Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Penunjang

Tension Type Headache

CT Scan kepala, MRI, dan funduskopi yang berfungsi mencari kelainan organik yang dapat
menyebabkan nyeri kepala.
EMG akan ditemukan adanya ketegangan otot perikranial

mengetahui etiologi dari nyeri kepala. Namun pada pasien Tension Type Headache umumnya
memberi gambaran normal.

MENINGITIS

Pemeriksaan Darah Rutin, didapatkan peningkatan leukosit dan peningkatan LED.

-Pemeriksaan CSS, pada meningitis serosa CSS jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein
meningkat, pada meningitis purulenta CSS keruh karena mengandung pus.

-Lumbal Punksi, untuk membedakan meningitis bakterial, viral, dan jamur.

-Foto Mastoid, dapat dilihat gambaran opacity dengan pembentukan pus, koleastoma, kadang
gambaran abcess.

-CT Scan, adanya gambaran mastoiditis dan cerebral edema, abcess cerebral, hidrosefalus, dll.

Tes darah. Tes ini untuk mengidentifikasi masalah pembuluh darah, infeksi tulang belakang dan otak,
atau keberadaan racun dalam tubuh.

Pemindaian. Pemeriksaan dengan CT scan atau MRI akan dilakukan untuk mendapatkan gambar
otak dan pembuluh darah secara detail.

Pungsi lumbal. Pemeriksaan ini dilakukan jika pasien diduga menderita infeksi atau perdarahan otak,
dengan mengambil sampel cairan saraf tulang belakang, melalui celah tulang belakang.

Pemeriksaan saraf kranial dapat menjadi petunjuk etiologi nyeri kepala.

Gangguan penciuman tersering disebabkan oleh trauma kepala. Gangguan penciuman

menunjukkan adanya gangguan pada alur penciuman (olfactory groove), misalnya

tumor frontotemporal. Pada pemeriksaan funduskopi, adanya perdarahan atau

papilledema mengharuskan dilakukannya imejing yang cepat untuk menyingkirkan

kemungkinan lesi desak ruang. Pemeriksaan lapang pandang yang menunjukkan

defek lapang pandang bitemporal ditemukan pada tumor hipofisis (Hidayati, 2016).

Selama serangan nyeri kepala klaster, dokter dapat menemukan adanya

lakrimasi ipsilateral, rhinorrhea, ptosis, miosis, dan wajah berkeringat pada pasien.

Kelainan gerakan mata bisa disebabkan oleh gangguan saraf okulomotor akibat

peningkatan tekanan intrakranial. Saraf kranial lainnya dapat dipengaruhi oleh


berbagai penyebab. Jika keterlibatan bersifat tidak menyeluruh, asimetris, dan

progresif, maka penyebab infiltratif seperti neoplasma, meningitis TB, dan

sarkoidosis harus dipertimbangkan (Hidayati, 2016).

C. Pemeriksaan dengan alat

Pemeriksaan dengan alat sangat tergantung pada hasil pemeriksaan klinis dan

ada atau tidaknya defisit neurologis. Pemeriksaan tambahan tidak selalu diperlukan.

Pada kebanyakan kasus diagnosis cukup ditegakkan dengan pemeriksaan klinis saja.

Beberapa alat yang bisa digunakan antara lain:

1. Elektroensefalografi (EEG)

Menurut Bahrudin (2013), pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui lokasi

dari proses, bukan untuk mengetahui etiologisnya. Pemeriksaan dapat dilakukan

dengan serial, dan biaya masih dapat dijangkau oleh sebagaian besar masyarakat.

2. CT scan

Menurut Bahrudin (2013), dengan pemeriksaan ini dapat diketahui tidak

hanya letak dari proses tapi sering juga etiologi dari proses tersebut. Sayangnya,

biaya pemeriksaan masih mahal.

D. Pemeriksaan Laboratorium

Menurut Bahrudin (2013), pemeriksaan ini dikerjakan hanya bila ada indikasi:

a. Darah, bila diduga adanya infeksi atau gangguan penyakit dalam

(anemia, gangguan metabolik).

b. Cairan serebro spinal (CSS) bila pada pemeriksaan klinis dicurigai

adanya meningitis.

Secara ringkas yang sudah dibahas pada BAB sebelumnya, dapat disimpulkan

bila pasien mengeluh nyeri kepala pastikan ada tanda meningeal atau tidak bila ada

tanda meningeal lakukan pemeriksaan CT scan (Bahrudin, 2013)

Anda mungkin juga menyukai