Anda di halaman 1dari 75

Askep Intra Dialisis

Dhiyan Kusumawati
Monitoring dan observasi durante HD

• Pasien
• Mesin HD
• Sirkulasi darah, dialiser
• Sirkulasi dialisat
Pasien
• Tanda vital
• Status volume/berat badan
• Akses vaskuler
• Perdarahan
• Keluhan/komplikasi
• Posisi/aktifitas
• Pemberian cairan, obat dan nutrisi, transfusi darah
• Pemeriksaan penunjang diagnostik

Dwi-Lestar i
Mesin HD
• QB, QD, temperatur
• Konduktifitas
• TMP
• UFR dan UF target
• Sistem monitor/alarm
• Arterial atau venous pressure, detector (air/foam)
• Blood leak detector
• heparinisasi

Dwi-Lestar i
Sirkulasi Darah

• Jarum punksi/insersi/kanulasi
• AVBL (buble trap, konektor, klem)
• Dialiser (beku, bocor, udara, posisi)
• Fiksasi dan posisi

Dwi-Lestar i
Sirkulasi Dialisat

• Wadah/jerigen/kontainer dialisat
• Volume/isi dan kondisi dialisat
• Selang konsentrat (acid dan bicarbonat)
• Selang dialisat (inlet dan outlet),
penempatan/posisi, adanya udara/darah

Dwi-Lestar i
Reaksi Dialisis
o Reaksi Alergi/ Anafilaksis
Monitoring Tensi (komplikasi Kardiovaskuler)
o Hipotensi
o Hipertensi
o Aritmia
o Sudden Death
Status Neurologi (Komplikasi Neurologi)
o Kram Otot
o Nyeri Kepala
o Dialysis Disequilibrium Syndrome (DDS)
Komplikasi yang terjadi pada saat hemodialisis

Hipotensi 20 – 30 %
Kram otot 5 – 20 %
Mual dan muntah 5 – 15 %
Sakit Kepala 5%
Nyeri dada 2–5%
Nyeri punggung 2–5%
Gatal-gatal 5%
Demam <1%
A.HIPOTENSI
Paling sering ditemukan (20% - 30%).
Keluhan/ gejala : pusing, kepala terasa ringan, rasa
mau muntah, kram kaki, pandangan gelap.

Penyebab hipotensi selama dialisis :


1. Penurunan vol darah yg banyak
 Fluktuasi pd UF rate.
 UF rate yg tinggi ( BB interdialitik besar)
 Target BB kering terlalu rendah
 Kadar Na dialisat terlalu rendah
2. Ke tidak-mampuan vasokonstriksi
 Pemakaian cairan asetat
 Suhu dialisat terlalu hangat
 Makan selama dialisis
 Iskemik jaringan (Ht rendah)
 Neuropati otonom (DM)
 OAH
3. Faktor jantung pasien
 Pemakaian β-bloker, disfungsi diastolik, usia
tua, kontraktiltas jatung 
Tanda-tanda
• Tekanan darah turun
• Lemas, berkeringat
• Pandangan mata berkunang-kunang/gelap
• Mual
• Kram otot
Penatalaksanaan:

OPosisi trendelenberg, cegah aspirasi.


OBerikan NaCl 0,9% bolus 100 – 500 cc.
OBerikan O2.
OUF diturunkan sampai mendekati 0.
OBerikan cairan D40%
OMonitor vital sign
Usaha pencegahan hipotensi:
 Gunakan mesin dialisis dengan UF-controller.
 Edukasi pasien: batasi asupan garam serta  BB < 1kg/hr.
 Hindari BB kering terlalu rendah.
 Kadar Na dialisat usahakan ≥ Na plasma.
 Berikan OAH setelah dialisis.
 Gunakan cairan bikarbonat.
 Dicoba menurunkan suhu dialisat 34º - 36º C.
 Pastikan Ht > 33% sebelum dialisis, atasi hipoalbumin.
 Sebaiknya jangan makan selama HD.
 Kelainan kardiovaskuler diatasi.
B. Kram Otot
Penyebab (?)
Faktor predisposisi :
 Hipotensi.
 BB kering terlalu rendah.
 Na dialisat terlalu rendah.
Terapi :
Glukosa hipertonik /D40% (non-diabetik)
NaCl hipertonik
Berikan kalsium glukonas injeksi
Dwi-Lestar i
Pencegahan
– Gunakan dialisat dengan kadar natrium yang
sesuai
– Lakukan latihan peregangan otot terutama pada
otot-otot yang sering mengalami kram

Dwi-Lestar i
C. Mual dan Muntah
Penyebab :
• Penyebab banyak faktor
• Berkaitan dengan hipotensi
• Merupakan salah satu manifestasi dari
disequilibrium sindrom
Penatalaksanaan mual dan
muntah
– Kecilkan kecepatan aliran darah
– Kecilkan UFR
– Berikan kantong plastik
– Bantu kebutuhan pasien
– Observasi tanda-tanda vital selama proses dialisis
berlangsung
– Jika tensi turun, guyur 100 cc NaCl 0,9% sesuai keadaan
umum pasien
– Jika keadaan sudah membaik, program dialisis diatur
secara bertahap
– Kolaborasi dokter jika tidak ada perbaikan.
Pencegahan mual dan muntah
• Anjurkan pasien untuk membatasi jumlah
cairan yang masuk dengan cairan yang keluar.
• Observasi tanda-tanda vital selama dialisis
berlangsung
D. Sakit Kepala
Penyebab :
– Merupakan manifestasi dari disequilibrium sindrome
– Sering terjadi pada pecandu kopi, karena kafein akan
turun pada saat hemodialisis
– Tekanan darah naik
– Ketakutan

Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan Sakit Kepala
• Kecilkan kecepatan aliran darah
• Turunkan kadar natrium
• Observasi tanda-tanda vital
• Jika tensi tinggi, beritahu dokter
• Kolaborasi pemberian analgetik
• Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program
dialisis kembali seperti semula
• Mencari penyebab sakit kepala, cairan dialisat,
minum kopi, atau ada masalah.

Dwi-Lestar i
Pencegahan sakit kepala
• Sesuaikan UFR selama dialisis
• Monitoring elektrolit dan cek dialisat
• Anjurkan pasien untuk mengurangi minum
kopi
• Memberikan kedekatan pasien untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi

Dwi-Lestar i
E. Nyeri dada dan Nyeri punggung
Gejala dan Tanda : Penyebab :
• Nyeri dada sentral, • Minum obat jantung
dapat menyebar ke • Program HD terlalu
leher, tangan dan cepat
punggung
• Gelisah
• Dyspnea
• Tingling jaw

Dwi-Lestar i
Penyebab
• Hipotensi
• Anemia
• Penarikan cairan dengan cepat
• Angina
• Perikarditis
• Miokard infark
• Ketidakseimbangan elektrolit
• Aritmia
• Hemolisis Dwi-Lestar i
Pencegahan :
• UF jangan terlalu tinggi
• Cegah terjadinya hipertensi
• Monitor HB, jika rendah berikan transfusi
• Menggunakan membran yang lebih
biokompatibel
• Minum obat jantung secara teratur
• Anjurkan pasien untuk kontrol ke dokter
secara teratur

Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
• Kecilkan kecepatan aliran darah
• Kurangi ultrafiltrasi
• Telentangkan pasien (kecuali kalau duduk lebih
nyaman)
• Kaji nyeri
• Pasang EKG monitor
• Monitor VS
• Kolaborasi dokter

Dwi-Lestar i
F. Gatal-gatal
Penyebab :
– Tidak diketahui,kemungkinan karena
• Toksin uremia
• peningkatan kalsium-phospor
• Kulit yang kering
– Alergi terhadap bahan-bahan yang dipakai
• Heparin
• Bahan plastik dari sirkuit darah
• Gas ethylen oxide
– Pelepasan histamin dari sel-sel mast
Penatalaksanaan :
• Kaji penyebab gatal
• Berikan topical emolient (hanya efektif 20%)
• Fototerapi pemberian sinar ultraviolet
• Kolaborasi pemberian obat-obatan (phospat
binders)
• Jika karena transfusi, kolaborasi dokter

Dwi-Lestar i
Pencegahan :
• Kaji penyebab gatal-gatal
• Anjurkan pasien untuk makan sesuai dengan diit.
• Anjurkan pasien taat dalam menjalani HD sesuai
program
• Anjurkan pasien selalu menjaga kebersihan badan
• Usahakan pada saat sirkulasi, waktunya agak
lama.
G. Demam Disertai menggigil
Gejala : Demam, menggigil, gelisah, kejang

Penyebab:
• Reaksi pirogen
• Reaksi transfusi
• Endotoxin pada dialiser, air atau dialisat

Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan
– Observasi tanda-tanda vital
– Berikan selimut
– Kolaborasi dokter
– Periksa darah lengkap, kultur
– Ambil sampel air atau dialisat jika penyebabnya tidak pasti
– Kolaborasi pemberian obat- obatan (antipiretik)
– Mencari penyebab demam

Dwi-Lestar i
H.REAKSI ALERGI/ ANAFILAKSIS
Reaksi alergi bervariasi:
Ringan – berat (mengancam jiwa),
5-30 menit pertama awal dialisis.

Gejala :
gatal- gatal, sensasi rasa panas, sesak napas, rasa
berat di dada, rhinorrhea, lakrimasi, bersin atau
batuk, flushing, mual/ muntah, kram abdomen
dan diare.

Dwi-Lestar i
Kemungkinan Penyebab :
Ethylene Oxide
ACE inhibitor
Bradikinin
Asetat
Dialisat yg terkontaminasi
Heparin
Beberapa Faktor berhubungan dengan reuse
Alergi Latex
? Aktivasi Komplemen
Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan :
Hentikan dialisis segera
Darah yg berada di mesin jangan dikembalikan ke pasien
Dapat diberikan : Anti histamin, steroid, epinefrin

Pencegahan :
Tergantung penyebabnya.
Cuci dialiser seblm pertama kali digunakan.

Dwi-Lestar i
I. Emboli Udara
Yaitu masuknya udara ke dalam tubuh dari
sirkulasi ekstrakorporeal pada saat HD

Pengkajian:
• Kaji mesin dan peralatanya (AVBL)
• Kaji keluhan dan tanda-tanda:
Pasien dalam posisi duduk: Pasien dalam posisi tidur

• Pasien biasanya berteriak • Pernafasan dalam, batuk,


dan memegang telinga cianosis
• Kejang • Pernafasan tertahan.
• Sesak, muka merah • Denyut nadi lemah
• Udara dari outlet masuk ke • Kadang-kadang tidak
tubuh pasien sadarkan diri
• Murmur di jantung
Penyebab
• Udara masuk ke sirkuit
• Mengakhiri HD dengan udara
• Tidak berfungsi air detector
• Terbuka sentral venous catheter
• Dialiser jelek

Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan
• HD di stop dan darah disirkulasi
• Berikan oksigen
• Posisi kaki lebih tinggi dari kepala
• Mempertahankan jalan nafas
• Mengukur tanda-tanda vital karena pengaruh obat-obatan / cairan
• Pasang detector udara
• Sambungan-sambungan dikencangkan
• Menghilangkan udara dari sirkulasi ekstrakorporal
• Memberitahu pasien bahwa emboli udara sudah teratasi
• Program HD kembali
• Dokumentasikan
Pencegahan
• Sistem tertutup
• Buble trap jangan terlalu rendah (terisi ¾
bagian)
• Pasang detector udara
• Sambungan-sambungan dikencangkan
• Pada waktu mengakhiri HD harus hati-hati,
apabila mempergunakan udara sebagai
pendorong darah masuk ke dalam tubuh.
J. Hiperkalemia
Gejala dan tanda
1. Kadar kalium darah tinggi ( >6 meq)
2. EKG : gelombang T tinggi
3. Gelisah, lemas, capek
4. Kelumpuhan otot, gangguan syaraf, kesemutan
5. Denyut jantung cepat
Penatalaksanaan
1. HD tanpa kalium (potassium free)
2. Monitor EKG
3. Membatasi intake kalium

Dwi-Lestar i
K. HIPERTENSI
• Predisposisi :
 usia muda.
 sistem Renin-Angiotensin hiperreaktif thd deplesi
volume dan hipokalemi.
 IV epoetin.
 Transfusi sp Ht 40%.
• Pencegahan :
Minum OAH/ tambahkan OAH.
IV epoetin  SC epoetin.
BB kering + 0,5 kg.
L. ARITMIA
• Aritmia atrial dan ventrikuler selama dialisis sering
terjadi.
• Penyebab multi faktorial :
IHD/ HHD, LVH dan atau disfungsi, perikarditis uremik,
iskemik myocard
Gangguan homeostasis cairan, elektrolit dan asam basa
kronis.
Hipotensi.
• Pencegahan : gunakan cairan bicarbonat,
pengaturan Na dan Ca dialisat
M. SUDDEN DEATH
• Predisposisi :
Usia lanjut.
Kelainan jantung sebelumnya.
DM.

• Penatalaksanaan & usaha yg dilakukan:


 Resusitasi jantung-paru.
 Kewaspadaan thd rx alergi sebelumnya.
 Technical error (?) emboli udara, hemolisis, cairan
dialisat.
N. DIALYSIS DISEQUILIBRIUM
SYNDROME (DDS)

• Definisi : sekumpulan gejala sistemik dan


neurologik yang terjadi selama / setelah dialisis
(kelainan EEG).
• Gejala : mual, muntah, kram otot, lemah, nyeri
kepala sampai kejang, obtundasi dan koma.
• Penyebab : kontroversial
 brain water content ( urea darah terlalu cepat, 
asidosis darah terlalu cepat)
• Terapi :
 DDS ringan blood flow rate dipelankan, sesi HD
dipendekkan, dapat diberikan glukosa/ NaCI
hipertonik.
 DDS berat  hentikan segera sesi HD, beri O2
(ventilator), infus manitol.

• Pencegahan :
 Dialisis I : dilisis jangan terlalu agresif, target
penurunan BUN 30%, Na dialisat ≥ Na plasma.
 Dialisis kronik : gunakan dialisat dg Na minimal
140mEq/L dan glukosa 200 mg/dL.
O. First Use Syndrome
Adalah dua kondisi klinis dari reaksi
hipersensitif segera dan gejala kompleks non
spesifik, nyeri dada dan nyeri punggung.
1. Hipersensitif
Reaksi hipersensitif segera adalah yang
berhubungan dengan membran cuprophone
Pada beberapa kasus disebabkan oleh gas
ethylen oxide.

Dwi-Lestar i
• Gejala yang timbul : keletihan, dyspneu,
urtikaria, pruritus, nyeri dada, cardiac arrest,
wheezing, batuk
• Therapi :
– HD distop
– Berikan O2
– Antihistamin
– Bronkodilator
– Epinephrin
– Steroid k/p Dwi-Lestar i
2. Komplemen Aktivasi
First use syndrome akut, sedikit lebih kompleks
dan non spesifik gejalanya,nyeri dada dan
punggung dengan tingkat nyeri bervariasi.

Therapi :
Diberi oksigen
Antihistamin
Kalau tidak berat, dan lamanya kurang dari satu jam, HD
tetap jalan.

Dwi-Lestar i
P. Perdarahan pada Dialisis
Faktor yang terlibat terjadinya perdarahan pada gagal ginjal
kronik :
1. Tempat tusukan membesar
2. Masa pembekuan darah lama
3. Tidak normalnya kerja faktor Ca++
4. Toxin uremia
5. Perubahan faktor VII
6. Anemia
7. Dosis heparin berlebihan
8. Tekanan darah tinggi, pada saat penekanan, tekanan tidak
tepat.

Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan
• HD dengan pengaturan antikoagulansia yang
tepat
• Pembeian transfusi darah dan erithropoeitin
• Manajemen perdarahan karena toxin uremia
– Dialisis yang adekuat
– Transfusi atau erithropoeitin untuk menaikkan
trombosit >30%

Dwi-Lestar i
Q. Hemolisis
Adalah lisis sel darah merah

Penyebab :
1. Temperatur dialisat tinggi
2. Dialisat hipotonik
3. Formaldehyde/Oxycide/peracide
4. Air terkontaminasi cloramin, copper dan nitrat
5. Reaksi obat atau transfusi darah tidak match
6. Trauma darah : ukuran jarum kecil, kecepatan
aliran darah tinggi

Dwi-Lestar i
Tanda-tandanya :
• Nyeri punggung/dada
• Sesak pada dada
• Darah pada AVBL-dialiser sangat gelap
• Dypnea
• Nyeri pada lengan yang dipasang fistula
• Kelemahan, cardiac arrest

Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan
• Blood pump stop dan klem AV line
• Lepaskan pasien dari mesin hemodialisis
• Kaji pasien dan kolaborasi dengan dokter
• Ambil sampel darah dan dialisat untuk
konfirmasi hemolisis
• Membuang darah di sirkuit ekstracorporeal
• Kaji pasien dan cari penyebab hemolisis
• Mulai lagi HD dengan menggunakan sirkuit
dan dialisat baru
Dwi-Lestar i
R. Hipoglikemia
• Sangat sering pada pasien diabetik
• Pasien malnutrisi
• Resiko pada pasien diabetik meningkat jika
memakai beta bloker
• Resiko juga besar pada hi-flux dialisis

Dwi-Lestar i
Tanda dan gejala
• Hipoglikemia
• Tremor
• Berkeringat
• Rasa lapar
• Takikardia, hipertensi
• Sakit kepala
• Pusing

Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan
• Periksa gula darah
• Jika pusing, berikan gula per oral
• Jika tidak mungkin per oral, berikan secara IV

Dwi-Lestar i
S. Dialiser Leak/Bocor
Yaitu sobeknya membran kapiler dialiser sehingga darah
keluar dari kompartemen darah, masuk ke kompartemen
dialisat.
Pengkajian :
• Kaji adanya blood leak alarm
• Kaji warna dialisat pada kompartemen dialisat dan
selang dialisat
Penatalaksanaan :
• Memberitahu pasien bahwa dialiser yang dipakai
bocor, akan segera diganti
• Aliran darah distop.
Klasifikasi blood leak
• Major leak
Tampak bercak-bercak darah pada selang
dialisat di dialiser
• Minor leak
Hemastix test positif, tetapi darah tidak
kelihatan
• Alarm palsu
Alarm berbunyi, tetapi hemaestix test negatif
Dwi-Lestar i
Tanda-tanda blood leak :
• Blood leak detector selang dialisat alarm
• Kompartemen dialisat, selang dialisat (from
kidney) berwarna merah

Dwi-Lestar i
Persiapan Alat
• Dialiser baru
• Klem 2 buah
• Heparin
• Spuit 1 cc
• NaCl 0,9%
• Tempat sampah medis
• Dekatkan alat-alat disamping pasien
• Pompa aliran darah dimatikan.
• Klem kanula arteri, ABL
• Klem infus dibuka, pompa aliran darah dijalankan
• Pada buble trap VBL bening lalu pompa darah
dimatikan
• Klem kanula VBL
• Siapkan dialiser baru (priming)
• Klem AVBL yang dekat ke dialiser, dilepaskan 2 sisi
dari dialiser, kemudian dipasangkan ke dialiser
baru, selang dialisat disambung ke dialiser dan
dialiser lama dibuang.
• Darah dialirkan kembali ke dalam sirkulasi
ekstrakorporeal dengan cara membuka semua
klem kecuali klem infus, posisi dialiser dalam
keadaan terbalik sambil mengontrol udara dari
sirkulasi korporeal (AVBL dialiser)
• Bila AVBL sudah bebas udara, posisi dialiser
dikembalikan ke posisi semula (merah di atas)
• Berikan ekstra heparin 2000 ui
• Memberitahu pasien bahwa penggantian
dialiser sudah selsai.
• Mengukur tanda-tanda vital
• Rapikan alat-alat
• Dokumentasikan
T. Dialiser Beku /Clotting
Yaitu tertutupnya lumen dari membran kapiler
oleh bekuan darah.

Pengkajian :
• Kaji dializer: hitam sebagian / seluruhnya
• Kaji warna darah pada dializer: berbeda (lebih
gelap) dibandingkan dengan warna pada AVBL
Penyebab :
• Antikoagulan tidak adekuat
• Gangguan pembekuan darah
• Blood pump berhenti
• BFR pelan
• Hemoglobin tinggi

Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan
Bila dializer beku sebagian
• Memberitahu pasien bahwa dializer beku sebagian
• Persiapan alat:
– Heparin
– Spuit 1cc
– NaCl 0,9%
– Kapas Alkohol
• Dekatkan alat-alat di samping pasien / mesin
• Berikan extra heparin 2000ui (disuntikkan di port AVBL)
• Pompa darah dinaikkan
• Dializer dibilas dengan NaCl
• HD diprogram kembali
• Berikan heparin 1000ui/jam (dibilas)
• Memberitahu pasien bahwa masalah sudah
teratasi
• Mengukur tanda-tanda vital
• Rapikan alat-alat
• Dokumentasikan
Bila dializer beku seluruhnya / beku sebagian tapi tidak teratasi
dengan cara di atas, maka dializer harus diganti.
• Penatalaksanaanya sama dengan mengganti dializer
leak.
U. Permasalahan dengan Akses
selama Dialisis
Monitor tekanan arteri atau vena, dimungkinkan
perubahan tekanan pada sirkuit atau maslah
akses.
1.Low arteri pressure
Clotting pada arterial line terutama yang menuju blood
pump
Kinkit atau arterial line tertekan
Cardiac output kecil-BP pasien rendah atau cardiac arrest
Masalah pada arterial akses

Dwi-Lestar i
2. High Venous Pressure, penyebabnya :
Clotting pada bubble venus
Kinkit/venus line tertekan
Problem acces venus

Dwi-Lestar i
Penatalaksanaan
• Jika karena tusukan, reposisi ulang jarum
• Jika karena kinkit/tertekuk, luruskan kembali
AV line
• Jika Buble trap ada clotting, tatalaksana
clottingan

Dwi-Lestar i
Dwi-Lestar i
Dwi-Lestar i
Dwi-Lestar i
Dwi-Lestar i
Dwi-Lestar i

Anda mungkin juga menyukai