ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST INSERSI CHEST TUBE ATAS
INDIKASI TUMOR MAMMAE SINISTRA + CAP DI RUANG ICU TULIP INSTALASI
RAWAT INTENSIF RSUP DR. M DJAMIL PADANG
Disusun Oleh :
Utari Sari Rahmah, S.Kep
Nim : 2214901083
( ) ( )
( ) ( )
C. PATOFISIOLOGI
Tumor otak primer dianggap berasal dari sel atau koloni stem sel tunggal dengan DNA
abnormal. DNA abnormal menyebabkan pembelahan mitosis sel yang tidak terkontrol.
Sistem imun tidak mampu membatasi dan menghentikan aberrant, pertumbuhan sel baru.
Pada saat tumor meluas, kompresi dan infiltrsi menyebabkan kematian jaringan otak. Tumor
otak tidak hanya menyebabkan lesi pada otak, tetapi juga menyebabkan edema otak.
Tengkorak bersifat rigid dan hanya memiliki sedikit tempat untuk ekspansi isinya. Jika
perawatan tidak berhasil, tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial
secara progresif yang akan menyebabkan displacement struktur stem otak (herniasi).
Tekanan pada stem otak menyebabkan kerusakan pusat vital signs kritis yang mengontrol
tekanan darah, nadi, dan respirasi, yang akan memicu kematian.
Glioma merupakan tipe tumor yang paling banyak, menginfiltrasi beberapa bagian otak.
Glikoma malignan neoplasma otak yang paling banyak terjadi, kurang lebih 45 % dari
seluruh tumor otak. Glioma dibagi dalam beberapa derajad I hingga IV, mengindikasikan
derajad malignansi. Derajad tergantung pada densisitas seluler, mitosis sel, dan penampakan.
Biasanya tumor menyebar dengan menginfiltrasi sekitar jaringan saraf sehingga sulit
diangkat secara total tanpa menimbulkan kerusakan pada struktur vital.
Astrositomasmerupakantipeglikoma yang paling banyak.
D. WOC
2 ecara umum gejala klinis PIS merupakan gambaran klinis akibat akumulasi darah di dalam
parenkim otak. PIS khas terjadi sewaktu aktivitas, onset pada saat tidur sangat jarang.
Perjalanan penyakitnya, sebagian besar (37,5-70%) per akut. 9iasanya disertai dengan
penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran ini bervariasi frekuensi dan derajatnya
tergantung dari lokasi dan besarnya perdarahan tetapi secara keseluruhan minimal
terdapat pada 60% kasus. dua pertiganya mengalami koma, yang dihubungkan dengan
adanya perluasan perdarahan ke arah ventrikel, ukuran hematomnya besar dan
prognosis yang jelek. Sakit kepala hebat dan muntah yang merupakan tanda peningkatan
tekanan intrakranial dijumpai pada PIS, tetapi frekuensinya bervariasi. Tetapi hanya 36% kasus
yang disertai dengan sakit kepal sedang muntah didapati pada 44% kasus. Jadi tidak adanya
sakit kepala dan muntah tidak menyingkirkan PIS, sebaliknya bila dijumpai akan sangat
mendukung diagnosis PIS atau perdarahn subarakhnoid sebab hanya 10% kasus stroke oklusif
disertai gejala tersebut. 2ejang jarang dijumpai pada saat onset PIS. Intracerebral hemorrhage
mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu diawali dengan sakit kepala
berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan
ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk
sebagaimana peluasan pendarahaan.
Manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
a Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
b Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal
c respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal
d Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium
e Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
motorik dapat timbul segera atau secara lambat
f Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan
tekanan intra kranium.
E. Klasifikasi
a Putaminal Hemorrhage
b Thalamic Hemorrhage
c Perdarahan Pons
d Perdarahan Serebelum
e Perdarahan Lober
f Perdarahan intraserebral akibat trauma
F. Komplikasi
a Stroke hemoragik
b Kehilangan fungsi otak permanen
c Efek samping obat-obatan dalam terapi medikasi
G. Pemeriksaan penunjang
a Pemeriksaan radiologi
1) CT scan / didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau
menyebarke permukaan otak.
2) MRI / untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
3) Angiografi serebral / untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
4) Pemeriksaan foto thorax / dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakansalah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
b Pemeriksaan laboratorium
1) Pungsi lumbal / pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin
3) Pemeriksaan kimia darah / pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai +8& mg dalajm serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
4) Pemeriksaan darah lengkap / unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
H. Penalataksanaan medis
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic.
Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang
mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami
pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya
kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu,
kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang. Pengobatan pada
pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan
warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak
diberikan karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan
antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa memerlukan
pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
a Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse
b Transfusi atau platelet
c Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan platelet
(plasma segar yang dibekukan).
d Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah
yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan)
e Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di
dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan
karena operasi itu sendiri bisa merusak otak.
Penatalaksanaan untuk Intra Cerebral Hematom adalah sebagai berikut /
a Observasi dan tirah baring terlalu lama
b Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom
secara bedah
c Mungkin diperlukan ventilasi mekanis ntuk cedera terbuka diperlukan
antibiotiok
d Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi
e Pemeriksaan Laboratorium seperti / CT-Scan, Thorax foto, dan
laboratorium lainnya yang menunjang.
I. Konsep Craniotomy
1. Pengertian
berupa tumor otak, hidrosefalus, dan aneurisma serebral. Berikut ini merupakan indikasi
3. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien post operasi kraniotomi yaitu
d. Infeksi
Radang selaput otak terjadi pada sekitar 0,8-1,5% dari beberapa individu yang
untuk menghindari infeksi pada luka yaitu dengan perawatan luka yang
e. Kejang
Pasien diberikan obat anti kejang selama tujuh hari post operasi
Levetiracetam semakin meningkat karena risiko interaksi obat yang lebih rendah.
f. Nyeri
Nyeri post operasi kraniotomi sering terjadi dan derajat nyerinya mulai
intratekal yang mengakibatkan traksi pada meningen dan saraf kranial.Jika pasien
mengalami nyeri kepala yang signifikan setelah drainase, jumlah CSF yang
terkuras dapat dikurangi atau drainase dapat dihentikan karena hal ini dapat
g. Kematian
faktor, antara lain diagnosis penyakit atau cedera yang menjadi indikasi
komplikasi post operasi dan beberapa faktor medis lainnya (Johans et al., 2017).
AsuhanKeperawatanTeoritis
1. Pengkajian
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang tahapan dalam proses
pada pasien dengan cedera kepala menurut Fitriana (2018) sebagaimana dijelaskan
sebagai berikut.:
a) Airway
memeriksa apakah adanya obstruksi jalan nafas akibat dari adanya benda
manuver dorong rahang untuk memastikan jalan napas terbuka. Jika tidak
dicurigai adanya cedera tulang belakang, gunakan head tilt, chin lift
manuver.
b) Breathing
1) Mengkaji nadi pasien apakah teraba atau tidak, jika teraba hitung berapa
5) Menghitung suhu tubuh pasien dan rasakan akral pasien apakah teraba
d) Disability
2) Mengkaji nilai GCS pasien yang meliputi mata, verbal, dan motoriknya
e) Esposure
Mengkaji adanya cedera lain yang dapat mempengaruhi kondisi pasien, seperti
f) Foley Chatete
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika ada tidak
g) Gastric tube
resiko muntah.
h) Monitor EKG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi irama dan denyut jantung.
3. Pengkajian Secondary
Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma
a. Identitas pasien
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
timbul seperti nyeri, rasa bebal, kekakuan pada leher atau punggung dan
2) Riwayat Penyakit
meliputi satu atau lebih proses berikut dan gaya : kompresi akut,
1) Pola Persepsi-ManajerKesehatan
2) Pola Nutrisi
3) Pola Eliminasi
tindakan.
4) Pola Latihan-Aktivitas
(PQRST)
dan kuantitas dan persepasi tentang energi. Jumlah jam tidur pada siang
penggunaan obat, mengeluh letih. post operasi biasanya sulit untuk tidur
Polainimenggambarkansikaptentangdirisendiridanpersepsiterhada
pemeriksaangenital.
selamas akit.
d. PemeriksaanFisik
Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada
1) GambaranUmum
Perlu menyebutkan:
a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda,seperti:
komposmentistergantungpadakeadaanklien.
fungsi maupunbentuk.
e) SistemIntegumen
f) Kepala
g) Leher
h) Muka
i) Mata
j) Telinga
Tesbisikatauwebermasihdalamkeadaannormal.Tidak ada
k) Hidung
l) Mulut danFaring
m) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
n) Paru
- Inspeksi
paru.
- Palpasi
- Perkusi
lainnya.
- Auskultasi
o) Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi
p) Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
teraba.
- Perkusi
- Auskultasi
6. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukanoleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalamproses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapipasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan.
7. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimanaevaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metodeevaluasi ini
menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
El-Mitwalli, A., Malkoff, M D.,.2010. Intracerebral Hemorrhage. The Internet Journal
of Advanced Nursing Practice.
Harsono, 2010, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline
Stroke 2007. Jakarta.
Rochani, Siti, 2009, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Saraf
Indonesia, Surabaya.
Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD
ArifiAchmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
Susilo, Hendro, 2009 Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu
Pendekatan Baru Millenium III, Bangkalan.
Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC