Anda di halaman 1dari 11

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI:

BERNYANYI DI RUANG ELANG


RSJ PROVINSI JAWA BARAT
PROPOSAL

OLEH:
Winara., S. Kep Nurfadillah Mappi Riyanti., S. Kep
Krisna santoso., S. Kep Surti annur., S. Kep
Erik sandra wiganda., S. Kep Nurjannah., S. Kep
Devi nuryuliyanti., S. Kep Novi citrawati., S. Kep

MENGETAHUI
CI RUANGAN CI AKADEMIK

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL A. YANI
CIMAHI
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya
proposal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Proposal “Terapi Aktivitas Kelompok bernyanyi Sesi I: bernyanyi” ini dibuat untuk
memenuhi tugas stase keperawatan Jiwa Profesi Ners tahun ajaran 2018/2019 STIKes A. Yani
Cimahi.

Pada kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
Bapak Dedi R,. S.Kep.Ners sebagai pembimbing klinik yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan proposal ini.

Semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa keperawatan dan dapat
dijadikan sebagai bahan acuan pembuatan proposal selanjutnya serta dapat menambah
pengetahuan para mahasiswa keperawatan.

Bandung, Desember 2018

Penulis
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang berkontribusi pada fungsi yang terintegrasi baik
individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawatan ini termasuk
intervensi yang behubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk penyuluhan
kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial. Secara khusus dalam
usaha peningkatan pelayanan kesehatan jiwa bagi klien yang kondisi fisik dan fisiologis
yang lemah perlu melibatkan keluarga klien untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan
terapi. Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderita dan menimbulkan
gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2009).

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang signifikan setiap
tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.
Berdasarkan data dari WHO dalamYoseph 2013 ada sekitar 450 juta orang di dunia
mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan, setidaknya ada satu dari empat orang di
dunia mengalami masalah mental dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di
seluruh dunia suadah menjadi masalah yang sangat serius. Berdasarkan hasil penelitian
dari Rudi Maslim dalam Mubarta 2011 prevalensi masalah kesehatan jiwa di idonesia
sebesar 6,55%. Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara lain.

Data dari 33 RSJ yang ada di Indonesia menyebutkan hingga saat ini jumlah penderita
gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa
Barat naik sekitar 63%. Data Riskesdas 2013 menyebutkan pasien gangguan jiwa
ringan hingga berat di jawa barat mencapai 465.975 orang naik signifikan dari tahun
2012 sebesar 296.943 orang, Konferensi Nasional psikiatrik Komunitas ke-3
mengungkapkan fakta penting, ternyata jumlah penderita gangguan jiwa di jawa barat
naik sekitar 63%. Penyebab terbesar gangguan jiwa di jawa barat adalah tingginya
angka pengangguran dan meningkatnya tuntutan ekonomi, selain itu faktor lain yang
menyebabkan terjadinya peningkatan masalah gangguan jiwa adalah adanya
pengobatan yang tidak teratur, fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau oleh
masyarakat, stresor sosial dan kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang
pentingnya kontrol ulang dan minum obat secara teratur. Menurut data Riskesdas 201
ada dua jenis penyakit psikologi yang dialami oleh masyarakat yaitu yang ringan dan
sedang seperti stress, cemas, gangguan susah tidur (Insomnia), sedangkan yang berat
meliputi skizofrenia, depresi sampai pada penyakit psikologis dengan dorongan bunuh
diri (Riskesdas, 2013).

Tiga gejala gangguan jiwa yaitu gejala positif (delusi/waham, halusinasi, pikiran
paranoid, gejala negatif (motivasi rendah/ low motivation, menarik diri dari masyarakat/
social withdrawal), dan gejala kognitif (mengalami problema dengan perhatian dan
ingatan, tidak dapat berkonsentrasi, miskin perbendaharaan kata dan proses pikir yang
lambat) (Hawari, 2001).

Penatalaksanaan keperawatan dengan klien gangguan jiwa adalah pemberian terapi


modalitas yang salah satunya adalah terapi aktivitas kelompok (TAK). Terapi aktivitas
kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash &
Worret, 2004).

Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus
terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. TAK stimulasi adalah TAK dengan
fokus memberikan stimulasi kepada pasien agar mampu memberikan respon yang
adekuat. TAK stimulasi sensori diindikasikan untuk pasien isolasi sosial, harga diri
rendah, dan kurang komunikasi verbal (Keliat & Akemat, 2005).

Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua panca
indra (sensori) agar memberi respons yang asdekuat. TAK stimulasi sensori adalah
TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga
terjadi perubahan perilaku (Keliat & Akemat, 2005).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat merespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengenali lagu yang didengar
b. Klien mampu menyanyikan lagu
c. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah bernyanyi

C. Kriteria peserta TAK


Kriteria pasien yang diikutsetakan dalam TAK, adalah sebagai berikut:
1. Kooperatif
2. Mengalami kemunduran sensori
3. Sehat fisik
4. Bicara jelas
5. Waham atau halusinasi terkontrol
6. Mau mengikuti kegiatan
7. Klien mengalami isolasi sosial, HDR dan kurang komunikasi verbal

D. Waktu dan tempat pelaksanaan


Hari/tanggal : selasa, 4 desember 2018
Tempat : Ruang Elang
Waktu : 15.30 – 16.00 WIB

E. Metode
Metode yang digunakan dalam TAK adalah bernyanyi dan sharing

F. Alat
1. Tape recorder / handphone
2. Speaker

G. Tim terapis
1. Leader : Nurfadillah M
2. Co-Leader : Winara
3. Fasilitator : Nurjannah
Devi Nuryuliyanti
Surti Annur
Erik Sandra Wiganda
Krinsa Santoso
4. Observer : Novi Citrawati

H. Setting tempat

Keterangan :

= Leader

= Co Leader

= Fasilitator

= Klien

= Observer
I. Langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan
Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi:
menarik diri, harga diri rendah, dan tidak mau bicara
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Orientasi a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bernyanyi.
a) Klien mampu mengenali lagu yang didengar
b) Klien mampu menyanyikan lagu
c) Klien mampu menceritakan perasaannya setelah
bernyanyi
2. Waktu
3. Terapis membacakan tata tertib TAK
4. Doa
Tahap Kerja a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri
(nama dan nama panggilan) dimulai dari terapis secara
berurutan searah jarum jam.
b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis
mengajak semua klien untuk bertepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien
bernyanyi dan boleh tepuk tangan atau berjoget sesuai dengan
irama lagu. Setelah lagu selesai klien akan diminta
menceritakan perasaan klien setelah bernyanyi lagu tersebut.
d. Terapis memutar lagu, klien bernyanyi. Lagu yang diputar
boleh diulang beberapa kali. Terapis mengobservasi respons
klien terhadap lagu.
e. Secara bergiliran, klien diminta menceritakan perasaannya.
Sampai semua klien mendapat giliran.
f. Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan
perasaannya, dan mengajak klien lain bertepuk tangan.
Terminasi a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk bernyanyi yang disukai
dan bermakna dalam kehidupannya.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat

J. Tata Tertib
Tata tertib untuk kegiatan TAK, antara lain:
1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
4. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatam TAK
berlangsung.
5. Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6. Peserta yang mengacau jalannya acara akan dikeluarkan.
7. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis namun TAK belum selesai
makan pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu
TAK pada anggota.

K. Program Antisipasi
1. Penangan klien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau
klien yang lain
2. Penganan pada klien yang diam saat TAK berlangsung
a. Fasilitator membujuk klien untuk berbicara
b. Jika klien tetap tidak mau berbicara, terapis atau leader meningkatkan motivasi
klien
3. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan klien
bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah TAK
4. Bila ada klien yang ingi ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa permainan lain yang mungkin dapat diikuti klien
tersebut
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran
pada permainan tersebut
5. Bila ada klien yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan (mengamuk, ribut,
dan mengganggu klien lain), terapis atau leader mengingatkan tentang tata tertib
TAK

L. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemapuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK terapi modalitas bernyanyi, memberi pendapat tentang lagu yang didengar,
dan perasaan saat bernyanyi. Hal-hal yang perlu dievaluasi, antara lain:
a. Evaluasi struktur
1) Tim berjumlah 8 orang, terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 5 orang fasilitator
dan 1 observer
2) Lingkungan tenang
3) Peralatan
b. Evaluasi proses
1) Minimal 75% dapat mengikuti permainan dan dapat mengkuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
2) Minimal 75% klien aktif mengikuti kegiatan.
c. Evaluasi akhir
1) Minimal 75% mampu memahami lagu yang didengar.
2) Minimal 75% mampu memberi respon terhadap lagu yang didengar.
3) Minimal 75% mampu memberi pendapat tentang lagu yang didengar.
4) Minimal 75% mampu menceritakan perasaannya setelah bernyanyi.
5) Minimal 75% mampu mengikuti peraturan kegiatan.
6) Minimal 75% mampu menyebutkan manfaat dari TAK.

2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK terapi
modalitas bernyanyi. Klien mengikuti kegiatan dari awak sampai akhir dan
menggerakkan jari sesuai dengan irama musik, namun belum mampu memberi
pendapat dan perasaan tentang musik. Latih klien bernyanyi di ruang rawat.
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, Dadang. 2011. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

Keliat, B. A. 2008. Proses Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. & Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. & Akemat. 2014. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktifitas kelompok Edisi 2.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai