Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MANAJEMEN BUDAYA

KESELAMATAN,KEAMANAN DAN PELAYARAN MARITIM

NAMA :NAHEL ALFITRAH

NIT :22402008

PRODI :TEKNIKA

AKADEMI MARITIM SAPTA SAMUDRA PADANG


KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini walaupun secara sederhana,baik
bentuknya maupun isinya.

Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang menbangun demi sempurnanya makalah ini. Saya juga mengharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

PADANG,7 NOVEMBER 2022

(OSKAR GARCIA DAMSANI)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengantar hukum maritim.............................................................................................

B. Pengertian......................................................................................................................

C. Sumber-sumber hukum maritim....................................................................................

D. Data urutan hukum di Indonesia……………………………………………………………………………….

E. Sumber hukum laut di Indonesia……………………………………………………………………………….

F. Sumber hukum laut internasional………………………………………………………………………………

BAB II PENDAFTARAN KAPAL DAN AWAK KAPAL

A. Deinisi ............................................................................................................................

B. Kedudukan hukum kapal................................................................................................

C. Pendaftaran kapal...........................................................................................................

D. Struktur organisasi di kapal...........................................................................................

E. Tugas dari awak kapal……………………………………………………………………………………………….

BAB III TANGGUNG JAWAB NAHKODA KAPAL

A. Jabatan nahkoda menurut hukum maritime.................................................................

B. Tugas dan wewenang nahkoda......................................................................................

C. Kehormatan istimewa jabatan nahkoda…………………………………………………………………….

D. Hukum atau sanksi nahkoda……………………………………………………………………………………..


BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………

B. Saran………………………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………
BAB I PENGHANTAR HUKUM MARITIME
 PENGERTIAN MARTIME

Dari bahasa Inggris kata “maritime” telah kita adopsi ke dalam bahasa Indonesia “maritim”
yang mengandung pengertian hal-hal yang berhubungan dengan kelautan, pelayaran dan
kenavigasian.Tahun 1966 kita telah mempunyai Departemen Maritim dimana didalamnya
terdapat fungsi perhubungan laut, fungsi industri maritim dan fungsi pengelolaan sumber daya
kelautan, yang mengatur dan mengurus perhubungan laut, industri perkapalan dan industri
perikanan serta beberapa kegiatan yang terkait dengan kelautan. Negara kita sering disebut
negara maritim, karena secara geografis Indonesia mempunyai wilayah perairan lebih luas dari
wilayah daratan dan terletak pada posisi yang menghadap dua samudra yaitu samudra Hindia
dan samudra Pasifik. 

Pernyataan tersebut sebenarnya kurang tepat, karena di dunia internasional pada umumnya
yang disebut negara maritim ( Maritime Countries ) adalah negara –negara yang sudah maju di
bidang pelayaran, berarti memiliki sebagian besar armada angkutan laut didunia dan
menguasai perdagangan melalui laut, sehingga unsur pendapatan neraca perdagangan berasal
dari jasa transportasi laut dan sumber daya kelautan. Jadi pengertian negara maritim lebih
condong pada aspek ekonomi dan bukan pada aspek kewilayahan. Sebagai contoh yang
merupakan negara maritim adalah Eropa Barat, Inggris, Amerika Serikat dan Jepang yang
menguasai dunia pelayaran melalui laut serta menguasai teknologi pengelolaan sumber daya
kelautan.

Hukum maritim (Maritime Law ) adalah hukum yang mengatur tentang pelayaran dalam arti
transportasi laut dan kegiatan yang terkait dengan pelayaran atau kenavigasian, baik yang
termasuk hukum perdata maupun hukum publik. Sesuai dengan kamus hukum “Black’s Law
Dictionary”, bahwa maritime law itu adalah the body of law governing marine commerce and
navigation, the transportation of persons ad property and marine affairs in general; the rules
governing contract, tort and workers’ compensation claims arising out of commerce on or over
water. Also termed admiralty law ( Black’s Law Dictionary, Seventh Edtion / Bryan A. Garner,
Editor In Chief halaman 982). Bahwa dalam pengertian ini tidak termasuk hukum laut dalam
arti tthe Law of the Sea. 

Hukum Laut dalam arti the Law of the Sea sebagaimana tercantum dalam The United
Nation Convention On The Law Of The Sea 1982 , bahwa laut beserta potensi yang
terkandung didalamnya sebagai milik bersama umat manusia (common heritage of
mankind) dimana laut sebagai obyek yang ditaur oleh negara-nagara termasuk negara
tidak berpantai (landlock countries).

Hukum Laut dalam arti luas adalah hukum yang mengatur mengenai dunia pelayaran
dan ketentuan ketentuan yang mengatur laut dalam berbagai aspek dan fungsi baik
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Buku II KUHD maupun ketentuan-ketentuan
hukum yang terkait dengan beberapa konvensi Hukum Laut International. Seperti yang
tercantum didalam UNCLOS yang ditanda tangani di Montego Bay tahun 1982.

Hukum Laut Dalam arti sempit yaitu yang terbatas pada ketentuan ketentuan yang
tercantum dalam Buku II KUHD dengan judul Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban yang
terbit dari pelayaran , dengan penekanan dalam hukum yang mengatur mengenai
pengangkutan barang dan orang melalui laut. Jadi hukum laut ini adalah hukum laut
yang termasuk bidang hukum dagang sebagai lex spesialist yang merupakan bagian
dari hukum perdata sebagai lex generalist.

Hukum Laut  adalah hukum yang mengatur laut sebagai obyek yang diatur dengan
mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan dan kepentingan seluruh negara
termasuk negara yang tidak berbatasan dengan laut secara fisik (Landlock Countries)
guna pemanfaatan laut dengan seluruh potensi yang terkandung didalamnya bagi umat
manusia sebagaimana yang tercantum dalam UNCLOS 1982, beserta konvensi-
konvensi Internatioanal yang terkait langsung dengan nya.

Hukum maritim adalah hukum yang mengatur pelayaran dalam arti pengangkutan


barang dan orang melalui laut, kegiatan kenavigasian, dan perkapalan sebagai sarana /
moda transportasi laut termasuk aspek keselamatan maupun kegiatan yang terkait
langsung dengan perdagangan melalui laut yang diatur dalam hukum perdata / dagang
maupun yang diatur dalam hukum publik . 
Namun bukan berarti tidak ada kaitan sama sekali antara hukum maritim dengan
hukum laut dalam arti the Law of the Sea sebab beberapa pasal dari the Law of the Sea
seperti pasal 91, 92 dan pasal 94 berkaitan dengan hukum yang mengenai kebangsaan
kapal, pendaftaran kapal dan kewajiban negara bendera untuk mengawasi kapal-kapal
yang mengibarkan bendera negara tersebut, adalah termasuk dalam hukum maritim.

 SUMBER SUMBER HUKUM MARITIME

Kebiasaan internasional adalah sumber hukum laut yang paling penting. Kebiasaan
internasional ini lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan secara terus-menerus atas dasar
kesamaan kebutuhan di laut. Kebiasaan internasional juga merupakan kebiasaan umum yang
diterima sebagai hukum. Perlu diperingatkan bahwa kebiasaan

internasionalsebagai sumber hukum tidak berdiri sendiri. Kebiasaan internasional sebagai


sumber hukum erat sekali hubungannya dengan perjanjian internasional. Hubungan ini
merupakan hubungan timbal balik. Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan
antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum
tertentu.

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB pada tahun 1958 di Jenewa.
Konferensi yang dilaksanakan pada 24 Februari sampai dengan 27 April 1958 itu dinamakan
Konferensi PBB I tentang Hukum Laut, berhasil menyepakati empat konvensi,sebagai berikut:
 Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone (Konvensi tentang Laut
Teritorial dan Zona Tambahan), mulai berlaku pada tanggal 10 September 1964;
 Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas), mulai berlaku pada tanggal
30 September 1962;
 Convention on Fishing and Conservation of the Living Resources of the High Seas
(Konvensi tentang Perikanan dan Perlindungan Sumber-Sumber Daya Hayati Laut
Lepas), mulai berlaku pada tanggal 20 Maret 1966;
 Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas Kontinen), mulai berlaku
pada tanggal 10 Juni 1964.
 DATA URUTAN HUKUM MARITIME DI INDONESIA

1. Menjaga kepentingan tiap-tiap menusia dalam masyarakat maritim, supaya


kepentingannya tidak dapat diganggu,
2. Setiap kasus yang menyangkut kemaritiman diselesaikan berdasarkan hukum maritim
yang berlaku
3. Yang bersangkut paut dalam lingkungan hukum kemaritiman itu antara lain dapat
dibedakan menjadi 2 batasan antara lain :

Subyek Hukum Maritim


Contoh (1) : manusia ( Natuurlijke persoon)

1. Nakhoda kapal (Ship’s Master)


2. Awak kapal (Crew’s)
3. Pengusaha kapal (Ship’s operator)
4. Pemilik kapal (Ship’s owner)
5. Pemilik muatan (Cargo owner)
6. Pengirim muatan (Cargo shipper)
7. Penumpang kapal (Ship’s passangers)
8. Badan hukum (Recht persoon)
9. Perusahaan Pelayaran (Shipping company)
10. Ekspedisi Muatan Kapal Laut ( EMKL )
11. International Maritime Organization (IMO)
12. Ditjen Peruhubungan Laut
13. Administrator Pelabuhan
14. Kesyahbandaran
15. Biro Klasifikasi

Obyek Hukum Maritim


Contoh (1) : benda berwujud

1. Kapal (dalam arti luas)


2. Perlengkapan kapal
3. Muatan kapal
4. Tumpahan minyak dilaut
5. Sampah dilaut
6. benda tak berwujud
7. Perjanjian-perjanjian
8. Kesepakatan-kesepakatan
9. Surat Kuasa
10. Perintah lisan

Contoh (3) : benda bergerak

1. Perlengkapan kapal
2. Muatan kapal
3. Tumpahan minyak dilaut

Contoh (4) : benda tak bergerak

 Galangan kapal

Hukum Maritim jika ditinjau dari tempat berlakunya maka ada 2 penggolongan yaitu
Hukum Maritim Nasional dan Hukum Maritim Internasional.

1. Hukum Maritim Nasional adalah Hukum Maritim yang diberlakukan secara


Nasional dalam suatu Negara. Untuk di Indonesia contohnya adalah :
2. Buku kedua KUHD tentang Hak dan Kewajiban yang timbul dari
3. Pelayaran
4. Buku kedua Bab XXIX KUH Pidana tentang Kejahatan Pelayaran
5. Buku ketiga Bab IX KUH Pidana tentang Pelanggaran Pelayaran
6. Undang-Undang No.21 Tahun 2001 tentang Pelayaran
7. Peraturan Pemerintah (PP) No.7 Tahun 2000 tentang Kepelautan
8. Keputusan Menteri (KM) Menteri Perhubungan RI No.70 Tentang
9. Pengawakan Kapal Niaga
Hukum Maritim Internasional adalah Hukum maritim yang diberlakukan
secara internasional sebagai bagian dari hukum antara Bangsa/Negara.
Contoh Hukum Maritim Internasional :

1.  Internastional Convention on Regulation for Preventing Collision at Sea.1972


(Konvensi Internasional tentang Peraturan untuk mencegah terjadinya tubrukan
di laut Thn 1972).
2. International Convention on Standard if Training Certification and Watchkeeping
for Seafarars 1978, Code 1995. (Konvensi Internasional tentang standar
Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga pelaut Thn 1978 dengan amandemen thn
1995)
3. International Convention of Safety of Life At Sea 1974 (Konvensi Internasional
tentang Keselamatan Jiwa di Laut thn 1974).
4. International Convention for the Prevention if Pollution from Ship 1973/1978
(Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran di Laut dari kapal thn
1973/1978).
5. Convention on the International Maritime Satellite Organization 1976 (Konvensi
tentang Organisasi Satelit Maritim Internasional /INMARSAT 1976).
6. International Convention on Maritime Search and Rescue 1979 (Konvensi
Internasional tentang S.A.R Maritim thn 1979).

Dari uraian tersebut diatas maka secara ringkas dapatlah dimengerti bahwa ruang
lingkup Hukum Maritim dalam arti luas itu meliputi beberapa hal sebagai berikut :

1. Hubungan hukum antar Bangsa/Negara dalam kaitannya dengan persoalan


kemaritiman (Konvensi),
2. Hubungan hukum antar Negara dengan Badan Hukum Maritim (Perusahaan
Pelayaran),
3. Hubungan hukum antar Negara dengan orang-perorangan (misalkan tentang
kejahatan dan pelanggaran maritim),
4. Hubungan antar Badan Hukum Maritim dengan Nakhoda dan awak kapal lainnya
(misalnya antara Perusahaan Pelayaran dengan awak kapal)
5. Hubuingan hukum antar Badan hukum Maritim (misalnya antara Pengusaha
kapal selaku pengangkut/carrier, Perusahaan Bongkar Muat/PBN, dan Ekspedisi
Muatan Kapal laut/EMKL, selaku pengirim/shipper)
6. Hubungan hukum antar Negara dengan alat kelengkapannya yang menyangkut
lingkungan maritim (misalnya antara Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
dengan jajaran birokrasi perhubungan laut yang berada dibawahnya),
7. Hubungan hukum antara Negara dengan Lembaga Maritim Internasional
(misalnya antara negara dengan lembaga IMO),
8. Hubungan hukum antara Lembaga Maritim International dengan orang-perorang
(misalnya kejahatan/pelanggaran pelayaran)
9. Hubungan hukum antara Nakhoda selaku Pimpinan diatas Kapal dengan Anak
Buah Kapalnya),
10. Dan contoh lainnya yang melibatkan subyek dan obyek Hukum Maritim
didalamnya.

 SUMBER HUKUM LAUT DI INDONESIA


Hukum laut Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang wilayah perairan di indonesia.
Indonesia mendeklarasikan wilayah laut nasionalnya sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan
dari wilayah darat yang berbentuk pulau-pulau melalui Deklarasi Djuanda pada bulan Desember
tahun 1957. Wilayah laut tersebut terdiri dari laut teritorial selebar 12 mil laut yang diukur dari garis
pangkal kepulauan mengelilingi kepulauan Indonesia, perairan nusantara yang terletak di antara
pulau-pulau, beserta dasar laut yang berada di bawahnya. Deklarasi Djuanda tersebut tetap
mengakui hak-hak internasional seperti hak lintas damai kapal-kapal asing yang berlayar melalui
perairan Indonesia serta pipa-pipa dan kabel kabel yang telah ada di dasar laut. Materi deklarasi
tersebut kemudian dijadikan materi UU Nomor 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia
Keberadaan suatu wilayah dengan batas batas tertentu yang jelas merupakan salah satu syarat
berdirinya suatu negara. Wilayah NKRI terdiri dari wilayah laut yang berada di
bawah kedaulatan negara seluas 3,1 juta km2 , wilayah laut dimana negara memiliki hak-hak
berdaulat seluas 2,7 juta km2 , wilayah darat seluas 1,9 juta km2 terdiri dari 17.508 pulau besar dan
kecil dengan panjang pantai 81.900 km, serta wilayah udara yang terdapat di atasnya. Jumlah
penduduk yang bermukim secara tersebar tidak merata di pulau-pulau diperkirakan lebih dari 251
juta jiwa pada tahun 2013. Wilayah NKRI berbatasan dengan 10 (sepuluh) negara, yaitu India,
Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Pilipina, Palau, Papua New Guinea, Australia, dan Timor
Leste.[1]
Pemerintah berdasarkan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang terkait menguasai,
mengelola dan menggunakan wilayah darat, laut dan udara serta kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berjumlah 251 juta jiwa tersebut.
Kondisi wilayah dengan batas-batas antar negara yang jelas, keberadaan rakyat dalam jumlah
besar yang bermukim dan beraktivitas di wilayah tersebut, kehadiran pemerintahan negara yang
berdaulat, serta pengakuan negara-negara lain dan masyarakat internasional khususnya melalui
pemberlakuan KHL 1982 yang mengikat secara internasional telah memperkokoh eksistensi NKRI
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia

 SUMBER HUKUM LAUT INTERNASIONAL


Kebiasaan internasional adalah sumber hukum laut yang paling penting. Kebiasaan
internasional ini lahir dari perbuatan yang sama dan dilakukan secara terus-menerus
atas dasar kesamaan kebutuhan di laut. Kebiasaan internasional juga merupakan
kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum. Perlu diperingatkan bahwa kebiasaan

internasionalsebagai sumber hukum tidak berdiri sendiri. Kebiasaan internasional


sebagai sumber hukum erat sekali hubungannya dengan perjanjian internasional.
Hubungan ini merupakan hubungan timbal balik. Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan
untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.

Sumber-sumber hukum laut yang sah adalah hasil konferensi PBB pada tahun 1958
di Jenewa. Konferensi yang dilaksanakan pada 24 Februari sampai dengan 27 April
1958 itu dinamakan Konferensi PBB I tentang Hukum Laut, berhasil menyepakati
empat konvensi, yaitu sebagai berikut:

 Convention on the Territorial Sea and the Contiguous Zone (Konvensi tentang
Laut Teritorial dan Zona Tambahan), mulai berlaku pada tanggal 10 September
1964;
 Convention on the High Seas (Konvensi tentang Laut Lepas), mulai berlaku
pada tanggal 30 September 1962;
 Convention on Fishing and Conservation of the Living Resources of the High
Seas (Konvensi tentang Perikanan dan Perlindungan Sumber-Sumber Daya
Hayati Laut Lepas), mulai berlaku pada tanggal 20 Maret 1966;
 Convention on the Continental Shelf (Konvensi tentang Landas Kontinen), mulai
berlaku pada tanggal 10 Juni 1964.
BAB II PENDAFTARAN KAPAL DAN AWAK KAPAL

 DEFINISI

 PENGENALAN KAPAL, DOKUMEN DAN AWAK KAPAL


 Sejarah singkat kapal Definisi kapal secara umum adalah meliputi semua jenis
(kendaraan) air,termasuk pesawat yang tidak memindahkan air ,dan pesawat
terbang laut yang digunakan sebagai alat pengangkutan di atas air. JENIS-JENIS
KAPAL MENURUT TENAGA PENGGERAKNYA 1. Kapal Layar Kapal jenis ini sudah
dikenal sejak ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang lalu,kapal layar tenaga
penggeraknya adalah angin yang ditangkap dengan layar-layar yang dipasang di
kapal tersebut.
 Kapal Tenaga Yaitu kapal yang tenaga penggeraknya dengan mesin,baik mesin
uap,turin uap,maupun mesin diesel bahkan tenaga nuklir.pada umumnya,dalam
perdagangan dunia,kapal-kapal mesin uap maupun kapal turbin uap sudah di
tinggalkan,yang banyak dipakai adalah kapal bermesin diesel.
 JENIS KAPAL MENURUT FUNGSI DAN KEGUNAANNYA 1. Kapal Perang Kapal jenis ini
digunakan untuk keperluan militer,baik untuk patroli perairan maupun logistic atau
pengangkutan pasuka,jadi pada umumnya kapal perang tidak dilengkapi crane-crane
untuk bongkar muat,tetapi dilengkapi dengan persenjataan dan gudang amunisi.
 Kapal Niaga Adalah suatu kapal yang digunakan untuk mengangkut barang-barang
antar pulau (intern sulair),antar Negara (ocean going).maka kapal niaga dilengkapi
dengan ruang muat (palka) crane-crane untuk keperluan bongkar muat barang.
 dimanfaatkan hanya tenaganya saja,biasa digunakan untuk menarik ponton
(tongkang),maupun untuk membantu pandu dalam penyandaran kapal besar di
pelabuhan biasa disebut harbour tug.
 Kapal Supply Kapal jenis ini biasa digunakan untuk keperluan pengeboran minyak
lepas pantai (off shore) untuk angkutan logistic di anjungan minyak,maupun
keperluan pekerjaan bawah laut.kapal jenis ini juga tidak dilengapi ruang muat
(palka).
 Kapal Survey Biasa digunakan untuk keperluan survey di laut, untuk menyelidiki atau
mencari kandungan minyak bumi,pemasangan pipa bawah laut,kabel laut,maupun
pemetaan.jadi kapal ini juga tidak dilengkapi ruang muat,tapi di lengkapi alat-alat
survey.
 JENIS-JENIS KAPAL MENURUT BAHAN BANGUNANNYA  1. Kapal Kayu Hampir semua
bangunannya terbuat dari bahan kayu,biasanya ukuran kapal kayu kecil-kecil,sering
dipakai untuk menangkap ikan (nelayan) atau untuk armada pelayaran rakyat.
 2. Kapal Fiber Glass Bangunan kapalnya hampir semuanya terbuat dari fiber
glass,jadi berat dari kapal tersebut sangat ringan,tujuannya untuk meningkatkan
kecepatan kapal itu sendiri.biasa digunakan untuk kapal patroli terbatas,motor
pandu,crew boat,dll.
 Kapal Besi/Baja Hampir semua bangunan kapal terbuat dari besi/baja,sehingga
sangat kuat dan kokoh.sudah sangat lazim digunakan pada kapal-kapal besar dengan
kapasitas besar, contoh : kapal, tanker, curah, cargo, dll .
 JENIS-JENIS KAPAL MENURUT MUATANNYA 1. Kapal Tanker Adalah kapal yang
khusus di rancang untuk mengangkut barang-barang curah cair (bahan kimia,crude
oil ,oil product) maupun gas, baik gas LPG maupun LNG,kapal tanker tidak dilengkapi
crane maupun palka,tetapi dilengkapi dengan pompa-pompa dan pipa-pipa untuk
bongkar muat disebut tanki-tanki.
 2. Kapal Cargo Convensional Adalah kapal-kapal yang dilengkapi ruang muat (palka)
dan peralatan bongkar muat yang memuat barang-barang campuran (general cargo)
seperti barang-barang box, karungan, drum, dll.
 3. Kapal Curah (Bulk Carrier) Kapal jenis ini dilengkapi ruang muat (palka),kadang-
kadang dilengkapi crane/derreck,tapi yang modern sudah memakai conveyor untuk
alat bongkar muatnya,biasa mengangkut barang-barang semen
curah,batubara,gandum,jagung,kedelai,dll yang langsung di curahkan ke palka tanpa
alat pembungkus lagi.

 KEDUDUKAN HUKUM KAPAL


Perlindungan hukum terhadap Awak Kapal Perikanan (AKP) adalah tanggung
jawab negara. Tanggung jawab tersebut dituangkan dalam suatu perjanjian kerja
antara awak kapal dengan perusahaan. Perjanjian kerja ini dibuat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara asal awak kapal dan
negara bendera kapal. Namun, pada kenyataannya, banyak diantara mereka
tidak mendapatkan perlindungan yang seharusnya didapatkan baik dari negara
asal maupun negara di mana mereka bekerja.

