Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR CEREBRI

DAN INSTEK TREPANASI

OLEH :
RIZAL CAHYONO

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR CEREBRI
DAN INSTEK TREPANASI

Oleh : Rizal Cahyono


Pembimbing :
Pada Tanggal :

Malang, November 2022


Pembimbing
TUMOR OTAK

A. PENGERTIAN
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak,
tetapi tidak ganas. tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang
berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang
telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran
darah.
Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan penyebaran dari
kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain. Kanker payudara dan kanker
paru-paru, melanoma maligna dan kanker sel darah (misalnya leukemia dan
limfoma) bisa menyebar ke otak. Penyebaran ini bisa terjadi pada satu area
atau beberapa bagian otak yang berbeda.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk
ke dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi
jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau
semua kejadian patofisiologis sebagao berikut :
 Peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan edema serebral
 Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologist fokal
 Hidrosefalus
 Gangguanfungsihipofisis
Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua
penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari
semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain.
Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas
metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal
bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit (melanoma).
Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia
membuat struktur dan mendukung system otak dan medulla spinalis) dan
merupakan supratentorial (terletak diatas penutup serebelum). Jejas neoplastik
didalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang menganggu fungsi vital
seperti pernafasan atau adanya peningkatan tekanan intracranial.

B. TANDA DAN GEJALA


Tumor intra kranial menyebabkan gangguan fungsi fokal dan
peningkatan tekanan intra kranial (TIK). Manifestasi tumor tergantung dari
lokasi, displacement otak, dan herniasi. Gejala umum yang timbul antara lain:
sakit kepala, mual muntah, perubahan mental, papill edema, gangguan visual
(diplopia), kerusakan fungsi sensorik dan motorik, serta kejang.
1. Gejala peningkatan tekanan intrkranial
Disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat
pertumbuhan tumor. Gejala yang biasanya banyak terjadi adalah sakit
kepala, muntah, papil edema (“choken disc” atau edema saraf optic),
perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik,
sensorik dan disfungsi saraf cranial.
2. Sakit kepala
3. Mual muntah
4. Papill edema
5. Kejang
6. Pening dan vertigo
7. Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak
yang terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti
pada ketidak normal ansensori dan motorik, perubahan penglihatan dan
kejang.
Karena fungsi-fungsi otak berbeda-beda di setiap bagiannya maka untuk
mengindentifikasi lokasi tumor dapat ditentukan dari perubahan yang terjadi,
seperti :
1. Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut
kejang Jacksonian.
2. Tumor lobus oksipital menimbulkan manisfestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
3. Tumor serebellum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan
jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus
(gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan
horisontal.
4. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku
mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5. Tumor sudut serebopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
memberi rangkaian gejal yang timbul dengan semua karakteristik gejala
pada tumor otak.
 Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan
saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf cranial ke-
8).
 Berikutnya, kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (b.d
saraf cranial ke-5).
 Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf cranial
ke-7).
 Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
6. Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien
lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma
dan metastase serebral dari bagian lain.
Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan lokasinya, karena
tumor-tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi (silent areas) dari
otak (daerah yang di dalam fungsinya tidak dapat ditentukan dengan
pasti).
Perkembangan tanda dan gejala adalah menentukan apakah tumor
berkembang atau menyebar.
Berdasarkan tipe tumor maka gejala dapat berupa:
a. Gliomas
 Terjadi pada hemisfer cerebral
 Sakit kepala
 Muntah
 Perubahan kepribadian ; peka rangsang, apatis
b. Neuroma Akustik
 Vertigo
 Ataksia
 Parestesia dan kelemahan wajah ( saraf cranial V, VII)
 Kehilangan refleks kornea
 Penurunan sensitivitas terhadap sentuhan ( Saraf cranial V, XI)
 Kehilangan pendengaran unilateral
c. Meningioma
 Kejang
 Eksoftalmus unilateral
 Palsi otot ekstraokuler
 Gangguan pandangan
 Gangguan Olfaktorius
 Paresis
d. Adenoma Hipofisis
 Akromegali
 Hipopituitari
 Sindrom Cushing
 Wanita : Amenorea, sterilisasi
 Pria : kehilangan libido, impotensi
 Gangguan penglihatan
 DM
 Hipotiroidisme
 Hipoadrenalisme
 Diabetes Insipidus
 IADH

