Anda di halaman 1dari 22

CEREBRAL MALARIA

Pembimbing : dr. Karim Sp,Pd


Oleh:
Sartika
NIM. 1511901042

Definisi
Cerebral malaria merupakan komplikasi
neurologis berat dari infeksi malaria,
terutama spesies plasmodium falciparum.
Penyakit ini ditandai dengan sindrom klinis
berupa koma dan adanya stadium aseksual
parasit dari pemeriksaan apusan darah tepi.
Angka mortalitasnya cukup tinggi dan
beberapa pasien yang selamat mengalami
kerusakan kemampuan
kognitif jangka panjang.

Etiologi
Malaria serebral umumnya disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab
lain yang menyebabkan variasi kejadian dari cerebral
malaria:
1. Faktor manusia (rasial)
2. Faktor vektor (nyamuk Anopheles)
Di Indonesia vektor yang penting (spesies Anopheles) yaitu
: A. aeonitus, A. maeulatus, A, subpictus, yang terdapat di
Jawa dan Bali; A. sundaicus dan A. aconitus diSumatera; A.
sundaicus, A. subpictus di Sulawesi; A. balabacensis di
Kalimantan; A. farauti dan A. punctulatus di Irian Jaya.
3. Parasit
Plasmodium falciparum
4. Faktor lingkungan yang mempengaruhi siklus biologi

Sulawesi Utara

malaria termasuk 10 penyakit terbanyak


dengan komplikasi malaria serebral > 3 %.

Ujung Pandang

273 penderita yang didiagnosis sebagai


malaria, 78 penderita (28,57 %) adalah
malaria tropika, 7 daripadanya adalah malaria
serebral (8,97 %).

Bagian Ilmu
Penyakit Dalam RS
Bethesda Tomohon
1986-1989

72 kasus (3,18 %) malaria serebral diantara


2261 penderita malaria; terbanyak pada umur
20-40 tahun dengan angka kematian 30,5%.
(Harianto dkk)

RSUP Manado
Januari 1998Desember 2002

24 penderita di bagian IKA dan 40 penderita di


bagian IPD. Nayoan F (2003)

Mortalitas malaria serebral di Indonesia cukup


tinggi: 0,9 50%. Anak 12,5 % dan Dewasa 17,5 %.
insidens: anak dan dewasa > 16 % dari malaria
berat, dan > 4 % mengalami komplikasi malaria
serebral.

Jumlah kasus :30


juta/tahun, angka
kematian
100.000/tahun.

Epidemiologi (Indonesia)

Pakista
n
19911995

1620 pasien koma, 505 pasien


dengan malaria serebral.
kasus malaria serebral pada
anak 64 % dan orang dewasa
36 %. Mortalitas pada anak 41
% dan orang dewasa 25 %.6

Nigeria

78 anak yang menderita malaria


serebral, 16 penderita (20,5 %)
meninggal dan 62 penderita
(79,5 %) sembuh.

Dunia

Faktor Resiko
Anak-anak usia kurang dari 10 tahun
Tinggal di daerah endemis malaria

Patofisiologi

1.Sitoadheren
s
2.Sekuestrasi
3.Rosetting
4.Sitokin

Sitoadherens
melekatnya EP (eritrosit protoporfirin) matang di
permukaan endotel vaskular.
terjadi di kapiler dan venula post kapiler.
gangguan aliran mikrovaskular anoksia/hipoksia
jaringan
Sekuestrasi
ketidak sesuaian antara parasitemia di perifer dan
jumlan total parasit dalam tubuh.
sekuestrasi di otak malaria serebral
Rosetting
perlekatan antara satu buah EP matang yang
diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non
parasit sehingga berbentuk seperti bunga
obstruksi mikrovaskular
Sitokins

Manifestasi klinis

Anamnesis
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang

lalu ke daerah endemik malaria.


Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Menggigil -> Panas -> Keringat -> Apireksi
Mual, muntah, diare, nyeri kepala, dan kejang
Penurunan kesadaran menetap lebih dari 30 menit
Afebris
Koma, GCS = 7 atau < 7, 1 hari pada anak-anak dan
selama 2-3 hari pada orang dewasa

Pemeriksaan fisik
Demam
GCS: penurunan kesadaran sampai koma
Kejang
Dapat ditemukan anemia berat (Hb < 5 g

%, Ht < 15 %)
Dapat ditemukan ikterus (bilirubin > 3 mg
%)

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan ini dapat menghitung jumlah parasit
dan identifikasi jenis parasit. Bila hasil (-), diulangi
tiap 6-12 jam.
b. QBC ( semi quantitative buffy coat)
Tes QBC adalah cepat tapi tidak dapat
membedakan jenis plasmodium dan hitung parasit.
c. Rapid Manual Test
Hasilnya segera diketahui dalam 10 menit.
Sensitifitasnya 73,3 % dan spesifitasnya 82,5 %.
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
ektif untuk mendeteksi jenis plasmodium penderita
walaupun parasitemia rendah.

Terapi Farmakologi
Artemisin artesunate dosis maintenance

2,4mg/kgBB iv atau IM
Quinine dihydrochloride <5 mg/kgBB/jam
bolus iv

Terapi Adjunctive
Pemantauan jalan napas
Terapi etiologi (misal hipoglikemia,

bakterial meningitis
Hindari kortikosteroid, heparin dan
adrenalin
Intubasi bila perlu

Terapi Non Farmakologi


The Center for disease Control and Prevention
(CDC) merekomendasikan hal berikut untuk
membantu mencegah merebaknya malaria:
Semprotkan atau gunakan obat pembasmi
nyamuk di sekitar tempat tidur
Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh
disaat senja sampai fajar
Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat
tidur, untuk menghalangi nyamuk mendekat
Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak
mandi, bekas kaleng atau tempat lain yang bisa
menjadi sarang nyamuk

Differential Diagnosis
Aseptic meningitis;
Bacterial meningitis;
Viral encephalitis;
Tetanus;
Dengue;
Pes;
Viral Hemorrhagic Fevers;

Komplikasi
KEMATIAN
Gangguan mental yang berat
Kebutaan kortikal
Ataxia
Perubahan tingkah laku

Pencegahan
Menegakkan diagnosis yg tepat

dan menyegerakan pengobatan


Memberikan pengobatan yang
efektif dan adekuat
Menanyakan
riwayat
pengobatan malaria pasien

Edukasi
Jangan bepergian ke tempat endemik

malaria
Menggunakan repellent, baju lengan
panjang jika keluar di malam hari jika ada
di daerah endemik
Menguras tempat penampungan air
Membuang sampah dan menimbun agar
tidak menjadi sarang nyamuk
Terapi yang adekuat

Daftar Pustaka
Kotambunan RC, Harijanto P. Malaria serebral. Dalam: Makalah yang

dibawakan pada PERDOSSI 11 Juli 2003. Manado, 2003.


Mubin AH, Pain S. Malaria tropika dengan beberapa komplikasi. Dalam:
Jurnal cermin dunia kedokteran, no 74. Jakarta, 1992; 48-51
Najoan F. Malaria serebral di RSUP Manado periode Januari 1998
Desember 2002, KTIS. Manado: FK Unsrat, 2003.
Durrani A et al. Epidemiology of cerebral malaria and its mortality. Vol
47, no.8. J Pak. Med. Assoc, 1997: 213-215
Bondi F. The insidence and outcome of neurological abnormalities in
childhood cerebral malaria; long-term follow-up of 62 survivors. V.86.
Trans-actions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene,
1992: 17-19
Harijanto PN. 2000. Malaria epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis
dan penanganan. Jakarta: EGC
Mubin AH, Pain S. Malaria tropika dengan beberapa komplikasi. Dalam:
Jurnal cermin dunia kedokteran, no 74. Jakarta, 1992; 48-51
World Health Organization. Guidelines for the Treatment of Malaria,
second edition, 2010

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai