Anda di halaman 1dari 13

Stroke Iskemik

1. Defenisi
merupakan gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan oleh gumpalan darah yang
menyumbat pembuluh darah di otak

2. Epidemiologi
Merupakan penyebab kematian kedua di dunia
80% dari stroke adalah stroke iskemik

3. Etiologi
Adanya gumpalan yang menyumbat pembuluh darah sehingga menimbulkan hilangnya suplai
darah ke otak
Trombosis serebral
Emboli serebral

4. Faktor risiko
Merokok
Alkohol
Usia tua
DM
Dislipidemia
Obesitas
Penyakit jantung

5. Patogenesisi patofisiologi
6. Manifestasi klinis
muntah, disfagia (kesulitan menelan), kebutaan monokuler, afasia/gangguan bahasa, gangguan
sensorik dan motorik, hilangnya kesadaran, dan dapat mengganggu fungsi serebelar.

7. Diagnosis
Anamnesis

Pemfis
Defisit neurologis global/fokal

Pemeriksaan penunjang
CT scan kepala non kontras
EKG
Pemeriksaan labor (Glukosa darah sewaktu,fungsi ginjal/ureum kreatinin,hematologi rutin)
Doppler transcranial(TCD)

8. Diagnosis banding
Stoke hemoragik
Tumor otak
Neurosifilis
MIgrain
Perdarahan subdural

9. Tatalaksana
Stabilisasi jalan nafas (Pemberian O2 jika SaO2 <95%)
Stabilisasi hemodinamik (Kristaloid/koloid IV)
Pengendalian Peningkatan TIK:
-Meninggikan posisi kepala 20-30 derjat
-Memposisikan pasien dg menghindari penekanan vena jugular
-Menghindari pemberian cairan glukosa/hipotonik
-Menghindari hipertermia
-Menjaga normovolemia
-Pemberian osmoterapi
-Intubsi menjaga normoventilasi
-Paralisis neuromuscular dikombinasi dg sedasi
Beri diazepam IV bolus lambat 5-20mg diikuti fenitoin 15-20mg apabila kejang

10. Komplikasi dan prognosis


Kesulitan berbicara
Kehilangan kemampuan berpikir dan mengingat
Stroke hemoragik

1. Defenisi
merupakan gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di
otak

2. Epidemiologi
Menyumbang 10-20% stroke setiap tahunnya
Insiden 12-15% kasus per 1.000.000 per tahunnya

3. Etiologi & Faktor risiko


Hipertensi merupakan penyebab paling umum
Aneurisma
Cerebral Amyloid Angiopathy (CAA)

Faktor risiko:
Merokok
Alkohol
Usia tua
DM
Dislipidemia
Obesitas
Penyakit jantung

4. Patogenesisi patofisiologi
5. Manifestasi klinis
Sakit kepala lebih sering terjadi pada kasus hematoma yang besar
Kelumpuhan wajah
Hilangnya semua modalitas sensorik ciri khas perdarahan thalamus

6. Diagnosis
Anamnesis:
Keluhan sakit kepala disertai muntah (tanpa mual)
Penurunan kesadaran

Pemfis:
Pembandingan tekanan darah ekstrimitas kanan kiri
Pola pernafasan:
Cheyne stokes (Perdarahan di diensefalon), Hiperventilasi (Midbrain & Pons bagian atas),
Apneustik (Pons bagian Tengah), Klaster (Pons bagian bawah), Ataksik (Medula oblongata)

Pemeriksaan neurologi:
Penilaian GSC

Pemeriksaan penunjang:
CT scan (Di hitung 1 bila luas hematom >75%, Di hitung 0,5 bila luas hematom 25-75%, Tidak di
hitung apabila luas hematom <25%)

7. Diagnosis banding
Stroke iskemik
Hematoma subdural
Meningitis
Radang otak

8. Tatalaksana
Stabilisasi jalan nafas
Jika terjadi gangguan menelan atau pasien tidak sadar, perlu di pasang NGT untuk mencegah
aspirasi pada pemberian makanan
Kejang-> Diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti Fenitoin loading dose 15-20 mg
Kontrol tekanan darah (Nicardipine/Labetalol)
Pembedahan (Evakuasi hematom): INdikasi (Hematom serebelar dg diameter >3cm disertai
penekanan batang otak, Perdarahan dengan kelainan struktur seperti aneurisma, Perdarahan
lobaris dg Ukuran sdg-besar terletak dekat korteks (<1cm) pad apasien berusia <45 tahun)

9. Komplikasi dan prognosis


Komplikasi:
Edema serebral
Peningkatan TIK
Hidrosefalus
Prognosis
Jika terjadi koma prognosis makin memburuk

Trauma SSP (Hematoma epidural)

1. Defenisi
Peredarahan yang terjadi diruang epidural , yaitu ruang antara lapisan durameter dan tulang
tengkorak

2. Epidemiologi
Usia 20-30 tahun
Terjadi pada 2% Pasien dengan trauma kepala
1-5,5% dari lesi intracranial pd pasien dengan cedera otak traumatis

