PENJADWALAN HEMODIALISA
1 dari 1
PROSEDUR TETAP
PROSEDUR TETAP
1 dari 1
PROSEDUR TETAP
- Unit Hemodialisa
UNIT TERKAIT - Emergency.
- Ruang perawatan.
4
Prosedur
Tetap
Agar semua fasilitas diruang HD dapat berfungsi dengan baik
terutama fasilitas air RO dan mesin HD selalu siap pakai dan
TUJUAN
efektif dan adekuasi HD tercapai
Prosedur
( setiap hari )
Setiap bulan :
– Pemeriksaan air RO : terhadap bakteri dan
Endotoxin.
– Pemeriksaan air dialisat : terhadap bakteri,
endotoxin, elektrolit.
– Pembersihan tanki produk dengan ( larutan
bayclin 1 : 100 ) .
Setiap 6 bulan :
– Pemeriksaan air RO : sesuai
parameter standard AAMI.
Prosedur
Tetap
Mesin dan peralatan siap digunakan saat HD
URAIAN UMUM Menyiapkan mesin dan peralatan yang akan digunakan saat
dialysis sehingga pasien akan menerima tindakan dialysis
yang aman dan efektif sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
Prosedur
menggunakan tangan.
Matikan blood pump, klem kedua ujung
AVBL, dan infus set.
Mesin Siap untuk tindakan hemodialisis
10
PROTAP INISIASI HD
03 04 03
Prosedur
Tetap
Mengoptimalkan pasien dan peralatan untuk kelanjutan proses
dialysis, agar proses hemodialisis berjalan dengan baik dan
TUJUAN
aman,pasien akan terbebas dari komplikasi akibat posedur inisiasi.
URAIAN Adalah tindakan awal yang dilakukan mulai dari persiapan sampai
UMUM saat proses hemodialisis mulai berlangsung
Prosedur A. Prosedur
1. Pengkajian
Cek kembali program medic seperti surat
permintaan untuk tindakan HD
Pastikan surat persetujuan tindakan sudah ada
Kaji Hasil pemeriksaan lab yang ada seperti
kreatinin,ureum, DPL, Elektrolit, Anti Hbs-Ag,HCV,
HIV, AGD, MP3,PTT
Kaji Kondisi pasien secara umum kesadaran dan
keluhan
Kaji TTV, status cairan, ( BB, Auskultasi paru,
edema , turgor, membrane mukosa, intake output)
Nilai Akses Vaskuler yang akan digunakan
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman bd prosedur
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit:
lebih/kurang
Kecemasan berhubungan dengan tindakan yang akan
dilaksanakan
3. Perencanaan
Persiapan Alat
Mesin HD sudah siap pakai dalam posisi
dialyzer prime
Sirkuit darah sudah dipriming dan sudah
11
insersi
Pakai maskort, masker, cuci tangan kemudian
pakai sarung tangan
Disinfeksi daerah vena( outlet) dan lipatan
femoral (inlet) caranya sama insersi fistula
/cimino
Letakan duk steril sebagai pengalas dan
penutup pada daerah inlet dan oulet
Lakukan insersi outlet dan fiksasi tutup
dengan kasa, berikan heparin dosis awal yang
telah diaplus dengan NaCl 5 cc
Berikan anestesi lokal pada insersi femoral
Lakukan punksi femoral secara percutanneus
sambil di aspirasi( usahakan dapat vena )
fiksasi dan tutupdengan kassa
Prosedur
Tetap
Proses dialysis berjalan lancer, masalah pasien segera teratasi,
mencegah komplikasi berlanjut, pasienmerasa aman dan
TUJUAN
nyaman.
Prosedur B. Prosedur
5. Pasien
Observasi TTV ( TD, Nadi, RR,Suhu) setiap
jam atau sesuai kondisi pasien
Nilai tingkat kesadaran
Observasi vaskuler akses, dan pembuluh darah
vena( rembesan darah, pembengkakan dan
hematom )
Kaji keluhan pasien
Observasi obat obatan yang diberiekan
misalnya cairan parenteral, tranfusi darah
sesuai dengan program medik
6. Mesin
Sambungan AV fistula denga blood line dan
sambungan blood line denga dialiser
Sambungan tekanan arteri dan vena dengan
mesin
Jenis Konsentrasi yang digunakan
Selama HD berlangsung semua klem terbuka,
kecuali klem infuse harus tertutup
Buble trap terisi ¾ bagian jangan sampai
kosong.
Jangan ada udara sepanjang sirkulasi darah dan
dialiser
Observasi Qb cocokan dengan efektifitas blood
flow
Observasi tekanan vena dan arteri ( apakah ada
hambatan )
Observasi TMP
15
Observasi UFR
Observasi time
Observasi temperature mesin
Standar konsentrat
Pemakaian bikarbonat
Dokementasikan dalam lembar observasi
16
Prosedur
Tetap
Prosedur C. Mengakhiri HD
7. Persiapan Alat
o Piala ginjal
o Sarung tangan tidak steril
o Kain kassa
o Konektor steril
o Verban gulung
o Betadine sol
o Nebacitin powder
o Wadah specimen
o Obat obatan jika ada
o Gunting
o Plester
o Bantal pasir
o Elastic verban
o Tensimeter
o Termometer
o Stetoskop
o Kom berisi Na Cl dan spuit 10 cc
( pada double lumen )
o Heparin injn spuit 3 cc d ( pada double
lumen )
o Sarung tangan steril ( pada double
lumen )
17
o Ember
o Tempat sampah medis
8. Pelaksanaan
5 menit sebelum dialysis diakhiri, turunkan Qb
menjadi 100 ml/mnt, UFR di kembalikan
Beritahukan pada pasien bahwa HD akan
berakhir, pengunjung/ penunggu pasien
dipersilakan keluar.
Mencuci tangan
Memakai apron, masker
Mengukur TTV
Mengkaji keluhan pasien
Matikan pompa darah, klem kanula inlet
sebelum mencabutnya,selanjutnya lepas kanula
dari selang inletdan sambungkan dengan infuse
NaCl 0,9 % dengan menggunakan konektor
Jalankan pompa 100 ml/mnt dengan
memberikan sedikit tekanan pada AVBL
Bila darah sudah masuk semua pompa darah
dimatikan dan klem ujung kanula outlet
Mencabut kanula outlet,selanjutnya beka
tusukan ditekan dengan menggunakan kain
kasa beberapa menit
Untuk akses vaskuler denga femoral setelah
perdarahan berhenti, luka ditutup dengan band
aid atau kasa yang diberi betadin ditekan
dengan bantal pasir 15 menit setelah itu di beri
plester.hepafix
Pada akses vaskuler double lumen kateter si
spol denga NaCl masing masing 30 cc dan
setelah dispoel diberi heparin 15000 unit,
selanjutnya kateter ditutup dengan kain kasa
dan dibalut dengan verban kemudian diplester
Bila perdarahan sudah berbenti,luka ditutup
dengan kasa yang diberi betadin, lokasi
penusukan dibalut dengan verban secukupnya
Semua perlengkapan HD dari mesin HD
dilepas dan dimasukan dalam ember
Kemudian mesin didesinfektan
Mengobservasi TTV dan mengkaji keluhan
pasien
Mengukur intake dan output
Menimbang berat badan
Dokumentasi
18
03 04 03
Prosedur
Tetap
Agar dialyzer dapt dipergunakan kembali beberapa kali oleh
pasien yang sama
TUJUAN
c. Pembersihan
Proses ini dilakukan apabila dalam dialiser
masih terdapat bekuan darah.
Masukan H2O2 4% dengan spuit 25 cc
atau 50 cc kedalam kedua kompartemen
dializer
Biarkan selama 3 – 5 menit kemudian
bilas dengan air RO
Apabila belum bersih ulangi lagi
dengan memasukan H2O2 dan bilas
dengan air RO.
Apabila sudah bersih kedua
kompartemen di isi dengan dengan
formalin
Tutup dializer dengan rapat dan
kencang
d. Sterilisasi
Setelah dialiszer dibersihkan segera di
sterilkan, pada tahap ini digunakan
formalin 2 – 8 %, formalin di isi di
20
f. Penyimpanan
Formalin dalam dialiser minimal berada
di dalam dialiser 24 jam agar betul
betul steril
Simpan dialiser dalam lemari tetutup
Tidak boleh kena sinar matahari
Letakan dialiser dengan posisi
kompartemen dialisat kearah atas.
Cuci Tangan
21
Prosedur
Tetap
Memberikan rasa nyaman dan aman selama HD berlangsung
TUJUAN dengan menghilangkan mual dan muntah, dan menjamin
hidrasi yang adekuat selama HD
hipotensi
Prosedur 3. Penatalaksanaan
.
22
PENATALAKSANAAN HIPOTENSI
03 04 03
Prosedur
Tetap
Tekanan darah dalam ambang batas normal atau aman
dalam pelaksanaan hemodialisis, memberikan rasa nyaman
TUJUAN
dan aman bagi pasien
Prosedur 4. Penatalaksanaan
.
23
PENATALAKSANAAN KRAM
Prosedur
Tetap
Memberikan rasa nyaman dan aman , kram berkurang
atau hilang. HD dapat dilanjutkan sesuai jadual
TUJUAN
Prosedur 5. Penatalaksanaan
Prosedur
Tetap
Agar tindakan hemodialisis dapat dilanjutkan,pasien merasa
aman dan nyaman
TUJUAN
Prosedur 6. Prosedur
Prosedur
Tetap
Agar tindakan hmodialisis dapat di lanjutkan dan pasien
merasa nyaman dan ama, adekuasi HD tercapai
TUJUAN
bekuan darah
Prosedur 7. Persiapan alat dan bahan
28. Spuit 1 cc
Prosedur
Tetap
Agar proses hemodilisis dapat berlangsung terus sesuai
jam pemberian, pasien merasa aman dan nyaman
TUJUAN
Tetap
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan agar pelayanan aman , nyaman, efekti
TUJUAN
URAIAN UMUM Proses untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan,
mempersiapkan alat untuk proses pencucian
2. Prosedur
1. Kenakan sarung tangan, celemek kedap air atau
pelindung wajah kalau perlu
2. Buat larutan natrium hipoklorit 0,5 % dengan
menggunakan gelas ukur ( 100 ml klorin 5 % dalam 1
liter air )
3. Rendam alat kesehatan kedalam larutan natrium klorit
0,5 %, pastikan alt terendam seluruhnya, rendam selama
10 menit ( jangan lebih karena dapat menyebabkan alat
korosif )
4. Setelah 10 menit angkat alat dari rendaman
5. Bilas dengan dengan air bersih hingga bersih dan
lanjutkan dengan pembersihan
6. Rendam alat dalam dalam ember atau wadah plastic
berisi air bersih apabila alat kesehatan tidak langsung di
cuci.
31
BEKAS PAKAI
Tetap
2.Prosedur
1. Kenakan sarung tangan, celemek kedap air atau
pelindung wajah kalau perlu
2. Siapkan peralatan kesehatan yang akan dicuci,
pastikan bahwa sebelumnya sudah dilakukan proses
dekontaminasi
3. Larutkan diterjen dengan air dalam wadah
4. Masukan peralatan yang akan dicuci dalam wadah
yang berisi larutan diterjen
5. Peralatan disabuni satu persatu sambil dibersihkan
dengan sikat sampai kotoran yang menempel pada
alat hilang
6. Bersihkan peralatan dari kotoran dan sisa busa
diterjen dengan cara membilas dengan air bersih atau
air mengalir, lakukan berulang ulang sampai kotoran
dan sisa busa diterjen hilang
7. Setelah peralatan bersih keringkan dengan lap kering
satu persatu masukan peralatan kedalam bengkok,
33
Tetap
Penyimpanan adalah tindakan menyimpan alat kesehatan alat yang
sudah steril agar tetap steril dan siap digunakan
RUANG LINGKUP
Prosedur
1. Perawat cuci tangan dan atau menggunakan
sarung tangan steril
STERILISASI FISIK
Prosedur
Tetap
Agar pelayanan keperawatan, aman, efektif, efisien dan tepat
TUJUAN
URAIAN UMUM Sterilisasi fisik uap panas bertekanan adalah suatu proses
untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat
kesehatan termasuk endospora bakteri dengan menggunakan
otoklaf.
Prosedur
2. Setiap bulan :
– Pemeriksaan air RO : terhadap bakteri dan Endotoxin.
– Pemeriksaan air dialisat : terhadap bakteri, endotoxin, elektrolit.
– Pembersihan tanki produk dengan ( larutan bayclin 1 : 100 ) .
3. Setiap 6 bulan :
– Pemeriksaan air RO : sesuai parameter standard AAMI.
Tetap
Pengertian Menimbang berat badan dengan mempergunakan timbangan
badan.
2. Langkah-langkah
2.1. TAHAP PRE INTERAKSI
Unit terkait
43
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
Tanggal terbit
Prosedur
Tetap
Pengertian Proses membuang kotoran dan debris secara mekanis dari kulit
kedua tangan dan mereduksi sejumlah mikroorganisme pasien.
Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi silang
2. Menjaga kebersihan perorangan.
Kebijakan 3. Mereduksi flora transien maupun residen.
1. Mencuci tangan dilakukan oleh semua tenaga medis, non medis
sebagai tindakan pencegahan utama terjadinya penularan
infeksi
2. Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir , menggunakan
larutan antiseptik dengan menggunakan 7 langkah efektif
Indikasi mencuci tangan.
1. Mencuci tangan dilakukan sebelum dan setelah
Mencuci
Tangan 1.1. Melaksanakan tugas
1.2. Memeriksa dan kontak langsung dengan pasien
1.3. Melakukan tindakan keperawatan
1.4. Memakai sarung tangan
2. Situasi yang membuat tangan menjadi terkontaminasi :
2. Langkah kerja
2.1. Lepas jam tangan dan cincin ( Bila ada )
2.2. Buka kran dengan siku (Bila memungkinkan )
2.3. Basuhi tangan setinggi lengan bawah dengan air
mengalir. Tangan mulai ujung jari sampai siku dibasahi
dengan air mengalir.
2.4. Letakkan antiseptik / sabun di telapak tangan dan gosok
kedua telapak tangan dan melakukan 7 langkah cuci
tangan
2.5. Gosok kedua punggung tangan secara bergantian
2.6. Gosok sela-sela jari tangan
2.7. Gosok kedua buku-buku jari tangan bergantian
2.8. Gosok kedua ibu jari tangan bergantian
2.9. Gosok kedua ujung jari tangan bergantian
2.10. Gosok kedua pergelangan tangan bergantian.
44
1.
Catatan
Unit Terkait
45
Tetap
Unit Terkait
46
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap
PENGERTIAN :
Menyiapkan pasien pulang di unit hemodialisa adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan Perawat
untuk menyiapkan dan membantu proses kepulangan Pasien yang dinyatakan boleh pulang oleh Dokter
TUJUAN :
1. Membantu dan menyiapkan proses kepulangan Pasien dengan sebaik-baiknya
2. Memberikan kenyamanan pada Pasien
3. Menjaga keselamatan Pasien
KEBIJAKAN :
1. Kepulangan Pasien harus dibantu dan disiapkan oleh Perawat
2. Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
sebelum Pasien pulang
PROSEDUR TETAP :
1. Perawat menerima instruksi bahwa Pasien sudah boleh pulang dari Dokter Penanggung
Jawab hemodialisa atau dinyatakan hemodialisa reguler atau terjadwal rutin
2. Perawat memberi penjelasan kepada Pasien dan keluarga bahwa Pasien sudah boleh pulang.
3. Perawat memberi penjelasan bahwa perhitungan biaya akan segera diproses, segera setelah
perhitungan biaya selesai pasien atau keluarga akan diberitahu di kamar perawatan.
4. Perawat menghitungkan rincian tindakan dan obat-obatan
5. Perawat menyiapkan obat-obatan dan hasil pemeriksaan yang akan dibawa Pasien pulang
6. Perawat menerima informasi bahwa perhitungan biaya sudah selesai dari kassa/bagian keuangan
7. Perawat memberitahu Pasien/keluarga bahwa perhitungan biaya sudah selesai. Perawat
menganjurkan Pasien/keluarga untuk menyelesaikan biaya perawatan di kasir, untuk kemudian
kembali ke ruang perawat untuk mengambil obat-obatan yang akan dibawa pulang
8. Perawat menerima copy kwitansi kuning dari Pasien atau keluarga
9. Perawat memberikan obat-obatan dan hasil pemeriksaan yang boleh dibawa pulang
10. Perawat memberikan penjelasan tentang aturan pakai obat, jadwal kontrol, dan
pendidikan kesehatan tentang tata cara perawatan pasien post operasi di rumah.
11. Perawat menganjurkan Pasien untuk menelepon atau datang ke Unit hemodialisa
bila sewaktu-waktu Pasien merasakan keluhan sesak napas, sakit kepaa , pusing
berlebihan, atau tanda-tanda lain yang sangat mengganggu Pasien
12. Perawat memberikan kesempatan pada Pasien untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas
13. Perawat atau petugas mengantarkan Pasien pulang sampai pintu gerbang
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Rawat Inap dan Gawat Darurat
2. Unit penunjang lain
47
48
Pengertian :
Tata cara serah terima pasien yang akan dilakukan tindakan hemodialisa antara perawat ruangan
rawat inap dan perawat hemodialisa
Tujuan :
1. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan tindakan hemodialisa oleh perawat ruangan
dan perawat ruang hemodialisa agar pelaksanaan hemodialisa bisa berhasil dengan baik dan
mengutamakan keselamatan pasien.
2. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus lainnya yang dibutuhkan
untuk menunjang pelaksanaan hemodialisa
Kebijakan :
Perawat ruangan dan perawat hemodialisa bertanggung jawab atas persiapan pasien
hemodialisa
Prosedur :
2. Perawat ruangan rawat inap mempersiapkan area punksi vena khususnya femoral sesuai
prosedur yang berlaku harus dilakukan pembersihan dari rambut.
3. Perawat ruangan rawat inap mempersiapkan dan mencek kelengkapan catatan medik
pasien, pemeriksaan Lab dan penunjang lainnya termasuk surat persetujuan tindakan
hemodialisa untuk dibawa bersama pasien ke ruang hemodialisa
5. Setengah jam sebelum jadwal hemodialisa atau setelah ada panggilan perawat
hemodialisa pasien dibawa ke ruang hemodialisa dengan memakai tempat tidur yang
dipakai di ruangan atau kursi roda sesuai kondisi pasien
7. Perawat ruangan rawat inap menyerahkan pasien dan petugas ruang hemodialisa
mencatat dalam buku register ruang hemodialisa
11. Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan perawat rawat inap ruangan.
49
12. Serah terima dilakukan di ruang hemodialisa , perawat hemodialisa menyerahkan pasien
beserta semua kelengkapannya dan perawat HD memberitahukan tindakan keperawatan
yang dilanjutkan dilanjutkan di ruang rawat inap atau jadwal HD selanjutnya apabila HD
memang dilanjutkan
A. Persiapan fisik
1. Pasien harus dalam kondisi aman untuk dilakukan hemodialisa yang Dilakukan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil pemeriksaan fisik oleh dokter
ruangan dan atau dokter konsulan penanggung jawab HD menunjukkan kondisi dalam
batas toleransi untuk dilakukan tindakan HD.
3. Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen penyakit dalam dan atau dokter konsulan
ginjal dan atau dokter konsulen lainnya menyatakan pasien dapat dilakukan hemodialisa
5. Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu sudah mandi, pakaian dari RS, bersih
B. Persiapan mental
1. Pasien harus memahami maksud dan tujuan hemodialisa serta resiko yang harus dihadapi
dalam menjalani hemodialisa ini. Lakukan Informed Consent sesuai prosedur.
2. Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar menghadapi tindakan
hemodialisa yang akan dijalaninya. Pasien diminta untuk berdoa menurut keyakinannya
masing-masing.
REKOMENDASI UMUM
1. Pasien baru atau pasien pindah ke / dating dari pusat HD lain harus dilakukan pemeriksaan
HBsAg, anti HCV dan anti HIV.
2. Pasien dengan HbsAg dan anti HCV negative, pemeriksaan diulang kembali setiap 6 bulan.
3. Pemeriksaan HIV pada pasien HD lama hanya dilakukan bila ada kecurigaan menderita
penyakit HIV.
REKOMENDASI KHUSUS
Rujukan :
Transmisi hepatitis B pada pasien HD tinggi bila banyak pasien yang HBsAg positif atau
kurang dari 50 % jumlah pasien HD tidak dilakukan imunisasi hepatitis B. Pasien HD yang
mendapatkan imunisasi hepatitis B akan mendapatkan proteksi lebih dari 70 % disbanding yang
tidak mendapat imunisasi.
Pada infeksi akut hepatitis B. HBsAg akan terdeteksi pada minggu 1 – 10 . Seetelah pemulihan,
HBsAg akan tidak terdeteksi dalam 4 – 6 bulan. Bila tetap ada setelah 6 bulan, pasoien dianggap
mengidap hepatitis B kronik.
Penyebaran VHB di ruang HD akan berkurang bila dilakukan isolasi ruangan tempat HD ( pasien
dan mesin ) serta dilakukan standar pencegahan universal precaution yang ketat.
VHB akan tetap ada pada permukaan benda yang terpercik darah dalam jumlah 10 – 10 virion
infeksius ml. walaupun bercak darahnya sudah tidak terlihat. VHB tersebut relative stabil dan
tetap infeksius selama 7 hari pada suhu kamar di permukaan . oleh karena isolasi mutlak
dilakukan dan dianjurkan tidak menggunakan dializer proses ulang pada pasien infeksi
dengan VHB.
Pengobatan pasien VHB positif dengan pemberian analog nucleoside (Lamivudine) pada
pasien HD dapat memberikan hasil yang memuaskan. Replikasi virus dapat ditekan dan kadar
SGPT mennjadi normal pada 80 % pasien.
51
Penyaringan terhadap VHC pada pasien yang akan masuk atau sedang menjalani program HD
dapat dilakukan dengan 3 cara :
- Penyaringan biokimia, dengan memeriksa SGPT
- Penyaringan serologi, dengan memeriksa anti HCV dengan ELISA
- Penyaringan virology dengan pemeriksaan PCR ( HCV RNA ).
Sammy Saab dkk melaporkan penelitian mereka secara kohort pada 5000 pasien HD dengan
pemantauan selama 5 tahun berkesimpulan bahwa penyaringan serologi merupakan pendekatan
yang terbaik dengan biaya lebih murah dan lebih efektif disbanding dengan penyaringan
bviokimia. Penyaringan biokimia dilakukan dengan pemeriksaan SGPT setiap bulan, bila SGPT
normal. Dengan penyaringan serologi, pemeriksaan anti HCV ELISA dilakukan setiap 6 bulan
bagi mereka yang negative.
Hasil positif palsu pemeriksaan tes HIV lebih sering terjadi pada pasien dalam HD ( 4 % – 8,8
% ). Konfirmasi dengan tes Western blot perlu dilakukan bila tes HIV dengan ELA positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Nicola Froio dkk, pada 3 unit dialysis untuk mendeteksi peran
lingkungan dan mesin HD dalam transmisi hepatitis B dan hepatitis C, mendapatkan 1 dari 64
sampel positif HBsAg diperoleh pada mesin yang dikhususkan untuk pasien HBsAg positif dan 1
dari 64 sampel yang positif HCV RNA diperoleh pada bagian luar konektor cairan dialisat dari
mesin yang dipakai oleh pasien dengan anti HCV negative. Hal ini menunjukan bahwa hanya
factor di luar mesin sebagai perantara transmisi kuman hepatitis C bukan oleh karena mesin yang
dipakai oleh pasien anti HCV positif. Mereka menyimpulkan bahwa tidak ada alas an bagi
pengidap hepatitis C harus memakai mesin yang khusus.
Universal precaution yang ketat dapat mencegah transmisi hepatitis C di unit dialysis yang
tidak memakai mesin yang dikhususkan dan tidak ada isolasi khusus untuk pasien dengan anti
HCV positif. Hal ini terbukti dari hasil penelitian multisenter di Belgia dengan pemantauan 54
bulan meliputi 963 pasien dari 15 unit HD.
Laporan dari Belgia, Portuguese Society of Nephrology dan Afrika Selatan menunjukan
pemakaian dializer proses ulang pada pasien dengan anti HCV positif tidak menjadi sumber
transmisi hepatitis C bila perlakuan proses ulang dilakukan pada ruang yang terpisah antara
anti HCV positif dengan anti HCV negative.
Angka kematian lebih tinggi pada pasien penyakit ginjal terminal dengan hepatitis C
dibandingkan dengan yang tidak dengan hepatitis C. disarankan untuk memberikan
pengobatan pada pasien penyakit ginjal terminal dengan hepatitis C.
Sumber :
Konsensus PERNEFRI 2006
B. Cara Kerja
1. Buka kran air.
2. Hubungkan steker dari mesin ke stop kontak
3. Tekan Main Switch pada bagian belakang mesin
4. Tekan tombol ON/OFF pada panel mesin selama ± 5 detik untuk menyalakan
mesin.
5. Tekan dan tahan tombol Rinse/Drain selama ± 5 detik, time akan menunjuk angka
0:10, biarkan hingga rinse/drain selesai.
6. Setelah rinse selesai (tombol Rinse/Drain akan berkedip), tekan tombol
Rinse/Drain sekali untuk melakukan test fungsi.
7. Mesin akan melakukan Test Fungsi (Fch), biarkan hingga selesai.
8. Test fungsi selesai ditandai dengan menyalanya tombol Temp dan Cond.
9. a. Pindahkan suction tube Merah ke Acid dan suction tube Biru ke Bicarbonat,
jika menggunakan bicarbonat
b. Pindahkan suction tube Biru ke Acetat, jika hanya menggunakan Acetat (tube
suction Merah tetap pada tempatnya).
10. Mesin siap digunakan setelah Fluid Path menyala hijau (Temp dan Cond tercapai)
11. Lakukan Priming :
Pasang AVBL set dan dialiser pada mesin.
Sambung Dialiser Tube dengan Dialiser secara berlawanan Dialiser tube
Merah ke Biru dialiser dan sebaliknya.
Hubungkan infus set dengan NaCl 0,9% lalu sambungkan dengan infusion
tube pada AVBL set.
Hidupkan blood pump.
Atur kecepatan blood pump sampai dengan ± 100 ml/min hingga bagian
ekstrakorporeal terisi baik.
Setelah Vena Drip chamber terisi aktifkan detektor udara dengan menekan
tombol Air Detektor.
Matikan blood pump, klem kedua ujung AVBL dan hubungkan dengan
konektor untuk melakukan sirkulasi
Buka kedua klem AVBL, hidupkan blood pump, kecepatan akan sama dengan
sebelumnya (± 100 ml/min) tampak pada layar.
Masukkan heparin dosis awal 1500 U (atau sesuai kebutuhan).
Periksa kembali dialiser, bila ada gelembung udara keluarkan dengan cara
menjepit intermitet dengan tajam menggunakan tangan.
Matikan blood pump, klem kedua ujung AVBL, dan infus set.
Mesin Siap untuk tindakan hemodialisis.
12. Persiapkan Pasien.
53
III. Memulai HD
Lakukan pungsi pada pasien
Sterilkan ujung ABL kemudian hubungkan dengan AVF inlet
Buka kedua klem AVBL.
Tempatkan ujung VBL pada penampungan
(maatkan). Hidupkan blood pump.
Atur kecepatan aliran darah sampai ± 100 ml/min, biarkan hingga mencapai optical
detector. Setelah mencapai optikal detektor, blood path akan menyala. (bila ada alarm
hilangkan dengan menekan tombol yang menyala).
Sisakan NaCl 0,9% sesuai kebutuhan pasien dengan mematikan blood pump dan
kemudian klem ujung VBL.
Sterilkan ujung VBL kemudian hubungkan dengan AVF outlet.
Hidupkan blood pump (kecepatan akan sama dengan sebelumnya ± 100 ml/min),
kemudian atur kecepatan sesuai dengan keadaan pasien.
Program :
Time : secara otomatis akan menampilkan program
pelaksanaan HD selama 4 jam (04:00).
Jika ingin melakukan perubahan waktu tekan tombol Time, kemudian
tekan Select ( ) hingga Set Time berkedip, atur waktu yang
diinginkan dengan memutar tombol Set.
V. Mengakhiri HD
Turunkan kecepatan Blood pump dengan memutar tombol kecepatan blood pump
sampai ± 100 ml/min, kemudian matikan blood pump dengan menekan tombol blood
pump.
Lepaskan AVF Inlet dari pasien, hidupkan blood pump, hingga darah berada di ujung
ABL lalu matikan Blood pump dan klem ABL.
Lepaskan AVF dari ABL
Hubungkan ABL dengan infus set dengan menggunakan konektor, buka klem ABL
dan klem Infus.
Hidupkan blood pump (blood pump akan berputar sesuai pengaturan kecepatan
terakhir) ± 100 ml/min.
Darah akan kembali ketubuh pasien dengan NaCl 0,9% sebagai pendorong dan
pembilas.
54
Setelah cairan NaCl 0,9% mencapai dialiser dan bubble trap vena, lepaskan infus set
dari konektor.
Biarkan udara mendorong NaCl 0,9% dan sisa darah sampai melewati bubble trap
vena (perhatikan dengan seksama), kemudian matikan blood pump.
Setelah NaCl 0,9% mencapai ujung VBL segera klem VBL dan AVF outlet.
Lepaskan AVF dari tubuh pasien.
Lepaskan semua disposiable yang telah digunakan dari mesin.
Kembalikan Suction Tube Merah dan biru ke tempatnya
Catatan :
Jika HD diakhiri sebelum waktunya, Blood Path akan tetap menyala (merah),
untuk mematikannya tekan tombol Time, lalu tekan Select ( ) Set Time akan
berkedip, putar tombol Set hingga time menunjukkan angka 0:00.
Sediakan Citric Acid 50% (u/ setiap pergantian pasien dan HypoChl setiap hari sabtu
di akhir HD)
Tekan tombol Chem disinf (pada layar Hypochl akan berkedip, jika tidak tekan
tombol select ( ) untuk memilih Hypochl).
Tekan sekali lagi tombol Chem disinf dan tahan selama ± 5 detik, hingga tombol
chem disinf menyala.
Tunggu hingga tombol attention alarm ( ) menyala (Time menunjuk ± 0:48),
kemudian pindahkan suction tube biru (acetat) ke botol Citric Acid 50% atau botol
HypoChl.
Biarkan hingga terdengar alarm (tombol attention alarm ( )menyala), kemudian cabut
suction tube biru dari botol Citric Acid atau botol Hypochl dan kembalikan ke
posisinya semula (pada mesin).
Tunggu hingga Time nenunjukkan angka 0:00, dan tombol rinse berkedip yang
menandakan bahwa proses disinfection telah selesai.
Matikan Mesin dengan menekan dan menahan tombol on/off ± 5
detik. Matikan main switch pada bagian belakang mesin.
Heat Disinfiction
Tunggu hingga Time nenunjukkan angka 0:00, dan tombol rinse berkedip yang
menandakan bahwa proses disinfection telah selesai.
Matikan Mesin dengan menekan dan menahan tombol on/off ± 5
detik. Matikan main switch pada bagian belakang mesin.
Catatan :
55
Waktu Chem disinf/Heat Disinf sudah termasuk rinse/drain sehingga rinse tidak
lagi dilakukan.
Tombol on/off dapat ditekan selama proses Chem disinf/Heat Disinf berlangsung
sehingga setelah proses chem disinf selesai mesin akan mati dengan sendirinya.
Bagian Luar mesin cukup dibersihkan dengan menggunakan air bersih atau
deterjen yang telah dilarutkan kemudian dilap dengan kain kering yang bersih.
Kebutuhan Pokok :
- Tempat tidur pasien - Tiang infus
- Trolley emergency - Trolley punksi/tindakan
- Trolley air / galon - Timbangan diri / duduk
- Brankar - Lampu tindakan
- Mesin cuci darah - k/p Stabilizer
- Dispenser air - Kulkas obat
- Kursi tunggu - Kursi perawat
- Kursi roda - Meja samping ( nakhas )
- Meja tindakan / overbed table - meja perawat/nurse station
- k/p alat sterilisasi.
Kebutuhan disposable :
- Dializer – Pembungkus termometer
- AV – Fistula – Apron
- Blood lines – Masker
- Konsentrat – Sarung tangan steril
- Set Infus – Sarung tangan non steril
- Set darah – Plastik ukuran 1 Kg
- Perban / kassa steril – Plastik sampah medis dan non medis
- Tensoplas / band aid – Tissue untuk mulut
- Micropore kecil , sedang – Tissue untuk lap tangan
- Tissue toilet – Tissue alas makan
- Pemotong ampul – waslap untuk mesin, tempat tidur
- Selang oksigen – Selang suction
- Jelly E C G – Kancing E C G
- Kertas E C G – Test strip GDS (gula darah sewaktu)
- Spuit 1 cc – swab alkohol
- Spuit 3 cc – Transparan dressing
- Spuit 5 cc – Under pad
- Spuit 10 cc – Catheter suction
56
Tablet :
– Analgetik
– Antipiretik
– Antidotum
Desinfectan :
- Alkohol 70 %
- Bethadine solution 10 %
- Sodium hypoclorit atau Virkon
- Citric Acid bubuk
- Formalin 4 % ( untuk reuse dializer )
- H2O2 3 %
- Renalin ( untuk reuse dializer )
- Larutan cuci tangan
- Larutan cuci piring
- Larutan untuk lantai
Kebutuhan tambahan :
Bantalan pasir ukuran 1 Kg / 2 Kg º Gelas ukur plastik 2000 cc
Gelas ukur 100 cc ( untuk reuse ) º Gunting perban
Klem besar º Mangkok stainless bethadine)
Piala ginjal º Mangkok stainless (NaCl)
Senter º Stetoscope
Spatel º Tensi meter dinding
Mayo tube º Suction dinding
Defibrilator º Oksigen dinding
Lampu X – Ray º Torniquet
Jam dinding º White board
Tangga dua susun º Urinoir & pispot
57
Kebutuhan linen :
Sprei , sarung bantal
Selimut tebal, selimut tipis, waslap
Kebutuhan dan sarana penunjang disesuaikan dengan luas bangunan dan keadaan masing –
masing sesuai kebutuhan ataupun prosedur tetap yang berlaku
2. Pengertian :
Unit dialysis didirikan terutama untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup penderita
Gagal Ginjal Kronik agar dapat aktif dan produktif ( dan tidak sekedar memperpanjang hidup ).
3. Persyaratan :
i. Diesel / jenset / U P S .
j. Stabilizer ( listrik yang tidak stabil ).
3.5 Pembuangan limbah dialysis :Terpisah.
Limbah dialysis harus terpisah dengan pembuangan wastafel dan kamar mandi. Limbah
dialysis dapat disatukan dengan air reuse dializer dengan septic tank tersendiri, terpisah dari
septic tank pembuangan air besar (MCK ) .
3.6 S D M :
a. Harus ada Dokter Nephrolog atau minimal Dokter Internist yang sudah
berpengalaman dibidang dialysis.
b. Jika diperlukan dokter umum, maka dokter tsb pernah mengikuti pelatihan dialysis minimal
3 bulan dengan standard yang diberikan oleh Pernefri.
c. Perawat dialysis yang bersertifikat terakreditasi. ( 1 – 2 perawat untuk menangani 4 mesin
dialysis ).
d. Tenaga penunjang antara lain : ahli gizi, pekerja sosial, administrasi, pembantu perawat dan
tehnisi .
3.7 Rujukan :
Untuk klinik harus mempunyai rujukan ke rumah sakit terdekat atau rumah sakit
yang mempunyai ruang ICU .
3.8 Pasien :
Untuk klinik ;Tidak boleh melakukan dialysis pada pasien baru / pertama kali dinyatakan gagal
ginjal ( first treatment dialysis ) dan hanya menerima dialysis untuk pasien yang sudah dilakukan
secara rutin.