Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan salah satu gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal
kronik adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif dan ireversibel. Gagal ginjal
kronik biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal, tetapi
pada situasi tertentu dapat muncul secara mendadak. Dialisis atau transplantasi ginjal
diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien gagal ginjal kronis. Dialisis dilakukan
pada pasien yang mengalami gangguan ginjal untuk membantu mendapatkan kembali
fungsi ginjal yang seharusnya.
Hemodialisis merupakan prosedur penyelamatan jiwa yang mahal. Hemodialisis
memungkinkan sebagian penderita hidup mendekati keadaan yang normal meskipun
menderita gagal ginjal yang tanpa terapi hemodialisis akan menyebabkan kematian.
Hemodialisis digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi
dialisis jangka pendek atau pasien dengan penyakit gagal ginjal stadium terminal yang
membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Hemodialisis dilakukan
dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semi
permiabel (ginjal buatan) yang memindahkan produk-produk limbah yang
terakumulasi dari darah ke dalam mesin dialisis. Pada mesin dialisis, cairan dialirkan
dipompa melalui salah satu sisi membran filter (ginjal buatan).

B. Tujuan Hemodialisis
Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien
sampai fungsi ginjal pulih kembali (Smeltzer dan Bare, 2002). Terapi pengganti,
kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :
1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat
2. Membuang kelebihan air.
3. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
5. Memperbaiki status kesehatan penderita.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 2

BAB II
DATA UMUM

A. Jadwal layanan :
a. Terbagi dalam 2 shift : mulai jam 07.00 s/d 14.00 dan jam 14.00 s.d jam 20.00
WIB
b. Dokter jaga HD/dokter ruangan melakukan pemeriksaan dan observasi pasien :
mulai jam 08.00 s/d 14.00
c. Dokter jaga HD/dokter ruangan apabila mengalami kesulitan dapat konsul per
telepon kepada dokter penanggung jawab ruangan HD
d. Apabila ada kondisi emergensi, sewaktu-waktu perawat bisa menghubungi
dokter ruangan.
e. Dokter/tenaga medis yang melaksanakan tugas rangkap, pelayanan ruangan dan
pelayanan di klinik wajib mengutamakan layanan klinik dahulu sesuai jadwal
buka layanan klinik, kecuali emergency.
f. Dokter yang tidak merangkap tugas wajib melakukan pelayanan ruangan sesuai
jadwal.

B. Pengguna layanan
Instalasi Hemodialisis RSU Aminah Blitar melayani pasien dari jenis kunjungan:
a. BPJS : pelayanan re use 4 kali
b. Kunjungan umum : pelayanan single use, pelayanan re use maksimal 4 kali.
c. Kemenkes : Pelayanan single use
C. Penunggu Pasien
1. Jumlah : maximal 2 orang dan diberi ID Card.
2. Patuh terhadap tata tertib penunggu pasien Rumah Sakit.
D. Sistem pembayaran
1. Petugas administrasi instalasi hemodialisis melaksanakan administrasi
pembayaran
2. Petugas administrasi instalasi hemodialisis menyerahkan administrasi
pembayaran kepada kasir
3. Keluarga pasien wajib menyelesaikan administrasi pembayaran di kasir
sebelum pasien pulang
4. Keluarga pasien berhak menerima tanda bukti pembayaran
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 3

ALUR PASIEN HEMODIALISIS

Asal PASIEN Asal PASIEN


Rujukan swasta/pasien rutin IRNA/ICU/IGD
hemodialisis/rawat jalan

KANTOR BPJS
Mendapat bukti retribusi & surat
jaminan

INSTALASI HEMODIALISIS
- Menyerahkan surat permintaan dari
Pemeriksaan Penunjang dr penanggung jawab/mahir
 Laboratorium hemodialisis(untuk yang pertama INSTALASI
(rutin perbulan) kali/traveling) LAIN
+ pembayaran(bila rawat - Sesuai penjadwalan kecuali cito (Sesuai
jalan dan kunjungan - Penjelasan biaya / administrasi kebutuhan
umum) sesuai jenis kunjungan medik)
- Pembayaran : - Inst Bedah
 Untuk pasien umum & Rawat Sentral
Jalan(tidak dijamin pihak - Rawat Jalan
ketiga) pembayaran langsung (Kl. Bedah)
ditempat
 Untuk rawat inap,maka
petugas membuat rincian di
kartu status dan
IFRS pembayaran/klaim mengikuti
rawat inap
- Tindakan Hemodialisis

KELUAR RUMAHSAKIT /MRS ( IRNA/ ICU )


PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 4

ALUR LAYANAN KHUSUS PASIEN BARU PERTAMA KALI CUCI DARAH

Pasien baru pertama kali HD


BPJS / /Umum/SPM

INSTALASI HEMODIALISIS
Persyaratan
 Menyerahkan surat permintaan hemodialisis dari dokter mahir HD
 Untuk BPJS / SPM / Jamkesda ditammbah persyaratan : dengan
membawa rujukan dari puskesmas setempat / dokter keluarga
/KTP/KK.

Instalasi Hemodialisis
 Menyerahkan persyaratan
 Penjadwalan hemodialisis

Mengikuti alur perawatan rutin


PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 5

F. Persyaratan Administrasi Bagi Pengguna Layanan


1. Kunjungan Umum
a. Menunjukkan identitas bagi pasien dengan kunjungan pertama kali.
b. Wajib membawa kartu tanda berobat RSU Aminah Blitar, bagi pasien
yang sudah pernah berkunjung ke RSU Aminah Blitar (untuk kunjungan
kedua dan seterusnya).
c. Membawa surat rekomendasi/permintaan dari dokter penanggung
jawab/mahir HD (untuk kunjungan pertama kali/travelling).
2. Kunjungan BPJS
Selain memenuhi persyaratan kunjungan umum diwajibkan memenuhi
persyaratan khusus, yaitu :
1) Membawa kartu BPJS / KK / KTP, serta foto kopi (diperlukan apabila
akan melaksanakan pengambilan obat dan pemeriksaan penunjang).
2) Membawa rujukan dari Puskesmas/dokter keluarga (dengan masa berlaku
1 bulan dan surat jaminan dari kantor BPJS, yang diperbaharui setiap kali
berkunjung).
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 6

Sumber Daya Manusia (SDM)


Jumlah SDM yang ada pada Instalasi Hemodialisis RSU Aminah Blitar saat
ini sebanyak 7 dengan rincian seperti di bawah ini.

KUALIFIKASI JUMLAH SDM


2 orang, terdiri dari
Medis  1 dr.Sp.PD, mahir hemodialisis
 1 dr.umum, pelatihan HD
Keperawatan 3 perawat mahir hemodialisis
1perawat belum mahir hemodialysis
Adm 1 orang
CS 1 orang
Teknisi 1 orang

B. Sarana-Prasarana
1.Sarana Medis
DATA INVENTARIS PERALATAN MEDIS

Kapasitas tempat tidur :

STANDAR
KONDISI
RatioAlat :
No Nama Alat Ruang Jumlah
Tersedia
Atau Baik Rusak
Pasien : R/B
Alat
Ambubag [Resusitator] 2 / Ruang

Bak instrument besar 2 / Ruang

Bak instrument sedang 2 / Ruang

Bak instrument kecil 2 / Ruang

Eskap 2 / Ruang

Gunting verband 2 / Ruang

Nasal O2 2 / Ruang

Masker O2 2 / Ruang

Pispot 1

Urinal 1
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 7

NGT 2 / Ruang

Stetoscope 2 / Ruang
Regulator O2 Sentral / flow 2 / Ruang
meter
Oksigen Transport + Flow 1
Mtr
Termometer 5 / Ruang

Tensimeter 2 / Ruang

Tensimeter Mobile 1/ruangan

Suction pump 1 / Ruang

Sterilisator 1 / Ruang

Timbangan BB Digital
Timbangan BB /TB
Handrub
Handsoap
Hand Towel
Thermometer Ruangan
Thermometer Kulkas
Turniquit 1/bed

Thermo Gun 1/ruangan

Kursi Roda 1/ruangan

Gluco test 1/ruangan


PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 8

DATA PERALATAN PENUNJANG MEDIS


INSTALASI DIALISIS

Kapasitas tempat tidur : 4

STANDAR
KONDISI
RatioAlat :
No Nama Alat Jumlah
Ruang Tersedia
Atau Baik Rusak
Pasien : Alat R/B
1 Bantal 1:1
3 Kasur 1:1
4 Masker 1 : 1/2
6 Sarung bantal 1:3
7 Selimut 1:4
8 Sprei 1:4
9 Steak laken 1:3
12 Skortpetugas -
13 Duk buntu kecil -
15 Apron
16 Sandal Jepit
16 APD

DATA PERALATAN NON MEDIS


PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 9

INSTALASI DIALISIS

Kapasitas tempat tidur : TT

STANDAR
Kondisi
Ratio
No Nama Alat Jumlah
Alat : Ruang Tersedia
Atau Baik Rusak
Pasien : Alat R/B
1 Baki/ Nampan 3 / Ruang
2 Dorongan O2 1 / Ruang
3 Lampu senter 2 / Ruang
4 Lampu sorot 1 / Ruang 1
5 Lemari obat /alkes 1 / Ruang
6 Lemari lenen 1
7 Meja pasien 1:1
8 Tempat sampah 1 : 1/2
non infeksius
9 Tempat sampah 1 : 1/2
infeksius
11 Troly rawa tluka 1 / Ruang
12 Troly injeksi 1 / Ruang
13 Troly obat 1 / Ruang
14 Trolly Barang
15 Kursi penunggu 1:1
pasien
16 Lampu Emerjensi 1 / Ruang
17 Kipas Angin Sesuai standart
18 Bak mandi
20 Locker petugas 1 / Ruang
21 Meja cabinet 1:1
pasien
22 Almari Reuse
23 Kursi pasien 1:1
24 Buku dokter visite 1 / Ruang
25 Buku folio 1 / Ruang
26 Buku kematian 1 / Ruang
27 Buku laporan 1 / Ruang
kehilangan
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 10

28 Form permintaan 1 / Ruang


laborat
29 Permintaan resep 1 / Ruang
pasien
30 Buku register 1 / Ruang
pasien
31 Buku sensu 1 / Ruang
sharian
32 Buku ekspedisi 1 / Ruang
33 Bak sampah kaki
hijau
35 Pensil 2 / Ruang
36 Perforator 1 / Ruang
37 Spidolpermanen 3 / Ruang
38 Spidol white board 3 / Ruang
39 Steples 2 / Ruang
40 White board 2 / Ruang
41 Buku sensus 1 / Ruang
cairan
42 Kalkulator 2 / Ruang 2 2
43 Form catatan KTD 1 / Ruang
44 Form komplain 1 / Ruang
pasien
45 Buku pembayaran 1 / Ruang 1 1
kasir
46 Buku setoran 1 / Ruang
status
49 Buku timbang 1 / Ruang
terima alat
50 Komputer 1/ruangan
51 Printer Scan
54 Iphone 1/ruangan
55 Kursi panjang
56 Gayung
57 Bak mandi

2. OBAT EMERGENCY
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 11

No Nama Obat Jumlah KET

1 2 3 6
1 VASCON / RAIVAS

2 DOPAMIN / INDOP / CETADOP

3 DOBUTAMIN

4 SULFAS ATROPIN [SA]

5 CA GLUKONAS 10%

6 EPINEPRIN [ ADRENALIN]

7 DEXAMETASON

8 DIPHENHYDRAMIN

9 METOCLOPRAMIDE

10 DIAZEPAM

11 PHENYTOIN [PHYTHOIN]

12 ANTRAIN

13 D 40%

22 BUSCOPAN / HYOSCIN

XYLOMIDON INJ
23
LIDOCAIN
24
25 PHYTOMENADION [VIT K]

26 FARSORBID

27 NATRIUM BIKARBONAT [MAYLON]

28 PARACETAMOL TAB

29 ISOSORBID DINITRAT [ISDN]


PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 12

30 AMLODIPIN 10 mg

31 IRBESARTAN 150 / 300 mg

VALSARTAN 80mg.
32
33
NIFEDIPIN 10 mg
34
Captopril 25 mg

3. ALAT PELINDUNG DIRI [APD]

No NAMA APD Jumlah KET

1 2 3 6
1 MASKER [disposable]

2 SARUNG TANGAN KARET 2

3 PENUTUP KEPALA 20

4 SKORT 20
GOOGLE SAFETY [ Kaca mata
5 2
pelindung]

J. Struktur Organisasi Instalasi Hemodialisis RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar


PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 13

SUPERVISOR DIREKTUR
HEMODIALISIS
WADIR PELAYANAN DAN PENUNJANG MEDIK

KEPALA INSTALASI HEMODIALISIS

RAWAT INAP

IPS
DOKTER KEPALA RUANG
IPL PELAKSANA
HD

KA TIM ADMINISTRASI RUMAH TEKNISI


TANGGA
PERAWAT PELAKSANA

BAB III
TATA LAKSANA
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 14

A. Pengertian Hemodialisis
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses
tersebut (Smeltzer dan Bare, 2002). Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan
sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semi permiabel (ginjal
buatan) yang memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dari darah ke
dalam mesin dialisis.

B. Etiologi Hemodialisis
Dialisis dilakukan pada ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh
yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga
dilakukan dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel (tidak responsive
terhadap terapi), koma hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia.
Dialisis akut diperlukan bila terdapat kadar kalium yang tinggi atau yang meningkat,
kelebihan muatan cairan atau edema pulmoner yang mengancam, asidosis yang
meningkat, perikarditis dan konfusi yang berat. Sedangkan dialisis kronis atau
pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis (Smeltzer dan Bare, 2002) (penyakit
ginjal stadium terminal) dalam keadaan berikut:
Terjadinya tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh sistem tubuh
(mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfusi mental).
1. Kadar kalium serum meningkat.
2. Muatan cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta
pembatasan cairan.
3. Penurunan status kesehatan yang umum.
4. Terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial friction rub) melalui
auskultasi.

C. Metode Hemodialisis
Metode terapi dialisa mencakup hemodialisis, hemofiltrasi, dan peritoneal dialisis.
Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan
untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Hemofiltrasi
digunakan untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan. Sedangkan, peritoneal dialisis
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 15

mengeluarkan cairan lebih lambat daripada bentuk-bentuk dialisis yang lain (Smeltzer
dan Bare, 2002)

D. Indikasi Hemodialisis
Hemodialisis diindikasikan pada gagal ginjal akut dan kronis, intoksikasi obat dan
zat kimia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat dan sindrom hepatoreanal
(Faisal, 2007). Di samping itu, terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial
friction rub) melalui auskultasi merupakan indikasi yang mendesak untuk dilakukan
dialisis untuk pasien gagal ginjal kronis (Smeltzer dan Bare, 2002). Menurut konsensus
Pernefri (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari
15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG
kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi
tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut
seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolic berulang, dan nefropatik diabetik.
Menurut Pernefri (2003) waktu atau lamanya Hemodialisa disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Tiap Hemodialisa dilakukan 4 – 5 jam dengan frekuensi 2 kali
seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan QB 200–300
mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) Hemodialisa memerlukan waktu 3 – 5
jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara
Hemodialisa, Sedangkan hemodialisa rutin menurut Pernefri (2003) dijelaskan bahwa
hemodialisa rutin ini dilakukan pada keadaan yang sudah direncanakan atau ditentukan
waktunya. Umumnya dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sedangkan pasien hemodialisa rutin adalah
pasien-pasien yang sudah terencana dalam menjalani program hemodialisa sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan

E. Prinsip-prinsip Kerja Hemodialisis


Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis menurut Smeltzer dan Bare
(2002), yaitu: difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 16

1. Difusi adalah pengeluaran toksin dan zat limbah dalam darah dengan bergerak dari
darah yang berkonsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih
rendah.
2. Osmosis adalah bergeraknya air dari daerah bertekanan lebih tinggi (tubuh pasien)
ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat), sehingga air yang berlebihan
dikeluarkan dari dalam tubuh.
3. Ultrafiltrasi adalah penambahan tekanan negatif

F. Komplikasi Hemodialisis
Komplikasi terapi dialisis mencakup hal-hal berikut (Smeltzer dan Bare, 2002):
1. Hipervolemia, ditandai dengan peningkatan tekanan darah, nadi, frekuensi
pernapasan, tekanan vena sentral, dispnea, rales basah, batuk, edema, dan
peningkatan berat badan yang berlebihan sejak dialisis terakhir.
2. Ultrafiltrasi yang berlebihan, ditandai dengan gejala-gejala: hipotensi, mual,
muntah, berkeringat, pusing, dan pingsan.
3. Hipovolemia, ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi
nadi dan pernapasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral
menurun, dan penurunan haluaran urine.
4. Hipotensi, pada awal dialisis dapat terjadi pada pasien dengan volume darah
sedikit, seperti anak-anak dan orang dewasa yang kecil. Sedangkan hipotensi
lanjut pada dialisis biasanya karena ultrafiltrasi berlebihan atau terlalu cepat.
5. Hipertensi, penyebab yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom
disequilibrium, respons renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansietas.
6. Sindrom disequilibrium dialisis, dimanifestasikan oleh sekelompok gejala-gejala
yang diduga disfungsi serebral. Rentang beratnya gejala-gejala dari mual ringan,
muntah, sakit kepala, dan hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental,
dan kejang.
7. Infeksi, yang diperkirakan karena penurunan respons imunologik pada pesien
uremik yang mengalami penurunan resisten terhadap infeksi.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 17

G. Persiapan Sebelum Hemodialisis


a. Persiapan Pasien :
1. Menyerahkan Surat permintaan dari dokter penanggung jawab /mahir hemodialisa untuk
yang pertama kali / travelling.
2. Identifikasi pasien
Dilakukan identifikasi yang tepat sebelum dilakukan tindakan HD
3. Skrining
Skrining awal penyakit Hepatitis B, C dan HIV wajib dilakukan pada pasien baru.
Pasien HBsAg positif diberikan terapi HD dengan mesin yang terpisah dari pasien yang
seronegatif di ruangan yang terpisah.
4. Pemberian Informasi surat persetujuan tindakan hemodialisis
Setelah pasien diindikasikan tindakan dialisis oleh dokter, pasien atau keluarga pasien
harus mendapatkan beberapa informasi terkait Hemodialisis yaitu antara lain
mengenai : Diagnosis, dasar diagnosis ,Tindakan, Indikasi Tindakan, Tata cara tindakan,
Tujuan, Resiko, Komplikasi, prognosis, Alternatif tindakan, dll. Sesuai form “Pemberian
Informasi Hemodialisis”. Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien tersebut
atau perawat yang sudah mendapatkan limpahan dari dokter yang merawat
5. Surat persetujuan tindakan hemodialisis
Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan HD yang akan dilakukan, kemudian
menandatangani surat persetujuan yang telah tersedia dengan disertai saksi sesuai dengan
format surat pernyataan
6. Assesment Awal
Dilakukan Assesment awal pada setiap pasien yang mencangkup Keluhan utama,
Riwayat kesehatan (penyakit lain dan alergi), status gizi, pemeriksaan fisik, Diagnosa
kerja dan banding,rencana terapi,rencana diagnostik, rencana Tindak lanjut, dll. Sesuai
form “Assesment awal“ yang tersedia.
7. Pastikan bahwa pasien telah benar-benar siap dilakukan hemodialisis.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 18

b. Persiapan Mesin :
1. Listrik
2. Air yang sudah diubah dengan cara :
1) Filtrasi
2) Softening
3) Deionisasi
4) Reverse osmosis
3. Sistem sirkulasi dialisat :
1) Sistem proporsioning
2) Asetat / bikarbonat
4. Sirkulasi darah :
1) dialyzer/hollow fiber
2) Priming
5. Persiapan alat :
1) Dialyzer
2) AV blood line
3) AV fistula
4) NaCl 0,9 %
5) Infus set
6) Spuit
7) Heparin
8) Lidocain
9) Kassa steril
10) Duk
11) Sarung tangan
12) Mangkok kecil
13) Desinfektan (alkohol/betadine)
14) Klem
15) Matcan
16) Timbangan
17) Tensimeter
18) Termometer
19) Plester
20) Perlak kecil
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 19

6. Langkah-langkah :
1. Setting dan Priming.
a. Mesin dihidupkan
b. Lakukan setting dengan cara
a) Keluarkan dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang infus set dan
NaCl-nya (perhatikan sterilitasnya).
b) Dengan teknik aseptik hubungkan ujung AV blood line pada dialyzer.
c) Pasang alat tersebut pada mesin sesuai dengan tempatnya.
d) Hubungkan Na Cl melalui infus set bebas dari udara dengan mengisinya terlebih
dahulu
e) Tempatkan ujung V blood line dalam penampung, hindarkan kontaminasi Dengan
penampung dan jangan terendam dengan air yang keluar.
c. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan yang merah (inlet) di
bawah, caranya :
a) Alirkan NaCl ke dalam sirkulasi dengan kecepatan 100cc/menit.
b) Udara dikeluarkan dari sirkulasi.
c) Setelah semua sirkulasi terisi dan bebas dari udara, pompa dimatikan, klem ujung
AV blood line.
d) Hubungkan ujung A blood line dan V blood line dengan memakai konektor dan
klem dibuka kembali.
e) Sambungkan cairan dialisat dengan dialyzer dengan posisi outlet di bawah dan
inlet diatas
f) Lakukan sirkulasi 5-10 menit dengan QB 150 cc/menit
g) Masukkan Heparin 1500  dalam sirkulasi.
d. Punksi Akses Vaskuler
a) Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt.
b) Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi.
c) Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke
dalam bak steril)
d) Cuci tangan, bak steril dibuka kemudian memakai hand-scoon.
e) Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi.
f) Pasang duk steril, sebelum disinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine
dan alkohol.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 20

g) Ambil fistula dan punksi outlet terlebih dahulu, bila perlu lakukan anaesthesi local
kemudian desinfeksi.
h) Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium.
i) Bolus heparin yang sudah diencerkan dengan Na Cl 0,9% (dosis awal).
j) Selanjutnya punksi inlet dengan cara yang sama kemudian difiksasi.
e. Memulai Hemodialisis
a) Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisis, ukur tanda-tanda vital dan
berat badan pre hemodialisis.
b) Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood
line diklem.
c) Sambungan AV blood line dilepas, kemudian A blood line dihubungkan dengan
punksi outlet. Ujung V blood line ditempatkan ke matcan.
d) Buka semua klem dan putar pompa perlahan-lahan sampai kurang lebih 100
cc/menit untuk mengalirkan darah, mengawasi apakah ada penyulit.
e) Biarkan darah memasuki sirkulasi sampai pada bubble trap V blood line,
kemudian pompa dimatikan dan V blood line diklem.
f) Ujung V blood line dibuka (pastikan sambungan bebas dari udara).
g) Putar pompa dengan QB 100cc/menit kemudian naikkan perlahan-lahan antara
150 - 200 cc/menit.
h) Fiksasi AV blood line agar tidak mengganggu pergerakan.
i) Hidupkan heparin pump sesuai dengan lamanya hemodialisis.
j) Buka klem slang monitor AV pressure.
k) Hidupkan detektor kebocoran udara.
l) Ukur tekanan darah, nadi dan pernafasan.
m) Cek mesin dan sirkulasi dialisat.
n) Cek posisi dialyzer (merah diatas, biru dibawah).
o) Observasi kesadaran dan keluhan pasien.
p) Programkan hemodialisis.
q) Isi formulir hemodialisis.
r) Rapikan peralatan.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 21

f. Penatalaksanaan Hemodialisis.
Memprogram dan Memonitor Mesin Hemodialisis.
1. Lamanya hemodialisis.
2. QB (kecepatan aliran darah) = 150 – 250 cc/menit
3. QD (kecepatan aliran dialisat) = 400-600 cc/menit
4. Temperatur dialisat 37-40
5. TMP dan UFR
6. Heparinisasi
a. Dosis awal = 50 –100 /kgBB
1) diberikan pada waktu punksi
2) untuk priming = 1500
3) diberikan pada waktu sirkulasi AV blood line
b. Dosis maintenance = 500-2000/jam Diberikan pada waktu hemodialisis
berlangsung. Kontinu : diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa
dari awal hemodialisis sampai dengan 1 jam sebelum hemodialisis berakhir
c. Intermitten : diberikan 1 jam setelah hemodialisis berlangsung dan pemberian
selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu 1 jam terakhir tidak diberikan.
d. Minimal heparin : heparin dosis awal kurang lebih 2000 selanjutnya diberikan
kalau perlu.

e. Bebas Heparin
Diberikan pada pasien dengan perdarahan aktif, perikarditis, koagulopati,
Tombositopenia, perdarahan intracerebral, baru operasi :
a) Lakukan sirkulasi heparin dengan dosis 3000 – 5000 unit
b) Gunakan QB secepat mungkin
c) Bilas sirkulasi ekstrakorporial tiap 15 menit dengan cairan NaCL 0,9%
Sebanyak 50 cc untuk mencegah pembekuaan darah pada sirkulasi
Ekstrakorporial
d) Naik UF untuk mengeluarkan NaCl ekstra [disesuaikan]
e) Perhatikan dialyzer dan awal tekanan vena dengan hati-hati untuk mendeteksi
tanda-tanda awal pembekuan darah
f) Hindari pemberian transfusi
g. Pemeriksaan Laboraturium, ECG, dll)
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 22

h. Pemberian obat-obatan, transfusi dll.


i. Monitoring tekanan.
1. fistula pressure
2. arterial pressure
3. venous pressure
4. dialisat pressure
5. Detektor (udara, blood leak detector)
j. Observasi pasien.
1. Tanda-tanda vital (TNSR, kesadaran)
2. Fisik
3. Mesin dibersihkan dan didesinfektan.
4. Setelah proses pembersihan selesai, mesin dimatikan, lepas steker mesin dari stop
kontak dan tutup kran air.
k. Bersihkan ruangan hemodialisis
Hal-hal yang perlu diperhatikan: Vital sign, Hb, Kelancaran sirkulasi ekstracorporeal.

7. Masalah Keperawatan Pada Hemodialisa


1. Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
b. Hipovolemia
c. Ultra filtrasi
d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
e. Hipotensi
f. Hipertensi
g. Sindrome disequilibrium dialysis
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya dikoreksi
selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum, fosfor, dan magnesium.

3. Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang diperkirakan
karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan penyebab utama kematian
pada pasein uremik.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 23

4. Perdarahan dan Heparinisasi


Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang mendasari seperti
ulkus atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi berlebihan. Heparin adalah obat
pilihan karena pemberiannya sederhana, meningkatkan masa pembekuan dengan cepat,
dimonitor dengan mudah dan mungkin berlawanan dengan protamin.
5. Masalah peralatan
a. Konsentrasi dialisat
b. Aliran dialisat
c. Temperatur
d. Aliran darah
e. Kebocoran darah
f. Emboli udara

8. Memulai Dialisis dengan Kateter Double Lumen


a. Pengertian
Akses sirkulasi yang di pasang secara temporer pada vena jugularis dan subclavia terdiri
dari dua lumen untuk menghubungkan sirkulasi darah (sirkulasi ekstraporeal) dengan
tubuh (sirkulasi sistemik).
b. Tujuan
a) Untuk melancarkan proses hemodialisa
b) Mencegah terjadinya infeksi
c) Mencegah adanya bekuan diselang kateter double lumen
c. Prosedur
a) Persiapan alat dan obat
a) Set steril berisi : 1 buah duk steril, 2 buah kom kecil untuk tempat
NaCL 0.9%, 10 lembar kain kasa steril, 1 buah klem arteri untuk
desinfektan
b) Spuit 3 cc
c) Spuit 1 cc berisi heparin dosis awal (bolus)
d) NaCL 0.9%
e) Bethadine solution
f) Sarung tangan steril 2 buah
g) Hypavix
h) Gunting verband
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 24

i) Masker
j) Apron/celemek
k) Bak penampung cairan (matkan)
l) Tempat sampah medis dan non medis
m) Over bed table
n) Perlak/pengalas
o) Bactroban salep (sejenisnya)
b) Pelaksanaan
1. Membersihkan kateter
a) Observasi KU pasien dan TTV
b) Berikan posisi tidur yang nyaman
c) Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
d) Dekatkan tempat sampah injak kearah pasien
e) Pakai apron dan masker
f) Perawat mencuci tangan
g) Buka verband penutup (balutan) kateter dengan kasa alkohol secara perlahan,
perhatikan posisi kateter: apakah tertekuk, apakah letak
posisi berubah dan keadaan exite site
h) Dekatkan meja alat ke dekat pasien
i) Perawat sementara pakai sarung tangan steril 1 buah, 1 tangan lagi
untuk memegang dan menuangkan larutan kedalam kom steril
j) Bersihkan daerah exite site dengan kasa bethadin dan NaCL hingga
bersih kemudian bersihkan kulit mulai dari pangkal exite site
melingkar (dari dalam keluar) jika masih kotor diulang dengan yang
baru
k) Bersihkan kateter mulai pangkal exite site sampai pangkal kateter
l) Terakhir beri bactroban salep pada pangkal exite site
m) Tutup exite site dengan kasa steril baru dengan hypavix
n) Perawat mengganti sarung tangan (sepasang)
o) Pasang duk steril di area kateter
2. Melakukan test kelancaran kateter
a) Gunakan spuit 3 cc, lalu tambahkan heparin dan bekuan darah yang
berada di lumen kateter di aspirasi dan di buang ke tempat sampah
infeksius
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 25

b) Bilas dengan larutan NaCL 0.9% secukupnya, lakukan test dengan cara
aspirasi dan masukkan kembali darah sambil rasakan lancar tidaknya
aliran darah (tindakan ini dapat diulang sampai yakin betul bahwa
aliran darah sudah lancer)
c) Pengetesan ini dilakukan satu persatu (selang arteri atau vena
dahulu)
d) Tutup selang kateter dengan kasa steril (posisi kateter dalam
keadaan terklem)
e) Tentukan posisi kateter dengan tepat untuk menghindari kemacetan
pada saat dialysis berlangsung, kemudian fiksasi
f) Kateter double lumen siap pakai
g) Rendam tutup kateter dengan bethadin encer dalam kom steril
h) Rapikan alat-alat yang sudah di pakai
i) Perawat cuci tangan
j) Kembalikan alat yang telah digunakan ketempat semula
3. Menyambungkan ke selang dialysis
a) Kecilkan Qb sampai dengan 100ml/menit, kemudian matikan
b) Lepas selang arteri dari sambungan sirkulasi tertutup
c) Selang infus dalam posisi terklem
d) Sambungkan selang darah arteri dengan selang arteri kateter, gunakan
kasa steril sebagai alas untuk menyambung
e) Kencangkan konektor penghubung, bukalah klem selang darah dan klem
kateter, lalu hidupkan pompa darah mulai dari kecepatan 100ml/menit
lalu naikkan secara bertahap sesuai dengan tekanan darah dan keluhan
pasien
f) Lakukan pemograman mesin sesuai dengan kebutuhan (sesuai preskripsi
HD)
g) Kembalikan alat-alat yang sudah dipakai dan rapikan
h) Perawat mencuci tangan
i) Catat semua kegiatan dalam status pasien/catatn HD
j) Observasi TTV dan keluhan pasien selama proses dialysis berlangsung
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Hal-hal yang perlu diperhatikan
b) Kesterilan alat instrument
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 26

c) Prosedur kerja dengan tekhnik aseptic


d) Pemberian dosis heparin pekat sesuai dengan ukuran yang tertera pada selang
kateter dobel lumen

H. MONITORING HEMODIALISIS

A. PASIEN (secara umum )


1. Berat Badan pasien
2. Keadaan umum sebelum, selama dan sesudah HD
3. Pemeriksaan laboratorium (review)
4. Monitoring durante HD
(TTV,keluhan/komplikasiaksesvaskular,antikoagulansia,perubahan mental)
5. Pengetahuan pasien tentang prosedur HD
6. Pembatasan air dan garam
7. Tindakan emergensi selama HD

B. PERALATAN

1. Sirkulasi ekstra korporeal


2. Tekanan - tekanan (Presure)
3. Pemberian antikoagulan
4. Kecepatan aliran darah
5. Alarm limit

H. PENGENDALIAN INFEKSI

a. Pengendalian Infeksi akses Vaskuler


1. Untuk mencegah infeksi, jika memungkinkan maka akses vaskuler yang dipakai
sebaiknya fistula AV.
2. Cara mencegah infeksi fistula AV atau graft :
a) Pasien diedukasi untuk menjaga kebersihan lengan dan diri.
b) Sebelum kanulasi akses, teknik asepsis dilakukan untuk preparasi kulit.
c) Perawat unit HD menguasai cara kanulasi akses vaskuler dengan baik.
3. Insersi kateter permanen merupakan bagian dari prosedur pembedahan sehingga
hanya dapat dilakukan oleh ahli yang berkompeten di ruangan yang bersih dan dalam
kondisi asepsis.
4. Perawatan kateter sebaiknya dilakukan oleh perawat HD yang terlatih.
5. Tindakan menyambungkan, melepas maupun intervensi lainnya terhadap kateter
dilakukan dengan teknik aseptik.
6. Kateter dialysis hanya dipakai untuk keperluan HD saja atau tindakan terkait lainnya.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 27

b. Pencegahan infeksi Hepatitis B, hepatitis C dan HIV


1. Pasien HD kronik berpotensi untuk tertular infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C
karena risiko dan terapi HD sendiri ataupun risiko dari pemberian tranfusi berulang.
2. Tindakan untuk mengurangi risiko penularan virus atau agen infeksius lain, meliputi:
▪Melakukan teknik universal precaution yang baik pada semua pasien HD :
a. Memakai sarung tangan disposable saat meraewat pasien atau bersentuhan
dengan lingkungan pasien; membuang sarung tangan dan mencuci tangan
sebelum pindah ke pasien atau mesin HD yang lain.
b. Membersihkan semua mesin setiap habis pakai.
c. Menghindari pemakaian bersama alat – alat penunjang seperti tray, manset
teka, klem gunting dan alat- alat disposable lainnya diantara pasien HBs Ag
dan non- HBs Ag.
d. Memakai masker dan pelindung mata.

Pemeriksaan serologis :
a) Melakukan pemeriksaan skrining HBs Ag, AntiHCV dan AntiHIV pada setiap pasien
baru atau pasien yang dirujuk dari unit HD lain tanpa melihat status vaksinasi
sebelumnya.
b) Pasien HBsAg positif diberikan terapi HD dengan mesin yang terpisah dari pasien
yang seronegatif di ruangan yang terpisah.

I. EVALUASI KONDISI PASIEN BERKALA


.
Dialisis yang adekuat juga meliputi kendali tekanan darah dan manajemen volume cairan
ekstraseluler dengan melakukan evaluasi ulang rutin terhadap berat kering, asupan garam
serta penilaian kecepatan ultrafiltrasi.
Adekuasi dialysis dinilai dengan metode URR yang dilakukan setiap 3 bulan.
▪Metode pengambilan sampel ureum :
Sampel darah pra dan pascadialisis untuk pemeriksaan kadar ureum darah diambil pada sesi
HD yang sama. Pengambilan sampel ureum pradialisis diambil segera sebelum HD dengan
memakai teknik yang mencegah pengenceran sampel darah dengan cairan NaCl ataupun
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 28

heparin. Pengambilan sampel ureum pasca dialysis dengan metode stop flow. Setelah HD
selesai, ultrafiltrasi dihentikan, turunkan kecepatan aliran darah 25 – 30 ml/menit.Tunggu 30
detik. Ambil sampel darah dari port arteri.
Evaluasi kondisi pasien secara berkala, dilakukan juga pemeriksaan berkala antara lain
pemeriksaan laboratorium berupa :
a. HB setiap bulan
b. HB, ureum, creatinin, dan Elektrolit setiap 3 bulan
c. SI Tibc setiap 6 bulan
Assessment awal pasien dilakukan oleh dokter penaggungjawab HD setiap 3 bulan sekali.
Informed consent berkala meliputi informed consent tindakan HD, informed consent re-use,
informed consent akses dilakukan setiap 6 bulan sekali.

J. DIALISER ULANG
Sesuai SK DIREKTUR RSUD MARDI WALUYO Nomor 445 / Kep.09.23.3/10.
205 /2017, pemanfaatan Hollow Fiber adalah 1 (satu) kali baru dan 4 (empat) kali reuse.
Prosedur Dialiser Ulang
Prosedur proses reuse meliputi 4 langkah, yaitu :
1. Pembilasan (Rinsing)
2. Pembersihan (Cleansing)
3. Test Kemampuan (Performance testing)
4. Desinfeksi dan sterilisasi
Sebelum dilakukan proses dialiser ulang perlu dilakukan proses Identifikasi dialiser,yaitu :
 Pemberian label : nama, register, berapa kali pemakaian
 Menutup dialyzer blood ports dan dialysate ports agar darah tidak tercecer

K. PENGOLAHAN AIR (WATER TREATMENT )


Sistem pengolahan air meliputi :
1. Filter
Digunakan pada awal maupun akhir proses pemurnian air. Jenis filter uang dipakai
Antara lain :
a. depth filter untuk menyaring partikel kasar, dipakai awal pemurnian
b. catridge filter untuk mencegah membran RO dari partikel halus yang berasal dari
karbon absorbsi yang dipakai
c. Microfilter dan ultrafilter mengendalikan kontaminasi kuman dalam sistem distribusi air
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 29

2. Water Softener
Menukar ion kalsium dan magnesium dengan ion natrium
3. Deionisasi
Menggunakan resin penukar ion untuk membuang kontaminasi ion dari air
4. Carbon Adsorption
Karbon aktif berfungsi untuk membuang chloramin yg bersifat toksik bagi tubuh,
juga menyingkirkan kontaminasi organik di air
5. Reverse Osmosis
Menggunakan tekanan tinggi untuk menekan air menembus membran semipermiable,
menyingkirkan kontaminasi ion dan non ion. Membran RO merupakan benteng efektif
terhadap bakteri, virus, dan endotoksin.

BAB IV
PEDOMAN PASIEN BARU HEMODIALISIS

Berikut ini pedoman hemodialisis (HD) bagi pasien baru yang baru saja terdiagnosa
dengan penyakit gagal ginjal kronis dan disarankan dokter untuk terapi cuci darah.
1. Mencari berat badan kering pasien
Berat kering adalah berat badan setelah dialysis dialysis dimana seluruh atau
sebagian cairan tubuh yang berlebihan telah dihilangkan.
Dengan cara menurunkan berat badan pasien seminim mungkin tiap kali melakukan
hemodialisis, mungkin anda akan sering mengalami drop (hipotensi)
Pasien hemodialisis banyak yang mengalami kram saat cuci darah tapi perlu
diketahui bahwa kram bukan tanda bahwa berat badan sudah kering, namun kram adalah
titik dimana bagian tubuh anda yang kram itu sudah kering namun bagian lain belum,
dengan kata lain kekeringan belum merata. Apabila mengalami kram, segera berusaha
untuk “membagi” sirkulasi darah anda ke bagian tubuh yang kram. Umumnya yang
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 30

kram adalah kaki karena kaki posisinya terjauh dari jantung. Pasien bias berdiri dan
jalan ditempat agar sirkulasi darah merata. Suatu saat pasien akan selalu drop pada titik
berat badan yang sama, disitulah berat kering pasien. Proses ini harus dilakukan paling
tidak setiap 2 – 6 bulan sekali, karena berat tubuh pasien terkadang dengan mudah naik
turun tergantung kondisi kita.
2. Setelah mengetahui berat badan kering, mulai mencoba menaikkan Qb (putaran
mesin) untuk meningkatkan kualitas Hemodialisis
Sebelum masuk tahap ini, perlu untuk mengetahui kondisi jantung pasien (bentuk
dan ukuran), bila perlu foto roentgen thorax pasien. Hemodialisis diluar negeri umumnya
3 kali seminggu @ 4 jam Qb min 300, sedangkan hemodialisis di Indonesia umumnya
hanya 2 kali seminggu @ 4-5 jam. Tentunya Qb yang harus ditingkatkan. Memang
sussah untuk meningkatkan Qb terutama untuk pasien lama yang sudah terbiasa Qb
rendah. Kualitas hemodialisis menentukan kualitas pasien gagal ginjal. Qb boleh
dibawah 200, namun dengan syarat pasien harus dapat diet makan dan minum lebih ketat
dibanding pasien dengan HD 2 kali seminggu @ 5 jam Qb > 300.
Untuk menaikkan Qb, dimulai dengan Qb rendah (200), lalu tiap menit ditingkatkan
secara bertahap. Untuk bulan pertama Qb bias dinaikkan hingga 220-250 ml/mnt.
Untuk mengetahui Qb yang sesuai adalah bila setelah hemodialisis sampai HD
berikutnya mengalami mual, muntah, jantung berdegup kencang, berarti HD kurang
adekuat (berkualitas). Ada 2 pilihan, pasien diet ketat atau menaikkan Qb. Begitu
seterusnya hingga memperoleh Qb yang sesuai.

3. Menjaga keseimbangan nutrisi pasien


Setelah berat kering diketahui dan Qb yang cukup, maka pasien terasa fit, dan
tentunya nafsu makan pasien meningkat. Dengan meningkatnya nafsu makan, maka
perlu keseimbangan nutrisi. Makan makanan ber protein, kalori dan iron tinggi untuk
kualitas Hb pasien. Selain itu tetap mempertahankan diet pasien terutama menghindari
makanan yang mengandung kalium dan fosfat yang terlalu tinggi.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 31

BAB V
KESELAMATAN PASIEN

1. Setiap pasien yang datang ke RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar dengan indikasi
Hemodialisa mendapat pelayanan sesuai kebutuhannya dengan memperhatikan
keselamatan pasien, terutama agar terhindar dari cidera yang mungkin dapat terjadi
2. Tatalaksana keselamatan pasien
1. Identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Kewaspadaan terhadap obat
4. Keselamatan terhadap tindakan
5. Mencegah tranmisi infeksi kuman rumah sakit
6. Mencegah pasien jatuh.

BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja karyawan yang terjadi dilingkungan RS, dengan
memberikan perlindungan pada karyawan yang sedang bekerja dengan menggunakan alat
perlindungan diri (APD). Potensi bahaya di RS, selain penyakit–penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi liktrik, dan sumber-
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi,
gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut diatas jelas mengancam
jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung. Dari
berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 32

dan bila mungkin meniadakan, oleh karena itu K3RS perlu dikelola dengan baik yang disertai
dengan menjalankan K3RS sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

BAB VII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
MUTU PELAYANAN HEMODIALISA

A. Pengertian
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, dan kebijakan yang ditetapkan
dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
Pengawasan memberikan dampak positif berupa :
a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban
b. Mencegah terulang kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan dan ketidaktertiban.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 33

c. Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk mencapai tujuan
dan melaksanakan tugas organisasi.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang terjadi
sesuai dengan tujuan arah pengawasan dan pengendalian. Bertujuan agar semua kegiatan
dapat tercapai secara berdayaguna dan berhasilguna. Dilaksanakan sesuai dengan rencana,
pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan yang berlaku. Empat
langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan yaitu :
a. Penyusunan standar biaya, standar performance mutu, standar kualitas pelayanan.
b. Penilaian kesesuaian yaitu membandingkan dari produk yang dihasilkan atau pelayanan
yang ditawarkan terhadap standar tersebut.
c. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebab dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan.
d. Perencanaan peningkatan mutu, yaitu ; membangun upaya-upaya-upaya yang
berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada.

3. Bentuk-Bentuk Pengawasan dan Pengendalian


Beberapa bentuk pengawasan dan pengendalian di Ruang Hemodialisa RSUD Mardi
Waluyo Kota Blitar adalah sebagai berikut :
1. Pembagian tugas organizing
a. Pembagian Tugas
b. Pendelegasian Tugas
c. Koordinasi Tugas
d. Pengaturan/Manajemen Waktu
e. Pengaturan dan pengendalian situasi tempat praktek
f. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien
g. Pengembangan MPKP
2. Pelaksanaan Tugas
a) Pelaksanaan tugas Kepala Ruang Keperawatan
b) Pelaksanaan tugas Primary Nurse
c) Pelaksanaan tugas Assosiated Nurse
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 34

3. Hubungan Profesional
a. Hubungan Profesional antara Staf Keperawatan dengan Pasien
b. Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
c. Hubungan Profesional/Kemitraan Antara Staf Keperawatan Dengan Dokter/Tim
Kesehatan Lain
d. Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan
e. Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (operan)
f. Pelaksanaan Meeting Morning
g. Pelaksanaan Pre Conference
h. Pelaksanaan Post Conference
i. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
j. Pelaksanaan informasi pasien baru
4. Pelaksanaan tugas meeting pre-post konfrens
a. Pengarahan
b. Supervise staff
c. Koordinasi
d. Orientasi staff
e. Orientasi mahasiswa praktek
f. Orientasi pasien/keluarga
g. Memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.
h. Memberi motivasi pada anggota
i. Membuat keputusan
j. Manajemen konflik
k. Menelaah kemampuan individu
l. Membimbing tenaga keperawatan
m. Mengadakan pertemuan berkala/sewaku-waktu dengan staff keperawatan dan
petugas lain yang bertugas diruang rawatnya
n. Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan
o. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan
p. Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter
q. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut
tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberia asuhan
keperawatan
r. Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 35

s. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat


t. Menyiapkan berkas catatan medik pasien
u. Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang rawatnya
sebagai lahan praktek
v. Memberi penyuluhan kesehatan
w. Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas
5. Pelaksanaan tugas coordinator ruangan
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi
b. Pengawasan langsung melalui laporan langsung secara lisan
c. Pengawasan langsung melalui laporan tertulis
d. Pengawasan kelemahan yang ada
e. Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat yang ada
f. Pengawasan tidak langsung dengan membaca dan memeriksa rencana keperawatan
g. Pengawasan dengan mendengar laporan dari PN mengenai pelaksanaan tugas
h. Evaluasi upaya pelaksanaan
i. Membandingkan dengan rencana perawatan yang telah disusun bersama PN
j. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruang.
6. Sosialisasi kebijakan
7. Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan kebijaksanaan
8. Mengecek kelengkapan inventaris peralatan
9. Mengecek obat – obatan yang tersedia
10. Melakukan supervisi
11. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan
12. Menilai siswa/mahasiswa keperawatan
13. Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan
14. Pengembangan SDM melalui pelatihan, seminar work shop dan temu ilmiah
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 36

BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitor
1. Keperawatan
Sistem monitoring keperawatan dilaksanakan sesuai dengan metode asuhan
keperawatan pada pasien hemodialisa meliputi:
a. Ketepatan dalam melaksanakan tindakan (cara, alat-alat penunjang asuhan keperawatan)
b. Respon pasien saat dilaksanakan implementasi

2. Medis
Monitoring dilaksanakan berdasarkan teknik pemberian dan jenis obat yang
diberiakan sesuai dengan indikasi meliputi:
a. Ketepatan pemberian obat
(Tepat pasien, Jenis Obat, Dosis, Cara, dan Cara Pemberian)
b. Reaksi pasien setelah pemberian terapi

3. Kolaboratif
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 37

Monitoring dilaksanakn setelah melaksankan tindakan kolaboratif meliputi:


a. Tindakan kolaboratif dengan unit rawat inap dan rawat jalan
b. Unit penunjang

4. Pelayanan
Monitoring dilaksanakan oleh kepala bidang pelayanan yang diawasi langsung oleh
wakil direktur bidang pelayanan.

B. Evaluasi
Pelayanan pada pasien hemodialisa merupakan salah satu pelayanan pasien yang dinilai
berdasarkan pelayanan secara komprehensif yang dapat tercapai atau tak tercapainya
pelayanan tersebut.

BAB IX
LOGISTIK

A. ATK
Kebutuhan ATK dipenuhi oleh Bagian Rumah Tangga dan perlengkapan RSUD Mardi
Waluyo Kota Blitar melalui buku permintaan.

B. Sarana dan Prasarana untuk Pasien


Sarana dan Prasarana terkoordinasi dengan bagian: IT / IPS / IPL (Laundry) bekerjasama
dalam hal pemeliharaan alat dan pemeliharaan lingkungan gedung. Sedangkan bagian
Laundry bekerjasama dalam hal kebersihan : Linen.

C. Persediaan Bahan Obat dan Alat Habis Pakai


Kebutuhan obat dan alat habis pakai di penuhi oleh Instalasi Farmasi RSUD Mardi
Waluyo Kota Blitar dengan perencanaan tiap akhir bulan untuk kebutuhan bulan berikutnya,
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 38

BAB X
PENUTUP

Buku Pedoman Pelayanan Unit Hemodialisa ini disusun dalam rangka memberikan
acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di unit pelayanan Hemodialisa RSUD Mardi
Waluyo Kota Blitar agar dapat menyelenggarakan pelayanan Hemodialisis yang bermutu,
aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan keselamatan pasien. Apabila di kemudian
hari diperlukan adanya perubahan, maka Buku Pedoman Pelayanan Unit Hemodialisis ini
akan disempurnakan

DIREKTUR RSUD MARDI WALUYO


KOTA BLITAR
PEDOMAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISIS 39

dr. MUHAMMAD MUCHLIS MMRS.


Pembina Utama Muda

Anda mungkin juga menyukai