Perjanjian kerja sangat penting bagi awak kapal ketika yurisdiksi dari negara
bendera kapal berlaku, yaitu ketika mereka berada di negara bendera kapal dan
berada di laut lepas yang tentu saja diterapkan hukum yang berlaku di negara
bendera kapal. Sementara, tanggung jawab dari negara pelabuhan terlihat ketika
kapal penangkap ikan tempat AKP bekerja memasuki wilayah teritorial dari
negara pelabuhan, sehingga yurisdiksi negara pelabuhan berlaku terhadap kapal
dan para awaknya terlepas dari kebangsaan kapal dan awaknya.

Hal inilah yang harus dan perlu diperhatikan bersama karena data tahun 2005
sampai 2015 menunjukkan telah terjadi kasus yang dialami oleh AKP Indonesia
yang bekerja di kapal perikanan asing. Terdapat 92 persen persoalan yang
dialami oleh AKP yang bekerja di kapal perikanan tangkap dan hanya 8 persen
dialami oleh mereka yang bekerja di kapal niaga.

Kasus yang sering menimpa AKP Indonesia diantaranya kecelakaan,


perkelahian, perdagangan orang, disharmonisasi dengan kapten kapal, tidak
terpenuhinya hak, dan terjadi tindak kekerasan. Menurut data bulan September
2015 yang dihimpun Kementerian Luar Negeri, kasus yang ditangani terkait
masalah pidana tahun 2012 sebanyak 542 kasus, tahun 2013 sebanyak 280
kasus, tahun 2014 sebanyak 147 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 121 kasus.

Selanjutnya, terdapat kasus perdata tahun 2012 dan 2013 masing-masing satu
kasus, keimigrasian tahun 2012 sebanyak 159 kasus, tahun 2013 sebanyak 64
kasus, 2014 sebanyak 87 kasus dan tahun 2015 sebanyak 7 kasus. Selain itu,
ketenagakerjaan tahun 2012 sebanyak 445 kasus, 2013 sebanyak 280 kasus,
2014 sebanyak 233 kasus, dan 2015 sebanyak 77 kasus.

Agar awak kapal dapat menjalankan tugas dengan baik, tentu harus didukung
dengan lingkungan kerja yang kondusif. Namun demikian, masih terjadi
permasalahan kesejahteraan awak kapal di kapal Indonesia, yaitu diantaranya
pengaturan gaji dan tunjangan masih bersifat umum, belum ada standar baku
tentang besaran gaji/upah minimum serta tunjangan kerja, juga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang tidak dapat diterapkan kepada mereka
ketika terjadi konflik hubungan industrial, serta belum diratifikasinya Maritime
Labour Convention oleh Pemerintah Indonesia.

 PENDAFTARAN KAPAL

Pendaftaran sangat penting artinya bagi para pihak, karena jika suatu kapal hendak dijadikan
objek jaminan hutang maka kapal tersebut harus sudah terdaftar. Jika berat kapal 20 M³,
namun tidak didaftarkan, maka kapal tersebut dianggap benda bergerak sehingga
penjaminannya menggunakan lembaga fidusia atau gadai. Pengaturan mengenai pendaftaran
kapal awalnya ada dalam Staatsblad 1933-48 kemudian diganti oleh UU pelayaran Tahun 1992,
dan kini tahun 2008 telah diundangkan UU tentang Pelayaran yang baru menggantikan UU
tersebut di atas (UU no.17/2008).

Berikut tahapan dan syarat-syarat pendaftaran kapal di Indonesia:

Permohonan pendaftaran diajukan kepada Pegawai Balik Nama (pejabat pendaftar


kapal)dengan disertai dokumen sebagai berikut:

1. Surat Ukur yang diberikan menurut ketentuan hukum yang berlaku.


2. Akta penyerahan pembuatan kapal/surat pembelian kapal/surat tanda bukti
kepemilikan lainnya
3. Pendaftaran kapal untuk penggunaan kapal sebagai kapal laut/kapal penangkap ikan
laut atau kapal sungai
4. Jika pendaftaran sebagai kapal laut/kapal penangkap ikan laut, maka perlu tambahan
dokumen berupa:
– keterangan dari pemohon bahwa kapal tersebut adalah kapalIndonesia menurut
ketentuan 311 KUH Dagang, yaitu kapal yang dapat dibuktikan sebagai
kapal Indonesia berdasarkan surat-surat laut dan pas-pas kapal (baik pas tahunan
maupun pas kecil)
– Surat-surat lainnya yang diperlukan untuk penetapan kebangsaan kapal.

Berdasarkan permohonan tersebut Syahbandar (pejabat pendaftar kapal) akan membuat akta


pendaftarannya dan kepada pemilik kapal diberikan salinan pertama pendaftaran /grosse akta
pendaftaran (de grosse van de acte can teboekstelling), apabila pemeriksaan data surat dan
pihak membuktikan kebenaran kepemilikannya, dan telah memenuhi semua persyaratan.

Pendaftaran dapat dilakukan ditemapt yang dikehendaki oleh yang berkepentingan, namun
setelah didaftarkan dan tercatat di suatu tempat, maka pendaftaran tersebut tidak dapat
dipindahkan ke tempat lain.
Pendaftaran tersebut dapat dicoret apabila:

 Kapal karam atau dibajak oleh pihak tertentu


 Kapal dibongkar
 Kapal laut/ kapal penangkap ikan laut kehilangan sifat sebagai kapal Indonesia
 STRUKTUR ORGANISASI DI KAPAL DAN TUGAS AWAK KAPAL

1.      Master / Nahkoda

UU. No.21 Th. 1992 dan juga pasal 341.b KUHD dengan tegas menyatakan bahwa Nakhoda adalah
pemimpin kapal, kemudian dengan menelaah pasal 341 KUHD dan pasal 1 ayat 12 UU. No.21
Th.1992, maka definisi dari Nakhoda adalah sebagai berikut:

“ Nakhoda kapal ialah seseorang yang sudah menanda tangani Perjanjian Kerja Laut (PKL) dengan
Pengusaha Kapal dimana dinyatakan sebagai Nakhoda, serta memenuhi syarat sebagai Nakhoda
dalam arti untuk memimpin kapal sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku “ Pasal 342
KUHD secara ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab atas kapal hanya berada pada tangan
Nakhoda, tidak ada yang lain. Jadi apapun yang terjadi diatas kapal menjadi tanggung jawab
Nakhoda, kecuali perbuatan kriminal.

Misalkan seorang Mualim sedang bertugas dianjungan sewaktu kapal mengalami kekandasan.
Meskipun pada saat itu Nakhoda tidak berada di anjungan, akibat kekandasan itu tetap menjadi
tanggung jawab Nakhoda. Contoh yang lain seorang Masinis sedang bertugas di Kamar Mesin ketika
tiba-tiba terjadi kebakaran dari kamar mesin. Maka akibat yang terjadi karena kebakaran itu tetap
menjadi tanggung jawab Nakhoda. Dengan demikian secara ringkas tanggung jawab Nakhoda kapal
dapat dirinci antara lain :

 Memperlengkapi kapalnya dengan sempurna


 Mengawaki kapalnya secara layak sesuai prosedur/aturan
 Membuat kapalnya layak laut (seaworthy)
 Bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran
 Bertanggung jawab atas keselamatan para pelayar yang ada diatas kapalnya
 Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku

Jabatan-jabatan Nakhoda diatas kapal yang diatur oleh peraturan dan perundang-undangan
yaitu :

 Sebagai Pemegang Kewibawaan Umum di atas kapal. (pasal 384, 385 KUHD serta pasal 55
UU. No. 21 Th. 1992).
 Sebagai Pemimpin Kapal. (pasal 341 KUHD, pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992 serta pasal 1/1
(c) STCW 1978).
 Sebagai Penegak Hukum. (pasal 387, 388, 390, 394 (a) KUHD, serta pasal 55 No. 21 Th.
1992).
 Sebagai Pegawai Pencatatan Sipil. (Reglemen Pencatatan Sipil bagi Kelahiran dan Kematian,
serta pasal 55 UU. No. 21. Th. 1992).
 Sebagai Notaris. (pasal 947 dan 952 KUHPerdata, serta pasal 55 UU. No. 21, Th. 1992).

1. Nakhoda sebagai Pemegang Kewibawaan Umum


Mengandung pengertian bahwa semua orang yang berada di atas kapal, tanpa kecuali harus taat serta
patuh kepada perintah-perintah Nakhoda demi terciptanya keamanan dan ketertiban di atas kapal.
Tidak ada suatu alasan apapun yang dapat dipakai oleh orang-orang yang berada di atas kapal untuk
menentang perintah Nakhoda sepanjang perintah itu tidak menyimpang dari peraturan perundang-
undangan. Aetiap penentangan terhadap perintah Nakhoda yang demikian itu merupakan
pelanggaran hukum, sesuai dengan pasal 459 dam 460 KUH. Pidana, serta pasal 118 UU. No.21, Th.
1992. Jadi menentang perintah atasan bagi awak kapal dianggap menentang perintah Nakhoda
karena atasan itu bertindak untuk dan atas nama Nakhoda.

2. Nakhoda sebagai Pemimpin Kapal

Nakhoda bertanggung jawab dalam membawa kapal berlayar dari pelabuhan satu ke pelabuhan lain
atau dari tempat satu ke tempat lain dengan selamat, aman sampai tujuan terhadap penumpang dan
segala muatannya.

3. Nakhoda sebagai Penegak Hukum

Nakhoda adalah sebagai penegak atau abdi hukum di atas kapal sehingga apabila diatas kapal terjadi
peristiwa pidana, maka Nakhoda berwenang bertindak selaku Polisi atau Jaksa. Dalam kaitannya
selaku penegak hukum, Nakhoda dapat mengambil tindakan antara lain :

 – menahan/mengurung tersangka di atas kapal


 – membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
 – mengumpulkan bukti-bukti
 – menyerahkan tersangka dan bukti-bukti serta Berita Acara

Pemeriksaan (BAP) pada pihak Polisi atau Jaksa di pelabuhan pertama yang disinggahi.

4. Nakhoda sebagai Pegawai Catatan Sipil

Apabila diatas kapal terjadi peristiwa-peristiwa seperti kelahiran dan kematian maka Nakhoda
berwenang bertindak selaku Pegawai Catatan Sipil. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan
Nakhoda jika di dalam pelayaran terjadi kelahiran antara lain :

1. Membuat Berita Acara Kelahiran dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira kapal)
2. Mencatat terjadinya kelahiran tersebut dalam Buku Harian Kapal
3. Menyerahkan Berita Acara Kelahiran tersebut pada Kantor Catatan Sipil di pelabuhan
pertama yang disinggahi Jikalau terjadi kematian :

1. Membuat Berita Acara Kematian dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira kapal)
2. Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam Buku Harian Kapal
3. Menyerahkan Berita Acara Kematian tersebut pada Kantor Catatan Sipil di
pelabuhan pertama yang disinggahi
4. Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam Berita Acara
Kematian maupun Buku Harian Kapal, karena wewenang membuat visum ada pada
tangan dokter Apabila kelahiran maupun kematian terjadi di luar negeri, Berita
Acaranya diserahkan pada Kantor Kedutaan Besar R.I. yang berada di negara yang
bersangkutan.

Tugas seorang Master atau nahkoda  adalah untuk mengatur seluruh Perwira dan ABK kapal agar
mereka bekerja sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh ISM Code dari Perusahaaan
Perkapalan.

2.     Tugas Mualim I

1. Mualim I adalah kepala dari dinas deck (geladak) dan pula membantu nahkoda dalam hal
mengatur pelayanan di kapal jika kapal tidak punya seorang penata usaha atau jenang kapal.
2.  Dinas geladak

  Pemeliharaan seluruh kapal kecuali kamar mesin dan ruangan-ruangan lainnya yang dipergunakan
untuk kebutuhan dinas kamar mesin.

  Muat bongkar muatan di palka-palka dan lain-lain.

  Pekerjaan-pekerjaan administrasi yang berhubungan dengan pengangkutan muatan, bagasi pos dan
lain-lain.

1.  Pengganti Nahkoda Pada waktu nahkoda berhalang maka Mualim I memimpin kapal atas
perintahnya.
2.  Mualim I harus mengetahui benar peraturan-peraturan dinas perusahaan dan semua instruksi-
instruksi mengenai tugas perwakilan, pengangkutan dan lain-lain.

3. Tugas Mualim II

Tugas mualim II disamping tugas jaga laut atau bongkar muat :

1.  Memelihara (termasuk melakukan koreksi-koreksi) serta menyiapkan peta-peta laut dan


buku-buku petunjuk pelayaran.
2.  Memelihara dan menyimpan alat-alat pembantu navigasi non elektronik    (sextant dsb);
setiap hari menentukan chronometer’s error berdasarkan time signal.
3. Bertanggung jawab atas bekerjanya dengan baik pesawat pembantu navigasi elektronik
(radar, dsb)
4. Memelihara Gyro Kompas, berikut repeatersnya serta menyalakan/mematikannya atas
perintah nahkoda, bertanggung jawab atas pemeliharaan autopilot.
5. Memelihara magnetic kompas serta bertanggung jawab pengisian kompas error register book
oleh para mualim jaga.
6.  Mengisi/mengerjakan journal chronometer dan journal-journal pesawat-pesawat pembantu
navigasi yang disebutkan pada c dan d.
7.  Bertanggung jawab atas keadaan baik lampu-lampu navigasi, termasuk lampu jangkar dan
sebagainya, serta lampu semboyan Aldis.
8.  Membuat noon position report.
9.  Bertanggung jawab atas jalannya semua lonceng-lonceng di kapal dengan baik
10.  Bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pengiriman, dan administrasi barang-
barang kiriman (paket) serta pos.

4.     Tugas Mualim III

Tugas mualim III disamping tugas jaga laut/bongkar muat :

1. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kelengkapan life boats, liferafts, lifebuoys serta
lifejackets, serta administrasi.
2. Bertanggung jawab pemeliharaan, kelengkapan dan bekerjanya dengan baik dari botol-botol
pemadam kebakaran, alat-alat pelempar tali, alat-alat semboyan bahaya (parachute signal,
dsb), alat-alat pernafasan, dll, serta administrasinya.
3. Membuat sijil-sijil kebakaran, sekoci dan orang jatuh kelaut, dan memasangnya ditempat-
tempat yang telah ditentukan.
4. Memelihara dan menjaga kelengkapan bendera-bendera (kebangsaan, bendera-bendera
semboyan internasional, serta bendera perusahaan).
5. Mengawasi pendugaan tanki-tanki air tawar/ballast dan got-got palka serta mencatatnya
dengan journal.
6. Membantu mualim II dalam menentukan noon position.

5.     Tugas Mualim IV

Disamping tugas jaga laut/bongkar-muat:

1. Pekerjaan administrasi muatan.


2. Membantu mualim III dalam pemeliharaan inventaris, pemeliharaan sekoci-sekoci dan alat
pelampung dan lain-lain.
3. Membantu nahkoda di anjungan.

1. 6.     Markonis/Radio Officer/Spark

Markonis/Radio Officer/Spark bertugas sebagai operator radio/komunikasi serta bertanggung jawab


menjaga keselamatan kapal dari marabahaya baik itu yg di timbulkan dari alam seperti badai, ada
kapal tenggelam, dll.

1. 7.     Ratings atau Bawahan Bagian dek:

1. Boatswain atau Bosun atau Serang (Kepala kerja bawahan)


2. Able Bodied Seaman (AB) atau Jurumudi
3. Ordinary Seaman (OS) atau Kelasi atau Sailor
Pumpman atau Juru Pompa, khusus kapal-kapal tanker (kapal pengangkut cairan)

1. 8.     Chief Engineer (C / E)
Chief Engineer (C/E) adalah di-charge dari departemen mesin, dia melaporkan       ke Master (sehari-
hari kegiatan) dan Technical Manager-Comapany                          (kegiatan teknis). Tanggung
Jawabnya adalah :

1. Memastikan bahwa semua personil departemen mesin dibiasakan dengan prosedur yang
relevan.
2. Mengeluarkan perintah yang jelas dan ringkas untuk insinyur dan lain-lain di departemen
mesin.
3. Sesuaikan jam tangan ruang mesin untuk memastikan bahwa semua menonton penjaga
cukup beristirahat dan cocok untuk tugas.
4. Pastikan bahwa awak departemen mesin menjaga disiplin, kebersihan dan mengikuti praktek
kerja yang aman.
5. Evaluasi junior dan laporan kinerja kepada Master.
6. Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan operasi mesin dan bertindak
sesuai untuk menghilangkan mereka.
7. Selidiki ketidaksesuaian dan menerapkan tindakan korektif dan preventif.
8. Menjaga stand by peralatan dan sistem dalam ‘Selalu-Siap-Untuk-Gunakan’ negara.
9. Uji stand by peralatan dan sistem secara teratur dan sesuai dengan prosedur Perusahaan.
10. Pastikan mesin yang kapal dan peralatan dipelihara sesuai jadwal.
11. Jadilah pada tugas dan mengendalikan engine selama manuver dan selama   memasuki /
meninggalkan pelabuhan.
12. Jika pesawat Insinyur Keempat adalah tidak memegang sertifikat kompetensi yang
diperlukan, menjaga 08:00-0:00 menonton ruang mesin.
13. Mencoba untuk memperbaiki semua kerusakan mungkin menggunakan kru dan fasilitas
onboard, jika permintaan tidak yg dpt diperbaiki untuk bantuan pantai.
14. Setiap bulan, melaporkan semua cacat (diperbaiki / tidak diperbaiki) kepada Perusahaan
(melalui Guru).
15. Guru menyarankan sebelum semua persyaratan toko mesin dan suku cadang.
16. Mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh workshop pada mesin dan peralatan.
17. Pastikan bahwa buku catatan mesin dipelihara dengan baik.
18. Efisien mengoperasikan dan memelihara semua mesin dan peralatan kapal, terutama yang
berkaitan dengan pencegahan keselamatan dan polusi.
19. Efisien mengoperasikan mesin utama selama perjalanan.
20. Pastikan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk mencegah / mengurangi emisi asap dari
kapal.
21. Terus memantau dan mengevaluasi penggerak utama dan mesin bantu, membandingkan
mereka dengan catatan percobaan dan menginformasikan Perusahaan dari setiap
penyimpangan besar.
22. Pastikan bahwa semua peralatan keselamatan dalam keadaan baik.
23. Memelihara catatan dari semua rutin dan pemeliharaan tak terjadwal sesuai dengan
persyaratan kode dan prosedur Perusahaan.
24. Order dan batang bungker, dan mengawasi operasi pengisian bahan bakar.
25. Efektif mengontrol pemanfaatan dan toko suku cadang dan mempertahankan persediaan
yang tepat dari semua item.
26. Orde suku cadang dan toko (termasuk minyak pelumas) untuk departemen mesin.
27. Pribadi langsung pemeliharaan crane kargo, penyejuk udara, tanaman pendingin dan pemisah
minyak-air.
28. Memantau pemeliharaan kamar dingin, AC dan mesin terkait lainnya.
29. Segera memberitahukan kepada Guru cacat yang dapat mempengaruhi keselamatan kapal
atau menempatkan lingkungan laut beresiko.

1. 9.     Tugas Masinis I

2/ E laporan ke C / E. Dalam ketiadaan C / E, 2 / E mungkin diperlukan untuk memimpin sebagai C /


E, tunduk pada persetujuan terlebih dahulu dari DPA. Tanggung Jawab

1. Jauhkan pukul 04:00-8:00 mesin menonton kamar.


2. Mengatur kegiatan pemeliharaan dalam konsultasi dengan C / E.
3. Mengalokasikan pemeliharaan dan perbaikan untuk insinyur, dan mengawasi yang sama.
4. Benar menjaga buku catatan ruang mesin.
5. Memantau jadwal pemeliharaan untuk mesin utama, mesin bantu, kompresor, pembersih,
pompa dan peralatan lainnya.
6. Co-ordinat dengan Electrical Engineer dan memastikan bahwa ia memelihara catatan yang
tepat pemeliharaan mesin di bawah tanggung jawabnya.
7. Pastikan bahwa ruang mesin yang bersih dan bebas dari residu berminyak.
8. Membantu C / E dalam mempertahankan persediaan suku cadang, toko habis onboard.
9. Pastikan insinyur dan peringkat bekerja sesuai dengan prosedur perlindungan keselamatan
dan lingkungan.
10. Mengevaluasi junior dan laporan kinerja ke C / E.
11. Mengambil alih menonton dan kontrol dari ruang mesin selama manuver kapal, terutama saat
memasuki atau meninggalkan pelabuhan dan bagian dibatasi.
12. Lakukan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh C / E (tergantung situasi).

1. 10.                        Tugas Masinis 2 (2 / E)

2 / E laporan ke C / E (melalui 1 / E).

Dalam ketiadaan dari 1 / E, 2 / E mungkin diperlukan untuk memimpin sebagai   1 / E, tunduk pada
persetujuan terlebih dahulu dari DPA. Tanggung Jawabnya yaitu :

1. Jauhkan pukul 12:00-4:00 mesin menonton kamar.


2. Benar menjaga tambahan mesin, generator air tawar, mesin kerek, peralatan tambat, sekoci
motor, darurat kompresor, pompa kebakaran darurat dan insinerator.
3. Menganalisis air dan pengolahan kimia untuk pendingin mesin sistem air utama.
4. Melakukan pemeliharaan preventif pemadam kebakaran dan peralatan keselamatan dalam
ruang ruang mesin, dan menginformasikan C / E dari setiap kekurangan.
5. Menjaga catatan diperbarui pemeliharaan preventif rencana yang berkaitan dengan
kompresor, generator dll
6. Menginformasikan C / E di muka kebutuhan suku cadang dan toko untuk mesin dikontrol.
7. Lakukan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh C / E (tergantung situasi).

1. 11.                        Tugas Masinis 3 (3 / E)

3 / E laporan ke C / E (melalui 2 / E).


Dalam ketiadaan dari 3 / E, 4 / E mungkin diperlukan untuk memimpin sebagai 3 / E, tunduk pada
persetujuan terlebih dahulu dari DPA. Tanggung Jawab –

1. Jauhkan 08:00-0:00 mesin menonton ruang yang disediakan ia memegang sertifikat


kompetensi yang sesuai, yang lain C / E mempertahankan menonton ini.
2. Membantu C / E selama manuver kapal.
3. Benar menjaga bahan bakar minyak dan pemurni minyak pelumas dan filter.
4. Benar menjaga sistem bahan bakar transfer dan pabrik limbah.
5. Menjaga peralatan lainnya / mesin di ruang mesin seperti yang diperintahkan       oleh C / E.
6. Melakukan transfer bahan bakar dan minyak pelumas, mempertahankan sounding            
tangki / catatan bunker dan membantu dalam pengisian bahan bakar.
7. Menjaga catatan diperbarui rencana pemeliharaan preventif pompa.
8. Menginformasikan C / E di muka kebutuhan suku cadang dan toko untuk mesin dikontrol.
9. Lakukan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh C / E (tergantung situasi).

1. 12.                        Ratings atau Bawahan  Bagian Mesin


1. Mandor (Kepala Kerja Oiler dan Wiper)
2. Fitter atau Juru Las
3. Oiler atau Juru Minyak
4. Wiper

1. 13.                        . Bagian Permakanan


1.  Juru masak/ cook bertanggung jawab atas segala makanan, baik itu memasak, pengaturan
menu makanan, dan persediaan makanan.
2. Mess boy / pembantu bertugas membantu Juru masak
BAB III TANGGUNG JAWAB NAHKODA KAPAL
 JABATAN NAHKODA MENURUT HUKUM MARITIME

truktur organisasi kapal terdiri dari seorang Nakhoda selaku pimpinan umum di atas kapal
dan Anak Buah kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan non
perwira/bawahan (subordinate crew).

Struktur organisasi kapal diatas bukanlah struktur yang baku, karena tiap kapal bisa berbeda
struktur organisaninya tergantung jenis, fungsi dan kondisi kapal tersebut. Selain jabatan-
jabatan tersebut dalam contoh struktur organisasi kapal diatas, masih banyak lagi jenis jabatan
di kapal, diluar jabatan Nakhoda.

Misalnya di kapal pesiar ada jabatan-jabatan Bar-tender, cabin-boy, swimming-pool boy,


general purpose dan lain sebagainya. Dikapal lain misalnya terdapat jabatan juru listrik
(electrician), greaser dan lain sebagainya. Semua orang yang mempunyai jabatan di atas kapal
itu disebut Awak kapal, termasuk Nakhoda, tetapi Anak kapal atau Anak Buah Kapal (ABK)
adalah semua orang yang mempunyai jabatan diatas kapal kecuali jabatan Nakhoda.
 TUGAS DAN WEWENANG NAHKODA

 Tanggung jawab dari seorang nakhoda       kapal adalah sebagai berikut :


    1. Memperlengkapi alat- alat keselamatan
        diatas kapal.
    2. Mengawaki kapalnya secara layak
        sesuai prosedur/aturan pelayaran. 
    3. Membuat kapalnya layak laut 
        (seaworthy).
    4. Bertanggung jawab atas keselamatan 
        pelayaran.
    5. Bertanggung jawab atas keselamatan
        Crew yang ada di atas kapal.
    6. Mematuhi perintah pengusaha kapal 
        selama tidak menyimpang dari 
        peraturan perundang-undangan yang 
        berlaku.

LPG
II. Tugas Nakhoda kapal yang diatur oleh
     peraturan dan perundang-undangan
     di Indonesia yaitu :
   1. Sebagai Pemegang Kewibawaan Umum
       di atas kapal. (pasal 384, 385 KUHD 
       serta pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992).
   2. Sebagai Pemimpin Kapal. (pasal 341 
       KUHD, pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992 
       serta pasal 1/1 (c) STCW 1978).
   3. Sebagai Penegak Hukum. (pasal 387, 
       388, 390, 394 (a) KUHD, serta pasal 55 
       No. 21 Th. 1992).
   4. Sebagai Pegawai Pencatatan Sipil. 
       (Reglemen Pencatatan Sipil bagi 
       Kelahiran dan Kematian, serta pasal 55 
       UU. No. 21. Th. 1992).
   5. Sebagai Notaris. (pasal 947 dan 952 
       KUHP perdata, serta pasal 55 UU. No. 
       21, Th. 1992).

LNG
Uraian Tugas Nakhoda/ Capten Kapal. 
1. Sebagai pemimpin kapal:
    a. Mampu membawa kapal dengan
        selamat ke pelabuhan tujuan.
   b. Mampu mengurus kapal,penumpang 
       dan muatan.
   c. Mampu memelihara kapal agar tetap
       laik laut.
   d. Mampu mengelola tertib administrasi
       kapal.
2. Sebagai pemegang kewibawaan umum
    berarti:
   a. Berwibawa terhadap semua orang 
       diatas kapal demi keselamatan kapal.
   b. Berwibawa menegakkan disiplin diatas 
       kapal.
3. Sebagai pegawai kepolisian diatas kapal:
   a. Mengumpulkan bahan-bahan untuk 
       proses verbal.
   b. Menyita barang-barang bukti.
   c. Mendengar dari tertuduh dan saksi 
       serta dicatat dalam Berita Acara.
  d. Mengamankan tertuduh.
      Menyerahkan berkas pemeriksaan 
      ,barang bukti dan tertuduh kepada 
      polisi setibanya kapal di pelabuhan. 
4. Selaku pejabat pencatatan sipil diatas 
    kapal:
  a. Membuat akte kelahiran dan mencatat 
      dalam buku harian kapal. Dalam waktu 
      24 jam dengan 2 orang saksi.
  b. Membuat akte kematian dalam jangka
      waktu 24 jam bila ada yang meninggal
      dikapal.
5. Sebagai Notaris dikapal:
  a. Membuat akte wasiat seseorang diatas 
      kapal dengan disaksikan 2 orang
      saksi.Surat wasiat tersebut hanya 
      berlaku selama 6 bulan.
  b. Membuat akte perjanjian  antara 
      pelayar yang berada dikapal. Juga 
     dengan 2 orang saksi.

Container
III.  Kewajiban-kewajiban Nakhoda.
    1. Kewajiban terhadap Pengusaha Kapal.
    2. Kewajiban terhadap Kapal dan Awak 
        Kapal.
    3. Kewajiban terhadap umum.

Passenger
Uraian kewajiban Nahkoda / Capten Kapal. 
1. Kewajiban terhadap Pengusaha Kapal.
    Hubungan antara Nakhoda dan 
    Pengusaha Kapal ditetapkan dalam 
    Perjanjian Kerja Laut dan ketentuan lain 
   yang diatur dalam perundang-undangan.
   Contohnya :
    a. Nakhoda wajib mengatur awak 
        kapal,melaksanakan dinas awak kapal
        dan mengurus segala sesuatu 
        mengenai muat bongkar.
    b. Ditempat dimana pengusaha kapal 
        tidak memiliki perwakilan Nakhoda 
        berwenang untuk memperlengkapi 
        kapalnya.
    c. Selama dalam playaran nakhoda wajib 
        terus menerus memberitahukan 
        tentang segala hal mengenai kapalnya 
        dan muatannya.
    d. Nakhoda tidak boleh melampaui batas 
        kekuasaannya.Jika hal ini terjadi,maka
        dia pribadi terikat oleh
        tindakannya,segala kerugian yang 
        derita orang lain sebagai akibat 
        tindakannya harus diganti olehnya 
        sendiri.

Car Roro
Diluar wilayah Indonesia:
    a. Nakhoda berwenang mewakili 
        pengusaha kapal,selaku penggugat 
        ataupun tergugat dimuka pengadilan
        tentang segala urusan yang 
        menyangkut kapalnya.
    b. Nakhoda mewakili pengusaha kapal 
        untuk perbaikan-perbaikan dalam 
        keadaan memaksa.
    c. Nakhoda mempertanggung jawabkan 
        keuangan diatas kapal/ uang kas kapal,          apabila perlu dapat meminjam demi 
        kelancaran pelayaran.

Cargo
2. Kewajiban terhadap kapal dan awak 
    kapalnya.
    a.  Terhadap kapal:
      * Nakhoda bertanggung jawab terhadap
          laik laut kapalnya. 
      * Pemeliharaan dan kelancaran  
         oprasional kapalnya.
    b.  Terhadap  awak kapal/Crew kapal. 
      * Selama pelayaran Nakhoda mewakili 
         pengusaha / Owner kapal membuat 
         Perjanjian Kerja Laut (PKL) dengan 
         anak buah kapal( Crew Kapal) yang 
         bekerja padanya.
      * Nakhoda menentukan peraturan-
         peraturan mengenai hubungan kerja 
         antara Perwira yang satu dengan 
         lainnya atau antara awak kapal 
         lainnya.

dredger
3. Kewajiban terhadap umum.
    Yang dimaksud umum disini berarti:
       1. Syahbandar
       2. Pemilik muatan
       3. Penumpang
       4. Bea Cukai
       5. Kesehatan Pelabuhan
       6. Immigrasi
       7. Perwakilan atau keagenan
       8. Biro Klassifikasi
       9. Keamanan Pelabuhan d.l.l 

 KEHORMATAN ISTIMEWA JABATAN NAHKODA

Presiden di laut
Jika kapal diibaratkan sebuah negara mini di laut, maka Nakhoda  adalah presidennya. Untuk
dapat menjalankan pemerintahan dengan baik, dia dibantu oleh menteri-menteri: Menteri
urusan deck  ada Mualim 1/Chief Officer.  Menteri urusan mesin ada KKM/Chief Engineer.
Sesuai aturan dan perundang-undangan di Indonesia Nakhoda kapal adalah

 Pemegang Kewibawaan Umum di atas kapal,


 Pemimpin Kapal,
 Penegak Hukum,
 Pegawai  Pencatatan Sipil (reglemen Pencatatan Sipil bagi Kelahiran dan Kematian),
 Sebagai Notaris.

Nakhodamemikul tanggung jawab keselamatan:

o keselamatan crew
o keselamatan kapal dan muatannya, dan
o keselamatan lingkungan.

Karenanya Nakhoda harus memastikan bahwa sistem manajemen keselamatan benar-benar


diterapkan di kapalnya. Artinya kapal yang dibawanya adalah laik laut  (seaworthy) karena

o memiliki kelengkapan yang memenuhi syarat,


o diawaki oleh personil yang lengkap dan memenuhi prosedur/aturan.

Kelengkapan yang memenuhi syarat:

 Lengkap sertifikat dan dokumunnya dan valid


 Lengkap peralatannya dan berfungsi baik

Personil:

 Lengkap dan memenuhi syarat kompetensi


 Sehat

Sering juga disebut bahwa Nakhoda adalah wakil perusahaan. Maksudnya Nakhoda adalah
jembatan yang menghubungkan  crew/kapal dengan perusahan atau sebaliknya.

 HUKUM ATAU SANKSI NAHKODA


Pasal 342 KUHD secara ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab atas kapal hanya berada
pada tangan Nakhoda, tidak ada yang lain. Jadi apapun yang terjadi diatas kapal menjadi
tanggung jawab Nakhoda, kecuali perbuatan kriminal. Misalkan seorang Mualim sedang
bertugas dianjungan sewaktu kapal mengalami kekandasan. Meskipun pada saat itu Nakhoda
tidak berada di anjungan, akibat kekandasan itu tetap menjadi tanggung jawab Nakhoda.
Contoh yang lain seorang Masinis sedang bertugas di Kamar Mesin ketika tiba-tiba terjadi
kebakaran dari kamar mesin. Maka akibat yang terjadi karena kebakaran itu tetap menjadi
tanggung jawab Nakhoda. Dengan demikian secara ringkas tanggung jawab Nakhoda kapal
dapat dirinci antara lain :

1. Memperlengkapi kapalnya dengan sempurna


2. Mengawaki kapalnya secara layak sesuai prosedur/aturan
3. Membuat kapalnya layak laut (seaworthy)
4. Bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran
5. Bertanggung jawab atas keselamatan para pelayar yang ada diatas kapalnya
- Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang dari peraturan
- perundang-undangan yang berlaku

Sanksi Pelanggaran Etika Profesi Nakhoda Kapal Laut


 Diberhentikan sebagai nakhoda secara tidak terhormat
 Diadili di mahkamah Angkatan laut jika terbukti menjadi perompak
 Ditegur saja dengan diberi surat peringatan jika pelanggaran ringan
 Mengganti segala kerugian dan kehilangan sewaktu nakhoda mengabaikan kapal laut
tanpa

Perlindungan hukum terhadap Awak Kapal Perikanan (AKP) adalah tanggung jawab negara.
Credit: Shutterstock

Hal inilah yang harus dan perlu diperhatikan bersama karena data tahun 2005
sampai 2015 menunjukkan telah terjadi kasus yang dialami oleh AKP Indonesia
yang bekerja di kapal perikanan asing. Terdapat 92 persen persoalan yang
dialami oleh AKP yang bekerja di kapal perikanan tangkap dan hanya 8 persen
dialami oleh mereka yang bekerja di kapal niaga.

Kasus yang sering menimpa AKP Indonesia diantaranya kecelakaan,


perkelahian, perdagangan orang, disharmonisasi dengan kapten kapal, tidak
terpenuhinya hak, dan terjadi tindak kekerasan. Menurut data bulan September
2015 yang dihimpun Kementerian Luar Negeri, kasus yang ditangani terkait
masalah pidana tahun 2012 sebanyak 542 kasus, tahun 2013 sebanyak 280
kasus, tahun 2014 sebanyak 147 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 121 kasus.
Selanjutnya, terdapat kasus perdata tahun 2012 dan 2013 masing-masing satu
kasus, keimigrasian tahun 2012 sebanyak 159 kasus, tahun 2013 sebanyak 64
kasus, 2014 sebanyak 87 kasus dan tahun 2015 sebanyak 7 kasus. Selain itu,
ketenagakerjaan tahun 2012 sebanyak 445 kasus, 2013 sebanyak 280 kasus,
2014 sebanyak 233 kasus, dan 2015 sebanyak 77 kasus.

Agar awak kapal dapat menjalankan tugas dengan baik, tentu harus didukung
dengan lingkungan kerja yang kondusif. Namun demikian, masih terjadi
permasalahan kesejahteraan awak kapal di kapal Indonesia, yaitu diantaranya
pengaturan gaji dan tunjangan masih bersifat umum, belum ada standar baku
tentang besaran gaji/upah minimum serta tunjangan kerja, juga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang tidak dapat diterapkan kepada mereka
ketika terjadi konflik hubungan industrial, serta belum diratifikasinya Maritime
Labour Convention oleh Pemerintah Indonesia.

BAB IV PENUTUP

1. KESIMPULAN
Saya menyimpulkan bahwa:Hukum maritim (Maritime Law) adalah hukum yang mengatur
tentang pelayaran dalam arti transportasi laut dan kegiatan yang terkait dengan pelayaran atau
kenavigasian, baik yang termasuk hukum perdata maupun hukum publik.

Bahwa menjadi nahkoda itu tidak gampang ,selain harus memiliki skil pelayaran/ilmu navigasi
Nahkoda juga harus mempunyai tanggung jawab yang sangat besar di atas kapal.Jika nahkoda
tidak memiliki tanggung jawab maka nahkoda tersebut harus menerima sanksi sesuai UUD yang
berlaku.

2. SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa akan lebih mengetahui
Administrasi Kebijakan Kesehatan Masyarakat, maka dari itu apabila di dalam
makalah kami masih banyak kekurangan mohon kiranya pembaca memberikan kritik
dan sarannya secara kompeten sesuai tata peraturan yang berlaku dalam
masyarakat, karena kiranya makalah kami masih jauh dari kata kesempurnaan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai