Anda di halaman 1dari 11

Kejang demam

1. Defenisi
Bangkitan kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan
suhu tubuh (diatas 38 derjat dengan metode pengukuran apapun) yang tidak disebabkan proses
intracranial

2. Klasifikasi
Kejang demam sederhana:
- Lama kejang< 15 menit
- Kejang bersifat umum
- Tidak berulang dalam 24 jam

Kejang demam kompleks:


- Lama kejang > 15 menit
- Kejang bersifat fokal
- Berulang dalam 24 jam

3. Epidemiologi
Di dunia diperkirakan terjadi pada 2‒5% anak dengan insidensi puncak pada usia 12‒18 bulan
Kejang demam sederhana 70-75 % kasus
Di Indonesia, tahun 2017 kejang demam terjadi sebanyak 17,4% kasus, dan mengalami
peningkatan pada tahun 2018 sebanyak 22,2%

4. Etiologi
Infeksi
Efek samping imunisasi

5. Faktor risiko
Demam tinggi >38 derjat
Riwayat kejang sebelumnya
Usia (<2 tahun paling sering)
Riwayat kejang pada keluarga
Riwayat BBLR
Riwayat prematuritas
6. Pathogenesis patofisiologi

7. Manifestasi klinis
Kenaikan suhu secara drastis
Berkeringat berlebihan
Tidak menjawab ketika berbicara/tidak merespon
Pingsan/kehilangan kesadaran terutama setelah kejang

8. Diagnosis
Kejang demam sederhana:
Hilangnya kesadaran, kaki dan tangan kejang serta kebingungan atau kelelahan setelah kejang
Gejala berlangsung 2-15 menit
Pemeriksaan penunjang:
Tes darah
Tes urine
Lumbar puncture/pungsi lumbal (untuk mengetahui apakah anak memiliki infeksi pada system
saraf pusat)
Kejang demam kompleks:
Gejala ditandai dengan hilang kesadaran, kaki dan tangan kejang, serta mengalami kelemahan
pada salah satu lengan/kaki
Gejala dapat berlangsung > 15 menit, kejang dapat kembali dalam periode 30 menit. Kondisi ini
bisa terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam
Pemeriksaan penunjang:
Elektroencefalogram(EEG)
MRI

9. Diagnosis banding
Epilepsi
Meningitis
Ensefalitis

10. Tatalaksana
11. Komplikasi
Kejang demam berulang
Epilepsi pada anak dengan kejang demam kompleks
Ensefalopati
Gangguan tingkah laku dan kognitif

12. Edukasi
Status epilepticus

1. Defenisi
Merupakan kondisi gawat darurat medis bidang neurologi berupa kejang yang terjadi secara
terus-menerus dan dapat berlangsung selama lebih dari 5 menit.

2. Klasifikasi
Status epileptikus konvulsif:
adalah bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit, atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih
tanpa pulihnya kesadaran di antara bangkitan.
Status epileptikus non-konvulsif
adalah sejumlah kondisi saat aktivitas bangkitan elektrografik memanjang dan memberikan
gejala klinis non-motorik termasuk perubahan perilaku atau “ awareness”.4

3. Epidemiologi
30% menjadi pelopor epilepsy pada pasien
Dari 198 orang dirawat, 37% mengalami kejang demam
10 per 100.000 sampai 40 per 100.000
usia 10 tahun (14,3 per 100.000)
> 50 tahun (28,4 per 100.000)
Angka kematian tertinggi pada lansia

4. Etiologi
Epilepsi
Asfiksia
Stroke
Ensefalitis
Infeksi

5. Faktor risiko
Usia. Anak-anak berusia di bawah 1 tahun atau lansia di atas 60 tahun berisiko tinggi mengalami
status epileptikus.
Jenis kelamin. Pria lebih berisiko mengalami status epileptikus dibandingkan wanita.
Terdapat riwayat keluarga dengan epilepsi.
Mengidap kondisi medis tertentu, seperti diabetes, sirosis hati, atau penyakit paru-paru yang
parah dan kronis, misalnya pneumonia berat.
6. Patofisiologi

7. Manifestasi klinis
Kejang konvulsif: Kejang yang ditandai dengan gerakan menghentak. Kondisi ini dapat
menyebabkan penderitanya mendelikkan mata ke atas, mengeluarkan air liur, hingga suara
mengerang.
Kejang nonkonvulsif: Kejang yang membuat penderitanya merasa linglung, terlihat seperti
sedang melamun, dan melakukan hal-hal tidak wajar. Kondisi ini dapat berkembang menjadi
kejang konvulsif.
Salah satu tubuh melemah
Leher kaku
Sesak nafas
Demam tinggi
Bibir/ujung jari sianosis

8. Diagnosis
Kriteria EEG pada pasien tanpa ensefalopati epilepsi:
Lonjakan fokus atau umum yang berulang, polyspike, gelombang tajam, kompleks lonjakan-dan-
gelombang, atau gelombang tajam dan lambat pada >2,5 Hz.
Di atas, dengan debit <2,5 Hz tetapi dengan perbaikan klinis setelah benzodiazepin IV dengan
peningkatan reaktivitas EEG dan munculnya aktivitas latar belakang EEG.
Di atas, dengan sekret <2,5 Hz dengan gejala iktal fokal (misalnya kedutan wajah, deviasi
pandangan, nistagmus, mioklonus ekstremitas).
Gelombang berirama pada >0,5 Hz (theta-delta) dengan a) permulaan yang bertambah
(peningkatan voltase seiring bertambahnya atau penurunan frekuensi), b) evolusi pola
(peningkatan atau penurunan frekuensi) (>1 Hz) atau lokasi, c) penurunan penghentian (voltase
atau frekuensi), atau d) pelepasan epileptiform pasca-periodik yang melambat atau melemah; a
– c dapat dihilangkan secara akut dengan benzodiazepin IV.

Kriteria EEG pada pasien dengan ensefalopati epilepsi:


Pelepasan gelombang lonjakan umum yang sering atau terus menerus, yang menunjukkan
peningkatan jumlah atau frekuensi bila dibandingkan dengan EEG dasar dengan perubahan
keadaan klinis yang dapat diamati.
Perbaikan gambaran klinis atau EEG dengan benzodiazepin IV.

9. Diagnosis banding
Radang otak
Hiponatremia
Hipoglikemia
Hipernatremia

10. Tatalaksana
Fase terapi awal harus dimulai saat durasi kejang mencapai 5 menit dan diakhiri pada menit ke-
20 saat kejang menunjukkan respons ataupun tidak. Obat golongan benzodiazepine (terutama
midazolam IM, lorazepam IV, atau diazepam IV) direkomendasikan sebagai pilihan terapi awal
atau lini pertama
Terapi lini kedua harus dimulai saat durasi kejang mencapai 20 menit dan harus diakhiri pada
menit ke-40 sekalipun kejang masih berlanjut. Pilihan terapi lini kedua adalah fosfenitoin, asam
valproat dan levetirasetam

11. Komplikasi
Epilepsi yg semakin memburuk
Pneumonia aspirasi
Kelumpuhan
Kerusakan otak dan organ tubuh permanen
Kematian
Epilepsi

1. Defenisi
Terdapat minimal 2b angkatan tanpa provokasi (unprovoked) dengan interval kejang lebih dari
24jam
Satu bangkitan tanpa provokasi dengan kemungkinan terjadinya bangkitan
Berulang dalam 10tahun kedepan > 60%

2. Klasifikasi
Bangkitanparsial/fokal
• Kejangparsialsederhana
• Kejangparsialkompleks
• Kejangumumsekunder

BangkitanUmum/Generalized
• Tonik-klonik
• Tonik
Tubuh yang menjadi kaku selama beberapa detik. Ini bisa diikuti dengan gerakan-gerakan ritmis
pada lengan dan kaki atau tidak sama sekali.
• Klonik
yaitu gerakan menyentak ritmis yang biasanya menyerang otot leher, wajah dan lengan.
• Myoklonik
• Absans
• Atonik

3. Epidemiologi
Estimasi penderita epilepsy di Indonesia adalah 1,5 juta dengan prevalensi 0,5-0,6% dari
penduduk Indonesia
Insiden di dunia 50,3 per 100.000 populasi per tahun
Menurut WHO sekitar 50 juta orang pernah mengalami epilepsi

4. Etiologi
Idiopatik
Tumor otak
Stroke
Autoimun

5. Faktor risiko
Usia. Epilepsi umumnya dialami oleh usia anak-anak dan lansia. Meski demikian, kondisi ini juga
dapat dialami oleh semua kalangan yang memiliki risiko terkena epilepsi.
Genetik. Riwayat kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga dapat menjadi pemicu penyebab
epilepsi.
Cedera pada kepala. Cedera pada kepala dapat menjadi salah satu penyebab epilepsi.
Stroke dan penyakit vaskular. Stroke dan penyakit pembuluh darah (vaskular) lainnya dapat
menyebabkan kerusakan otak yang dapat memicu kondisi ini.
Demensia.
Infeksi otak. Peradangan pada otak atau sumsum tulang belakang dapat meningkatkan risiko
terkena epilepsi.
Riwayat kejang di masa kecil. Kejang dapat disebabkan oleh demam tinggi. Pada kondisi ini, anak
lebih rentan mengalami epilepsi.

6. Patofisiologi

7. Manifestasi klinis
Timbul sensasi kesemutan
Pusing
Kejang
Bingung/setengah sadar
Kesulitan bernafas

8. Diagnosis
gejala seperti kaku otot,pucat,kehilangan kesadaran
Evaluasi cara berjalan,kepekaan,kemampuan berpikir

EEG atau elektroensefalogram. Ini adalah pemeriksaan untuk mengetahui masalah aktivitas
listrik yang ada di otak.
Tes darah. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui tanda infeksi dan masalah kesehatan lain.
CT scan
MRI

9. Diagnosis banding
Syncope
Hipoglikemia
Hiponatremia
Stroke kardioemboli
Kejang demam
Hipotensi ortostatik

10. Tatalaksana
PenghentianOAE

• Minimal 2 tahun bebas kejang dengan gambaran EEG normal


• Dilakukan secara bertahap (taperingoff) ¼ dosis setiap bulan selama 6bulan
• Jika pasien mengonsumsi lebih dari 1OAE,yang dahulu dihentikan adalah OAE tambahan

Operasi jika lebih dari 2 obat tidak mengalami respon yg di inginkan

11. Komplikasi
Status epilepticus
Depresi
Kecemasan
Kematian

Anda mungkin juga menyukai