Anda di halaman 1dari 14

Makalah Infeksi Sistem Saraf Pusat

Pendahuluan
Infeksi pada sistem syaraf pusat dan pada jaringan disekitarnya merupakan kondisi yang
mengancam jiwa. prognosis tergantung pada identifikasi tempat dan jenis pathogen yang
menyebabkan terjadinya inflamasi sehingga bisa diberikan pengobatan anti biotic yang efektif
secepat mungkin. Olehkarena analisis LCS, biopsy, dan analisis laboratorium merupakan Gold
standard untuk mengidentifikasi pathogen penyebab meningitis, neuroimaging merupakan
pemeriksaan yang sangat penting untuk menggambarkan letak lesi pada otak dan medulla
spinalis. gambaran pola lesi menentukan diagnosis yang tepat dan menentukan tatalaksana terapi
selanjutnya. khususnya, neuroimaging memiliki peran yang sangat penting pada penyakit-
penyakit oportunistik, bukan hanya untuk penegakan diagnosis, namun juga untuk memantau
respon terapi. makalah ini membahas penemuan terkini dalam bidang neuroimaging pada infeksi
system saraf pusat seperti meningoensefalitis bacterial, entrikulitis dan infeksi medulla spinalis,
baik oleh irus maupun penyakit oportunistik pada system saraf pusat.
Meningitis
!ada keadaan yang diduga meningitis bakterialis dengan penurunan kesadaran,
pemeriksaan C"-Scan cranium direkomendasikan sebelum lumbal punksi untuk menghindari
herniasi otak akibat edema serebri. #agaimanapun, pengobatan antibiotik empiris harus
dilakukan sebelum C"-Scan dan lumbal punksi dilaksanakan. pada meningitis fase akut,
!emeriksaan C"-Scan biasanya norma. Lesi pada parenkim tidak mudah terlihat pada gambaran
C"-Scan, kecuali pada iskemik yang disebankan oleh askulitis sekunder yang merupakan
komplikasi pada lebih dari $%& kasus '(ambar )*. C"-Scan penting dan cukup untuk
mengetahui kelainan pada basis cranii yang mungkin sebagai penyebab dan menentukan
penanganan yang cepat dan konsultasi bedah jika diperlukan. Sumber infeksi yang potensial
diantaranya adalah fraktur sinus paranasal dan os petrosa maupun infeksi telinga bagian dalam
dan mastoitis. C" enografi merupakan pemeriksaan yang sangat baik untuk mendiagnosa
komplikasi thrombosis sinus sagitalis dan transersa, yang mengharuskan pemberian terapi
antikoagulan heparin intra ena, pada stadium lanjut, persistennya tanda-tanda rangsangan
meningeal dipikirkan sebagai indikasi untuk C"-Scan untuk menyingkirkan kemungkinan
1
diserapnya hidrosefalus. +ika drainase entrikuler diperlukan, pemeriksaan C"-Scan diperlukan
untuk menentukan waktu operasi berikutnya. pada beberapa kasus, efusi subdural sering
ditemukan yang biasanya sembuh dengans endirinya tanpa pengobatan. gambaran parenkim
yang abnormal sebanding lurus dengan gejala neurologis dan akan memperburuk prognosis nya.
(ambar ), C"-Scan seorang pasien dengan meningitis tuberculosis menunjukkan
perubahan inflamasi periaskuler dan infark temporer yang disebabkan oleh askulitis
-agnetic .esonance Imaging '-.I* bukan merupakan pemeriksaan rutin pada kasus
meningitis bakterialis tanpa komplikasi. pemeriksaan -.I akan membantu memberikan
gambaran yang lebih jelas pada parenkim otak. "erkadang, perbaikan setelah pemberian
godalinum 'gd*-/"!0 pada pemeriksaan -.I bukan hanya pada jaringan otak dan meedula
spinalis, namun juga pada LCS, seperti yang pernah dilaporkan pada kasus meningitis spirosetal.
penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemeriksaan -.I sangat berguna pada kasus meningitis
tuberculosis. 1arena isibilitas gambaran meningen pada T1-weighted lebih bagus terlihat,maka
pada meningitis tuberculosis sangat dianjurkan untuk diperiksa dengan cara ini. hal ini sangat
penting untuk memulai pengobatan tuberculosis tersebut karena angka morbiditas dan
mortilitasnya masih sangat tinggi. penelitian terbaru mengatakan bahwa dengan terapi adjuan
2
deksametason pada kasus meningitis tuberculosis dewasa mampu menurunkan morbidtas, namun
tidak mampu mencegah hendaya.
