3) Rigor Mortis
Rigor mortis adalah perubahan fisikokimia bergantung suhu yang terjadi di dalam sel-
sel otot sebagai akibat dari kekurangan oksigen. Kurangnya oksigen berarti bahwa
energi tidak dapat diperoleh dari glikogen melalui glukosa menggunakan fosforilasi
oksidatif sehingga produksi adenosin trifosfat (ATP) dari proses ini berhenti dan
proses anoksik sekunder mengambil alih untuk waktu yang singkat tapi, karena asam
laktat yang merupakan produk sampingan respirasi anoksik, sitoplasma sel menjadi
semakin asam. Dalam menghadapi jumlah ATP rendah dan keasaman tinggi, aktin dan
miosin berikatan bersama dan membentuk gel. Hasil dari perubahan metabolik selular
kompleks ini adalah otot-otot yang menjadi kaku. Namun, mereka tidak memendek
kecuali mereka berada di bawah ketegangan.9

Jika tingkat glikogen otot rendah, atau jika sel-sel otot menjadi bersifat asam pada saat
kematian sebagai akibat dari latihan, proses rigor akan berkembang lebih cepat.
Listrik juga berhubungan dengan rigor yang semakin cepat dan ini mungkin
disebabkan oleh rangsangan berulang dari otot-otot. Sebaliknya, pada orang muda, tua
atau kurus, kekakuan mungkin sangat sulit untuk dideteksi karena otot yang kecil.9

Rigor berkembang merata di seluruh tubuh tetapi umumnya pertama didapatkan pada
kelompok otot yang lebih kecil seperti otot di sekitar mata dan mulut, rahang dan jari-
jari. Kekakuan berjalan dari kepala ke kaki karena kelompok otot yang lebih besar dan
lebih besar menjadi kaku.1 Kekakuan biasanya terlihat pertama di rahang, maka siku
dan akhirnya lutut. Tubuh dikatakan dalam kekakuan lengkap atau penuh ketika
rahang, siku dan lutut sendi yang tidak bergerak. Kemampuan untuk pasif
memindahkan sendi tergantung pada jumlah otot mengendalikan sendi. Kekakuan
melibatkan bersama dengan sejumlah kecil otot seperti jari mudah diatasi, sementara
itu mungkin sulit untuk bergerak bersama seperti siku, yang terhubung ke otot-otot
yang relatif besar. Sebagai aturan, orang akan memiliki kekakuan yang lebih kuat
daripada perempuan karena laki-laki biasanya memiliki massa otot yang lebih besar
daripada wanita. otot-otot besar, terutama pada individu berotot, mungkin menjadi
begitu tahan terhadap peregangan yang mungkin memerlukan upaya lebih dari satu
orang untuk bergerak bersama besar. Kadang-kadang, tulang bisa pecah sebelum rigor
mortis diatasi. Sebaliknya, kekakuan mungkin buruk dibentuk atau tidak jelas pada
individu dengan massa otot kecil, seperti bayi atau orang dewasa kurus.10

Dalam kondisi beriklim sedang rigor umumnya dapat terdeteksi di wajah antara
sekitar 1 jam dan 4 jam dan pada tungkai antara sekitar 3 jam dan 6 jam setelah
kematian, dengan kekuatan rigor meningkat menjadi maksimal sekitar 18 jam setelah
kematian. Rigor lengkap membutuhkan waktu sekitar 10-12 jam untuk sepenuhnya
mengembangkan dalam ukuran dewasa rata-rata ketika suhu lingkungan adalah 70-75
F. Tubuh akan tetap kaku untuk 24-36 jam pada suhu yang sama ini sebelum
dekomposisi menyebabkan otot-otot untuk mulai lumayan melonggarkan, tampaknya
dalam urutan yang sama mereka menegang. Setelah terjadi, rigor akan menetap
sampai sekitar 50 jam setelah kematian sampai autolisis dan dekomposisi sel-sel otot
mengintervensi dan otot menjadi flaksid lagi. Waktu ini hanya pedoman dan tidak
pernah bisa mutlak.9

Tabel 4. Estimasi waktu perubahan rigor mortis14


MEKANISME ONSET MULAI MAKSIMAL MENGHILANG
Perubahan fisik Segera 1-6 jam 6-24 jam 12-36 jam

Rigor mortis dipengaruhi oleh suhu lingkungan. suhu yang tinggi akan mempercepat
penampilan dan hilangnya kekakuan. Kekakuan yang melibatkan tubuh tergeletak di
lapangan akan datang dan berlalu lebih cepat pada hari musim panas daripada di
musim dingin satu. Laju perkembangan dan hilangnya kekakuan akan terpengaruh
oleh perubahan suhu yang dialami oleh tubuh, seperti terjadi selama panas hari dan
kesejukan malam.10
Rigor mortis juga dipengaruhi oleh suhu tubuh internal yg meninggal dan aktivitas
sebelum kematian. suhu tubuh yang lebih tinggi pada saat kematian dan kondisi yang
menyebabkan lebih laktat produksi asam menyebabkan kekakuan untuk
mengembangkan lebih cepat. Misalnya, seseorang yang meninggal memiliki demam
dari infeksi seperti pneumonia dapat mengembangkan kekakuan lebih cepat dari
seseorang dengan suhu tubuh normal. Dipercepat kekakuan juga dapat dilihat pada
orang sekarat dengan hipertermia meskipun suhu lingkungan mungkin normal, seperti
dapat terjadi pada kematian yang berhubungan dengan kokain, PCP atau
metamfetamin. 10
Timbulnya kekakuan juga dapat terjadi lebih cepat jika aktivitas fisik yang berat
terjadi segera sebelum kematian. Misalnya, seseorang yang melarikan diri dari
penyerang sebelum ditembak atau ditikam dapat mengalami rigor mortis lebih cepat
daripada jika tidak ada aktivitas fisik yang intens. Rigor mortis yang sangat cepat
dapat terjadi karena kombinasi dari suhu tubuh meningkat dan peningkatan produksi
asam laktat. 10
Pada sedikit kasus, rigor mortis dapat muncul dalam beberapa menit setelah kematian.
Hal ini disebut "cadaveric spasm" dan biasanya dikaitkan dengan aktivitas fisik yang
ekstrim sesaat sebelum kematian. Hal ini juga dikaitkan dengan beberapa kondisi lain
seperti luka listrik. 10
Berbeda dengan suhu lingkungan yang tinggi, kondisi dingin dapat memperlambat
atau mencegah rigor mortis. Proses ini akan dimulai atau bertambah cepat ketika
tubuh berada di lingkungan yang hangat. Jika tubuh tidak dalam kekakuan lengkap
dan ditempatkan dalam pendingin proses akan melambat dan mungkin berhenti. Rigor
dapat berlanjut sampai selesai ketika tubuh hangat. Kekakuan pada rigor harus
dibedakan dari pengerasan otot atau beku karena cuaca sangat dingin. Dalam kondisi
lingkungan seperti itu, kekakuan mungkin sulit untuk dievaluasi. 10
Rigor mortis juga akan membantu penyidik dalam menentukan apakah tubuh telah
dipindahkan. Jika penyidik tiba di tempat kejadian dan menemukan sebuah lengan
yang tidak disangga atau kaki mengarah ke udara, penyidik tahu bahwa orang yang
meninggal telah dipindahkan setelah rigor terjadi. Seseorang mungkin mati dengan
lengan atau kaki di udara, tapi gravitasi akan mencegah ekstremitas yang tidak
disangga tetap dalam posisi tersebut setelah kematian. 10

Gambar 4. Rigor mortis lengkap 12 jam post-mortem

Gambar 5. Cadaveric spasm. Bentuk rigor yang terjadi spontan, pada korban yang
jatuh ke air. Korban ditemukan dalam waktu singkat (dapat dilihat dari tidak
adanya maserasi kulit) namun ditemukan rumput dari sungai yang dipegang erat di
tangannya.

4) Dekomposisi
Dekompposisi adalah kehancuran jaringan tubuh setelah meninggal. Dekomposisi
merupakan suatu hal yang wajar pada tubuh yang sakit. Bagaimanapun, dibawah
kondisi lingkungan spesifik tertentu, modifikasi dekompposisi tubuh yag mati
terjadi dan kasus tersebut tidak mudah dan total penghacuran tubuh mati, adalah
dibutuhkan waktu yang cukup. Modifikasi dekomposisi tersebut dapat terjadi jika
pembentukan mumifikasi dan adipocere.7

Kategori dan tahap dari dekomposisi

1. Early dekomposisi
2. Advanced dekomposisi
3. Partial skeletonization
4. Skeletonization

Mekanisme Dekomposisi7

Dekomposisi mengikuti perkembangan proses biokimia, mempertahankan dan


menjaga integritas elemen seluler. Selama dekompposisi, komponen jaringan bocor
dan hancur melepaskan enzim hidrolitik. Jaringan tubuh organic kompleks terurai
menjadi komponen sederhana. Bakteri dan mikroorganisme lain berkembang pada
komponen organic tidak terlindung dari tubuh.

1. Autolisis. Penghancuran pada jaringan tubuh oleh pelepasan enzim dari penghancuran
sel.
2. Pembusukan. Ini adalah perubahan yang dihasilkan oleh aksi bakteri dan
mikroorganisme lain berkembang pada tubuh
3. Jenis postmortem yang ketiga penghancuran bisa diidentifikasi pada beberapa tubuh
yang tidak dibuang. Seperti keancuran postmortem tersebut dibawa keluar karena
serangan berbagai jenis hewan seperti serangga, tikus, rubah, srigala, burung pemakan
bangkai, ikan, dan lain-lain.

Perubahan autolisis7
- Autolisis adalah sebuah proses penghancuran diri pada jaringan tubuh oleh enzim.
Proses ini juga bisa terjadi pada orang yang hidup ditandai dengan cedera fokal
jaringan dan nekrosis yang dikelilingi oleh reaksi inflamasi. Mekanisme yang sama
terjadi setelah kematian,di tubuh yang mati, proses yang terjadi pada skala besar dan
tanpa reaksi inflamasi autolisis diduga dirangsang oleh penurunan ph intraseluler
diikuti akibat penurunan oksigen setelah kematian.
- Proses ini terjadi awal dan cepat di beberapa jaringan kaya enzim hidrolitik seperti
pancreas dan mukosa gaster; jaringan menengah seperti jantung, hati dan ginjal dan
terlambat jaringan fibrosa seperti uterus dan otot rangka.
- Proses autolisis adalah tergantung suhu. Pendinginan pada tubuh akan terjadi setelah
kematian akan menghambat pencernaan enzim diri sel sedangkan semakim tenaga
meningkat suhu mendukung degradasi seperti yang terlihat dalam proses kematian
oleh panas, atau kematian pada suhu lingkungan yang tinggi.
- Fenomena autolisis ini terlihat pada pemeriksaan mikroskopis. Untuk contoh terlihat
autolisis pada kulit licin. Di kulit licin, pelepasan enzim hidrolitik terlepas pada demo-
epidermal junction karena melonggarnya epidermis dari lapisan bawah sebagai hasil,
epidermis mengelupas sampai dermis (gambar 6).,sama rambut dan kuku yang
longgar. Mikroskopis, autolisis adalah identifikasi secara homogen dan sitoplasma
eosinofil dengan hilangnya rincian seluler dengan sel tetap sebagai puing-puing.
- Autolisis internal dapat melihat konsistensi organ pucat. Demikian pula pembuluh
darah besar noda karena hemolisis postmortem. Hemolisis ini hanyala autolisis
pembuluh darah.
- Gastromalacia adalah pecahnya postmortem dinding lambung karena proses autolisis.
Ini biasanya terjadi di fundus daerah dan tanpa ada reaksi penting. Demikian pula
oesophagomalacia adalah pecahnya postmortem dari ujung bawah kerongkongan
karena autolisis dan tidak memiliki reaksi penting.
- Disintegrasi janin mati dalam rahim ibu disebut sebagai maserasi dan dianggap
sebagai autolisis aseptik.

Gambar 6 Kulit terkupas

Pembusukan7
- Perubahan pembusukan tergantung pada berbagai faktor seperti dijelaskan dibawah.
Mikroorganisme yang bertanggung jawab adalah Clostridium welchi, B.coli,
Staphylococci,non-hemolitik,Streptococcus, Proteus, dan lain-lain.
- Perubahan fisik terdiri dari kembung dengan distensi abdomen oleh distendi gas
(Gambar.7). Hal ini menyebabkan obliterasi identitas almarhum. Pada laki-laki, gas
dipaksa dari peritoneum yang rongga bawah kanalis inguinalis ke dalam skrotum
menyebabkan pembengkakan skrotum.
- Gas yang berbeda dari dekomposisi menginduksi perubahan kimia. Misalnya
hidrogen Sulfida mudah berdifusi melalui jaringan. Bereaksi dengan hemoglobin
membentuk sulfhemoglobin. Pigmen ini awalnya menguraikan resmi superfisial
pembuluh darah dan sebagai dekomposisi berlangsung, sebuah generalisasi warna
hijau dapat disampaikan ke tubuh (Gambar. 8).
- pembusukan terjadi pada tingkat yang berbeda di berbagai jaringan tubuh dan
tergantung pada kadar air mereka. Tiga Perubahan utama perhatikan selama
pembusukan sebagai:
1. Perubahan warna
2. Pembebasan gas
3. Pencairan jaringan
- Perubahan Warna . Perubahan warna adalah karena hemolisis sel darah merah.
Hemoglobin dibebaskan diubah ke sulpmethemoglobin oleh gas hidrogen Sulfida dan
menanamkan perubahan warna kehijauan.
- Pembebasan gas. Selama proses dekomposisi, protein dan karbohidrat dibagi menjadi
senyawa sederhana. Akibatnya, jumlah gas yang dibebaskan (Vide supra). Serangan
bau memancar dari kematian tubuh karena pembentukan gas hidrogen Sulfida. Gas-
gas dikumpulkan dalam usus dalam 12 sampai 18 jam di musim panas dan 18 sampai
24 jam di musim dingin.
- Pencairan jaringan, dengan kemajuan dalam dekomposisi, organ diubah menjadi tebal

Gambar 7 gambaran kembung pada dekomposisi


Gambar 8 warna kehijauan pada tungkai

Gambar 9 warna kehijauan pada fossa iliaka

Perubahan Dekomposisi

1. Tanda eksternal

Pembusukan adalah tanda yang paling mutlak pada kematian.Tanda


eksternal pertama dari pembusukan (dekomposisi) adalah perubahan sebuah warna
kehijauan dari sisi kanan perut atas wilayah sekum tepat (Gambar. 9). Secara
bertahap warna menyebar ke seluruh perut, dan di dada dan saat ini bau busuk
menjadi semu. Isi cairan sekum dan penuh bakteri karena pembusukan berkembang
sebelumnya. Sejak sekum adalah dekat dengan dinding perut, kanan bawah perut
noda pertama. Demikian pula, permukaan hati dengan usus buntu juga
menunjukkan perubahan warna kehijauan. Perubahan warna kehijauan karena
pembentukan sulphmethemoglobin. Di musim panas, warna biasanya berkembang
sekitar 12 sampai 18 jam dan di musim dingin dibutuhkan sekitar 18-24 jam. Ada
pembentukan beberapa kulit menjadi lepuh (Gambar 10 dan 11) mengandung udara
dengan kulit lepas pada tempat. Seluruh tubuh menjadi bengkak dengan cairan dan
akhirnya mencairkan dan megalami disintegrasi. Marmer kulit menjadi menonjol
oleh 24 jam di musim panas sedangkan sekitar 36 sampai 48 jam di musim dingin
(Gambar. 12). pembuluh darah itu diserang oleh mikroorganisme. Formasi dari
sulphmethemoglobin menyebabkan pewarnaan kehijauan-coklat dari dinding
bagian dalam pembuluh darah. Fenomena ini memberikan naik ke penampilan
marmer pada kulit. Warna merah postmortem gigi (pink gigi) - warna merah adalah
karena hemolisis setelah eksudasi derivatif hemoglobin melalui tubules gigi.7

Berbagai produk yang terbentuk selama proses dekomposisi dan disebutkan


dalam Tabel 5. Sebagai proses berlangsung dekomposisi, bau aneh yang
dipancarkan oleh tubuh menarik serangga. Setelah invasi tubuh oleh lalat, mereka
bertelur di 18 sampai 36 jam tergantung pada kondisi lingkungan (Gambar 13 dan
14). Mereka biasanya bertelur di dekat lubang. Telur menetas dalam waktu 12-24
jam untuk larva. Larva juga disebut sebagai belatung (Gambar. 15). Belatung
pemakan rakus. Selain itu, belatung mempunyai enzim proteolitik yang
menyebabkan kerusakan lebih dan dapat menyebabkan sulit dalam menafsirkan
cedera permukaan.7

Serangga dan hewan lainnya akan memakan tubuh setelah kematian.


Hal ini biasa terjadi baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Kecoak dan
semut dapat menyebabkan kuning / erosi coklat dari kulit yang bisa menyerupai
lecet dan membingungkan penguji. Gigitan semut dan kecoak pada kulit anak yang
meninggal karena memiliki SIDS telah disalahartikan sebagai bukti pelecehan.
Serangga dan larva mereka memainkan utama peran dalam pembersihan tubuh
selama dekomposisi. Hewan yang lebih besar, termasuk hewan peliharaan rumah
tangga, juga akan memakan mayat. Kucing dan anjing akan mengunyah pemilik
mati mereka jika dibiarkan saja dan lapar. Tikus, musang, possum dan hewan liar
lainnya juga dapat menyebabkan cukup kerusakan tubuh. Sebagian besar cedera
postmortem adalah mudah diakui baik oleh ahli patologi atau antropolog
konsultasi. Jarang tidak hewan mengkonsumsi seluruh tubuh. Namun, hewan dapat
menyebar bagiandari sisa-sisa di wilayah yang luas.12

Gambar 10. pembentukkan beberapa kulit melepuh


Gambar 11. bukti marmer

Gambar 12 pembentukan beberapa kulit melepuh dan kulit terkupas

Gambar 13. Telur

Tabel 5. Prodak Dekomposisi


Asam: asetat, palmitat, oksalat, suksinat, laktat
Amina dan asam amino: leusin, tirosin, putrisine, cadaverine
zat aromatik: indol, skatol merkaptan
Gas: Hidrogen Sulfida, karbon dioksida, sulfur dioksida, amonia dll
Enzim: SGOT, LDH dll

2. Dekomposisi internal7

Dekomposisi dari organ internal tergantung pada beberapa faktor seperti :

1. Keutuhan organ
2. Kadar air dari organ

3. Kepadatan organ

4. Jumlah darah di organ

Urutan dari awal dan akhir pembusukan terjadi di organs internal yang disajikan pada
Tabel 6.

Gambar 14. telur

Gambar 15. Larva

Gambar 16. Hati berbusa


Gambar 17. Dekomposisi hati

Tabel 6. Urutan pembusukan organ internal

Organ internal membusuk awal Organ internal membusuk akhir


Otak Kerongkongan
Mukosa trakea dan laring Diafragma
Lambung dan usus Jantung
Limpa paru-paru
Hati Ginjal
Kandung kemih
Uterus
prostat

Faktor eksternal7

1. Suhu antara 21 C sampai 43 C adalah menguntungkan untuk penguraian.


Dekomposisi ditangkap di bawah 0 C dan di atas 50 C. Paparan sehingga suhu
tinggi dan rendah kelembaban mempercepat dekomposition.

2. Kelembaban sangat penting untuk proses dekomposisi karena mikroorganisme


penyebab pembusukan membutuhkan kelembaban dan suhu optimum untuk
pertumbuhan mereka. Oleh karena itu organ yang mengandung lebih banyak air
terurai lebih awal dari yang kering.

3. Air, adanya udara mempromosikan dekomposisi oleh berkurangnya penguapan.

4. Cara penguburan, dekomposisi dimulai awal dalam tubuh dimakamkan di kuburan


dangkal. Diktum Casper adalah berguna untuk penilaian kasar dari tingkat
dekomposisi. Ini delapan kali lebih lambat di bawah tanah dan dua kali lebih
lambat di bawah air dibandingkan dengan udara
Faktor internal7

1. Usia - mayat anak-anak terurai cepat dari pada orang dewasa. Mayat orang tua tidak
terurai dengan cepat, mungkin karena lebih sedikit lembab.

2. Seks - jenis kelamin tersebut tidak memiliki pengaruh pada dekomposisi Namun,
perempuan dalam periode postpartum awal mungkin terurai dengan cepat jika
kematian tersebut terkait dengan keracunan darah.

3. Kondisi tubuh gemuk terurai lebih awal dari yang tipis dan kurus.

4. Penyebab kematian - seperti yang disebutkan dalam Tabel 7.

5. Scars - laju dekomposisi terhambat di bekas luka daerah (di bekas luka) sebagai
daerah ini tanpa pembuluh darah.

Tabel 7. Kondisi yang mempercepat dekomposisi

Kondisi mempercepat dekomposisi


- Sepsis
- Rhabdomyolysis
- Overdosis Kokain
- Daerah edema
Kondisi menghambat dekomposisi

- Dehidrasi
- Perdarahan masif
- Lingkungan Dingin
- Pembalseman

a. Skeletonikasi

Skeletonikasi akan tergantung pada banyak faktor, termasuk iklim dan


lingkungan mikro seluruh tubuh. Ini akan terjadi lebih cepat dalam tubuh pada
permukaan tanah dari di salah satu yang dimakamkan. Secara umum, dalam tubuh
yang terkubur, jaringan lunak akan hilang 2 tahun. Tendon, ligamen, rambut dan
kuku akan diidentifikasi untuk beberapa waktu setelah itu. Pada sekitar 5 tahun,
tulang akan telanjang dan disarticusi, meskipun fragmen tulang rawan artikular
dapat diidentifikasi selama bertahun-tahun dan selama beberapa tahun tulang akan
merasa sedikit berminyak dan jika mereka dipotong dengan gergaji, gumpalan asap
dan bau bahan organik mungkin terbakar. Pemeriksaan ruang sumsum tulang dapat
mengungkapkan sisa bahan organik kadang-kadang dapat cocok untuk analisis
DNA. Pemeriksaan permukaan potongan tulang panjang di bawah sinar UV dapat
membantu, karena ada perubahan dalam pola fluoresensi dari waktu ke waktu. Jika
ragu, ahli patologi forensik harus meminta bantuan dari seorang antropolog
forensik atau arkeolog yang memiliki ketrampilan khusus dan teknik untuk
mengelola jenis bahan.12

1. Komplit - semua jaringan lunak dihapus

2. Partial - di sini hanya bagian dari tulang yang terkena kulit, otot, jaringan lunak dan
organ mungkin kehilangan sebelum kerangka menjadi terpisah. Menurut Rodriguez
& Bass (1985), pisahan itu biasanya berlangsung dari kepala ke bawah (untuk
memisahkan misalnya mandibula dari tengkorak, tengkorak memisahkan dari
tulang belakang leher). Demikian juga pisahan dari pusat ke perifer arah (untuk
misalnya pertama akan ada pemisahan tulang maka anggota badan). Tulang-tulang
mungkin diubah menjadi fosil. Kehadiran asam tanah atau air mempercepat yang
proses untuk pemeriksaan tulang individual.7

b. Adipocere

Adipocere adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah
berarti "lemak" (adipo) "Lilin" (cera). Hal ini mengacu pada zat lilin abu-abu putih
keras yang terbentuk selama penguraian. Ini adalah perubahan jarang terjadi,
terutama terkubur selama waktu dingin, lingkungan yang lembab dan paling sering
terlihat setelah mayat telah terendam air selama musim dingin. Tidak semua badan
memiliki adipocere ditemukan dalam air. Misalnya, mayat yang ditemukan dalam
kantong plastik yang menyediakan lingkungan yang lembab juga dapat mengalami
perubahan ini. Pembentukan zat ini membutuhkan lemak. Jaringan lemak di
bawah kulit mulai berubah menjadi sabun. Umumnya, wanita dan anak-anak
membentuk adipocere lebih mudah karena mereka memiliki kandungan lemak
yang lebih tinggi. Pengerasan biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk
sepenuhnya berkembang tapi jarang dapat sepenuhnya berkembang dalam waktu 4
minggu.9
Eksterior tubuh tetap putih dan lapisan terluar dari kulit lolos. Berbeda
dengan proses dekomposisi biasa, mungkin tidak ada perubahan signifikan warna
hijau atau kembung sejak suhu dingin menghambat bakteri yang biasanya
berkembang biak dan membentuk gas. Adipocere awalnya terbentuk pada bagian
tergantung dari tubuh. bagi tubuh benar-benar tenggelam dalam air, adipocere
biasanya akan didistribusikan cukup merata seluruh permukaan tubuh. Kadang-
kadang, mungkin ada perbedaan pembentukan antara bagian-bagian tubuh yang
berpakaian dan bagian-bagian telanjang. Pembentukan berbeda juga dapat terjadi
di daerah yang cedera.9

Gambar (Gambar 18-21)

adipocere, ketika segar, ini aneh, keras, lembab, keputihan dan tembus. Hal ini
mudah terbakar dan luka bakar dengan kuning samar.

adipocere mengapung dalam air dan larut dalam alkohol dan eter.

adipocere memiliki bau tengik. Beberapa pihak berwenang menggambarkan bau


dan ammonical.

adipocere, sekali terbentuk, tampaknya stabil untuk beberpa periode.

bakteri Gram positif mampu menurunkan adipocere.

setelah beberapa tahun, adipocere menjadi rapuh, retak dan pucat.

adipocere biasanya pertama-tama dilihat pada lemak subkutan pipi, payudara, perut
dan kemudian lain organ dan jaringan. Biasanya diperlukan waktu sekitar tiga
minggu untuk adipocere untuk berkembang sepenuhnya. Namun, di India, Dr Coull
Mackenzie menemukan itu terjadi dalam 3 sampai 15 hari dalam tubuh terendam
sungai Hooghly atau dikubur di tanah basah dari Bengal rendah. Dr Modi juga telah
mengamati pembentukan adipocere di 7-35 hari.
adipocere mempertahankan ciri karena identitas almarhum dapat dibuat. Demikian
itu mempertahankan luka, jika ada lebih dari tubuh sehingga membantu dalam
menjelaskan penyebab kematian. Menurut Evans (1962) beberapa penyakit bisa
diakui pada pemeriksaan mikroskopis adipocere jaringan dalam beberapa instances.

Mekanisme1

asam lemak tak jenuh dari tubuh diubah menjadi jenuh asam lemak dengan proses
hidrolisis dan hidrogenasi.

dalam adipocere, ada hidrogenasi lemak tubuh tak jenuh menjadi aneh, keras,
berwarna putih kekuningan, lilin lemak asam jenuh. Proses pembentukan adipocere
dimulai lemak netral (misalnya adiposa) dan diprakarsai oleh lipase intrinsik, yang
menurunkan trigliserida menjadi asam lemak. Asam lemak yang dihidrolisis dan
terhidrogenasi menjadi hidroksi- asam lemak. Jadi adipocere terutama terdiri dari
asam lemak jenuh. Proses ini difasilitasi oleh bakteri anaerob seperti Clostridium
welchii. Clostridium welchii yang mengandung toksin rahasia lecithinase, protease
dan phospholipases. Aksi bakteri menciptakan limbah yang kaya amonia yang
memberikan kontribusi untuk membentuk lingkungan basa.

Pada saat kematian, tubuh mengandung sekitar setengah persen asam lemak tetapi
sebagai pembentukan adipocere dimulai mawar lemak tubuh 20% dalam waktu
satu bulan dan lebih dari 70% dalam tiga bulan.

Awalnya air yang diperlukan untuk proses ini diperoleh dari jaringan tubuh (air
intrinsik).

Persyaratan1

Berikut ini adalah persyaratan untuk pembentukan adipocere :

Hujan atau lingkungan air

Suhu Hangat

Rindakan enzimatik bakteri intrinsik

Jaringan adiposa

Faktor pembentukan adipocere tergantung pada beberapa faktor seperti:


1. Kondisi Atmosfer - Dikatakan bahwa untuk pembentukan adipocere, kondisi
ambient menengah (tepat kondisi atau fenomena Goldilocks) yang diperlukan.
Dengan kata lain, jaringan akan mengering (mummifikasi) jika kondisi terlalu kering
sedangkan jika kondisi terlalu basah, tubuh mungkin lebih basah atau mungkin cair. 1

2. Suhu - ketika suhu lingkungan terlalu rendah atau terlalu tinggi, tidak ada formasi
adipocere terjadi, karena bakteri diperlukan untuk mempercepat proses tersebut tidak
akan berproliferasi pada suhu tersebut. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa
pertumbuhan optimum adipocere terjadi pada suhu ambient. 1

3. Kelembaban atau air yang diperlukan untuk proses pembentukan adipocere.


Awalnya cairan tubuh digunakan untuk memulai proses tapi untuk penyelesaian
adipocere itu, kehadiran kelembaban atau air yang diperlukan dalam lingkungan. 1

4. Gerakan Air - memperlambat proses karena gerakan udara tubuh menguap dan
mengurangi suhu tubuh sehingga memperlambat proses kimia. 1

5. Tempat dan media pembuangan - lebih sering terjadi pada tubuh terendam air atau
dimakamkan di tempat yang lembab. Jika terkubur, pemakaman yang mendalam
menunjukkan pembentukan adipocere ditandai dari kuburan dangkal. 1

6. Iklim lembab bagus utnuk pembentukan adipocere. 1

7. Tanah - dalam lingkungan pemakaman, pH tanah, suhu, kelembaban dan


kandungan oksigen dalam kubur mempengaruhi pembentukkan adipocere. 1

8. Pakaian - Kehadiran pakaian atas tubuh muncul untuk mempercepat pembentukan


adipocere karena mempertahankan air. 1

9. Peti - jika tubuh dimakamkan dalam peti, peti akan menghambat laju pembentukan
adipocere. 1

10. Air - bentuk adipocere baik dalam air hangat daripada dingin air. 1
Gambar 18. pembentukan adipocere

Gambar 19. pembentukkan adipocere

Gambar 20. adipocere tangan diawetkan

Gambar 21. adipocere kaki diawetkan

c. Mummifikasi
Mumifikasi terjadi di lingkungan kering panas di mana tubuh mampu dehidrasi dan
proliferasi bakteri minimal. Kulit menjadi gelap, kering dan kasar. Organ internal
mengering dan menyusut. Kebanyakan mumifikasi terjadi pada bulan-bulan musim
panas, tetapi juga dapat terjadi selama musim dingin jika suhu cukup hangat. Seluruh
tubuh dapat terjadi mumifikasi dalam beberapa hari sampai minggu. Sebagai kulit
mengering dan mengeras, jaringan lunak membusuk. Setelah beberapa minggu,
seluruh tubuh mungkin muncul diawetkan dengan beberapa penyusutan karena
dehidrasi. Namun, jika sebuah insisi dibuat melalui kulit, jaringan lunak, lemak dan
organ internal mungkin hampir tidak ada. Setelah tubuh dalam keadaan ini, mungkin
tetap dipertahankan untuk waktu beberapa tahun kecuali kulit robek atau rusak. Mumi
diterjemahkan ke bagian tubuh tertentu relatif umum. Mumifikasi dari jari tangan dan
kaki mudah terjadi dalam lingkungan yang relatif kering terlepas dari suhu.9

Gambar1
Gambar dari tubuh yang tetap dipertahankan (Gambar 22)

Kulit menjadi kering karena dehidrasi sel dan menampilkan perubahan warna hitam
kecoklatan dan perkamen sebuah seperti penampilan (Gambar 23). Mummifikasi
menjadikan jari-jari dan jari-jari kaki dalam keadaan kering, keras dan layu (Gambar
24 dan 25).

Pengeringan dari bagian-bagian tertentu dari tubuh dapat menyebabkan penyusutan


kulit dan karena menyusut dan meregangan, menyebabkan perpecahan besar terutama
perpecahan ini umum dipangkal paha, leher dan ketiak. Perpecahan tersebut dapat
menyerupai cedera.

Lemak subkutan mejadi cair selama mummifikasi.

Organ internal berkurang dalam ukuran karena kehilangan konten air dan mungkin
tidak mudah diindentifikasi.

Penghancuran tubuh mumifikasi terjadi akhir. Jaringan diubah menjadi debu.

Waktu yang dibutuhkan untuk mummifikasi lengkap tubuh tidak dapat dinyatakan
bervariasi dan tergantung pada beberapa faktor seperti dibahas di bawah. Peripheral
mummifikasi adalah fenomena yang cukup umum dengan ekstremitas distal, terutama
jari-jari dan jari-jari kaki dalam waktu 2 sampai 3 hari. Dalam kondisi lingkungan,
perubahan dapat terjadi antara kira-kira 3 minggu sampai 3 bulan.

Mekanisme

Mummifikasi berlangsung di mana tubuh kehilangan cairan ke lingkungan melalui


penguapan.

Karena tidak adanya kelembaban dan suhu panas, yg menyebabkan perbusukan


bakteri tidak dapat berkembang biak di lingkungan yang tidak bersahabat seperti itu.

Faktor Pembentukan mummifikasi tergantung pada beberapa faktor seperti: 1

1. Ukuran tubuh

2. Kondisi Atmosfer - suhu panas bagus untuk pembentukan mummifikasi. Demikian


pula membutuhkan lingkungan kering yaitu itu tidak dapat terjadi dalam kondisi
lembab tinggi.

3. Gerakan Air - gerakan udara bebas mempromosikan pembentukan mummifikasi.

4. Tempat pembuangan mummifikasi terjadi secara alami ketika udara dan / atau
tanah yang sangat kering.

Gambar 22. gambar mumifikasi diawetkan

Gambar 23. gambar mumifikasi


Gambar 24. Mumifikasi pada tangan

Gambar 25. mumifikasi pada kaki

Entomologi Forensik1

Setelah kematian, proses dekomposisi dan bau aneh dari dekomposisi


menarik serangga terbang, terutama lalat. Berbagai serangga tertarik terbang
ke arah tubuh mati dan menduduki itu tapi dua kelompok yang lebih umum dan
mereka adalah:

1. Diptera (lalat)

2. Coleoptera (kumbang)

Siklus hidup dari Lalat adalah yang pertama untuk menarik ke arah mayat. Berbagai
jenis lalat. Setelah invasi tubuh, lalat bertelur di sekitar 18 sampai 36 jam telur ini biasanya
ditetapkan di mucocutaneous junction seperti bibir, hidung, anus, dan vagina atau bahkan di
luka terbuka.Telur ini menetas dalam waktu 12 sampai 24 jam, tergantung pada jenis
serangga dan kondisi lingkungan, untuk larva. larva ini disebut sebagai belatung. Belatung
pemakan yang rakus. Bahkan, bagian belatung yaitu enzim proteolitik yang menyebabkan
kerusakan. Larva ini tumbuh dalam ukuran dan terdapat di dalam struktur kulit; Proses ini
disebut sebagai pupa untuk membentuk kepompong. pupa bisa pecah untuk melepaskan lalat
muda mampu reproduksi sehingga menyelesaikan siklus hidup (Gambar. 26 untuk 29).
Gambar 26. Siklus hidup lalat

Gambar 27. telur

Gambar 28. larva

Gambar 29. lalat hijau


Tabel 6 siklus hidup larva lalat`13
DAFTAR PUSTAKA

1. Dix J, Graham M, Time of Death.,Decomposition., and Identification An Atlas. CRC


Press LLC. 2000

2. Dolinak D, Matshes E W, Lew E O. Forensic Pathology Principles and Practice. Elsevier


Inc. USA. 2005. p. 528-553
3. Henge C, Madea B. Estimation of the Time Since Death in the Early Post-Mortem
Period. Forensic Science International. 2004; 144; 16775.
4. Sampurna, Budi, et al. 2003. Peran Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum. Jakarta :
Universitas Indonesia.
5. Eng, V dan Oktavinda S. 2014. Tanatologi dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi .
Jakarta: Media Aesculapius.
6. Thanos C.A, Djemi T, dan Nola T.S.M. 2016. Livor mortis pada Keracunan insektisida
golongan organofosfat di kelinci. Jurnal e-Clinic (eCI), Volume 4, Nomor 1, Januari-
Juni 2016
7. Bardale, R. 2011. Principle of Forensic Medicine and Toxicology. New Delhi: Jaypee
Brother Medical Publisher
8. Tsokos M, eds. Postmortem Changes and Artifacts Occurring During the Early
Postmortem Interval. In: Forensic Pathology Reviews Vol 3. Germany : Humana
Press;2005. p: 189-235.
9. Payne, J. Simpsons Forensic medicine 13th edition. London : Hodder Arnold An
Hachette UK Company; 2011. P 46
10. DiMaio VJ, DiMaio D. Time of Death. In: DiMaio VJ, DiMaio D. Forensic Pathology.
2nd ed. USA: CRC Press LLC; 2001. Chapter 2.
11. Catts EP. Problems in Estimating the Postmortem Interval in Death Investigations. J.
Agric. Entomol. October 1992; 9(4); 245-55.
12. Dix, Jay. Causes of death Atlas Series. 2000. CRC Press LLC.
13. Death : Meaning, Manner, Mechanism, Cause and Time. Chapter 11.
14. Kercheval J. 1997. Standards Employed to Determine Time of Death. Disajikan dalam
AAFS New York Meeting, New York, NY, 17 22 Februari.

Anda mungkin juga menyukai