Anda di halaman 1dari 67

KEJANG, EPILEPSI

DAN STATUS EPILEPTIKUS

I Wayan Tunjung
BAGIAN/SMF NEUROLOGI
RSUD KOTA MATARAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
PENDAHULUAN
KEJANG DAN EPILEPSI
 Epilepsi: suatu gangguan saraf kronik, dimana
terjadi kejang yang bersifat reccurent
 Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron
cortical yang berlebihan di dalam korteks serebri
dan ditandai dengan adanya perubahan aktifitas
elektrik pada saat dilakukan pemeriksaan EEG.
 Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi
tergantung dari daerah otak fungsional yang
terlibat.
Pengertian
 Definisi Konseptual
Kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan untuk
menimbulkan bangkitan epileptik yang terus menerus dan
konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan social.
Definisi Operasional
Penyakit otak yang ditandai oleh gejala atau kondisi sebagai berikut:
a. Setidaknya ada 2 kejang tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks
yang berselang lebih dari 24 jam
b. Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan reflek dengan
adanya kemungkinan bangkitan berulang dengan risiko rekurensi
sama dengan dua bangkitan tanpa provokasi (setidaknya 60%), yang
dapat timbul hingga 10 tahun ke depan (Bangkitan refleks adalah
bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor pencetus tertentu
seperti stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan somatomotorik)
c. Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsi
Anamnesis pada kasus Kejang
 Kejang atau bukan ?
 Fokus onset?
 Dysfungsi SSP ?
 Presipitan Metabolik ?
 Tipe kejang ? Tipe sindrom ?
 Pemeriksaan yang pernah dilakukan ?
 Mulai obat anti epilepsi (AED) ?
 Anamnesis Auto dan allo-anamnesis dari orang
tua atau saksi mata mengenai hal hal dibawah
ini
a. Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca
bangkitan :
• Sebelum bangkitan/gejala prodromal:
= Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan
akan terjadinya bangkitan, misalnya perubahan
perilaku, perasaan lapar, berkeringat, hipotermi,
mengantuk, menjadi sensitif, dan lain-lain.
• Selama bangkitan/iktal:
1.Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan pada awal
bangkitan?
2.Bagaimana pola/bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata,
gerakan kepala, gerakan tubuh, vokalisasi, otomatisasi,
gerakan pada salah satu atau kedua lengan dan tungkai,
bangkitan tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit, pucat,
berkeringat, dan lain-lain. (Akan lebih baik bila keluarga
dapat diminta untuk menirukan gerakan bangkitan atau
merekam video saat bangkitan)
3.Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan?
4.Apakah terdapat perubahan pola dari bangkitan
sebelumnya?
5.Aktivitaspenyandang saat terjadi bangkitan, misalnya saat
tidur, saat terjaga, bermain video game, berkemih, dan lain-
lain.
• Pasca bangkitan/ post iktal:
a.Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, Todd’s
paresis.
b.Faktor pencetus : kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress
psikologis, alkohol.
c.Usiaawitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval
terpanjang antar bangkitan, kesadaran antar bangkitan.
d.Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya:
• Jenis obat anti epilepsi (OAE)
• Dosis OAE
• Jadwal minum OAE
• Kepatuhan minum OAE
• Kadar OAE dalam plasma
• Kombinasi terapi OAE.
e. Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit
neurologik, psikiatrik maupun sistemik yang
mungkin menjadi penyebab maupun komorbiditas.
f. Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
g. Riwayat saat berada dalam kandungan,
kelahiran, dan tumbuh kembang
h. Riwayat bangkitan neonatal/ kejang deman
i. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan
saraf pusat (SSP), dll.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum
Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang
berkaitan dengan epilepsi, misalnya:
• Trauma kepala,
• Tanda-tanda infeksi,
• Kelainan kongenital,
• Kecanduan alkohol atau napza,
• Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
• Tanda-tanda keganasan.
 Pemeriksaan neurologis
Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal
atau difus yang dapat berhubungan dengan
epilepsi.
Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah
bangkitan maka akan tampak tanda pasca
bangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang
dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti:
• Paresis Todd
• Gangguan kesadaran pascaiktal
• Afasia pascaiktal
4. Kriteria Diagnosis
• Setidaknya ada dua kejang tanpa provokasi atau
dua bangkitan refleks yang berselang lebih dari 24
jam 124
• Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu
bangkitan reflek dengan adanya kemungkinan
bangkitan berulang dengan risiko rekurensi sama
dengan dua bangkitan tanpa provokasi (setidaknya
60%), yang dapat timbul hingga 10 tahun ke depan.
(Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul
akibat induksi oleh faktor pencetus tertentu seperti
stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan
somatomotorik).
• Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsi
Definisi
Kejang adalah manifestasi klinis dari
lepas muatan listrik yang berlebihan
dari neuron-neuron di corteks serebri
yang terganggu fungsinya
Gangguan tersebut bisa disebabkan
oleh kelainan fisiologis, anatomis,
biokimia atau gabungan dari ketiga
kelainan tersebut.
Kejang dapat disebabkan oleh :
rendahnya kadar gula darah,
infeksi, cedera kepala, keracunan,
overdosis obat, tumor otak dan
kurangnya suplai oksigen ke
otak.
Kejang bisa timbul pada waktu
suhu badan meningkat yang
disebut kejang demam
 Kejang demam dapat terjadi
pada 4% diantara anak berumur
6 bulan sampai 4 tahun, kadang
masih bisa sampai 6 tahun 
diduga pada umur tersebut
jaringan otak belum sempurna.
Patofisiologi
Kejang dapat terjadi akibat adanya depolarisasi
(penurunan muatan negatif dari keadaan potensial
istirahat).
Penyebab depolarisasi adalah
 Jumlah neurotransmiter eksitatori (Glutamat)
yang berlebihan
 Berkurangnya neuro transmitter inhibisi
(GABA).
 Gangguan pada pompa NA+ K+ ATPase
 Gangguan pada membran sel neuron
Fisiologi Normal
Patofisiologi:
Kejang disebabkan karena
ketidakseimbangan antara
pengaruh inhibisi dan eksitatori
pada otak yang dapat terjadi
karena:
• Kurangnya transmisi inhibitori
– Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian
agonis GABA (alkohol,
benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori 
meningkatnya aksi Glutamat
atau Aspartat
Etiologi Kejang dan Epilepsi
1. PADA NEONATUS DAN ANAK.
A. Kelainan pada SSP
1. Asfiksia: HIE (Hypoxic Ischemic Encephalopathy).
2. Trauma: Perdarahan
3. Infeksi: Meningitis, ensefalitis.
4. Kelainan Bawaan: Malformasi otak