!ada kasus komplikasi berupa kejang dan disertai dengan gejala-gejala fokal, -.I lebih
baik jika dibandingkan dengan C"-Scan dalam menggambarkan lesi parenkim pada kasus
meningoensefalitis atau komplikasi askulitis akibat rentetan 2L0I. '2luid 0ttenuated Inersion
.ecoery*. !ada penyakit Lyme, multifocal nonenhancing patchy lesions dapat dilihat pada "$
3). bersamaan dengan dugaan pada riwayat penyakit dan kelainan patologis LCS, pemberian
ceftria4one intraena harus segera dilakukan selama $) hari. informasi tambahan bisa dilakukan
pada pemeriksaan /iffusion 3eighted Imaging '/3I*. lesi inflamasi akut, termasuk ensefalitis,
cerebritis dan tuberculosis akan terlihat gambaran hiperintens. Neurocystecerosis akan terlihat
hipointens pada /3I. diagnosis Neurocystecerosis bisa ditegakkan dengan neuroimaging.
operasi pembukaan jaringan otak dan biopsy stereotaxic tidak diperlukan. lesi yang timbul akan
menghilang dengan pemberian pra5i6uantel atau mebenda5ol. (ambaran to4oplasmosis
berariasi pada pemeriksaan /3I. !engobatan harus segera dilakukan, dan respon etradap
pemberian dilakukan dengan pemeriksaan ulang setelah 7 minggu.
#eberapa pathogen berpredileksi pada lekukan batang otak, dan akan 8ampak pada
pemeriksaan -.I. khususnya, pada pasdien rhombensefalitis akibat Listeria monositogen, perlu
pemberiana ntibiotik yang sesuai termasuk ampisilin. 8eurobrecellosis menunjukkan gambaran
yang berariasi, mulai dari normal hingga inflamasi non spesifik SS! dan nerus, atau
komplikasi askuler. pengobatan penyakit ini berupa terapi empiris.
1omplikasi ascular harus di pikirkan pada pasien dengan perburukan kondisi, walaupun
telah diterapi. !ada kasus ini, pemeriksaan /3I lebih sensitie jika dibandingkan dengan -.I
standar dalam menentukan defisit yang minimal pada korteks, atau infakr pada substansia alba
yang dalam akibat askulitis sepsis. Magnetic Resonsnce Angiography '-.0* mampu
menyingkirkan atau menegakkan diagnosis askulitis yang akan membantu klinisi memutuskan
pemberian steroid dosis tinggi. penelitian terbaru menyatakan bahwa pemberian steroid dosis
tinggi sebelum pemberian antibiotik mampu memberikan hasil yang lebih baik, tanpa
meningkatkan efek perdarahan saluran cerna.
9entrikulitis piogenik merupakan kasus yang jarang ditemukan namun sangat berakibat
fatal sehingga perlu penegakan diagnosis dan terapi yang cepat. 8euroimaging merupakan satu-
3
satunya alat yang dipercaya untuk menegakkan penyakit yang mengancam jiwa ini. -.I 2L0I.
lebih sensitif dengan menggambarkan perientrikuler, kelainan ependimal dan pada beberapa
kasus juga pada pial atau kelainan dura-arachnoid. /ebris yang ireguler pada intraentikuler
merupakan gambaran yang spesifik. -.I diperlukan untuk mengetahui ruptur intraentrikuler
akibat abses piogenik. terapi antibiotik intraena dosis tinggi harus diberikan selama beberapa
minggu.!ada kasus yang etrjadi perburukan kondisi pasien walaupun telah diberikan terapi
antibiotic intraena dosis tinggi, tindakan Ommaya harus dilakukan.
Empiema subdural dan epidural
:mpiema bakterial ekstra a4ial paling baik jika menggunakan -.I. C"-Scan sering
menimbulkan keraguan pada lokasi lesi yang sebenarnya. gambaran cairan pus ini dapat terklihat
lebih cembung atau terlihat intrahemisfer. gambaran ini akan terlihat relatie lebih hiperintens
daripada LCS dan lebih hipointens dari substansia alba pada pemeriksaan ")3) dan relatie
lebih hiperintens dari LCS dan substansia nigra pada pemeriksaan "$3) yang dapat
membedakan dengan efusi steril dan hematoma kronik. berbeda dengan empiema subdural,
epidural empiema menunjukkan pinggiran yang hipointens antara duramater dan parenkim otak.
inflamasi sering menyebabkan kelainan berupa edema, mass effect dan hiperintens korteks yang
reesibel. /3I dapat digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa kumpulan cairan ekstra a4ial
tersebut adalah empiema. empiema subdural biasanya menunjukkan gambaran yang lebih intens,
sedangkan epidural empiema menunjukkan gambaran yang kurang intens atau gambaran yang
berariasi. tindakan bedah saraf merupakan terapi pilihan pada kasus ini.
Abses piogenik
/iagnosis abses piogenik merupakan hal sulit ditentukan. terdsapat dilema oelh para
klinisi untuk mendiagnosis dan memberikan terapi pada temuan lesi ring-enhancing tunggal pada
pemeriksaan C"-Scan, dimana hal tersebut harus dibedakan dengan tumor nekrosis
'glioblastoma*, atau suatu metastasis '(ambar $*. pemeriksaan Gd-enhancing MRI sangat
membantu dalam mengidentiikasi lesi kecil multiple yang merupakan tanda-tanda suatu
metastasis. +ika terdapat lesi tunggal pada temuan -.I, biopsy stereotaksik merupakan langkah
selanjutnya yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis. 1arena pada abses harus segera
dilakukan aspirasi dan pada tumor nekrosis harus dilakukan biopsi, informasi lebih lanjut untuk
4
(ambar. $ 04ial post-gadolinium "))3I showing ring-enhancing lesion with
mass effect in a patient with pyogenic brain abscess
mengoptimalkan perencanaaan bedah stereotaksik harus dilakukan. pemeriksaan /3I telah
diusulkan sebagai metode pilihan. dalam beberapa penelitian, hamper semua abses piogenik
menunjukkan gambaran yang khas yaitu hiperintens pada pemeriksaan /3I dan penurunan
0pparent /iffusion Coefficient '0/C*, menunjukkan pengurangan resapan abses yang berbeda
dengan lesi nonpiogenik yang menunjukkan gambaran hipointens atau gambaran yang
berariasi. ;anya chordoma dan epidermoid menunjukkan peningkatan intensitas pada
pemeriksaan /3I. #eberapa peeneliti menyatakan bahwa pemeriksaan 0/C saja tidak boleh
diandalkan karena sering terjadi overlapping diagnosis. -eskupun metode tersebut sangat
membantu, namun tidak bisa memecahkan dilemma diagnosis atau meniadakan pemeriksaan
biopsi. pada kasus yang belum begitu jelas, informasi tambahan dapat diperoleh dengan
pemeriksaan !roton -agnetic .esonance Spectroscopy '!-.S*. !emeriksaan ini bukan lah hal
yang rutin dilakukan, namun beberapapeneliti telah menemukan hal yang menjanjikan dalam hal
penegakan diagnosis pada pemeriksaan ini. 0danya asam amino laktat sitosol dengan atau tanpa
suksinat, asetat, alanin dan glisisn, dapat dianggap sebagai penanda abses, dan laktat serta kolin
sebagai penanda non abses. penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hal tersebut.
5
-eskipun beberapa peneliti telah melaporkan temuan dalam hal membedakan abses aerobic,
anaerobic maupun abses steril, hal tersebut harus dipikirkan dengan sangat matang. kontribusi
teknik ini dan !:" untuk membedakan infeksi dan tumor lebih lanjut dibahas dalam artikel lain,
yang membahas !-.S dan dengan pencitraan tumor otak.
Toxoplasmosis
"o4oplasmosis merupakan infeksi oportunistik yang paling sering pada pasien
imunosupresi. Infeksi prenatal dapat menyebabkan peningkatan risiko bangkitan kejang,
sehingga makin meningkatkan penggunaan neuroimaging. infeksi pada pasien dengan sindrom
defisiensi imun dapatan 0I/S* atau setelah transplantasi sumsum tulang menyebabkan lesi
yang biasanya ganda, dengan adanya tambahan gambaran cincin atau padat. -.I memberikan
gambatan yang sangat jelas pada keadaan ini yang terkadang juga menunjukkan adanya
perdarahan. /alam kasus dengan gambaran lesi yang khas, terapi dengan pyrimethamin <%-)%%
mg = hari dan sulfadia5in 7 g = hari harus dimulai segera. /alam kasus alergi sulfa, pasien dapat
memakai klindamisin >%% mg 6.id sebagai terapi alternatie. . "idak jarang,
neuroimaging menunjukkan lesi to4oplasma dengan dirtandai dengan efek massa dan edema
perifocal. /alam kasus ini, dalam ? hari pertama deksametason 7 mg 6id harus diberikan sebagai
terapi tambahan. +ika dalam perkembangan lebih lanjut terjadi edema, maka perlu tambahan
terapi osmodiuretik. !ada sekitar @%& pasien, perbaikan radiologis dapat dilihat pada sekitar )
minggu yang mana hal ini akan mendukung diagnosis. +ika lesi menetap atau makin
progresif, diagnosis harus dipertimbangkan kembali dan terapi harus diealuasi. Sayangnya,
dalam kasus-kasus imunosupresi berat, gambaran pada -.I sepenuhnya atipikal, sehingga
menyesatkan bagi dokter dan ahli radiologi. "erutama pada arian ensefalitis fulminan, lesi yang
tampak pada pemeriksaan "$3) adalah luas dan sama sekali tanpa adanya peningkatan
intensitas gambara. /alam kasus ini, terapi antito4oplasma harus dimulai sampai diagnosis
telah dipastikan lebih lanjut. +uga dalam kasus toksoplasma atipikal soliter besar, menunjukkan
peningkatan intensitas yang ditandai dengan lesi menyerupai limfoma. /alam kasus ini klinisi
harus mencari sarana diagnostik lain, sementara pasien dirawat sebagai kasus toksoplasmosis.
Infeksi Medula Spinalis
6
!enegakan diagnosis ingeksi medulla spinalis dengan menggunakan foto polos sangat
sulit dilakukan karena kurangnya spesifisitasnya. hanya gambaran erosi tulang dan fraktur
ertebra yang mampu dilihat. oleh karena itu, hanya diferensial diagnosti dari mielopati
kompresi dan atau fraktur ertebra yang bisa ditegakkan.
-eskipun C" tulang belakang memiliki sensitiitas yang lebih tinggi terutama jika
menggunakan kontras dan dapat menunjukkan spondilitis, itu tidak cukup untuk deteksi dini
discitis atau abses epidural. /alam kasus bakteri dan spondilitis "#, C"-Scan menunjukkan
peningkatan erosi dan kerusakan badan ertebra dan dengan menggunakan kontras ditandai
dengan enhancement ruang disk dan gambaran inflamasi dalam daerah paraertebral . /iagnosis
abses epidural tulang belakang hanya bisa dilakukan dengan menggunakan C"-Scan. C"
myelografi setidaknya dapat menunjukkan daerah kompresi, meskipun masih belum bisa
menegtahui etiologi pastinya. Singkatnya, pemeriksaan ini hanya direkomendasikan dalam
keadaan darurat dan tidak tersedianya -.I.
Semenjak ditemukan -.I, pemeriksaan kedokteran nuklir tidak lagi diterapkan secara
rutin. -.I merupakan metode pilihan dalam kasus kecurigaan spondylodiscitis. T1- Weighted
menunjukkan hilangnya ertebralis tubuh, penghancuran margin kortikal dan gangguan
kontinuitas kortikal. T-Weighted menunjukkan intensitas yang tinggi pada tulang yang terkena
dan struktur disk. 0plikasi dari gadolinium adalah wajib dan memfasilitasi diagnosis. 1ontras
perangkat tambahan dapat dilihat sebagai tanda awal di fase akut dimana perubahan pada
")="$3I sangat minimal. !atogen yang paling umum adalah Staphylococcus aureus, tapi lain
bakteri termasuk kasus langka #rucellar spondilitis telah dilaporkan. #eberapa fitur telah
diidentifikasi muncul membantu dalam diferensiasi "# dari spondilitis piogenik. #erkenaan dgn
penyakit spondilitis "# lebih sering menunjukkan gambaran paraspinal abnormal, abses yang
minimal, subligamentous menyebar ke tiga atau lebih badan ertebral dan keterlibatan sebagian
besar badan ertebra toraks. ;al ini penting untuk diingat pada kasus langka yaitu osteomielitis
yang disebabkan oleh jamur, terutama karena aspergillus dan jarang kriptokokus dapat
menunjukkan temuan yang sama -.I sebagai spondylitis bakteri. -ucormycosis Spinal telah
dilaporkan pada beberapa pasien dirawat karena leukemia.
!engobatan umumnya dilakukan secara konseratif dengan antibiotik setelah C"-Scan
dilakukan dan telah dilakukan aspirasi untuk dan drainase perkutan. +ika perbaikan radiologis
7
dilihat dalam $ minggu, terapi konseratif sudah cukup. ;anya ketidakstabilan dan abses
intraspinal membutuhkan interensi bedah saraf. -.I sangat penting untuk memantau tindak
lanjut program di bawah pengobatan. #ahkan setelah respon klinis dan dalam tanpa peradangan
sistemik, peningkatan gadolinium dapat bertahan selama berbulan-bulan.
0bses spinal epidural membutuhkan kewaspadaan yang tinggi oleh para klinis . "erutama
pada pasien setelah injeksi paraertebral, scanning awal harus dipertimbangkan bila ada rasa
sakit punggung local yang makin hebat, sedimentasi tinggi tingkat, dan leukositosis. -.I
menggambarkan abses epidural sebagai gambaran massa hyperintense dan disertai dengan
peningkatan intensitas pada ")3:-(d. (ambar pada -.I di aksial dan sagital berguna dalam
perencanaan pra operasi. "erapi dengan bedah dekompresi dan drainase diperlukan dalam kasus-
kasus dengan kompresi struktur saraf. 1asus tanpa kompresi spinal dan tanpa abses tapi dengan
tanda-tanda neurologis parah dapat menjadi meragukan diagnostik. /alam kasus-kasus iskemia
saraf tulang belakang karena trombosis dari pembuluh leptomeningeal atau kompresi arteri
tulang belakang harus dicurigai sebagai mekanisme yang mendasari.sehingga, neuroimaging
digunakan untuk menjelaskan etiologi dan mencegah tindakan bedah yang tidak perlu sebagai
interensi terapeutik.
eterlibatan Medula Spinalis dan Meningen
2oto polos dan C"- tidak membantu. ;anya -.I yang dapat menunjukkan gambaran
inflamasi pada medulla spinalis. /alam infeksi akibat bakteri, inflamasi di medulla spinalis
sebagian besar disebabkan oleh perubahan sekunder dalam abses intraspinal. -.I menunjukkan
peningkatan intensitas yang berbanding lurus dengan peradangan dan edema pada "$3I. !ada
saat ini, infeksi spirochetal umumnya disebabkan akibat !enyakit Lyme#orrelia burgdorferi.
-ielitis dapat menjadi komplikasi yang sering pada infeksi irus. /alam banyak kasus,
irus tetap dapat teridentifikasi. !ada kasus !erpesviridae seperti "aricella #oster virus,
cytomegalovirus, dan $pstein-%arr virus ':#9* sering digambarkan pada pasien-pasien dengan
immunocompromised. 1arena seringnya kasus-kasus tersebut dengan ascending paraparesis,
diferensiasi dari inflammatory polyradiculitis sangat penting segera ditentukannya terapi dengan
obat antiirus atau steroid dosis tinggi versus imunoglobulin intraena 'I9I(*. -.I
menunjukkan tingginya perubahan sinyal pada medula spinalis dengan ariabel edema dan
8
peningkatan (d juga di lum&osacral roots pada infeksi :#9. 'oxsac(ie dan irus :C;O dapat
menyebabkan myelitis transersal. #aru laporan terbaru adanya komplikasi ke tulang belakang
yang disebabkan infeksi 389. -.I perubahan termasuk kelainan parenkimmedla spinalis dan
cauda e)uine enhancement. !ada tahap awal infeksi ;I9, mielitis yang terjadi dapat menyerupai
autoimmune-mediated myelitis. /alam tahap selanjutnya, gambaran khas -.I memungkinkan
cepatnya diagnosis melalui saluran yang pucat dan vacuolar myelopathy menunjukkan lesi
intramedullary* kadang ditandai dengan tampilan kistik, terkadang peningkatan (d dapat
ditemui. !engobatan dengan steroid biasanya tidak bermanfaat dalam kasus ini. Sebaliknya,
dalam kasus tropical spastic paraparesis pada ;"L9-$ myelopathy gambaran -.I tampak
normal dan jarang sekali menunjukkan atrofi.
!iral Meningoencephalitis
!erpes simplex virus ';S9* merupakan penyebab paling umum encephalitis oeh irus.
8amun, baru-baru ini diamatinya epidemi the West Nile "irus, baru diakui irus seperti Nipah
virus dan sebelumnya irus-irus yang menyerang ketahanan tubuh manusia seperti !uman
!erpes "irus > atau ? ';;9 >, ;;9 ?* atau enteroirus ?) dengan infeksi SS!, perlu diingat
bahwa pada ensefalitis akut adanya penyebab lain selain ;S9. !ada pasien dewasa dengan
imunokompeten, ;;9 > dapat menyebabkan ensefalitis kronis '(ambar. A*. !ada pasien
immunocompromised agen penyebab yang mungkin lebih luas.
/eteksi /80 ;S9 pada SS! dengan !C. merupakan pemeriksaan andalan untuk
diagnosis ensefalitis ;S9, walaupun hasil tes laboratorium mungkin negatif palsu atau
munculnya yang terlambat. +adi, hasil pencitraan penelitian penting untuk memutuskan apakah
pengobatan antiirus harus dimulai pada pasien dengan suspecten ;S9 diduga encephalitis.
-.I 1ranial unggul dibanding C" untuk deteksi awal tanda-tanda necroti#ing encephalitis yang
dapat muncul pada 7@ jam pertama pada "$-weighted '"$3I* atau flair images.
9
(ambar. A 04ial 2L0I. images of a patient with chronic ;;9 > encephalitis
showing patchy signal hyperintensities in white matter and corte4
!ada bayi dan neonatus, /3I terlihat lebih sensitif dibandingkan "$3I atau flair imaging
dalam pendeteksian awal edem sitotoksik kortikal. #aru-baru ini, penemuan tersebut dapat
dikonfirmasikan terhadap pasien dewasa.-enariknya, dengan melakukan -.I ulang pada studi
yang sama menunjukkan bahwa kelainan difusimenghilang dalam waktu )7 hari setelah onset
gejala muncul, sedangkan hyperintensities pada "$3I bertahan. studi lebih lanjut diperlukan
untuk melihat apakah resolusi dari perubahan-perubahan pada /3I berhubungan dengan
pengobatan dengan 5at-5at antiirus dan apakah persistennya dari perubahan ini mencerminkan
kerusakan kortikal dan hasil yang lebih buruk pada pasien dengan ensefalitis ;S9.
Nipah virus merupakan paramyxovirus baru yang erat kaitannya dengan !endra virus
'mo&illivirus pada kuda* yang baru-baru ini terbukti menyebabkan ensefalitis akut yang berat.
2itur radiologi biasanya terdiri dari beberapa lesi kecil hyperintense sampai white matter pada
"$3I. "$3I juga dapat menunjukkan lesi transient hyperintense punctuate di batang otak dan
korteks. -enariknya, "$3I pada indiidu seropositif asimtomatik dapat menunjukkan lesi kecil
hyperintense serupa dengan yang ditemukan pada pasien ensefalitis menunjukkan bahwa adanya
arian subklinis ringan pada ensefalitis Nipah virus+
10
:nteroirus ?) ':9?)*, suatu enteroirus dari famili ,icornaviridae, dapat menyebabkan
seperti polio-li(e &rainstem encephalitis dan acute flaccid paralysis. -.I dari :9?) ensefalitis
biasanya menunjukkan lesi hyperintense pada "$3I terletak di dalam &rainstem dan dentate
nu(leus dari cere&ellum. !ada beberapa pasien, lesi dapat diperluas hingga saraf tulang belakang,
talamus, dan putamen. !ada beberapa pasien, /3I mampu menunjukkan perubahan
hyperintense dalam posterior medula tanpa kelainan otak lainnya pada ")3I atau "$3I pada
hari pertama dari kerusakan neurologis, perlu digarisbawahi bahwa keunggulan /3I dalam
deteksi dini infeksi SS! dibandingkan dengan hasil dari "$3I ataupun dengan kontras yang
ditingkatkan pada ")3I.
-apanese encephalitis '+:* menyerang sekitar <%.%%% orang per tahun, di antaranya
sekitar )%.%%% akan mati. Seperti infeksi SS! lainnya, -.I cranial lebih sensitif dibandingkan
C" dalam mendeteksi +: yang berhubungandengan kelainan otak. 2itur yang khas pada -.I
terdiri dari lesi mixed intensiy maupun hypointense pada ")3I dan lesi hyperintense atau mixed
intensity pada "$3I terutama di thalami, tetapi juga di ganglia basalis, &ranstem, cere&ellum,
dan area kortikal. Sebuah temuan baru yang dipublikasikan yang menemukan bahwa C" cranial
yang tidak normal di sekitar A@&, sedangkan -.I menunjukkan perubahan patologis B%,>
-B<,<&. 1elainan thalamus pada "$3I ditemukan pada @?,<& baik pada anak-anak dan orang
dewasa, 7%,>-<7,$& di ganglia basalis, $@,)-7<,@& di midbrain dan $),B-$<& di area kortikal.
The West Nile virus '389* telah menyebabkan wabah ensefalitis di :ropa Selatan,
.usia, dan 0merika, dengan wabah besar ensefalitis terakhir pada tahun $%%$. 1linis,
laboratorium, dan fitur neuroimaging digambarkan dalam sebuah studi baru-baru ini yang
mengealuasi 389 seropositif pasien. < pasien dengan meningitis, @ dengan ensefalitis dan A
dengan polio-li(e acute flaccid paralysis. ;anya dua dari delapan pasien encephalitic pada
"$3I dan /3I menunjukkan fokus lesi hyperintense di ganglia basalis, thalamus dan pons,
sedangkan C" tetap normal pada semua pasien. !ada pasien acute flaccid paralysis, pada -.I
menunjukkan peningkatan dari cauda e)ina dan kumpulan akar saraf. !ada beberapa pasien,
irus menyerang substantia nigra seperti yang ditunjukkan dengan hyperintensities pada "$3I
region tersebut. Serupa dengan ;S9 dan :9?) ensefalitis, /3I tampaknya lebih sensitif dalam
mendeteksi kelainan terutama pada fase awal infeksi 389 pada otak.
Murray "alley $ncephalitis '-9:* termasuk +: antigenik yang kompleks dan merupakan
endemik di 0ustralia dan !apua 8ugini. -.I menunjukkan kelainan yang sangat mirip dengan
11
+:. Seperti baru-baru ini melaporkan, "$3I menunjukkan perubahan hyperintense dalam
thalamus, red nucleus, substantia nigra, dan cervical spinal cord. /engan demikian, kesamaan
dalam tampilan -.I dari -apanese $ncephalitis* West Nile $ncephaliti* dan Murray "alley
$ncephalitis 8il #arat ensefalitis, dan -urray 9alley :ncephalitis tidak memberikan perbedaan
dari infeksi SS! yang hanya dilihat dari fitur imagingnya saja.
Acute measles virus encephalitis dan su&acute sclerosing panencephalitis 'SS!:*, Infeksi
pada SS! dengan measles virus '-9* dapat menyebabkan )* acute postinfectious encephalitis,
$* acute progressive encephalitis, dan A* SS!:. /ata tentang temuan pencitraan dalam acute
measles encephalitis jarang. "$3I dapat menunjukkan adanya edema kortikal dan lesi yang
simetris bilateral hyperintense dalam putamen dan nucleus caudatus serta dalam centrum
semiovale. 1adang-kadang pada pasien juga ditemukan lesi bilateral thalamus dan kelainan
sinyal dalam corpus callosum. 8ilai /3I dalam deteksi dini acute measles encephalitis belum
diealuasi. /engan penambahan 1ontras dapat memunculkan di daerah kortikal dan
leptomeninges pada beberapa pasien. SS!: adalah penyakit progresif SS! yang jarang, biasanya
terjadi pada masa kanak-kanak dan awal remaja tetapi juga dapat muncul pada dewasa tua.
!erbedaan dalam tampilan pada tahap awal dan tahap akhir SS!: pada -.I tidak didefinisikan
dengan baik. Sebuah studi baru-baru ini dibandingkan -. spektroskopi dan -.I konensional
pada anak-anak dengan tahap awal dan anak-anak dengan tahap akhir SS!:. -.I 1onensional
tidak menunjukkan kelainan dalam tahap awal SS!:, tetapi diungkapkan meluasnya perubahan
periventricular hyperintense pada "$3I di SS!: tahap akhir. Sebaliknya, -. spektroskopi
menunjukkan peningkatan rasiokolin=kreatinin di bagian frontal dan parieto-oksipital white
matter pada semua pasien peradangan juga dalam tahap awal SS!:. .asio N-acetylasparate .
creatine normal pada tahap awal mungkin mencerminkan tidak adanya kerusakan saraf, yang
dapat terdeteksi dalam tahap akhir SS!:.
Infeksi "amur
Infeksi jamur SS! pada umumnya sangat jarang. 1ecuali pada penderita
diabetes yang sudah menahun, paling sering ditemui pada keadaan immunocompromised
seperti pasien dengan 0I/S atau setelah transplantasi organ. 1arena kurangnya respon inflamasi,
temuan neuroradiological sering tidak spesifik. -eskipun hampir semua jamur dapat
menyebabkan ensefalitis, meningoencephalitis kriptokokus paling sering ditemui, diikuti oleh
12
aspergillosis dan yang lebih jarang lagi candidasis. candidasis Cerebral biasanya didahului oleh
infeksi kandida yang sistemik dan sering berhubungan dengan penggunaan kateter. !ada pasien
imunokompeten, dapat nyata sebagai lesi yang padat atau seperti abses dengan diferensial
diagnosis abses piogenik. !asien dengan imunosupresif, temuan neuroradiological sering sulit
diinterpretasikan. -.I menunjukkan punctuate atau tanda hyperintensities yang merata pada
"$3I, peningkatan gadolinium sering tak tampak. "emuan ini saja tidak memungkinkan
diagnosis spesifik, sehingga keputusan pengobatan harus didasarkan pada parameter klinis dan
temuan CS2.
!ada meningoencephalitis kriptokokus, peningkatan diffuse meningeal dan juga
entriculitis dapat dilihat pada -.I. "emuan khas berupa lesi punctuate multiple, sering di
ganglia basalis. ;al ini merupakan karakteristik lesi cystic karena inasi kriptokokus di ruang
9irchow-.obin. Ini lah yang dikatakan les Csoap &u&&le lessinsC dan memungkinkan diagnosis
sementara untuk pengobatan antijamur secepatnya. !ada pasien nonimmunodeficient atau pasien
dengan 0I/S di bawah pengobatan antiretroiral yang sangat aktif, yang mengembangkan
immune reconsituation syndrome lesi dapat meluas menjadi cincin yang meningkat. #ahkan
dengan perawatan intensif 'amfoterisin # dan <-flucytosine*, hasil sering jelek dan kematian
setinggi ?%&. !ada pasien dengan 0I/S jarang, dan lebih sering pada pasien yang memiliki
transplantasi sumsum tulang /%one Marrow Transplantation*, aspergillus adalah agen untuk
infeksi SS! oportunistik. 1ematin tinggi pada pasien tersebut, dan diagnosis dini adalah wajib
jika ingin bertahan hidup. Laboratorium tidak selalu pastikan diagnosis infeksi jamur sehingga
neuroimaging yang penting dalam menetapkan diagnosis. "emuan C" mungkin nonspesifik dan
diagnosis infeksi jamur sering dibuat secara retrospektif di otopsi. "ampilan aspergillus pada
infeksi SS! sangat berariasi. penggunaan -.I, beberapa pola cere&ral aspergillosis telah
dilaporkan, lesi edematous, lesi hemoragik,lesi solid disebut sebagai aspergilloma atau Dtumoral
formD a&scess-li(e ring-i(e lesions '(ambar. 7*, dan infarction-li(e lesions. 0ural enhancement
biasanya dilihat pada lesi terinfeksi yang berdekatan dengan sinus paranasal.
13
(ambar. 7 Coronal ")3I after gadolinium enhancement. !atient after bone marrow
transplantation with aspergillus encephalitis. .ing-enhancing lesion with perifocal
edema and mass effect compressing the lateral entricle.
!ada -.I, lesi dapat menunjukkan area isointense atau intensitas sinyal yang rendah pada "$3I,
yang dihubungkan dengan jamur hypercontaining yang mengandung unsur paramagnetik seperti
mangan, besi, dan magnesium, tetapi bisa juga berkaitan dengan kerusakan produk darah.
kortikal dan subkortikal infark dengan atau tanpa perdarahan merupakan temuan umum pada
infeksi aspergillus yang dijelaskan oleh infiltrasi jamur pada dinding pembuluh darah dan
thrombosis. !engakuan dari tampilan pol radiologi pada pasien dengan aspergillosis otak sangat
membantu dalam menegakan diagnosis dini. !asien dengan 0I/S dan setelah #-", yang
mengalami immunoincompetent, sering tidak menunjukkan peningkatan atau edema perifocal.
14

Anda mungkin juga menyukai