3. Etiologi
Cedera kepala

4. Faktor risiko
Pekerjaan dengan risiko tinggi kecelakaan
Tidak memakai pelindung diri dalam berkendara
Pernah mengalami trauma kepala sebelumnya
5. Pathogenesis patofisiologi
6. Manifestasi klinis
Muntah
kejang
Kehilangan penglihatan satu sisi
pernafasan cepat
Pupil membesar di salah satu mata

7. Diagnosis
Anamnesis

Pemfis:
Peningkatan tekanan darah
Detak jantung melambat
Pernafasan tidak teratur (Ketiga hal ini disebut “reflek cushing)

Pemeriksaan penunjang
CT scan
A: Diameter perdarahan maksimal pada potongan CT dengan area perdarahan terluas

B: Diameter maksimum 90 derajat ke A pada potongan CT yang sama

C: Jumlah irisan CT yang mengalami perdarahan dikalikan ketebalan irisan dalam sentimeter

MRI

8. Diagnosis banding
Abses intracranial
Kejang

9. Tatalaksana
Stabilkan ABCD
Pembedahan

10. Komplikasi
Kompresi otak
Herniasi

11. Prognosis
Fungsi membaik setelah pembedahan bila dideteksi dengan cepat

Tumor medulla spinalis

1. Defenisi

Merupakan pertumbuhan massa baru di medulla spinalis dimulai dari servikal hingga sacral

2. Klasifikasi

Primer:

-Jinak (Tulang= Osteoma dan kondroma, selaput otak= Meningioma,Glioma)

-Ganas (jaringan saraf= Neuroblastoma)

Sekunder:

Metastase tumor ganas

3. Epidemiologi

15% dari kasus tumor SSP

90% kasus terjadi usia >20

4. Etiologi
Bahan karsinogenik
Metastasis kanker

5. Faktor risiko
Riwayat kanker (metastasis)
Pertambahan usia
Terpapar zat karsinogenik
Genetik

6. Patogenesis patofisiologi

7. Manifestasi klinis
Nyeri menetap dan terbatas pada daerah tumor
Kelemahan dan hilang sensasi rasa
Bagian bawah tubuh mengalami kelumpuhan
Gangguan BAB dan BAK
Penurunan rangsangan saraf
Hilangnya koordinasi gerak
Penurunan rangsangan nyeri dan suhu

8. Diagnosis
Anamnesis
Adanya gejala nyeri yang menetap pada daerah tumor

Pemeriksaan fisik:
Ada benjolan di bagian tubuh belakang
Pemeriksaan refleks motorik
Pemeriksaan kualitas sensorik

Pemeriksaan penunjang:
MRI
CT Scan

9. Diagnosis banding
spondilitis,
mielitis,
multipel sklerosis,
neuromielitis optik,
mielopati akibat proses autoimun,
trauma medula spinalis,
proses degeneratif tulang

10. Tatalaksana
Pembedahan (mengangkat tumor sepenuhnya)
Radiasi (Untuk memperbaiki control local serta menyelamatkan fungsi neurologis)
Kemoterapi
Fisioterapi

11. Komplikasi
Hilangnya sensasi nyeri
Rusaknya serabut serabut saraf
Gangguan koordinasi
Kelemahan anggota gerak
Kesulitan berkemih

Tumor Otak

1. Defenisi
Tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel otak yang abnormal di dalam otak

2. Klasifikasi
Klasifikasi Russel dan Rubinstein adalah :
I. Tumor Fossa posterior (infratentorial)
1. Medulloblastoma
2. Astrositoma
3. Epindimoma
4. Glioma batang otak
5. Hemangioblastoma
II. Tumor Fossa media (middle brain)
1. Kraniofaringioma
2. Kista intraselar
3. Glioma optik dan hipotalamik
III. Tumor pada serebrum (supratentorial)
1. Golongan yang berasal dari glia
Astrositoma
Glioblastoma multiforme
Oligodendroglioma
Ependimoma
Papilloma pleksus khoroid
2. Tumor daerah pineal
Pinealoblastoma
Pinealositoma
Germinoma
3. Angioma
4. Meningioma
Meningioma jinak
Sarkoma selaput otak

3. Epidemiologi
Di eropa 3,14 per 100.000
Asia 1,31 per 100.000
10% terjadi pada usia <2 tahun
20% pada anak 2-5 tahun
25% 5-10 tahun
45% > 10 tahun

4. Etiologi
Genetik

5. Faktor risiko
Genetik
Radiasi
Paparan zat kimia
6. Patogenesis patofisiologi

7. Manifestasi klinis
Kejang
Defeisit neurologis
Gangguan kognitif
Mual
Muntah

8. Diagnosis
Anamnesis:
Gejala tidak khas

Pemfis

Pemeriksaan penunjang:
CT Scan
MRI
Angiografi
Pungsi lumbal

9. Diagnosis banding
Abses otak
Ensefalitis

10. Tatalaksana
Pembedahan
Kemoterapi
Radioterapi

11. Komplikasi
Perdarahan otak
Kejang
Paralisis
Gangguan kognitif

Anda mungkin juga menyukai