C. PATOFISIOLOGI
Tumor otak primer dianggap berasal dari sel atau koloni stem sel tunggal
dengan DNA abnormal. DNA abnormal menyebabkan pembelahan mitosis sel
yang tidak terkontrol. Sistem imun tidak mampu membatasi dan
menghentikan aberrant, pertumbuhan sel baru. Pada saat tumor meluas,
kompresi dan infiltrsi menyebabkan kematian jaringan otak. Tumor otak tidak
hanya menyebabkan lesi pada otak, tetapi juga menyebabkan edema otak.
Tengkorak bersifat rigid dan hanya memiliki sedikit tempat untuk ekspansi
isinya. Jika perawatan tidak berhasil, tumor otak akan menyebabkan
peningkatan tekanan intra kranial secara progresif yang akan menyebabkan
displacement struktur stem otak (herniasi). Tekanan pada stem otak
menyebabkan kerusakan pusat vital signs kritis yang mengontrol tekanan
darah, nadi, dan respirasi, yang akan memicu kematian.
Glioma merupakan tipe tumor yang paling banyak, menginfiltrasi
beberapa bagian otak. Glikoma malignan neoplasma otak yang paling banyak
terjadi, kurang lebih 45 % dari seluruh tumor otak. Glioma dibagi dalam
beberapa derajad I hingga IV, mengindikasikan derajad malignansi. Derajad
tergantung pada densisitas seluler, mitosis sel, dan penampakan. Biasanya
tumor menyebar dengan menginfiltrasi sekitar jaringan saraf sehingga sulit
diangkat secara total tanpa menimbulkan kerusakan pada struktur vital.
Astrositomas merupakan tipe glikoma yang paling banyak.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan neurologist
2. CT scan
3. MRI
4. Biopsy
5. Cerebral angiography
6. EEG
7. Pemeriksaan sitologi menggunakan CSF

E. KOMPLIKASI
1. Herniasi
2. Peningkatan Tekanan Darah
3. Kejang
4. Defisit neurorogis
5. Peningkatan TIK
6. Perubahan fungsi pernafasan
7. Perubahan dalam kesadaran
8. Perubahan kepribadian

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Operasi pengangkatan atau menghancurkan tumor tanpa menimbulkan
defisit neuroligis yang mungkin terjadi.
Operasi konvensional dengan craniotomy
2. Terapi radiasi stereotaktik
Terapi radiasi termasuk Gamma Knife atau terapi sinar proton, mungkin
dilakukan pada kasus tumor yang tidak mungkin di operasi atau tidak
mungkin di reseksi atau jika tumor menunjukan transformasi maligna.
Focus radiasi mungkin akan sangat membantu pada tumor kecil yang
terdapat dasar tengkorak.
3. Terapi modalitas termasuk kemo terapi konvensional terapi radiasi
eksternal beam
a. Kemo terapi konvensional
b. Brachy teraphy
c. Transplantasi sumsum tulang belakang autologous intra venus
d. Corticosteroid
e. Terapi transfer gen
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2010. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol. 3.
EGC. Jakarta

Bulechek, G. Butcher, H. K. Dochterman, J. M. 2008. Nursing Intervention


Classification (NIC) Fifth Edition. Mosby: Elsevier Inc.
Herdman, T. H. (Ed.). 2012. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition
& Classification 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell
Kozier and Erb’s, 2008. Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice
8thed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Moorhead, S. Johnson, M. Maas. M. L. Swanson, E. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Second Edition. Mosby: Elsevier Inc.
Teknik Instrumentasi Bedah Saraf

1. Teknik Instrumentasi Trepanasi dan cranioplasty


 Definisi
Cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurologi atau
menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer,
2001:2211). Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15
(sadar penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri
kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000:4). EDH (Epidural
Haematom) adalah suatu perdarahan yang terjadi di antara tulang dan
lapisan duramater (Sylvia anderson Price, 1985). Trepanasi/ kraniotomi
adalah suatu tindakan operasi dengan cara membuka tulang kepala yang
bertujuan untuk mencapai otak dalam menangani tindakan pembedahan
definitif (Bedong, M.A, 2001).
Cranioplasty adalah perbaikan defect kranial dengan menggunakan
bahan plastik atau metal plate (Corwin, J., 2000: 176)
Tehnik Instrumentasi trepanasi dan cranioplasty adalah suatu tata cara
atau tehnik yang menunjang tindakan pembedahan dimulai dari proses
persiapan alat, mengatur penataan alat secara sistematis dan penggunaan
alat/ instrument selama tindakan operasi Trepanasi dan cranioplasty
berlangsung.

 Indikasi
Dilakukan pada pasien dengan kasus:
a. Trauma kepala yang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-
tiba.
b. Adanya tanda herniasi/ lateralisasi.
c. Adanya cedera sistemik yang memerlukan operasi emergency, di
mana CT Scan kepala tidak bisa dilakukan.

 Kontra Indikasi
Khusus untuk tindakan cranioplasty tidak boleh dilakukan pada:
- Pasien dengan GCS (Glass Gow Coma Scale) di bawah 15.
- Kondisi luka post operasi trepanasi yang mengalami infeksi.

 Persiapan
1.1 Persiapan Pasien
1) Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan pakaian
khusus masuk kamar operasi.
2) Pasien harus puasa.
3) Pasien telah menandatangani persetujuan tindakan kedokteran.
4) Skirent rambut kepala.
5) Lepas gigi palsu dan semua perhiasan bila ada.
6) Vital sign dalam batas normal.
7) Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi supine dengan
kepala miring ke sebelah kiri di meja operasi.
8) Pasien dilakukan tindakan pembiusan dengan general anesthesi.
9) Memasang plat diatermi pada tungkai kaki kanan.
1.2 Persiapan Lingkungan
1) Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin couter,
lampu operasi, meja mayo dan meja instrument.
2) Memasang U- Pad steril dan doek pada meja operasi.
3) Mempersiapkan linen dan instrument steril yang akan
dipergunakan.
4) Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis agar
mudah dijangkau.
1.3 Persiapan Alat
1.3.1 Instrument Operasi
a. Instrument Dasar
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Handvat mess no. 3/ 7 1/ 1
2 Pincet anatomis/ chirurgis tanggung 2/ 2
3 Pincet manis/ bebek (adzon) 1
4 Gunting metzenboum 1
5 Gunting jaringan kasar 1
5 Desinfeksi Klem 1
6 Towel Klem 4
7 Mosquito Klem bengkok 2
8 Klem Pean Bengkok 2
9 Klem kocher bengkok 2
10 Nald voeder 2
11 Gunting Benang 1

b. Instrument Tambahan
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Dendi klem 6
c. 2 Spring hook/ skin flap hook 2
3 Haak gigi tajam 2
4 Langen beck 2
5 Desector 1
6 Raspatorium 1
7 Elevator 1
8 Canule suction B/ K 1/ 1
9 Bor (mata bor dan tangkainya) 1 set
10 Screw driver 1 set
11 Mini plate 4
12 Screw 8
13 Gigli saw/ handle gigli 1/ 2
14 Konduktor 1
Instrument Penunjang
1) Instrument Penunjang Steril

NO NAMA ALAT JUMLAH


1 Handpiece Couter dan kabel 1 set
2 Monopolar/ bipolar 1/ 1
2) Instrumen Penunjang On Steril
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Mesin Couter 1
2 Mesin Suction 1
3 Lampu Operasi 2
4 Meja Operasi 1
5 Meja Instrument 1
6 Meja Mayo 1
7 Standar Infus 1
8 Troli Waskom 2
9 Tempat Sampah 1
10 Gunting verban 1
11 Bolpoin marker 1
12 Penggaris 1
13 Lampu baca foto 1
1.3.1 Set Linen

NO NAMA ALAT JUMLAH


1 Duk Besar 4
2 Duk Sedang 4
3 Duk Kecil 4
4 Sarung Meja Mayo 1
6 Handuk Tangan 5
8 Scort/ Gaun Operasi 6

1.3.2 Bahan Habis Pakai

NO NAMA ALAT JUMLAH


1 Handscoon 6.5/ 7/ 7.5 3/ 2/ 2/ sesuai
kebutuhan

2 Underpad steril 3
3 Mess no. 22/ 15 1/ 1
4 Spuit 3cc/ 10cc 1/ 2
5 Wootjes/ softban sesuai
kebutuhan
6 Folley catheter no 8/ urobag 1/ 1
7 Kasa 40/ sesuai
kebutuhan
8 Deppers 5
9 Povidon Iodine 10% 100cc
10 Alkohol 100cc
11 Lidocaine 2 ampul
12 Adrenalin 1 ampul
13 Cairan NS 0,9% 1 liter
NO NAMA ALAT JUMLAH
14 Opsite besar 1
15 Metilen blue secukupnya
16 Sofratule 1
17 Tensocrepe 10cm 1
18 Surgicel 3
19 Lyostypt 2
20 Vycril 3-0 2
21 Vycril 2-0 2
22 Mersilk 2-0 cutting 1
23 Premiline 3-0 2
24 Redon drain no 12 1
25 Hepavix Secukupnya
2.
2. Instrumentasi Tehnik
Sign In
1. Pasien datang, cek kelengkapan data pasien.
2. Menulis identitas pasien di buku register dan buku kegiatan.
3. Bantu memindahkan pasien ke meja operasi yang sudah dialasi
underpad on steril di bawah kepala, dengan posisi supine.
4. Pasang arde di tungkai kaki sebelah kanan.
5. Tim anesthesi melakukan induksi (general anesthesi).
6. Kepala pasien dimiringkan ke sebelah kiri, fiksasi dengan bantal cincin.
Fiksasi tubuh pasien dengan sabuk pengaman.
7. Mencuci daerah yang akan dilakukan operasi dengan alkohol 70%,
kemudian dikeringkan.
8. Dokter operator memberi tanda/ marker garis insisi.
9. Mencuci daerah yang akan dilakukan operasi dengan larutan desinfeksi.
10. Perawat instrument melakukan cuci tangan, memakai gaun operasi,
dan memakai sarung tangan steril.
11. Perawat instrument memakaikan gaun operasi dan sarung tangan steril
kepada tim operasi.
12. Antisepsis area operasi dengan povidon iodine 10% dalam cucing yang
berisi deppers dengan menggunakan desinfeksi klem, ulangi dengan
menggunakan kasa alkohol keringkan.
13. Melakukan drapping:
a) Berikan 2 duk kecil dan U-Pad steril di bawah kepala, lingkarkan duk
bagian atas menutupi kepala, telinga, leher. dan fiksasi dengan towel
klem.
b) Pasang duk besar (1) untuk menutup bagian bawah kepala sampai kaki.
c) Pasang duk sedang pada bagian atas secara melingkar.
14. Pasang op site pada daerah operasi. Ambil U- Pad steril, gulung, dan
gulungan itu diatur sedemikian rupa untuk menampung perdarahan.

Time Out
15. Time out dipimpin oleh perawat sirkuler dilanjutkan berdoa yang
dipimpin oleh dokter operator.
16. Berikan kepada operator injeksi infiltrasi dengan oplosan lidocain,
adrenalin, dan cairan NS 0,9%.
17. Dekatkan meja mayo dan meja instrument ke dekat area operasi,
pasang kabel bipolar dan monopolar, slang suction, ikat dengan kasa
lalu fiksasi dengan towel klem. Pasang canule suction, cek fungsi
kelayakan couter dan suction.
18. Berikan mess 1 (handvat mees dan paragon mess no 22) untuk insisi.
19. Rawat perdarahan dengan menggunakan couter bipolar, berikan kepada
asisten spulling (cairan NS 0,9% dalam spuit 10cc), suction. Pasang
dandy klem atau hemostatik clip.
20. Berikan haak tajam untuk membuka flap kulit kepala dan berikan
kepada operator mess II no.15 untuk memperlebar area insisi. rawat
perdarahan dengan bipolar, semprot dengan NS 0,9%.
21. Berikan raspatorium untuk membebaskan jaringan yang melekat pada
tulang (perios).
22. Berikan kassa basah kepada operator untuk membungkus kulit kepala
(flap), kemudian gantung dengan spring hook dan ujungnya diklem
dengan towel klem.
23. Berikan couter kepada operator untuk marker pada tulang.
24. Berikan bor kepada operator, langen back pada asisten, spuling dengan
NS. Dokter operator membuat lubang buurhole pada temporo parietal
dextra, dilanjutkan sampai ke dasar tulang. Siapkan bone wax untuk
hemostasis pada tulang.
25. Buurhole 4 sisi, berikan konduktor untuk memasang gigli saw.
Sambungkan handle gigli saw, gergaji pelan- pelan, spulling dengan NS
0,9%.
26. Berikan elevator dan kockher kepada operator untuk membuka tulang.
Simpan tulang dalam bengkok yang berisi NS 0,9%.
27. Dokter operator melakukan eksplorasi haematom. Terdapat lebih
kurang 40cc stolsel (haematom).
28. Dokter operator mengambil stolsel, berikan spatel dura dan bipolar,
sambil dilakukan spulling NS 0,9%.
29. Berikan wootjes kepada operator untuk melakukan suction, siapkan
surgicel dan lyostyps untuk hemostasis.
30. Rawat perdarahan dengan bipolar, jahit hit sthich dura, berikan nald
voeder dengan benang vycril 3-0 kepada operator dan mosquito serta
gunting benang kepada asisten.
31. Operasi dilanjutkan dengan cranioplasty. Ambil tulang, dibersihkan,
dan dicocokkan lagi pada skull defect post craniectomi. Kemudian
marker dengan metilen blue pada daerah yang akan dipasang plate.
Siapkan plate, screw driver dan screw kepada operator untuk
mengembalikan tulang.
32. Dokter operator melakukan fiksasi dengan pemasangan plate dan screw
pada 4 sisi bagian luar. Dan pada bagian tengah dilakukan bor di dua
tempat untuk gantung dura dengan benang vycril 3-0. .
33. Kemudian cuci dengan NS 0,9% sampai bersih.
34. Rawat perdarahan, pasang redon drain. Berikan ujung yang runcing
kepada operator untuk melubangi daerah yang akan dipasang drain,
fiksasi, berikan nald voeder dengan benang seide 2-0 cutting.

Sign Out
35. Hitung jumlah alat dan kassa sebelum area operasi ditutup. Pastikan
semua dalam keadaan lengkap.
36. Jahit luka operasi lapis demi lapis. Lepaskan pring hook. Siapkan
naldvoeder dan pincet chirurgis, berikan kepada operator. Bagian
subcutis dijahit dengan benang vycril 2-0, dan bagian kulit dijahit
dengan menggunakan benang premiline 3-0. Berikan mosquito dan
gunting benang kepada asisten.
37. Bersihkan luka dengan kassa basah dan keringkan.
38. Tutup luka dengan sofratul, kassa kering, fiksasi dengan hepavix dan
tensocrep.
39. Operasi selesai, bereskan semua instrument, selang suction dan kabel
couter dilepas.
40. Rapikan pasien, bersihkan bagian tubuh pasien dari bekas betadin
yang masih menempel dengan menggunakan kassa basah dan
keringkan.
41. Pindahkan pasien ke brankart, dorong ke ruang recovery.
42. Semua instrument didekontaminasi menggunakan larutan presep,
rendam selama 10 menit, lalu cuci dengan menggunakan cairan cidexim
dengan konsentrasi 8cc dalam 1 liter air, bersihkan, bilas dan keringkan,
kemudian semua alat diinventaris dan diset kembali bungkus dengan
kain siap untuk disterilkan.
43. Bersihkan ruangan dan lingkungan kamar operasi, rapikan dan
kembalikan alat- alat yang dipakai pada tempatnya.
44. Inventaris bahan habis pakai pada depo farmasi

Anda mungkin juga menyukai