Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUKUM MARITIM DAN TRANSPORTASI


“ Hukum Perkapalan”

Dosen Pengampu : MERCY MARIA MAGDALENA SETLIGHT SH,MH


Disusun Oleh : Kelompok 2

Hutri Tamara Kayla supit Michelle lomboan


Isra Syahrain Kevin ratulangi Missaura mangundap
Jefta Pantow Kristinia pongoh Nasario tampi
Julio Aiyal Meyva soriton Natasya warembengan

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2024
KATA PENGANTAR

Segala syukur dan pujian hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
anugerahNya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi salah tugas yang diberikan
oleh dosen untuk mata kuliah Hukum Maritim dan Transportasi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi sempurnanya
makalah ini, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Manado, 18 Maret 2024

Penyusun,
Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

BAB I ....................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN.................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 5

BAB II ...................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ...................................................................................................... 6

1. Pengertian Hukum Perkapalan.................................................................... 6

2. Peraturan Hukum Perkapalan ..................................................................... 7

BAB III................................................................................................................... 10

PENUTUP .............................................................................................................. 10

A. Kesimpulan .................................................................................................... 10

B. Saran .............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan,Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih luas


daripada wilayah daratan. Hal ini menjadi potensi sumberdaya dalam keanekaragaman
flora dan fauna. Laut Indonesia menjadi sumber kehidupan dan mata pencaharian bagi
masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Kapal
adalah sarana transportasi laut yang sangat efisien dalam mengangkut muatan dalam
jumlah yang banyak. Perekonomian negara-negara kepulauan ditopang dengan
keberadaan kapal laut ini karena mampu menghubungkan antara pulau-pulau, sehingga
kegiatan ekonomi dalam hal ekspor dan impor barang-barang berkembang dan berjalan
dengan baik.

Perkembangan dunia pelayaran yang sangat pesat mengharuskan kapal-kapal


untuk dapat melakukan perannya dengan cepat dan efisien, sehingga semua kebutuhan
dapat tercapai secara tepat waktu dan tidak ada keterlambatan yang mengakibatkan
kerugian. Selainaspek ekonomi, aspek keselamatan juga harus menjadi prioritas yang
utama. Keselamatan tersebut akan dapat tercapai apabila seluruh awak kapal dan pihak
pengelola kapal dapat menjalankan peraturan keselamatan yang telah ditetapkan oleh
IMO (International Maritime Organization).Salah satu peraturan keselamatan yang
telah ditetapkan oleh IMO adalah PeraturanPencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) 1972
atau secara internasional disebut Colreg (collision regulation). Peraturan ini merupakan
peraturan untuk mencegah terjadinya tubrukan di laut dimana setiap awak kapal wajib
untuk mengetahui, memahami dan melaksanakannya. Colreg 1972 merupakan
pedoman utama yang harus dijadikan referensiuntuk menghindari tubrukan di laut.
Semua aturan yang terdapat dalam peraturan tersebut bertujuan untuk menghindari atau
mencegah tubrukan antar kapal.
Potensi sumberdaya ikan laut Indoensia sebesar 6,5 juta ton per tahun tersebar
di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Namun
potensi ini kerap dieksploitasi oleh warga negara asing yang melaut di Indonesia.
Akhir akhir ini, dunia terus menyoroti implementasi kebijakan KKP (Kementrian
Kelautan dan Perikanan) tentang sanksi peledakan dan penenggelaman kapal nelayan
asing yang masuk ke Indonesia untuk melakukan illegal fishing. Menurut UU No.45
tahun 2009, kapal perikanan adalah kapal,perahu,atau alat apung lain yang
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan
ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan,
dan penelitian/eksplorasi perikanan

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum perkapalan?
2. Bagaimana peraturan hukum perkapalan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum perkapalan
2. Untuk mengetahui peraturan hukum perkapalan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Perkapalan


Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang di gerakan
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat
apung dan bangunan terapung dan tidak berpindah- pindah (Pasal 1 angka 3 dan 36
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008). Selain itu, pengangkutan perairan juga diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia, Yaitu Buku II Bab
V tentang perjanjian Carter Kapal: Bab V A tentang Pengangkutan Barang dan Bab V
B tentang Pengangkutan Penumpang. Peraturan Undang-Undang dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang Indonesia masih dinyatakan tetap berlaku. Ketentuan-
ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia sifat lex generalis
Hukum Perkapalan termasuk dalam bagian hukum laut keperdataan, yang
wujudnya adalah sekumpulan norma yang mengatur hubungan antara perseorangan
dimana hubungan hukum itu terjadi di kapal-kapal atau di dalam lingkungan
perusahaan-perusahaan atau badan-badan lain yang tugasnya berhubungan dengan laut.
➢ Contoh Kasus Hukum Perkapalan :
Kecelakaan kapal yang mengakibatkan tumpahan minyak di perairan Indonesia.
Pada tahun 2018, terjadi penumpahan minyak di perairan Karawang, Jawa Barat, yang
disebabkan oleh kapal tanker yang bertabrakan dengan kapal barang. Kasus ini
melibatkan pertanggungjawaban hukum,lingkungan, dan ekonomi karena dampaknya
terhadap lingkungan laut, mata pencaharian nelayan, dan sector pariwisata local.
Dalam kasus ini, hukum perkapalan Indonesia akan mengatur tanggung jawab kapal
tanker, perusahaan pelayaran, dan pihak-pihak terkait lainnya terhadap kerusakan
lingkungan dan kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh tumpahan minyak. Prosedur
hukum yang melibatkan penyelidikan, penentuan ganti rugi, dan pemulihan lingkungan
akan diterapkan sesuai dengan peraturan hukum Indonesia yang relevan, termasuk
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan peraturan lingkungan
lainnya.
2. Peraturan Hukum Perkapalan
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 51 Tahun 2002 Tentang
Perkapalan. Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

1) Perkapalan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan


persyaratan kelaiklautan kapal dan segala faktor yang mempengaruhinya, sejak
kapal dirancang-bangun sampai dengan kapal tidak digunakan lagi.
2) Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan
dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung
dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.
3) Kapal Indonesia adalah kapal yang memiliki kebangsaan Indonesia sesuai
dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
4) Tonase kapal adalah volume kapal yang dinyatakan dalam tonase kotor (gross
tonnage/GT) dan tonase bersih (net tonnage/NT).
5) Daftar ukur adalah daftar yang memuat perhitungan tonase kapal.
6) Surat ukur adalah surat kapal yang memuat ukuran dan tonase kapal
berdasarkan hasil pengukuran.
7) Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baliknama Kapal adalah pejabat Pemerintah
yang berwenang menyelenggarakan pendaftaran kapal Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8) Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia adalah surat kapal yang merupakan
bukti kebangsaan yang memberikan hak kepada kapal untuk berlayar dengan
mengibarkan bendera Indonesia sebagai bendera kebangsaan.
9) Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material,
konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan termasuk radio, dan elektronika kapal.
10) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal adalah pejabat Pemerintah yang
mempunyai kualifikasi dan keahlian di bidang keselamatan kapal.
11) Dumping adalah setiap pembuangan limbah atau benda lain yang disengaja ke
perairan, baik yang berasal dari kapal, maupun berupa kerangka kapal itu
sendiri, kecuali pembuangan yang berasal dari operasi normal kapal.
12) Peti Kemas adalah bagian dari alat angkut yang berbentuk kotak serta terbuat
dari bahan yang memenuhi syarat, bersifat permanen dan dapat dipakai
berulang-ulang, yang memiliki pasangan sudut serta dirancang secara khusus
untuk memudahkan angkutan barang dengan satu atau lebih moda transportasi,
tanpa harus dilakukan pemuatan kembali.
13) Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh
pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan
jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.
14) Nakhoda kapal adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan
umum di atas kapal serta mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
15) Pemimpin kapal adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan
umum di atas kapal untuk jenis dan ukuran tertentu serta mempunyai wewenang
dan tanggung jawab tertentu, berbeda dengan yang dimiliki oleh nakhoda.
16) Anak buah kapal adalah awak kapal selain nakhoda atau pemimpin kapal.
17) Operator kapal adalah orang atau badan hukum yang mengoperasikan kapal.
18) Pelayar adalah semua orang yang ada di atas kapal.
19) Penumpang adalah pelayar yang ada di atas kapal selain awak kapal dan anak
berumur kurang dari 1 (satu) tahun.
20) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang pelayaran.

Selain PP no 51 Tahun 2022 terdapat juga peraturan lain yang mengatur tentang
perkapalan:

1. UU No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran


Sesuai dengan tujuan yang ada di Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran khususnya Pasal 3 huruf a, yaitu memperlancar arus
perpindahan orang dan/atau barang melalui perairan dengan mengutamakan
dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar kegiatan
perekonomian nasional, maka setiap kapal wajib sudah mendapatkan izin
kelayakan, sertifikat kapal atau surat kapal sebelum berlayar sesuai dengan
Pasal 117 angka 3 Undang-Undang Tahun 2008.
2. PP No 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pelayaran
3. PP No.22 Tahun 2022 Tentang Perlindungan awak kapal niaga migran

Kapal yang layak untuk melakukan pengangkutan harus dalam keadaan yang
memenuhi persyaratan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dimana dari semua
standar tersebut disimpulkan bahwa syarat utamanya yaitu :

a. Persyaratan kapal;
b. Persyaratan SDM;
c. Persyaratan pengoperasiannya;
d. Pengaruh faktor external terhadap pengoperasian kapal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum Perkapalan adalah sekumpulan aturan yang mengatur hubungan hukum
pada perkapalan atau didalam lingkungan perusahaan atau badan-badan hukum lain
yang berhubungan dengan laut. Sebagai negara kepulauan,Indonesia memiliki wilayah
laut yang lebih luas daripada wilayah daratan. Hal ini menjadi potensi sumberdaya
dalam keanekaragaman flora dan fauna. Laut Indonesia menjadi sumber kehidupan dan
mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir. Tanpa Hukum Perkapalan maka transportasi melalui laut bisa sangat
berbahaya mulai dari para perompak, tabrakan antar kapal, perusakan ingkungan dan
penyeludupan barang barang illegal bisa terjadi.

B. Saran
Tinjau kembali regulasi dan penegakan hukum terkait keselamatan maritim dan
lingkungan laut. Pastikan bahwa kapal-kapal yang beroperasi di perairan Indonesia
mematuhi standar keselamatan yang ketat dan bahwa tindakan pencegahan tumpahan
minyak ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Abdulkadir Muhamad, 2013, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit PT. Citra


Aditiya Bakti, Bandung. hlm. 10.

Wiwoho Soedjono, 1986, Hukum Laut Khusus Tentang pengangkutan Barang,


Penerbit Liberty Yogyakarta.

JURNAL :

Setiawan, Adam. “Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Perkapalan Terhadap


Pengguna Jasa Angkutan Perairan Pedalaman” 2017

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 51 Tahun 2002

Peraturan Pemerintah No 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pelayaran

Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2022 Tentang Perlindungan awak kapal niaga
migran

Anda mungkin juga menyukai