B. Kelainan Sistemik yang berpengaruh pada SSP.


1. Gangguan Metabolik (glukosa, Calsium, Natrium, Mg)
2. Kelainan metabolisme (inborn error of metabolism)
3. Kelainan yang berhubungan dengan obat (putus obat)
4. Hiperbilirubinemia (Kern Ikterus)
5. Infeksi: TORCH, Sepsis
Etiologi Kejang
Etiologi Awitan kejang Frekuensi

0-3 hari > 3 hari Preterm Aterm

HIE + +++ +++

Perd Intrakranial + + ++ +

Infeksi SSP + + ++ ++

Malformasi otak + + ++ ++

Hipoglikemi + + +

Hipokalsemi + + + +

Kel. Metabolik + +

Sindrom epilepsi + + +
Hypoxic Ischemic Encephalopathy
Merupakan penyebab kejang pada bayi baru
lahir yang terbanyak
Kejang biasanya terjadi dalam 24 jam setelah
lahir dan berhubungan dengan keadaan asfiksia
pada bayi baru lahir
Ada tiga derajat HIE
HIE derajat ringan: bayi tampak iritabel,
lethargy hiperaktif dan tonus otot meningkat
HIE derajat sedang: penurunan kesadaran,
hipotonus, kejang
HIE derajat berat: koma, tonus otot sangat
menurun dan tidak bereaksi terhadap
rangsangan
Etiologi Kejang dan Epilepsi.
2. Adolesen dan dewasa muda
 Trauma kepala
 Intoksikasi obat dan withdrawal*
3. Dewasa
 Stroke*

 Tumor otak
 Gangguan metabolik akut*
 Neurodegeneratif

*causes of acute symptomatic seizures, not


epilepsy
A. Infeksi susunan syaraf pusat
Meningoencephalitis

 Biasanya terjadi pada minggu pertama setelah


lahir
 Penyebab terbanyak adalah Streptokokus
group B, E. Coli, kuman gram negatif
 Kuranglebih 25% bayi dengan sepsis
berkembang menjadi meningitis
Ensefalitis

 Herspes Simplek dan enterovirus


 Infeksi
kongenital : Toxoplasma dan
Cytomegalovirus.
B. Gangguan metabolik
Hipoglikemia

 Banyak terjadi pada bayi lahir dengan ibu


menderita diabetes, bayi berat badan lahir
rendah
 Dapat juga terjadi pada bayi dengan asfiksia
atau menderita infeksi
Hipokalsemia

 Banyak terjadi pada bayi dengan asfiksia,


bayi prematur dan gangguan endokrin
C. Perdarahan intra kranial
Perdarahan subarakhnoid
 Terjadi karena robekan vena akibat partus lama
 UUB menonjol, tangis bayi melengking
Perdarahan Intraventrikuler
 Bayi dengan asfiksia, trauma kepala
Perdarahan subdural
 Terjadi karena robekan tentorium di dekat falk serebri
Penyebab
 Trauma kepala, gangguan pembekuan darah (def vit K)
 Asfiksia
Pemeriksaan Penunjang: CT Scan Kepala
Tipe kejang pada neonatus
1. Subtle (tersamar, tidak terlihat)
 Pergerakan muka, mulut, lidah menyeringai,
menghisap,mengunyah, menelan, menguap.
 Pergerakan bola mata: Kedip kedip, deviasi bola
mata
 Pergerakan anggota gerak: Mengayuh,
berenang, melangkah
 Manifestasi pernafasan: Apne,
2. Klonik
• Fokal atau multifokal
3. Tonik
4. Myoklonik
Kejang VS Bukan Kejang
Jitteriness Vs Kejang
Manifestasi klinik Jitteriness Kejang
Gerakan bola mata - +
Peka rangsang + -
Bentuk gerakan Tremor klonik
dominan
Gerakan dapat berhenti + -
dengan fleksi pasif
Perubahan fungsi - +
otonom
Perubahan pada tanda - +
vital/penurunan
saturasi oksigen
5. Spasme
Kontraksi otot yang tidak terkendali
dalam detik-menit.
Dipicu sentuhan, suara dan cahaya
Bayi tetap sadar
Trismus
Opistotonus
Gerakan tangan seperti mengepal
atau meninju.
Klasifikasi Kejang
1. Kejang Umum
2. Kejang Parsial
a.Parsial Sederhana
b.Parsial kompleks

1. Kejang Umum
a.Tonic

b.Clonic

c.Tonik-Clonik/Grandmal

d.Abscence, petit mal


e.Myoclonic

f.Atonic
A. Kejang umum pada anak dan dewasa
terbagi atas:

1. Tonic-clonic convulsion = grand mal


 bentuk yang paling banyak terjadi
 pasien tiba-tiba jatuh, kejang,
nafas terengah-engah, keluar air
liur
 bisa terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah
 terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur
2. Abscense attacks = petit mal
 jenis yang jarang
 umumnya hanya terjadi pada masa
anak-anak atau awal remaja
 penderitatiba-tiba melotot, atau
matanya berkedip-kedip, dengan kepala
terkulai
 kejadiannya cuma beberapa detik, dan
bahkan sering tidak disadari
3. Myoclonic seizure
 biasanya terjadi pada pagi hari, setelah
bangun tidur
 pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
 jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa
terjadi pada pasien normal
4. Atonic seizure
 jarang terjadi
 pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot 
jatuh namun bisa segera pulih.
B. Kejang Partial
1. Sederhana (Simple partial seizure)
2. Kompleks (Complex partial seizure)
Kejang Parsial Sederhana.
 Dengan keterlibatan motorik
 Dengan somatosensorik atau gejala
sensorik khusus
 Dengan gejala dan tanda saraf
otonom
 Dengan gejala psikis (gangguan
fungsi luhur)
Kejang parsial terbagi menjadi :
1. Simple partial seizures
 pasientidak kehilangan
kesadaran
 terjadi
sentakan-sentakan
pada bagian tertentu dari
tubuh
2. Complex partial seizures
 pasienmelakukan gerakan-
gerakan tak terkendali:
gerakan mengunyah,
meringis disertai hilangnya
kesadaran
Kejang Partial Kompleks
 Penurunan kesadaran
 Manifestasi klinis bervariasi
tergantung tempat asal dan
penyebarannya
Ada aura
Automatisme

Aktivitas motorik lain


 Durasi (biasanya 1 menit)
Kejang Umum Sekunder
 Mulai kejang fokal, dengan atau tanpa
gejala neurologis fokal

 Bervariasi: Simetrisitas, intensitas


dan lamanya fase tonic (stiffening) dan
clonic (jerking)

 Biasanya: 1-2 menit

 Setelah serangan: confusi, somnolen,


dengan atau tanpa defisit fokal
transient
Sindrom epilepsi (Epilepsy Syndromes)
 Epilepsi Bangkitan Lokal

 Idiopatik

 Simptomatik

 Kriptogenik
Sindrom epilepsi.
 Epilepsi Bangkitan Umum
Idiopatik

Simptomatik

Kriptogenik

 Epilepsi Tak Tergolongkan

 Sindrom Epilepsi Khusus


Precipitasi (pencetus)
 Ketidak seimbangan Metabolik dan
Elektrolit
 Stimulan/proconvulsan
 Withdrawal Sedatif atau ethanol
 Gangguan tidur
 Pengurangan obat antiepilesi atau terapi
AED inadekuat
 Hormonal
 Stress
 Demam dan infeksi sistemik
 Trauma kepala
Presipitasi.
1. Ketidakseimbangan metabolik dan
elektrolit
 Hipoglikemia/ hiperglikemia
 Hiponatremia
 Hipokalsemia
 Hipomagnesemia
5. Diagnosis Banding
• Sinkop
• Bangkitan Non Epileptik Psikogenik
• Aritmia Jantung
• Sindroma hiperventilasi atau serangan
panik
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
• Darah Hematologi Lengkap
• Ureum, kreatinin
• SGOT/SGOT
• Profil lipid
• GDP/GD2PP
• Faal hemostasis
• Asam urat
• Albumin
• Elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium)
• Lumbal Pungsi
• EKG
• Kadar Obat Anti Epilepsi dalam darah
b. Pemeriksaan Radiologi
• Rontgen Thoraks
• BMD
• MRI otak

c. Elektrodiagnosis
• EEG rutin
• EEG deprivasi tidur
• EEG monitoring

d. Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)


Presipitasi kejang.
2. Intoxikasi Stimulan/Pro-convulsan
 Penyalahgunaan obat IV
 Kokain
 Ephedrin
 Sediaan bahan alam
 Pengurangan obat (AED)
7. Tatalaksana
a. Terapi Medikamentosa (sesuai indikasi, tipe kejang dan sindrom
epilepsi)
• Fenitoin 4-6 mg/kgBB bid
• Carbamazepin XR 15-18 mg/kgBB bid
• Asam valproate 20-60 mg/kgBB od/bid
• Levetiracetam 20-40 mg/kgBB bid Topiramat 3-9 mg/kgBB bid
• Lamotrigin 100-400 mg bid
• Oxcarbazepin 300-900 mg bid
• Zonisamid 100-300 mg tid
• Clonazepam 2-8 mg bid
• Clobazam 10-30 mg tid
• Fenobarbital 2-4mg/kgBB bid
• Gabapentin 300-900mg tid
• Pregabalin 150-600mg b/tid
b. Terapi Non Farmakologis
• Fisioterapi • Psikoterapi
• Behavior Cognitive Therapy

c. Tindakan Intervensi/Operatif
• Hipokampektomi, sesuai indikasi
• Amigdalohipokampektomi, sesuai indikasi
• Temporal lobektomi, sesuai indikasi
• Lesionektomi, sesuai indikasi
8. Edukasi
• Edukasi mengenai minum obat secara teratur
• Edukasi mengenai penghindaran faktor pencetus
• Edukasi kontrol ulang secara teratur
• Edukasi epilepsi pada kehamilan

9. Prognosis
• Ad vitam : dubia adbonam
• Ad Sanationam : dubia adbonam
• Ad Fungsionam : dubia adbona
STATUS EPILEPTIKUS (Kode ICD X : G41.9)

1. Pengertian
Definisi Konseptual
Bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua
bangkitan atau lebih di mana di antara bangkitan-bangkitan tadi
tidak terdapat pemulihan kesadaran.

Definisi operasional status epileptikus konvulsif


Adalah bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit, atau bangkitan
berulang 2 kali atau lebih tanpa pulihnya kesadaran diantara
bangkitan.

Definisi status epileptikus non konvulsif


Adalah bangkitan epileptik berupa perubahan kesadaran maupun
perilaku tanpa disertai manifestasi motorik yang jelas namun
didapatkan aktivitas bangkitan elektrografik pada perekaman
elektroensefalografi (EEG)
2. Anamnesis

 Auto dan allo-anamnesis dari orang tua atau


saksi mata mengenai hal hal dibawah ini:
a. Terdapat serangan bangkitan berulang tanpa
diikuti pulihnya kesadaran
b. Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca
bangkitan :
• Sebelum bangkitan/gejala prodromal:
 Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan
akan terjadinya bangkitan, misalnya
perubahan perilaku, perasaan lapar,
berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi
sensitif, dan lain-lain.
• Selama bangkitan/iktal:
Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan pada awal
bangkitan?
Bagaimana pola/bentuk bangkitan, mulai dari deviasi
mata, gerakan kepala, gerakan tubuh, vokalisasi,
otomatisasi, gerakan pada salah satu atau kedua lengan
dan tungkai, bangkitan tonik/klonik, inkontinensia, lidah
tergigit, pucat, berkeringat, dan lain-lain. (Akan lebih baik
bila keluarga dapat diminta untuk menirukan gerakan
bangkitan atau merekam video saat bangkitan)
Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan?
Apakah terdapat perubahan pola dari bangkitan
sebelumnya?
Aktivitas penyandang saat terjadi bangkitan, misalnya saat
tidur, saat terjaga, bermain video game, berkemih, dan lain-
lain.
 Pasca bangkitan/post iktal:
 Bingung,
 langsung sadar,
 nyeri kepala,
 tidur,
 gaduh gelisah,
 Todd’s paresis.
c. Faktor pencetus : kelelahan, kurang tidur,
hormonal, stress psikologis, alkohol.
d. Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi
bangkitan, interval terpanjang antar bangkitan,
kesadaran antar bangkitan.
e. Terapi epilepsi sebelumnya dan respon
terhadap OAE sebelumnya:
• jenis obat anti epilepsi (OAE)
• dosis OAE
• jadwal minum OAE
• kepatuhan minum OAE
• kadar OAE dalam plasma
• kombinasi terapi OAE.
f. Penyakit yang diderita sekarang, riwayat
penyakit neurologik, psikiatrik maupun sistemik
yang mungkin menjadi penyebab maupun
komorbiditas.
g. Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam
keluarga
h. Riwayat saat berada dalam kandungan,
kelahiran, dan tumbuh kembang
i. Riwayat bangkitan neonatal/ kejang deman
j. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan
saraf pusat (SSP), dll.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik umum.
Untuk mencari tanda-tanda gangguan
yang berkaitan dengan epilepsi,
misalnya:
• Trauma kepala,
• Tanda-tanda infeksi,
• Kelainan kongenital,
• Kecanduan alkohol atau napza,
• Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
• Tanda-tanda keganasan.
2. Pemeriksaan neurologis
Untuk mencari tanda-tanda defisit
neurologis fokal atau difus yang dapat
berhubungan dengan epilepsi.
Jika dilakukan dalam beberapa menit
setelah bangkitan maka akan tampak
tanda pasca bangkitan terutama tanda
fokal yang tidak jarang dapat menjadi
petunjuk lokalisasi, seperti:
• Paresis/paralisis Todd
• Gangguan kesadaran pascaiktal
• Afasia pascaiktal
4. Kriteria Diagnosis
Status epileptikus konvulsif

Bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit,


atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa
pulihnya kesadaran diantara bangkitan.

