MALARIA SEREBRAL
PENYUSUN :
PEMBIMBING :
Mengetahui,
Pembimbing
2
MALARIA SEREBRAL
Shendyca Zilma Nurzafani, Karman
A. PENDAHULUAN
Malaria serebral (MS) merupakan komplikasi dari infeksi malaria yang
salah satu bentuk malaria malignan dengan angka kematian tinggi. Angka ini di
kematian.1
tetapi pada beberapa kasus dapat disebabkan Plasmodium vivak atau campuran
Canada, Eropa, Amerika Selatan dan Tengah, Afrika, India dan Asia Tenggara.
yang mempunyai derajat ringan sampai berat. Gejala lain adalah kejang, nyeri
kepala, mual sampai muntah, hemiplegi, afasia, dan gejala neurologis yang
3
B. DEFINISI
Malaria serebral adalah suatu akut ensefalopati yang memenuhi 3
kriteria, yaitu koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap >
30 menit setelah kejang (GCS < 11, Blantyre coma scale < 3) disertai adanya
P. falciparum yang ditunjukkan dengan hapusan darah dan penyebab lain dari
C. EPIDEMIOLOGI
daerah endemik, dengan 300 sampai 500 juta kasus dan 1 sampai 1,5 juta
atas 80% kasus kematian yang dirawat di daerah endemis dan komplikasi
seluruh dunia dan sekitar 575.000 kasus malaria serebral dilaporkan, dengan
4
populasi anak Afrika menjadi yang paling terpengaruh, dengan kematian 25-
30%. 12.000 kasus dianggap diimpor dari Eropa ke Malaria, Prancis menjadi
intensif Prancis, di mana 400 kasus impor malaria berat diterima, kematian
D. ETIOLOGI
Penyebab infeksi malaria ialah parasit plasmodium, suatu parasit yang
Sekitar 100 spesies plasmodium telah diidentifikasi tetapi hanya ada lima
1. Plasmodium falciparum.
2. Plasmodium vivax.
3. Plasmodium ovale.
4. Plasmodium malariae.
5. Plasmodium knowlesi.
5
primata tetapi kemudian pada tahun 2004 dilaporkan psudah menginfeksi
manusia.6
E. PATOGENESIS
tropika atau yang juga disebut malaria falsiparum (sesuai nama spesies
malaria tropika dipengaruhi oleh parasit dan pejamu. Faktor parasit yang
berat.
a. Sitoadherensi
6
(PfEMP-1). Molekul-molekul adhesif ini akan melekat dengan
yang berada di permukaan knob. Kelompok gen ini disebut gen VAR.
b. Sekuestrasi
7
timbulnya malaria berat termasuk malaria serebral. Sekuestrasi terjadi
c. Roseting
kemokin. Kedua teori ini dapat saling melengkapi. Sitokin dan kemokin
8
sitokin/toksin dalam malaria serebral. Sitokin-sitokin penting yang
ini penting dalam pengendalian parasit. Peran oksida nitrat (nitric oxide =
dapat melintas sawar darah otak dan masuk ke jaringan otak. Seperti yang
yang terjadi. Meskipun begitu, beberapa penelitian yang meneliti hal ini
9
belum memberikan hasil yang konklusif.5,6 Zat toksin yang penting dalam
Hipertensi Intrakranial
memulai suatu kaskade peristiwa yang salah satunya akan berujung pada
apoptosis sel pejamu dengan diawali oleh apoptosis sel-sel endotel sendiri.
dan sel glia oleh berbagai mekanisme. Neuron dan sel glia akan terpapar
reaksi inflamasi juga menyebabkan gangguan sawar darah otak. Selain itu,
10
adanya produk reaksi inflamasi seperti asam kuinolinat yang bersifat
yang lebih rentan terhadap keadaan ini. Jadi, akson pada anak akan lebih
cepat rusak pada keadaan iskemia dan inflamasi daripada akson orang
kedap pada sawar darah otak. Perenggangan ini terutama terjadi pada pasien
jaringan otak akan menyebabkan inflamasi jaringan otak yang diikuti edema
otak dan penurunan perfusi otak. Hal ini juga menyebabkan iskemia yang
F. MANIFESTASI KLINIS
11
Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai
dan keringat banyak. Gejala utama demam sering didiagnosis dengan infeksi
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau
2. Pemeriksaan Fisik
12
Manifestasi malaria berat dapat berupa penurunan kesadaran, demam
tinggi, konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, dan ikterik, oliguria, urin
berwarna coklat kehitaman (Black Water Fever ), kejang dan sangat lemah
(prostration).8
3. Pemeriksaan Laboratorium
cara berikut.8
membuat sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan sediaan darah (SD)
Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif), spesies dan stadium
pada unit gawat darurat, pada saat terjadi KLB, dan di daerah terpencil
kemasan RDT untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Saat ini yang
13
digunakan oleh Program Pengendalian Malaria adalah yang dapat
H. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Infeksi otak
Pada penderita dapat dilakukan analisa cairan otak dan imaging otak.
14
Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologik
3. Tifoid ensefalopati
demam tifoid.
4. Hepatitis A
bisa makan diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit
kuning, dan urin seperti air teh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat > 5 kali
tanpa gejala klinis atau meningkat > 3 kali dengan gejala klinis.
selokan, sampah, dan lain lain), leukositosis, gagal ginjal. Insidens penyakit
6. Glomerulonefritis akut
malaria negatif.
7. Sepsis
15
Demam dengan fokal infeksi yang jelas, penurunan kesadaran,
biakan mikrobiologi.
tanpa syok dengan keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati,
antibodi). 8
I. TATA LAKSANA
16
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia
dapat diberikan kina drip. Kemasan dan cara pemberian artesunat Artesunat
artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%.
obat.
17
Penatalaksanaan malaria serebral mirip dengan penatalaksanaan malaria
menjadi fokus kali ini adalah pasien malaria serebral yang mengalami
tinggi intrakranial. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :6
diseminata, dll.
mencari paresis nervi occulares, dll) maupun pencitraan otak pada pasien
18
J. KOMPLIKASI
tetapi 15% dari anak-anak yang selamat dari malaria serebral terutama mereka
dengan hipoglikemia, anemia berat, kejang berulang, dan koma yang dalam
1. Hemiplegia
2. Cerebral palsy
3. Kebutaan kortikal
4. Ketulian
K. PENCEGAHAN
Obat yang ideal ialah atovaquoneproguanil karena berefek pada parasit yang
19
beredar di darah dan hati. Oleh karena itu, obat ini dapat dihentikan 1
L. PROGNOSIS
diagnosis dan penanganan yang tepat. Pada koma dalam, tandatanda herniasi,
kematian tinggi. Prognosis juga tergantung dari jumlah dan berat kegagalan
fungsi organ. Pada cairan serebrospinal, bila kadar laktat > 6 mmol/l
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Husna, M., Prasetyo, S.H. 2016. Aspek Biomolekuler dan Update Terapi
Hindawi: 3-7
4. Renin, L., Howland, S.W., Claser, C., Gruner, A.C., Suwanarus, R., Teo,
(4): 216-221
Malaria. Jakarta
21