OLEH
KELOMPOK 7 :
A. LANDASAN TEORI
1. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berkontribusi pada fungsi yang
terintegrasi baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawatan
ini termasuk intervensi yang behubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk
penyuluhan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial. Secara
khusus dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan jiwa bagi klien yang kondisi
fisik dan fisiologis yang lemah perlu melibatkan keluarga klien untuk berpartisipasi
aktif dalam pelayanan terapi. Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku
yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderita dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat,
2019).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang signifikan
setiap tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.
Berdasarkan data dari WHO dalamYoseph 2013 ada sekitar 450 juta orang di dunia
mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan, setidaknya ada satu dari empat orang
di dunia mengalami masalah mental dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada
di seluruh dunia suadah menjadi masalah yang sangat serius. Berdasarkan hasil
penelitian dari Rudi Maslim dalam Mubarta 2011 prevalensi masalah kesehatan jiwa
di idonesia sebesar 6,55%. Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan
negara lain.
Data dari 33 RSJ yang ada di Indonesia menyebutkan hingga saat ini jumlah penderita
gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Jumlah penderita gangguan jiwa di
Jawa Barat naik sekitar 63%. Data Riskesdas 2013 menyebutkan pasien gangguan
jiwa ringan hingga berat di jawa barat mencapai 465.975 orang naik signifikan dari
tahun 2012 sebesar 296.943 orang, Konferensi Nasional psikiatrik Komunitas ke-3
mengungkapkan fakta penting, ternyata jumlah penderita gangguan jiwa di jawa barat
naik sekitar 63%. Penyebab terbesar gangguan jiwa di jawa barat adalah tingginya
angka pengangguran dan meningkatnya tuntutan ekonomi, selain itu faktor lain yang
menyebabkan terjadinya peningkatan masalah gangguan jiwa adalah adanya
pengobatan yang tidak teratur, fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau oleh
masyarakat, stresor sosial dan kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang
pentingnya kontrol ulang dan minum obat secara teratur. Menurut data Riskesdas 201
ada dua jenis penyakit psikologi yang dialami oleh masyarakat yaitu yang ringan dan
sedang seperti stress, cemas, gangguan susah tidur (Insomnia), sedangkan yang berat
meliputi skizofrenia, depresi sampai pada penyakit psikologis dengan dorongan bunuh
diri (Riskesdas, 2017).
Tiga gejala gangguan jiwa yaitu gejala positif (delusi/waham, halusinasi, pikiran
paranoid, gejala negatif (motivasi rendah/ low motivation, menarik diri dari
masyarakat/ social withdrawal), dan gejala kognitif (mengalami problema dengan
perhatian dan ingatan, tidak dapat berkonsentrasi, miskin perbendaharaan kata dan
proses pikir yang lambat) (Hawari, 2018).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Klien dapat merespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengenali musik yang didengar
b. Klien mampu memberi respon terhadap musik
c. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan
E. METODE
Metode yang digunakan dalam TAK adalah diskusi dan sharing persepsi
F. ALAT
1. Tape recorder / handphone / pemutar musik
2. Name tag
3. Papan tulis
4. spidol
G. TIM TERAPIS
1. Leader : Elga Alfriyeni, S.Kep
2. Co-Leader : Latifa Febriani, S.Kep
3. Fasilitator : Halima Tussyadiah, S.Kep
4. Observer : Annisa Reja Rahayu, S.Kep
Utari Sari Rahmah, S.Kep
H. SETTING TEMPAT
CI Klinik CI
AKADEMIK
COLEADER LEADER
OBSERVER FASILITATOR
Keterangan :
: Pasien
I. LANGKAH KEGIATAN
Tahap Kegiatan
Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang
sesuai dengan indikasi: menarik diri,
harga diri rendah, dan tidak mau
bicara
b. Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan
Orientasi a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan
kegiatan, yaitu mendengarkan
musik.
a) Klien mampu mengenali
musik yang didengar
b) Klien mampu memberi respon
terhadap musik
c) Klien mampu menbceritakanb
perasaannya setelah
mendengarkan musik
2. Waktu
3. Terapis membacakan tata tertib
TAK
4. Doa
Tahap Kerja a. Terapis mengajak klien untuk saling
memperkenalkan diri (nama dan
nama panggilan) dimulai dari terapis
secara berurutan searah jarum jam.
b. Setiap kali seorang klien selesai
memperkenalkan diri, terapis
mengajak semua klien untuk bertepuk
tangan.
c. Terapis dan klien memakai papan
nama.
d. Terapis menjelaskan bahwa akan
diputar lagu, klien boleh tepuk tangan
atau berjoget sesuai dengan irama
lagu. Setelah lagu selesai klien akan
diminta menceritakan isi dari lagu
tersebut dan perasaan klien setelah
mendengar lagu.
e. Terapis memutar lagu, klien
mendengar (kira-kira 15 menit).
Musik yang diputar boleh diulang
beberapa kali. Terapis mengobservasi
respons klien terhadap musik.
f. Secara bergiliran, klien diminta
menceritakan isi lagu dan
perasaannya. Sampai semua klien
mendapat giliran.
g. Terapis memberikan pujian, setiap
klien selesai menceritakan
perasaannya, dan mengajak klien lain
bertepuk tangan.
Terminasi a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan
klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk
mendengarkan musik yang disukai
dan bermakna dalam kehidupannya.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan
datang
2. Menyepakati waktu dan tempat
J. TATA TERTIP
Tata tertib untuk kegiatan TAK, antara lain:
1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
4. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatam TAK
berlangsung.
5. Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6. Peserta yang mengacau jalannya acara akan dikeluarkan.
7. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis namun TAK belum selesai
makan pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu
TAK pada anggota.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK
stimulasi sensori mendengarkan musik. Klien mengikuti kegiatan dari awak
sampai akhir dan menggerakkan jari sesuai dengan irama musik, namun belum
mampu memberi pendapat dan perasaan tentang musik. Latih klien mendengarkan
musik di ruang rawat.
PENUTUP
Demikian proposal ini kami ajukan dalam rangka memenuhi tugas praktek
Profesi Mahasiswa Stikes Alifah Padang, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan
kepada kami, kami mengucapkan terima kasih.
Disetujui Oleh :
( Ns. Amelia Susanti, S.kep, Sp. Kep. J) (Ns. Viki Anggaria, S.Kep)
Sesi I : TAK