Anda di halaman 1dari 36

PRE INTRA DAN POST HEMODIALISIS

Tim Diklat HD
Asuhan Keperawatan Pre Intra dan
Post Hemodialisis
Definisi :
 Adalah asuhan keperawatan yang dilakukan pada
pasien sebelum selama dan sesudah menjalani
hemodialisis di ruang tindakan hemodialisa

Tujuan :
 Untuk mencegah dan menurunkan
terjadinya komplikasi
 Tercapainya adekuasi dialisis
. Pengkajian
A. Pengkajian Umum
a. Identitas :
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan
darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM,
diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien, dan alamat
b. Keluhan utama

 Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana


terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau berangsur-
angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan.
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi,
mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat
BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak
selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal
pada kulit.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
 Riwayat kesehatan sekarang, meliputi perjalanan
penyakitnya, awal gejala yang dirasakan klien, keluhan
timbul secara mendadak atau bertahap,faktor pencetus,
upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

 Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan


untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan
apa.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan
prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu
saluran kemih, infeksi system perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang
mengalami penyakit yang sama. Bagaimana pola
hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau
tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang
berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan
penyakit menular pada keluarga.
Pola Aktivitas istirahat/tidur

 Lelah, lemah atau malaise


 Insomnia
 Tonus otot menurun
 ROM berkurang
Pemeriksaan Fisik Pre, Intra, dan
Post Hemodialisa
1. Pre Hemodialisa
o B1 (Breathing)
Klien bernafas dengan bau ureum (fetor uremik)
sering didapatkan pada fase ini. Respons uremia
didapatkan adanya pernafasan kusmaul. Pola nafas
cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan
pembuangan karbon dioksida yang menumpuk
disirkulasi (Muttaqin & Sari 2011
o B2 (Blood)
TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi,
nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan
irama jantung akibat hiperkalemi, edema.
Pada system hematologi sering ditemukan adanya
anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan
produksi eritripoietin,
o B3 (Brain)
 Di dapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi
serebral, seperti perubahan proses pikir dan
disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang,
adanya neuropati perifer, burning feet syndrome,
restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot
(Muttaqin & Sari 2011).
o B4 (Bladder)
 Penurunan urine output < 400 ml/hari sampai anuri,
terjadi penurunan libido berat (Muttaqin & Sari 2011).

o B5 (Bowel)
Di dapatkan adanya mual muntah, anoreksia dan diare
sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan
mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan (Muttaqin & Sari 2011).
o B6 (Bone)

 Didapatkan adanya kram otot, kulit gatal,


ada/berulangnya infeksi, pruritus
2. Intra Hemodialisa
o B1 (Breathing)
Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik) sering
didapatkan pada fase ini namun mulai menurun.
Respons uremia didapatkan adanya pernafasan
kussmaul. Pola nafas mulai teratur dan dalam
merupakan upaya untuk melakukan pembuangan
karbon dioksida yang menumpuk disirkulasi
(Muttaqin & Sari 2011).
o B2 (Blood)
 Pada kondisi TD meningkat, akral dingin, CRT 2 detik,
palpitasi, edema menurun penurunan perfusi perifer
sekunder dari penurunan curah jantung akibat
hiperkalemi, dan gangguan konduksi elektrikal otot
ventrikel.
o B3 (Brain)
 Di dapatkan kesadaran normal, kram otot, dan nyeri
otot berkurang (Muttaqin & Sari 2011).
oB4 (Bladder)
 Urine output < 400 ml, warna urin mulai kekuningan,
tidak ada endapan.
o B5 (Bowel)
 Di dapatkan adanya mual, bau mulut urea berkurang
o B6 (Bone)
 Didapatkan adanya nyeri panggul, kram otot, suhu
tubuh kadang meningkat
1. Post Hemodialisa
o B1 (Breathing)
Klien bernafas mulai membaik. Pola nafas mulai
teratur dan dalam merupakan upaya untuk melakukan
pembuangan karbon dioksida yang menumpuk
disirkulasi (Muttaqin & Sari 2011).
o B2 (Blood)
Pada kondisi kadar urea yang cenderung normal,
tindakan auskultasi perawat akan menemukan adanya
friction rub yang menurun. TD meningkat, akral
dingin, CRT 2 detik, edema menurun.
oB3 (Brain)
 Di dapatkan kesadaran normal, nyeri otot berkurang
(Muttaqin & Sari 2011).
o B4 (Bladder)
 Urine output < 400 ml/jam.
o B5 (Bowel)
 Di dapatkan adanya mual, kadang klien mengalami
flatus.
o B6 (Bone)
 Didapatkan adanya nyeri panggul, kram otot, kulit
gatal, suhu tubuh kadang meningkat.
Diagnosa Keperawatan Pre
Hemodialisis
 Kelebihan volume cairan dan elektrolit b. d. penurunan
fungsi ginjal
 Pola nafas tidak efektif b.d.Over hidrasi: penumpukan
cairan di paru,Asidosis , Anemia,Hiperkalemi
 Gangguan rasa nyaman: gatal b.d. Akumulasi garam
ureum pada kulit,Peningkatan kadar fosfat
 Perubahan pola nutrisi b.d.Pembatasan diet
Mual, muntah, anoreksia.
o Resiko terjadi injuri: fraktur tulang b.d.Gangguan
absorbsi calsium ,sekresi fosfat , Perubahan metabolisme
kalsitriol
Diagnosa Keperawatan Pre
Hemodialisis
 Resiko terjadi injuri: fraktur tulang b.d.Gangguan
absorbsi calsium ,sekresi fosfat , Perubahan metabolisme
kalsitriol
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
familier dengan sumber informasi
 Gangguan fungsi seksual b.d Penurunan libido,
Penurunan fungsi ereksi, Penurunan hormone testoteron,
Anemia, Uremikum
infertil
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan
nocturnal, dyspnea, ketidakmampuan untuk
menyesuaikan posisi tidur yang tidak nyaman
Diagnosa Keperawatan Pre
Hemodialisis
 Cemas berhubungan dengan tindakan dialisis

 Intoleransi aktivitas b.d. Anemia karena kekurangan


EPO, Anemia hemolitikum karena uremia

 Ketidakberdayaan b.d. Penyakit ginjal kronis

 Kesedihan yang mendalam b.d Hilangnya fungsi ginjal


Diagnosa Keperawatan Intra
Hemodialisis
 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ultrafiltrasi
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kontaminasi kulit pada saat pemasangan kateter
 Resiko tinggi terhadap kehilangan akses vaskuler
berhubungan dengan perdarahan karena lepas
sambungan secara tidak sengaja.
Diagnosa Keperawatan Intra
Hemodialisis
 Gangguan rasa nyaman: nyeri saat insersi pada tempat
penusukkan b.d. insersi fistula needle.
 Resiko terjadi hipotensi b.d. Penurunan volume darah
yang berlebihan
 Gangguan rasa nyaman: nyeri dada/nyeri punggung
b.d.First use syndrome, Angina
Diagnosa Keperawatan Intra
Hemodialisis
 Resiko terjadi shock hipovolemi b.d. UFR tinggi, di
bawah BB kering ,Sirkulasi ekstra korporeal,
Perdarahan
 Resiko terjadi perdarahan b.d. Heparinisasi
Uremia, Anemia
 Resiko terjadi kloting b.d. sirkulasi
ekstrakorporeal,
Darah bersentuhan dengan alat-alat dialysis,
Heparinisasi tidak adekuat, UFR tinggi, QB rendah
Akses darah tidak adekuat
Diagnosa Keperawatan Intra
Hemodialisis
 Resiko terjadi Emboli udara b.d. adanya akses
masuk udara via sirkulasi ekstrakorporeal
 Resiko menggigil b.d. Priming tidak adekuat
Proses reuse tidak adekuat,Water treatment
terkontaminasi, Rinsing tidak adekuat ,
UF pada sirkulasi tertutup tidak adekuat,
Daya tahan tubuh lemah
Diagnosa Keperawatan paska
Hemodialisis
 Resiko terjadi perdarahan b.d. Heparinisasi
Uremia, Anemia
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka bekas
insersi
 Resiko over load berulang b.d. kurang / salah
informasi
 Kelelahan / kelemahan fisik b.d. tindakan hemodialisa
Intervensi Keperawatan
1. Pengawasan kondisi pasien
Pengawasan (monitoring) merupakan intervensi
utama untuk mencegah dan mengatasi
komplikasi. Pengawasan terhadap pasien dan
mesin harus dilakukan perawat setiap jam pada
saat hemodialysis dan dilakukan lebih sering
pada pasien yang tidak stabil ( Kallenbach, et, al,
2005). Pengawasan saat hemodialysis menurut
Lemone & Burke (2008) dan Kalllenbach, et, al
(2005) adalah:
Intervensi Keperawatan
a) Pengawasan terhadap pasien meliputi
pengawasan tanda vital, kesadaran dan respon
pasien selama prosedur.respon pasien dalam hal
ini terkait dengan timbulnya komplikasi berupa
sakit kepala, sakit dada, kram, kejang, mual,
muntah, dll.
Intervensi Keperawatan
b) Pengawasan terhadap perlengkapan dan mesin
meliputi pengawasan terhadap tekanan arteri,
tekanan vena, UFR, Qb, Qd, pengawasan dialiser,
selang darah dan sambungan, pengawasan
setting pada monitor, pompa heparin dan alarm
udara serta monitoring volume darah dan nilai
hematocrit selama hemodialysis.
Intervensi Keperawatan
2. Pengaturan ulang mesin dan perlengkapan
Pengaturan ulang dilakukan bila timbul
komplikasi, misalnya dengan menurunkan UFR,
Qb, Qd, dan TMP serta pengaturan ulang suhu
dialisat.
Intervensi Keperawatan
 Keterampilan keperawatan yang perlu dilakukan
diantaranya adalah;
1) Pengaturan posisi pasien
2) memberikan kompres pada area yang nyeri
terutama pada otot dan pada pasien demam;
3) massage pada area yang nyeri (nyeri kepala, otot,
dada);
4) Dukungan psikologis pada pasien yang mengalami
kecemasan.
Intervensi Keperawatan
 . Edukasi
Edukasi diberikan untuk mencegah komplikasi,
meliputi edukasi tentang pentingnya menurunkan
berat badan antar dialysis, menghindari antihipertensi
minimal 4 jam sebelum dialysis, menghindari makan
saat hemodialysis, mematuhi diit dan pembatasan
cairan serta melakukan hemodialysis secara rutin
(Thomas 2003; Daugirdas, Blake & Ing, 2007).
Intervensi Keperawatan
 Kolaborasi
Tindakan kolaborasi diberikan sesuai dengan
permasalahan yang muncul. Kolaborasi yang dapat
dilakukan yaitu;
1) Pemberian infus mengatasi hipotensi, mual dan
muntah;
2) Pemberian antiemetic untuk mual dan muntah;
3) Pemberian quinine sulphate dan vitamin E sebelum
hemodialysis untuk mencegah kram otot;
Kolaborasi
4) Pemberian 02 pada pasien nyeri dada, aritmia dan
sesak nafas;
5) Pemberian nitrogliserin dan anti angina untuk
mengatasi komplikasi nyeri dada;
6) Monitoring EKG;
7) Pemberian anti anafilaksis (antihistamin,
efinefrin/adrenalin,hidrokortison, piriton) intra vena
pada pasien yang mengalami reaksi hipersensitif;
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai efektifitas
hemodialysis dan tindakan keperawatan dalam
mencegah dan mengatasi komplikasi saat
hemodialysis.
TERIMA KASIH
WASSALAMUALAIKUM

Anda mungkin juga menyukai