Status epileptikus non konvulsif


Bangkitan epileptik berupa perubahan
kesadaran maupun perilaku tanpa disertai
manifestasi motorik yang jelas namun
didapatkan aktivitas bangkitan elektrografik
pada perekaman elektroensefalografi (EEG),
dapat didahului oleh status epileptikus
konvulsivus.
5. Diagnosis Banding
• Sinkop
• Bangkitan Non Epileptik Psikogenik
• Aritmia Jantung
• Sindroma hiperventilasi atau serangan
panik
6. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium:
• Darah Hematologi Lengkap
• Ureum, kreatinin
• SGOT/SGOT
• Profil lipid
• GDP/GD2PP
• Faal hemostasis
• Asam urat
• Albumin
• Elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium,Magnesium)
• Lumbal Pungsi
• Kadar Obat Anti Epilepsi dalam darah
7. Pemeriksaan Radiologi:
• Rontgen Thoraks
• BMD
• MRI otak Elektrodiagnosis
• EEG rutin
• EEG deprivasi tidur
• EEG monitoring
• EKG Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi
Luhur)
8. Tatalaksana
Stadium 1 (0−10 menit)

• Diazepam 10 mg IV bolus lambat


dalam 5 menit, stop jika kejang
berhenti, bila masih kejang dapat
diulang 1 kali lagi atau Midazolam 0.2
mg/kgBB IM
• Pertahankan patensi jalan napas dan
resusitasi
• Berikan oksigen
• Periksa fungsi kardiorespirasi
• Pasang infus
 Stadium 2 (0−30 menit)
• Monitor pasien
• Pertimbangkan kemungkinan kondisi
non epileptik
• Pemeriksaan emergensi laboratorium
• Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau
thiamine 250 mg i.v bila ada kecurigaan
penyalahgunaan alkohol atau defisiensi
nutrisi
• Terapi asidosis bila terdapat asidosis
berat
 Stadium 3 (0−60 menit)
• Pastikan etiologi
• Siapkan untuk rujuk ke ICU
• Identifikasi dan terapi komplikasi medis yang
terjadi
• Vasopressor bila diperlukan
• Phenytoin i.v dosis of 15–18 mg/kg dengan
kecepatan pemberian 50 mg/menit dan/atau
bolus Phenobarbital 10–15 mg/kg i.v.dengan
kecepatan pemberian100 mg/menit
 Stadium 4 (30−90 menit)
• Pindah ke ICU
• Anestesi umum dengan salah satu obat di bawah
ini :
- Propofol 1–2 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 2–10
mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol
- Midazolam 0.1–0.2 mg/kg bolus, dilanjutkan 0.05–
0.5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE
terkontrol
- Thiopental sodium 3–5 mg/kg bolus, dilanjut 3–5
mg/kg/jam dititrasi naik sampai terkontrol
• Perawatan intensif dan monitor EEG
• Monitor tekanan intrakranial bila dibutuhkan
• Berikan antiepilepsi rumatan jangka panjang
9. Edukasi
• Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat,
biaya, pengobatan, prosedur, masa dan
tindakan pemulihan dan latihan, risiko dan
komplikasi).
• Penjelasan mengenai status epileptikus, risiko
dan komplikasi selama perawatan.
• Penjelasan mengenai faktor risiko dan
pencegahan rekurensi.
• Penjelasan program pemulangan pasien
(Discharge Planning).
• Penjelasan mengenai gejala status epileptikus,
dan apa yang harus dilakukan sebelum dibawa
ke RS.
10. Prognosis
oAd vitam : dubia adbonam
oAd Sanationam : dubia adbonam
oAd Fungsionam : dubia adbonam
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai