Anda di halaman 1dari 10

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) SIMULASI SENSORI :

MENDENGARKAN MUSIK DI RUANG SRI KRESNA TERPADU


RSJ PROVINSI BALI

OLEH:
KADEK AYU DWI CESIARINI (P07120015006)
NI KETUT CATUR JULIARTINI (P07120015007)
PUTU NOVI RUSMIYANTI (P07120015008)
KADEK DIKA SASMAYA DEWI (P07120015009)
NI WAYAN YUNI PURNIA DEWI (P07120015010)

TINGKAT III.1
D III KEPERAWATAN SEMESTER V

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berkontribusi pada fungsi yang
terintegrasi baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawatan
ini termasuk intervensi yang behubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk
penyuluhan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial. Secara
khusus dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan jiwa bagi klien yang kondisi
fisik dan fisiologis yang lemah perlu melibatkan keluarga klien untuk berpartisipasi
aktif dalam pelayanan terapi. Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku
yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderita dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat,
2009).

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang


signifikan setiap tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa
bertambah. Berdasarkan data dari WHO dalamYoseph 2013 ada sekitar 450 juta
orang di dunia mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan, setidaknya ada satu
dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan masalah gangguan
kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia suadah menjadi masalah yang sangat serius.
Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim dalam Mubarta 2011 prevalensi
masalah kesehatan jiwa di idonesia sebesar 6,55%. Angka tersebut tergolong sedang
dibandingkan dengan negara lain.

Data dari 33 RSJ yang ada di Indonesia menyebutkan hingga saat ini jumlah
penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Jumlah penderita gangguan
jiwa di Bali naik sekitar 63%. Data Riskesdas 2013 menyebutkan pasien gangguan
jiwa ringan hingga berat di Bali mencapai 465.975 orang naik signifikan dari tahun
2012 sebesar 296.943 orang, Konferensi Nasional psikiatrik Komunitas ke-3
mengungkapkan fakta penting, ternyata jumlah penderita gangguan jiwa di Bali naik
sekitar 63%. Penyebab terbesar gangguan jiwa di Bali adalah tingginya angka
pengangguran dan meningkatnya tuntutan ekonomi, selain itu faktor lain yang
menyebabkan terjadinya peningkatan masalah gangguan jiwa adalah adanya
pengobatan yang tidak teratur, fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau oleh
masyarakat, stresor sosial dan kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang
pentingnya kontrol ulang dan minum obat secara teratur. Menurut data Riskesdas 201
ada dua jenis penyakit psikologi yang dialami oleh masyarakat yaitu yang ringan dan
sedang seperti stress, cemas, gangguan susah tidur (Insomnia), sedangkan yang berat
meliputi skizofrenia, depresi sampai pada penyakit psikologis dengan dorongan bunuh
diri (Riskesdas, 2013).

Tiga gejala gangguan jiwa yaitu gejala positif (delusi/waham, halusinasi,


pikiran paranoid, gejala negatif (motivasi rendah/ low motivation, menarik diri dari
masyarakat/ social withdrawal), dan gejala kognitif (mengalami problema dengan
perhatian dan ingatan, tidak dapat berkonsentrasi, miskin perbendaharaan kata dan
proses pikir yang lambat) (Hawari, 2001).

Penatalaksanaan keperawatan dengan klien gangguan jiwa adalah pemberian


terapi modalitas yang salah satunya adalah terapi aktivitas kelompok (TAK). Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash
& Worret, 2004).

`Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui


dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu
fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. TAK stimulasi adalah TAK
dengan fokus memberikan stimulasi kepada pasien agar mampu memberikan respon
yang adekuat. TAK stimulasi sensori diindikasikan untuk pasien isolasi sosial, harga
diri rendah, dan kurang komunikasi verbal (Keliat & Akemat, 2005).

Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua


panca indra (sensori) agar memberi respons yang asdekuat. TAK stimulasi sensori
adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien
sehingga terjadi perubahan perilaku (Keliat & Akemat, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat merespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengenali musik yang didengar
b. Klien mampu memberi respon terhadap musik
c. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan

C. Kriteria peserta TAK


Kriteria pasien yang diikutsetakan dalam TAK, adalah sebagai berikut:
1. Kooperatif
2. Mengalami kemunduran sensori
3. Sehat fisik
4. Bicara jelas
5. Waham atau halusinasi terkontrol
6. Mau mengikuti kegiatan
7. Klien mengalami isolasi sosial, HDR dan kurang komunikasi verbal

D. Waktu dan tempat pelaksanaan


Hari/tanggal : ., November 2017
Tempat : Ruang Sri Kresna Terpadu
Waktu :

E. Metode
Metode yang digunakan dalam TAK adalah diskusi dan sharing persepsi

F. Alat
1. Tape recorder / handphone
2. Speaker
G. Tim terapis
1. Leader : Ni Ketut Catur Juliartini
2. Co-Leader : Ni Wayan Yuni Purnia Dewi
3. Fasilitator : Putu Novi Rusmiyanti
Kadek Dika Sasmaya Dewi
4. Observer : Kadek Ayu Dwi Cesiarini

H. Setting tempat

Keterangan :

= Leader

= Co Leader

= Fasilitator

= Klien

= Observer
I. Langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan
Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi:
menarik diri, harga diri rendah, dan tidak mau bicara
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Orientasi a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan
musik.
a) Klien mampu mengenali musik yang didengar
b) Klien mampu memberi respon terhadap musik
c) Klien mampu menbceritakanb perasaannya setelah
mendengarkan musik
2. Waktu
3. Terapis membacakan tata tertib TAK
4. Doa
Tahap Kerja a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri
(nama dan nama panggilan) dimulai dari terapis secara
berurutan searah jarum jam.
b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis
mengajak semua klien untuk bertepuk tangan.
c. Terapis dan klien memakai papan nama.
d. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh
tepuk tangan atau berjoget sesuai dengan irama lagu. Setelah
lagu selesai klien akan diminta menceritakan isi dari lagu
tersebut dan perasaan klien setelah mendengar lagu.
e. Terapis memutar lagu, klien mendengar (kira-kira 15 menit).
Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali. Terapis
mengobservasi respons klien terhadap musik.
f. Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan
perasaannya. Sampai semua klien mendapat giliran.
g. Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan
perasaannya, dan mengajak klien lain bertepuk tangan.
Terminasi a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik yang
disukai dan bermakna dalam kehidupannya.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat

J. Tata Tertib
Tata tertib untuk kegiatan TAK, antara lain:
1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
4. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatam TAK
berlangsung.
5. Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6. Peserta yang mengacau jalannya acara akan dikeluarkan.
7. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis namun TAK belum selesai
makan pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu
TAK pada anggota.

K. Program Antisipasi
1. Penangan klien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat
atau klien yang lain
2. Penganan pada klien yang diam saat TAK berlangsung
a. Fasilitator membujuk klien untuk berbicara
b. Jika klien tetap tidak mau berbicara, terapis atau leader meningkatkan
motivasi klien
3. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan klien
bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah TAK
4. Bila ada klien yang ingi ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa permainan lain yang mungkin dapat diikuti
klien tersebut
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut
5. Bila ada klien yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan (mengamuk, ribut,
dan mengganggu klien lain), terapis atau leader mengingatkan tentang tata tertib
TAK

L. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemapuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulus sensori mendengar musik, meberi pendapat tentang musik yang
didengar, dan perasaan saat mendengar musik. Hal-hal yang perlu dievaluasi,
antara lain:
a. Evaluasi struktur
1) Tim berjumlah 5 orang, terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 2 orang fasilitator
dan 1 observer
2) Lingkungan tenang
3) Peralatan
b. Evaluasi proses
1) Minimal 75% dapat mengikuti permainan dan dapat mengkuti kegiatan
dari awal sampai selesai.
2) Minimal 75% klien aktif mengikuti kegiatan.
c. Evaluasi akhir
1) Minimal 75% mampu memahami musik yang didengar.
2) Minimal 75% mampu memberi respon terhadap musik yang didengar.
3) Minimal 75% mampu memberi pendapat tentang musik yang didengar.
4) Minimal 75% mampu menceritakan perasaannya setelah mendengar
musik.
5) Minimal 75% mampu mengikuti peraturan kegiatan.
6) Minimal 75% mampu menyebutkan manfaat dari TAK.

Sesi I : TAK Terapi Musik


Kemampuan mengenal orang lain
Menyebutkan
Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan
Nama
N nama
nama pasien asal pasien hobi pasien
No Pasien panggilan
lain lain lain
pasien lain

Petunjuk:
1) Tulis nama panggilan pasien yag ikut TAK pada kolom nama pasien
2) Untuk tiap pasien, beri penilaian tentang kemampuan pasien mengetahui nama,
panggilan, asal dan hobi pasien lian. Beri tanda () jika pasien mampu dan tanda ()
jika pasien tidak mampu

2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK
stimulasi sensori mendengarkan musik. Klien mengikuti kegiatan dari awak
sampai akhir dan menggerakkan jari sesuai dengan irama musik, namun belum
mampu memberi pendapat dan perasaan tentang musik. Latih klien mendengarkan
musik di ruang rawat.
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

Keliat, B. A. 2005. Proses Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. & Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. & Akemat. 2014. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktifitas kelompok Edisi 2.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai