Dhiyan Kusumawati
Komplikasi teknik
1. Clotting
2. Blood leak
3. Power failure
4. Hemolisis
5. Emboli Udara
6. Exsanguination
7. Dialiser reaction
8. Permasalahan terkait
dengan akses
1. Dialiser Beku /Clotting
Yaitu adanya bekuan darah dalam dialiser atau blood line
Pengkajian :
Kaji dializer: hitam sebagian / seluruhnya
Kaji warna darah pada dializer: berbeda (lebih gelap) dibandingkan dengan
warna pada AVBL
TMP meningkat
Penyebab :
Inadekuat antikoagulan
QB pelan
Adanya udara dalam blood line
Gangguan pembekuan darah
HB tinggi
Penatalaksanaan
Bila dializer beku sebagian
Memberitahu pasien bahwa dializer beku sebagian
Persiapan alat:
Heparin
Spuit 1cc
NaCl 0,9%
Kapas Alkohol
Dekatkan alat-alat di samping pasien / mesin
Berikan extra heparin 2000ui (disuntikkan di port AVBL)
Pompa darah dinaikkan
Dializer dibilas dengan NaCl
HD diprogram kembali
Berikan heparin 1000ui/jam (dibilas)
Memberitahu pasien bahwa masalah sudah teratasi
Mengukur tanda-tanda vital
Rapikan alat-alat
Dokumentasikan
Persiapan Alat
Bila dializer beku seluruhnya / beku sebagian tapi tidak teratasi dengan cara
di atas, maka dializer harus diganti.
Dialiser baru
Klem 2 buah
Heparin
Spuit 1 cc
NaCl 0,9%
Tempat sampah medis
Dekatkan alat-alat disamping pasien
Pompa aliran darah dimatikan.
Klem kanula arteri, ABL
Klem infus dibuka, pompa aliran darah dijalankan
Pada buble trap VBL bening lalu pompa darah dimatikan
Klem kanula VBL
Siapkan dialiser baru (priming)
Klem AVBL yang dekat ke dialiser, dilepaskan 2 sisi dari dialiser,
kemudian dipasangkan ke dialiser baru, selang dialisat disambung
ke dialiser dan dialiser lama dibuang.
Darah dialirkan kembali ke dalam sirkulasi ekstrakorporeal
dengan cara membuka semua klem kecuali klem infus, posisi
dialiser dalam keadaan terbalik sambil mengontrol udara dari
sirkulasi korporeal (AVBL dialiser)
Bila AVBL sudah bebas udara, posisi dialiser dikembalikan ke
posisi semula (merah di atas)
Berikan ekstra heparin 2000 ui
Memberitahu pasien bahwa penggantian dialiser sudah selsai.
Mengukur tanda-tanda vital
Rapikan alat-alat
Dokumentasikan
2. Dialiser Leak/Bocor
Yaitu sobeknya membran kapiler dialiser sehingga darah keluar dari kompartemen
darah, masuk ke kompartemen dialisat.
Pengkajian :
Kaji adanya blood leak alarm
Kaji warna dialisat pada kompartemen dialisat dan selang dialisat
Penatalaksanaan :
Memberitahu pasien bahwa dialiser yang dipakai bocor, akan segera diganti
Aliran darah distop.
Klasifikasi blood leak
Major leak
Tampak bercak-bercak darah pada selang dialisat di dialiser
Minor leak
Hemastix test positif, tetapi darah tidak kelihatan
Alarm palsu
Alarm berbunyi, tetapi hemaestix test negatif
Tanda-tanda blood leak :
• Blood leak detector selang dialisat alarm
• Kompartemen dialisat, selang dialisat (from kidney)
berwarna merah
Tanda-tanda :
Tidak bisa mematikan alarm
Adanya udara dalam venous line sehingga venos line ter klem
Intervensi
Cari penyebab mengapa venous line ter klem, Masukkan darah
secara manual
Kebijakan masing-masing rumah sakit
4. Hemolisis
Adalah lisis sel darah merah
Penyebab :
1. Temperatur dialisat tinggi
2. Dialisat hipotonik
3. Formaldehyde/Oxycide/peracide
4. Air terkontaminasi cloramin, copper dan nitrat
5. Reaksi obat atau transfusi darah tidak match
6. Trauma darah : ukuran jarum kecil, kecepatan aliran darah
tinggi
Tanda-tandanya :
Nyeri punggung/dada
Sesak pada dada
Darah pada AVBL-dialiser sangat gelap
Dypnea
Nyeri pada lengan yang dipasang fistula
Kelemahan, cardiac arrest
Penatalaksanaan
Blood pump stop dan klem AV line
Lepaskan pasien dari mesin hemodialisis
Kaji pasien dan kolaborasi dengan dokter
Ambil sampel darah dan dialisat untuk konfirmasi hemolisis
Membuang darah di sirkuit ekstracorporeal
Kaji pasien dan cari penyebab hemolisis
Mulai lagi HD dengan menggunakan sirkuit dan dialisat baru
5. Emboli Udara
Yaitu masuknya udara ke dalam tubuh dari sirkulasi
ekstrakorporeal pada saat HD
Pengkajian:
Kaji mesin dan peralatanya (AVBL)
Kaji keluhan dan tanda-tanda:
Pasien dalam posisi duduk: Pasien dalam posisi tidur
Gejala :
gatal- gatal, sensasi rasa panas, sesak napas, rasa berat di
dada, rhinorrhea, lakrimasi, bersin atau batuk, flushing,
mual/ muntah, kram abdomen dan diare.
Kemungkinan Penyebab :
Ethylene Oxide
ACE inhibitor
Bradikinin
Asetat
Dialisat yg terkontaminasi
Heparin
Beberapa Faktor berhubungan dengan reuse
Alergi Latex
? Aktivasi Komplemen
Penatalaksanaan :
Hentikan dialisis segera
Darah yg berada di mesin jangan dikembalikan ke pasien
Dapat diberikan : Anti histamin, steroid, epinefrin
Pencegahan :
Tergantung penyebabnya.
Cuci dialiser seblm pertama kali digunakan.
First Use Syndrome
Adalah dua kondisi klinis dari reaksi hipersensitif segera dan
gejala kompleks non spesifik, nyeri dada dan nyeri punggung.
1. Hipersensitif
Reaksi hipersensitif segera adalah yang berhubungan
dengan membran cuprophone
Pada beberapa kasus disebabkan oleh gas ethylen oxide.
Gejala yang timbul : keletihan, dyspneu, urtikaria, pruritus,
nyeri dada, cardiac arrest, wheezing, batuk
Therapi :
HD distop
Berikan O2
Antihistamin
Bronkodilator
Epinephrin
Steroid k/p
Bila sudah membaik, HD dilanjutkan dengan dialiser baru
dengan beda membran, atau dialiser yg sudah dibilas berulang
2. Komplemen Aktivasi
First use syndrome akut, sedikit lebih kompleks dan non spesifik
gejalanya,nyeri dada dan punggung dengan tingkat nyeri
bervariasi.
Therapi :
Diberi oksigen
Antihistamin
Kalau tidak berat, dan lamanya kurang dari satu jam, HD tetap jalan.
8. Permasalahan dengan Akses selama
Dialisis
Monitor tekanan arteri atau vena, dimungkinkan perubahan
tekanan pada sirkuit atau maslah akses.
a. Low arteri pressure
Clotting pada arterial line terutama yang menuju blood pump
Kinkit atau arterial line tertekan
Cardiac output kecil-BP pasien rendah atau cardiac arrest
Masalah pada arterial akses
Lower Arteri Alarm
b. High Venous Pressure, penyebabnya :
Clotting pada bubble venus
Kinkit/venus line tertekan
Problem acces venus
Penataksanaan :
Jika karena tusukan, reposisi ulang jarum
Jika karena kinkit/tertekuk, luruskan kembali AV line
Jika Buble trap ada clotting, tatalaksana clottingan